• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan hasil belajar ipa pada materi cahaya dan alat optik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peningkatan hasil belajar ipa pada materi cahaya dan alat optik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

71 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK

MELALUI METODE VISUAL (LEARNING BY OBSERVING AND PICTURING) SISWA KELAS VIII MTsN 5 PIDIE

Zainab1

Diterima : 29 Januari 2021 Disetujui : 13 Februari 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi Cahaya dan Alat Optik siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Visual (Learning by Observing and Picturing). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie. Jumlah siswa adalah 32 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan 22 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Februari 2018 sampai dengan April 2018 pada semester genap.

Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada kedua siklus tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik.

Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 40,63 % pada pra siklus meningkat menjadi 62,5 % pada siklus I dan meningkat menjadi 87,5 % pada siklus II. Penggunaan metode pembelajaran Visual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi Cahaya dan Alat Optik siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Pembelajaran Visual, IPA, Cahaya dan Alat Optik

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran-penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan. Pembelajaran IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang alam dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu sebagai produk, proses dan sikap (Susanto, 2013).

Produk yang dimaksud adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip, model-model, dan hukum- hukum alam. IPA atau ilmu sains mencakup ilmu-ilmu seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Proses pembelajaran IPA khususnya fisika tidak hanya mengedepankankan prinsipprinsip saja tetapi dalam pembelajaran fisika juga membutuhkan penemuan dan pembuktian (Widowati, 2008).

Sesuai dengan ayat Al-Qura’an surat An-Nur ayat 35 tentang cahaya yang artinya :

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakanakan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Allah yakni pemberi cahaya langit dan bumi dengan matahari dan bulan. Perumpaan cahaya Allah yaitu sifat cahaya Allah dalam kalbu orang mukmin seperti misykat yang didalamnya ada pelita besar,

(2)

pelita itu didalam kaca yang dinamakan lampu lentera atau qandil atau lampu sumbu yang dinyalakan.

Lampu didalam kaca seperti bintang-bintang.

Makna tersebut sama dengan cahaya Allah adalah petunjuk-Nya kepada orang mukmin.

Berdasarkan surat An-Nur ayat 35 tentang cahaya tersebut diatas, maka cahaya itu disebutkan berlapis- lapis/bertingkat. Dalam ilmu fisika telah dimaklumi bahwa cahaya putih dari sinar matahari jika dilewatkan pada sebuah prisma, cahaya akan terurai berwarna-warni seperti pelangi.

Pengertian ini dapat membantu guru bahwa dalam belajar IPA memerlukan suatu metode agar pelajaran IPA lebih menyenangkan. Metode pembelajaran IPA yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar yang menyenangkan bisa membuat anak merasa senang mempelajari IPA, selain itu dengan metode yang menyenangkan akan membuat siswa lebih betah di kelas.

Coba kita lihat fenomena yang terjadi pada siswa saat ini, mereka beranggapan bahwa aktivitas diluar jam pelajaran lebih menyenangkan dibandingkan di dalam kelas atau di jam pelajaran. Ketika siswa melakukan pembelajaran di kelas, siswa lebih cenderung bermain-main, bosan dengan guru yang hanya menggunakan metode ceramah sehingga kurang fokus dalam menerima pembelajaran. Hal ini karena mereka merasa terbebani ketika berada didalam kelas, apalagi harus menghadapi mata pelajaran yang membosankan seperti mata pelajaran IPA yang mereka asumsikan. Maka dari itu, guru membutuhkan metode pembelajaran agar siswa menjadi bersemangat dan mempunyai motivasi belajar.

Pembelajaran dengan metode visual (Learning by Observing and Picturing) lebih banyak menampilkan gambar-gambar sehingga siswa tidak bosan, sedangkan metode-metode sebelumnya yang disampaikan oleh guru cenderung dengan ceramah sehingga membuat siswa bosan dan sulit menerima pelajaran sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya. Metode visual (Leraning by Observing and Picturing) dengan memperbanyak gambar dan observasi dalam pembelajaran membuat siswa lebih mudah mengingat karena mereka melakukan dan siswa lebih aktif. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti selaku guru IPA sekolah MTsN 5 Pidie selain metode materi pun jadi permasalahan siswa dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA tidak selalu mudah untuk disampaikan dan diserap oleh siswa, terutama dalam fisika yang salah satu nya materi cahaya dan alat optik. Kesulitan siswa dalam mempelajari materi cahaya dan alat optik merupakan sebuah tantangan bagi guru dalam mempersiapkan suatu pembelajaran dan mengelola kelas yang lebih efektif dan efisien.

