• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kapasitas Kader Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peningkatan Kapasitas Kader Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Juni 2022 pISSN 2685-0303

49

Peningkatan Kapasitas Kader Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar

Bekerjasama Dengan Majelis Kesehatan ‘Aisyiyah Aceh

Sri Wahyuni1*, Sirajul Muna2

1Program Studi Kebidanan Program Profesi, STIKes Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, Indonesia, Jalan Ibrahim Yunus, Meunasah Manyang Pagar Air

Aceh Besar

2Program Studi Kebidanan Program Sarjana2, STIKes Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, Indonesia Alamat jalan hadiah krueng kalok V No. 8 Desa

Lambheu, Keutapang Aceh Besar

*11, rajuldarma80@gmail.com2 ABSTRAK

WHO dan UNICEF telah merekomendasikan kunjungan rumah pada masa neonatal dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi. Kunjungan rumah setidaknya dua kali bila kelahiran terjadi di rumah. Kunjungan pertama harus dilaksanakan dalam waktu 24 jam dan kunjungan ke dua pada hari ketiga. Jika memungkinkan, kunjungan ketiga harus dilaksanakan sebelum akhir minggu pertama (hari ke-7) (Organization, 2020). Berbagai penelitian juga mendukung kunjungan pada hari pertama dan ketiga postnatal dapat menurunkan kematian neonatal, termasuk bukti penelitian terbaru yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2019, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir setelah dilakukan kunjungan oleh kader (wahyuni, 2020). Masa pandemi covid-19, hampir seluruh pelayanan kesehatan mengalami perubahan kebijakan, diantaranya kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dan kader, kader dan bidan tidak dapat mengunjungi ibu nifas pada 7 hari pertama masa nifas, dimana hal ini sangat penting dilakukan untuk memantau kesehatan ibu dan bayi, selain itu juga terdapat pembatasan kegiatan dan program program strategis puskesmas diantaranya pelatihan kader, sehingga secara tidak langsung hal ini tentunya berdampak terhadap kualitas pelayanan kader. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar kader dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan bayi baru lahir. Berdasarkan data Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar jumlah bayi baru lahir pada bulan Januari s/d April 2020 adalah 194 orang, bayi yang mengalami resiko tinggi 22 orang karena berbagai faktor diantaranya Ikterus akibat kekurangan ASI di minggu pertama kelahiran, infeksi tali pusat, dan beberapa penyebab lainnya. Jumlah kader yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah sebanyak 160 orang dengan rincian, 5 orang kader untuk setiap desa, dimana jumlah desa sebanyak 32 desa. Adapun kader yang mengikuti kegiatan in berjumlah 30 kader yang mewakili masing masing desa. Metode pelatihan ini adalah ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan ketampilan kader dalam perawatan bayi baru lahir sebesar 7 %. Diharapkan kepada

(2)

50

Pimpinan Puskesmas Darul Imarah agar dapat merancang program pelatihan lanjutan selain pelatihan perawatan bayi baru lahir, dengan metode pelatihan yang menarik selain demonstrasi, agar kader dapat terus meningkatkan peran serta, dari segi pengetahuan dan ketampilannya. Peran kader dalam melakukan kunjungan rumah diharapkan dapat mendampingi bidan dalam upaya memberikan pendidikan tentang perawatan bayi sehari-hari sehingga dapat membantu ibu dan keluarga dalam melakukan perawatan bayinya terutama dalam minggu pertama kelahiran sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.

Kata Kunci : Peningkatan Kapasitas, Kader, Perawatan Bayi Baru Lahir Abstract

WHO and UNICEF have recommended that home visits in the neonatal period can improve infant survival. Home visits at least twice if the birth occurred at home. The first visit must be carried out within 24 hours and the second visit on the third day. If possible, the third visit should be held before the end of the first week (7th day) (Organization, 2020). Various studies also support visits on the first and third postnatal days to reduce neonatal mortality, including evidence from the latest research conducted in the working area of the Darul Imarah Health Center Aceh Besar in 2019, showing that there was an increase in the ability of mothers to care for newborns after visits by cadres. (wahyuni, 2020).