Aktivitas siswa terhadap pelajaran IPA yang masih rendah sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa dengan nilai yang diperoleh selalu rendah, selain itu media yang tersediapun jarang digunakan.

Terutama di kelas VIII, sedikit sulit dikarenakan anak cenderung dari kalangan yang kurang aktif. Hal itu berpengaruh pada ketuntasan hasil belajar siswa yang kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) IPA yang ditetapkan di sekolah yaitu 70.

Rendahnya rata-rata nilai siswa ini menjadi permasalahan penting bagi guru IPA dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada materi Cahaya dan Alat Optik menggunakan Metode Visual (Learning By Observing and Picturing) Pada Kelas VIII MTsN 5 Pidie agar proses pembelajaran dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap prestasi belajar dan aktivitas siswa.

1.2. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa Kelas VIII MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2017/2018.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada Materi Cahaya dan Alat Optik siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek dan pengalaman tertentu (Sagala, 2009). Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut yang ditampakkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan lain- lain (Thursan Hakim, 2000). Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

(3)

sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (Slameto, 2010). Sedangkan menurut Sudjana (2009), Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu- individu yang belajar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dsiimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilaku. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah bahwa bentuk input dan output dari stimulus dalam bentuk tanggapan.

Stimulus adalah apa yang guru kepada siswa, sedangkan reaksi atau respon dalam bentuk tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon penting untuk dicatat karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu (Nurkancana, 1990). Salim (2000) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pembelajaran (Sudjana, 2004).

Sedangkan menurut Orwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita- cita (Sudjana, 2004). Makna hasil belajar adalah perubaha- perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil belajar dari kegiatan belajar (Susanto, 2013). Merujuk pada pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan terselesaikannya bahan ajar atau materi pembelajaran dengan hasil akhir yang berupa nilai.

2.2. Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya. Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, Kimia, IPA, Astronomi/Astofisika, dan Geologi. Ilmu Pengetahun Alam (IPA) merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan kreatifitas. Belajar IPA berarti belajar kelima objek atau bidang kajian tersebut.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Dalam hidupnya, banyak sekali pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar adalah contoh-contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahaun yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, dan objektif. Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini (Sukarno, 1973). Merujuk dari pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup semua tentang kehidupan baik dari yang terkecil sekalipun sampai yang terbesar bahkan permasalahan-permasalahan di dalamnya.

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbenuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA teridiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Proses pembelajaran IPA harus memperhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA

(4)

sebagai produk. IPA sebagai integrative science atau IPA terpadu telah diberikan di SD/MI dan SMP/MTs sebagai mata pembelajaran IPA Terpadu dan secara terpisah di SMA/MA sebagai mata pembelajaran ilmu Biologi, Fisika, Kimia (Asih dan Eka, 2014).

2.3. Karakteristik Pembelajaran IPA di SMP/MTs

Menurut Depdiknas (2008), IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Secara umum IPA di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.

Pembelajaran IPA dengan konsep integrative science dapat dikemas dengan Tema/Topik/Materi Ajar tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA ini, suatu konsep dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA.

Di dalam perancangan pembelajaran terpadu ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu (Kemdikbud, 2013):

a. Substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu diangkat dari konsep-konsep kunci yang terkandung dalam aspek-aspek perkembangan terkait.

b. Antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan fungsi, yang apabila diramu ke dalam satu konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah, atau tema) masih memiliki makna asal, selain memiliki makna yang berkembang dalam konteks yang dimaksud.

c. Aktivitas belajar yang hendak dirancang dalam pembelajaran terpadu mencakup aspek perkembangan anak.

Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan konsep integrative science dapat diterapkan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup. Pembelajaran IPA terpadu dapat dilaksanakan melalui model-model pembelajaran inovatif, misalnya model pembelajaran inkuiri, siklus belajar atau pemecahan masalah. Strateginya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif atau pengajaran langsung. Pendekatan dapat menggunakan keterampilan proses, lingkungan atau STM, metode dapat menggunakan eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain. Langkah-langkah atau sintaksnya dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang dipilih dan pendekatan scientific.

2.4. Metode Pembelajaran Visual (Learning By Observing And Picturing)

Metode visual adalah Metode belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Ketajaman visual lebih menonjol pada sebagaian orang. Alasannya otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain (Meier, 2002). Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar (Sholeh, 2011). Merujuk dari pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa metode dengan visual (Learning by Observing and Picturing) merupakan cara efektif untuk sebuah pembelajaran dimana belajar dengan melihat dan mendengarkan lebih mudah untuk diingat, dan pembelajaran dengan melakukan observasi atau praktik langsung maka kita akan mudah memahami dan mengingat.

(5)

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam proses belalar mengajar, oleh sebab itu metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan rancangan model siklus yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 5 Pidie pada tahun pelajaran 2017/2018 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Februari s.d April 2018 pada semester genap. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie. Dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal

Selama ini pembelajaran pada materi cahaya dan alat optik masih berlangsung secara konvensional.

Hambatan yang terjadi selama ini dalam penerapan model secara konvensional, yaitu aktivitas siswa selama proses pembelajaran tidak begitu aktif, hanya beberapa siswa saja yang terlihat merasa tertarik pada materi ini. Sedangkan siswa yang lain terlihat hanya memiliki kegiatan mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Banyak siswa yang menganggap pelajaran IPA adalah pelajaran yang membosankan. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak tertarik pada pelajaran IPA dan mereka terlihat menjadi bosan dan jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hal tersebut, maka aktivitas dan hasil belajar IPA terutama pada materi cahaya dan alat optik manusia juga masih rendah. Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum penerapan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) pada materi cahaya dan alat optik dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pretest Siswa Sebelum Penggunaan metodel visual dalam Pembelajaran.

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Aprilia Syarma P 70 70 Tuntas

2 Aril Wira Fahroza L 70 50 Tidak tuntas

3 Dara Salsabila P 70 70 Tuntas

4 Dinda Oktaviani P 70 40 Tidak tuntas

5 Diva Ramadhani P 70 50 Tidak tuntas

6 hasanil Taqwim L 70 60 Tidak tuntas

7 Haura Sovia P 70 70 Tuntas

8 Hirzan Al Aziz L 70 60 Tidak tuntas

9 Khaira Fathia P 70 50 Tidak tuntas

10 Khairun Nisa P 70 60 Tidak tuntas

11 Khalida Zia P 70 40 Tidak tuntas

12 Khanza Sabila Tsabatia P 70 50 Tidak tuntas

13 M. Alfa reza L 70 70 Tuntas

14 M. Anisullah L 70 70 Tuntas

15 M. haikal Haris L 70 80 Tuntas

16 M. Ridhatul Tanzilal L 70 40 Tidak tuntas

17 Marisya Shifa P 70 50 Tidak tuntas

18 Muhammad Rizki L 70 80 Tuntas

19 Muna Arifa P 70 60 Tidak tuntas

20 Naila Rahmah P 70 80 Tuntas

21 Nailah Noerlija Afifah P 70 50 Tidak tuntas

22 Nikmatu walhida P 70 40 Tidak tuntas

23 Nuraskin P 70 70 Tuntas

24 Qadri Alfi Syahrin L 70 80 Tuntas

25 Rasya Muntasir L 70 50 Tidak tuntas

26 Reva Nabila P 70 70 Tuntas

(6)

27 Rora Syafira P 70 50 Tidak tuntas

28 Salsabila P 70 80 Tuntas

29 Satirah Nazla P 70 60 Tidak tuntas

30 Siti Rahmah P 70 70 Tuntas

31 Zaharatun Nafis P 70 50 Tidak tuntas

32 Zara Nazifa P 70 60 Tidak tuntas

Jumlah 1930

Jumlah Rata-rata 60,31

Persentase (%) 40,63%

Berdasarkan Tabel 1, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 40,63 %. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 80. Nilai rata-rata pada pretest adalah 60,31. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada Siklus I.