During the COVID-19 pandemic, almost all health services underwent policy changes, including home visits by health workers and lay health worker, lay health worker and midwives were unable to visit postpartum mothers in the first 7 days of the postpartum period, which is very important to do to monitor the health of mothers and babies. Besides that, there are also restrictions on activities and strategic programs of Puskesmas including lay health worker training, so that this will indirectly have an impact on the quality of lay health worker services. The purpose of this activity is for lay health worker to improve their knowledge and skills about newborn care. Based on data from the Darul Imarah Health Center in Aceh Besar, the number of newborns in January to April 2020 was 194 people, 22 babies who were at high risk due to various factors including Jaundice due to lack of breast milk in the first week of birth, umbilical cord infection, and several other causes. The number of lay health worker in the working area of the Darul Imarah Health Center is 160 people, with details, 5 lay health worker for each village, where the number of villages is 32 villages. The lay health worker who participated in this activity amounted to 30 people, representing each village. This training method is lecture, question and answer and demonstration. The results of the activity showed that there was an increase in the knowledge and skills of lay health worker in newborn care by 7%. It is hoped that the leadership of the Darul Imarah Health Center will be able to design advanced training programs other than newborn care training, with interesting training methods other than demonstrations, so that lay health worker can continue to increase the participation of cadres in terms of knowledge and skills. The role of lay health worker in conducting home visits is expected to be able to assist midwives in an effort to provide education about

(3)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Juni 2022 pISSN 2685-0303

51 daily baby care so that they can assist mothers and families in caring for their babies, especially in the first week of birth so as to reduce morbidity and mortality in newborns.

Keywords: Capacity Building, lay health worker, Newborn Care PENDAHULUAN

Pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan penanganan persalinan pada ibu bersalin yang sesuai standar, harus disertai dengan perawatan bayi baru lahir yang baik termasuk juga melakukan upaya-upaya dalam menurunkan kematian bayi. Kebiasaan atau Perilaku yang merugikan dalam pemantauan bayi baru lahir dapat meningkatkan resiko kesakitan terhadap bayi baru lahir. Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam merawat bayi baru lahir. Upaya untuk menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian neonatal sebanyak 18-42% (Sutan, 2014).

Terjadi perubahan yang sangat besar pada bayi baru lahir yakni pada seluruh sistem tubuh bayi. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Peningkatan kesehatan neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari. (Kemenkes RI, 2019).

WHO dan UNICEF telah merekomendasikan kunjungan rumah pada masa neonatal dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi. Kunjungan rumah setidaknya dua kali bila kelahiran terjadi di rumah. Kunjungan pertama harus dilaksanakan dalam waktu 24 jam dan kunjungan ke dua pada hari ketiga. Jika memungkinkan, kunjungan ketiga harus dilaksanakan sebelum akhir minggu pertama (hari ke-7) (Organization, 2020).

Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, kunjungan pertama harus dilakukan sesegera mungkin setelah ibu dan bayi pulang. Berbagai penelitian juga mendukung kunjungan pada hari pertama dan ketiga postnatal dapat menurunkan kematian neonatal, termasuk bukti penelitian terbaru yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2019, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir setelah dilakukan kunjungan oleh kader (Muna, S dan Wahyuni, S 2019).

Keterlibatan kader dalam menjalankan program pemerintah dibidang kesehatan akan memberikan manfaat yang tinggi terutama dalam menurunkan kematian neonatal (Lewin, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gorgia 2010 dan Lewin 2010 menemukan bahwa keterlibatan kader dalam memberikan perawatan neonatal di komunitas secara signifikan telah terbukti menurunkan jumlah kematian neonatal.

(4)

52

Kader sebagai anggota masyarakat yang selama ini telah diberdayakan untuk membantu mensukseskan program pemerintah di bidang kesehatan tentunya dapat terus dioptimalkan untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas kerja tenaga kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah. Namun karena keterbatasan ilmu pengetahuan tentang kesehatan yang tidak dimiliki melalui pendidikan formal dan latar belakang pendidikan yang berbeda maka para kader haruslah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu untuk dapat melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya.

Peran kader dalam melakukan kunjungan rumah diharapkan dapat mendampingi bidan dalam upaya memberikan pendidikan tentang perawatan bayi sehari-hari sehingga dapat membantu ibu dan keluarga dalam melakukan perawatan bayinya terutama dalam minggu pertama kelahiran sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita diharapkan akan terus mengalami penurunan. Intervensi- intervensi yang dapat mendukung kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi 10 per 1000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2024. Sementara, sesuai dengan Target Pembangunan Berkelanjutan, AKABA diharapkan dapat mencapai angka 18,8 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2030. (Kemenkes, RI, 2019).

Berdasarkan data Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar jumlah bayi baru lahir pada bulan Januari s/d April 2020 adalah 194 orang, bayi yang mengalami resiko tinggi 22 orang karena berbagai faktor diantaranya Ikterus akibat kekurangan ASI di minggu pertama kelahiran, infeksi tali pusat, dan beberapa penyebab lainnya.

Jumlah bidan yang ada di Kecamatan Darul Imarah saat ini adalah 80 orang.

Bidan yang tinggal menetap di desa berjumlah 23 orang dan ada 10 desa yang tidak ditempati oleh Bidan desa. Hal ini berdampak terhadap kunjungan rumah pada ibu nifas dan neonatus yang tidak dilakukan sesuai dengan jadwal kunjungan seharusnya.

Jumlah kader yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah sebanyak 160 orang dengan rincian, 5 orang kader untuk setiap desa, dimana jumlah desa sebanyak 32 desa.

Masa pandemi covid-19, hampir seluruh pelayanan kesehatan mengalami perubahan kebijakan, diantaranya kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dan kader, kader dan bidan tidak dapat mengunjungi ibu nifas pada 7 hari pertama masa nifas, dimana hal ini sangat penting dilakukan untuk memmantau kesehatan ibu dan bayi, selain itu juga terdapat pembatasan kegiatan dan program program strategis puskesmas diantaranya pelatihan kader, sehingga secara tidak langsung hal ini tentunya berdampak terhadap kualitas pelayanan kader.

Permasalahan

Setelah Pengabdi melakukan survey singkat di Puskesmas darul Imarah, pengabdi menyimpulkan beberapa permasalah diantaranya adalah :

1. Ibu nifas tidak mampu melakukan perawatan pada bayi baru lahir secara mandiri, seperti memandikan bayi, dan perawatan tali pusat, serta perawatan bayi lainnya, terutama pada ibu primi para.

(5)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Juni 2022 pISSN 2685-0303

53 2. Ibu sangat tergantung pada kunjungan yang dilakukan oleh bidan dan kader dalam melakukan perawatan bayi baru lahir..

3. Kader tidak dilibatkan dalam melakukan kunjungan rumah dalam perawatan bayi baru lahir. Sehingga terkadang ibu tidak mampu melakukan perawatan bayi tanpa bantuan bidan,

4. Masa pandemi, terdapat beberapa kebijakan dalam hal membatasi interaksi antar individu sehingga bidan dan kader tidak dapat melakukan kunjungan rumah, untuk memantau kesehatan bayi baru lahir dan ibu nifas.

5. Terdapat pembatasan kegiatan dan program program strategis puskesmas diantaranya pelatihan kader

6. Pada masa pendemi juga menyebabkan tertundanya beberapa program yang menjadi prioritas puskesmas salah satunya adalah pelatihan yang ditujukan untuk kader.

Tujuan Kegiatan

Adapun Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader, terutama dalam hal perawatan bayi baru lahir.

2. Melatih kader agar mampu memberikan bimbingan dan konseling kepada ibu nifas tentang perawatan bayi baru lahir, sehingga ibu dapat melakukan perawatan kepada bayinya secara mandiri.

3. Membantu bidan dalam melakukan kunjungan rumah untuk memantau kesehatan bayi baru lahir dan ibu nifas.

4. Meningkatkan kemampuan ibu nifas dalam melakukan perawatan bayi baru lahir secara mandiri.

METODE PELAKSANAAN Waktu Dan Tempat

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan pada bulan Desember 2021 di Di STIKes Muhammadiyah Aceh.

Sasaran Kegiatan

Sasaran dalam kegiatan pelatihan ini adalah kader yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar, dimana satu desa diwakilili oleh satu kader sehingga jumlah peserta adalah 30 orang

Langkah –Langkah Kegiatan

Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan kegiatan, yaitu merancang metode kegiatan, dimana kegiatan yang dilaksanakan terbagi menjadi beberapa sesi, berikutnya adalah merancang materi Pelatihan.