4.2. Hasil Penelitian Siklus I

Setelah penerapan metode visual pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi cahaya dan alat optik, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan metode Visual pada siklus I dapat dilihat pada 2.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Aprilia Syarma P 70 90 Tuntas

2 Aril Wira Fahroza L 70 60 Tidak tuntas

3 Dara Salsabila P 70 90 Tuntas

4 Dinda Oktaviani P 70 50 Tidak tuntas

5 Diva Ramadhani P 70 60 Tidak tuntas

6 hasanil Taqwim L 70 90 Tuntas

7 Haura Sovia P 70 80 Tuntas

8 Hirzan Al Aziz L 70 80 Tuntas

9 Khaira Fathia P 70 70 Tuntas

10 Khairun Nisa P 70 80 Tuntas

11 Khalida Zia P 70 50 Tidak tuntas

12 Khanza Sabila Tsabatia P 70 50 Tidak tuntas

13 M. Alfa reza L 70 90 Tuntas

14 M. Anisullah L 70 80 Tuntas

15 M. haikal Haris L 70 90 Tuntas

16 M. Ridhatul Tanzilal L 70 40 Tidak tuntas

17 Marisya Shifa P 70 60 Tidak tuntas

18 Muhammad Rizki L 70 100 Tuntas

19 Muna Arifa P 70 60 Tidak tuntas

20 Naila Rahmah P 70 100 Tuntas

21 Nailah Noerlija Afifah P 70 60 Tidak tuntas

22 Nikmatu walhida P 70 50 Tidak tuntas

23 Nuraskin P 70 90 Tuntas

24 Qadri Alfi Syahrin L 70 100 Tuntas

25 Rasya Muntasir L 70 60 Tidak tuntas

26 Reva Nabila P 70 70 Tuntas

27 Rora Syafira P 70 60 Tidak tuntas

28 Salsabila P 70 80 Tuntas

29 Satirah Nazla P 70 80 Tuntas

30 Siti Rahmah P 70 90 Tuntas

31 Zaharatun Nafis P 70 70 Tuntas

32 Zara Nazifa P 70 70 Tuntas

(7)

Jumlah 2350

Jumlah Rata-rata 73,44

Persentase (%) 62,5%

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretest sebelum penerapan metode Visual. Berdasarkan Tabel 2, dari 32 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan metode Visual terdapat 20 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 12 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 40.

Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 62,5%, dengan nilai rata-rata 73,44. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan penerapan metode Visual yang sama dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.

4.3. Hasil Penelitian Siklus II

Setelah penerapan metode Visual pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi cahaya dan alat optik , hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan metode Visual pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Aprilia Syarma P 70 100 Tuntas

2 Aril Wira Fahroza L 70 90 Tuntas

3 Dara Salsabila P 70 100 Tuntas

4 Dinda Oktaviani P 70 60 Tidak tuntas

5 Diva Ramadhani P 70 80 Tuntas

6 hasanil Taqwim L 70 90 Tuntas

7 Haura Sovia P 70 100 Tuntas

8 Hirzan Al Aziz L 70 80 Tuntas

9 Khaira Fathia P 70 80 Tuntas

10 Khairun Nisa P 70 100 Tuntas

11 Khalida Zia P 70 80 Tuntas

12 Khanza Sabila Tsabatia P 70 70 Tuntas

13 M. Alfa reza L 70 100 Tuntas

14 M. Anisullah L 70 80 Tuntas

15 M. haikal Haris L 70 100 Tuntas

16 M. Ridhatul Tanzilal L 70 60 Tidak tuntas

17 Marisya Shifa P 70 80 Tuntas

18 Muhammad Rizki L 70 100 Tuntas

19 Muna Arifa P 70 80 Tuntas

20 Naila Rahmah P 70 100 Tuntas

21 Nailah Noerlija Afifah P 70 80 Tuntas

22 Nikmatu walhida P 70 50 Tidak tuntas

23 Nuraskin P 70 100 Tuntas

24 Qadri Alfi Syahrin L 70 100 Tuntas

25 Rasya Muntasir L 70 80 Tuntas

26 Reva Nabila P 70 80 Tuntas

27 Rora Syafira P 70 60 Tidak tuntas

28 Salsabila P 70 100 Tuntas

29 Satirah Nazla P 70 80 Tuntas

30 Siti Rahmah P 70 100 Tuntas

(8)