2. Menjalin kerjasama dengan pihak puskesmas untuk mengadakan pelatihan kader.

3. Menjalin kerjasama dengan ortom muhammadiyah, yaitu Majelis Kesehatan

„Aisyiyah Aceh, dimana salah satu program yang ada dimajelis tersebut adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui pelatihan kader.

4. Tahap Pelatihan kader yang meliputi :

(6)

54

a. Registrasi peserta.

b. Melakukan pemeriksaan suhu dan membagikan faceshiels/masker kepada peserta, segbagai upaya pencegahan penularan covid.

c. Pembukaan d. Pre Test

e. Pemberian buku saku kader “pedoman kader seri kesehatan anak”.

f. Pemaparan materi pelatihan.

g. Melakukan demonstrasi tentang cara-cara melakukan perawatan bayi baru lahir h. Pembagian snack dan makan siang

i. Melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan.

Teknik Penyelesaian Masalah

Teknik penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan metode Ceramah dan Demonstrasi.

Alat Ukur Ketercapaian

1. Dapat hadir pada saat pelatihan berlangsung, dapat dilihat dari absen kehadiran.

2. Mengikuti kegiatan secara keseluruhan, dapat dilihat dari absen kehadiran.

3. Keaktifan peserta dalam mengikuti kegiatan, dapat dilihat dari antusias peserta dalam memberikan pertanyaan ataupun, pendapat pada saat materi diberikan.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan, dapat dilihat dari anket yang berisi questioner tentang perawatan bayi baru lahir.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Gambaran Umum Peserta

Kader yang mengikuti kegiatan ini berasal dari latar belakang yang berbeda beda, dengan uraian sebagai berikut :

Tabel 1.Gambaran Umum Kader

No Umur Jumlah Presentase

1 > 30 Tahun 13 Orang 43 %

2 < 30 Tahun 17 Orang 57 %

Jumlah 30 100 %

No Pendidikan Jumlah Presentase

1 SMA 13 Orang 43 %

2 PT 17 Orang 57 %

Jumlah 30 100 %

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar kader berumur dibawah 30 tahun, yaitu sebanyak 17 orang (57%), sementara itu dari segi pendidikan, sebagian besar kader berpendidikan Perguruan Tinggi, yaitu sebanyak 17 orang (57 %).

(7)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Juni 2022 pISSN 2685-0303

55 2. Hasil Pre dan post Test

Tabel 2. Pre Test dan Post Test Berdasarkan Jawaban Yang Benar

No Pernyataan Pre Test Post Tes

Jawaban benar

% Jawaban benar

% 1 Bayi disusui segera setelah lahir dengan

meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

11 37 20 67

2 Keuntungan IMD dapat mengurangi risiko perdarahan ibu melahirkan.

9 30 18 60

3 IMD dapat mempercepat keluarnya kolostrum yang mengandung vitamin A dan berfungsi untuk zat kekebalan, pertumbuhan, mencegah bayi kuning dan mencegah alergi.

11 37 18 60

4 Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0)

diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1, mulai umur 0-7 hari.

7 23 19 63

5 Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B pada bayi.

11 37 15 50

6 Tali pusat yang kotor harus dibersihkan dengan air rebusan dan sabun kemudian segera keringkan secara hati-hati dengan menggunakan kain bersih.

16 53 19 63

7 Tali pusat agar cepat kering dan puput boleh dibubuhkan dengan obat tradisional seperti kunyit, abu dapur.

17 57 20 67

8 Tali pusat harus tetap kering dan terbuka (tidak dibalut), serta melipat popok di bawah pangkal tali pusat, di lakukan sampai tali pusat terlepas sendiri.

13 43 21 70

9 Saat lahir bayi tidak boleh segera dimandikan paling cepat dilakukan 6 jam setelah lahir.

16 53 20 67

10 Bayi yang demam atau pilek harus tetap dimandikan agar bayi bersih dan sehat.

12 40 19 63

11 Pada saat tali pusat bayi basah terkena air kencing , maka tali pusat bayi harus dicuci dengan air bersih

12 40 19 63

12 Bila tali pusat basah, berbau atau dinding perut disekitarnya kemerahan harus segera dibawa ke sarana kesehatan.

12 40 19 63

13 Suhu bayi yang normal adalah 36,5 - 37,5º C, yang dapat dipantau langsung oleh ibu.

14 47 19 63

14 Bayi yang sehat akan bergerak dengan aktif 11 37 15 50

(8)

56

yang diketahui dari gerakan tangan dan kaki.