31 Zaharatun Nafis P 70 90 Tuntas

32 Zara Nazifa P 70 80 Tuntas

Jumlah 2730

Jumlah Rata-rata 85,31

Persentase (%) 87,5%

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan Tabel 4.4, dari 32 siswa terdapat 28 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 87,5 % dengan nilai rata-rata 85,31. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.

4.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Penerapan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) yang tepat dalam pembelajaran, telah mampu mengubah pola belajar siswa menjadi lebih aktif. Setelah penerapan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing), aktivitas dan hasil belajar siswa terlihat menjadi lebih baik.

Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang memberikan peranan dalam proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran yang berlangsung pada materi cahaya dan alat optik masih bersifat konvensional. Dalam penerapan metode secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi cahaya dan alat optik. Mereka menganggap bahwa penerapan metode secara konvensional sangatlah membosankan, dan bahkan ada siswa yang merasa tidak tertarik untuk mempelajari IPA. Keadaan ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung bersifat pasif dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Penerapan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) dalam pembelajaran telah mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik terutama pada materi cahaya dan alat optik.

Penerapan metode Visual pada siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan hasil pretest siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam melakukan pembelajaran menggunakan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing).

Ketidaktuntasan yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan Pembelajaran menggunakan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) dan adanya kebiasaan buruk siswa untuk menganggap materi tersebut tidak penting. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti.

Berdasarkan hasil test, hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.

Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar, terlihat mengalami peningkatan yang baik terhadap hasil tes yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan metode Visual telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA pada siswa terutama pada materi cahaya dan alat optik. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.

(9)

Gambar 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan II

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan metode Visual hanya mampu memberikan persentase 40,63 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode Visual telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 62,5 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 87,5 % pada siklus II. Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.6.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1) Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 40,63 % pada pra penelitian meningkat menjadi 62,5 % pada siklus I dan meningkat menjadi 87,5 % pada siklus II.

2) Secara keseluruhan penerapan Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi Cahaya dan Alat Optik siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2017/2018.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan, maka disarankan:

1) Bagi Sekolah

Agar sekolah dapat mensosialisasikan metode pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2) Bagi Guru

Metode Visual (Learning by Observing and Picturing) dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA terutama pada Materi Cahaya dan Alat Optik

3) Bagi Siswa

Siswa kelas VIII MTsN 5 Pidie diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan tetap berani mengungkapkan pendapatnya dan tetap aktif dalam proses pembelajaran.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

[2] Asih W.W & Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: PT. Bumi Aksara [3] Meier, Dave. 2002. The Accelereted Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Series1 40,63% 62,50% 87,50%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

(10)

[4] Nurkancana, Wayan. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

[5] Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta [6] Salim. 2000. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

[7] Sholeh, Hamid. 2011. Metode Edutainment. Yogyakarta.Diva Press.

[8] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

[9] Sudjana, Nana. 2004. Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan Nonformal dengan Pengemabangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production

[10] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[11] Sukarno. 1973. Kajian IPA. Jakarta: Pustaka Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL), untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang

Bagi guru fisika diharapkan dapat menerapkan model problem based learning berbantuan alat peraga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

Telah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar fisika pada materi optik di MTs

Dengan dilaksanakannya penelitian ini guru bisa terinspirasi untuk menerapkan metode discovery learning pada pembelajaran IPA karena terbukti dapat meningkatkan hasil

Aktivitas guru yang baik dalam kegiatan pembelajaran dengan metode inkuiri membantu siswa meningkatkan hasil belajar kimia dengan materi sifat koligatif larutan di kelas

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa, meningkatkan hasil belajar dan respon siswa melalui metode praktikum berbasis lingkungan pada materi

metode eksperimen sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa yang optimal, (2) siswa aktif dalam

Hipotesis tindakan dalam penelitian adalah model Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar, kinerja guru dalam pembelajaran dan aktivitas belajar