15 Pernapasan bayi yang normal 40-60 kali permenit, yang dapat dipantau langsung oleh ibu.

13 43 20 67

16 Warna kulit bayi yang sehat harus berwarna merah muda (seperti pada wajah, bibir, dada dan selaput lendir mata) .

15 50 19 63

17 Bayi yang malas menyusu, demam, kejang, bayi kuning, tali pusat kemerahan harus segera dibawa ke petugas kesehatan.

15 50 20 67

18 Tali pusat yang mengalami infeksi akan terjadi perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat.

13 43 19 63

19 Bayi yang sakit berat kondisinya lemah, bergerak hanya jika dipegang.

13 43 21 70

20 Pada mata bayi terdapat nanah yang banyak bisa disembuhkan dengan ASI ibu.

11 37 22 73

21 Bayi yang buang air besar dengan tinja berwarna pucat adalah hal yang biasa terjadi pada bayi baru lahir.

11 37 20 70

22 Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

14 47 23 77

23 Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

12 40 20 70

24 Bayi baru lahir boleh berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu, larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diinstruksikan oleh dokter atas alasan-alasan medis.

6 20 24 80

Berdasar tabel 2. diatas dapat diketahui terjadi peningkatan jawaban yang menjawab benar, hal ini dapat dilihat dari jumlah dan persentasenya.

Tabel 3.. Pre Test dan post Test Berdasarkan Tingkat Pengetahan No Tingkat

Pengetahuan

Pre Test Post Test

F % F %

1 Tinggi 16 53 18 60

2 Rendah 14 47 12 40

Jumlah 30 100 30 100

(9)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Juni 2022 pISSN 2685-0303

57 Berdasarkan table 3. diatas dapat diketahui bahwa, pada saat pre test, tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 16 orang (53%), Sementara itu setelah post test pengetahuan yang tinggi sebanyak 18 orang (60 %). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kader mengalami peningkatan sebanyak 7 %.

Diskusi

Berdasarkan table 3. diatas dapat diketahui bahwa, pada saat pre test, tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 16 orang (53%), terjadi peningkatan pengetahuan setelah postest sebanyak 18 orang (60 %).

Menurut Lewin et al., (2010) pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar, yang dapat memberikan kemampuan seseorang menghasilkan sesuatu berdasarkan keyakinannya yang diperoleh dari pendidikan kesehatan melalui kader. Kader atau Lay Health Workers (LHWs) adalah seseorang yang menjalankan berbagai fungsi yang berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan melalui pendidikan kesehatan.

Peningkatan pengetahuan kader ini menjadi landasan agar kader dapat meningkatkan keterampilannya dalam memberikan penyuluhan kepada ibu nifas pada saat melakukan kunjungan rumah, pada 7 hari pertama masa nifas, selain itu juga dapat meningkatkan kunjungan pasca lahir yang dapat meningkatkan kesehatan bayi dan kepuasan ibu dan lebih meningkatkan perawatan secara individu.

Hasil olah data pada tabel 1.5 dari data distribusi frekuensi didapatkan hasil setelah mendapat pelatihan, pengetahuan kader mengalami peningkatan sebesar 7 %.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (wahyuni, 2020) bahwa dalam meningkatkan perilaku kader, diperlukan pemberdayaan masyarakat, dengan meningkatkan peran kader. Selain itu salah satu fungsi posyandu adalah sebagai media promosi kesehatan dan gizi, pemantauan pertumbuhan balita. Promosi kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. (Kemenkes, 2018) Oleh karena itu, pemberian informasi tentang perwatan bayi baru lahir di posyandu sangatlah penting, karena dengan begitu para kader memiliki bekal untuk memberikan penyuluhannya yang kepada para ibu nifas, agar ibu nifas dapat meningkatkan perawatan bayi baru lahir, agar ibu nifas dapat melakukan perawatan bayi baru lahir yang terdiri dari : menjaga kehangatan bayi, melakukan perawatan tali pusat dan memantau kesehatan bayi. (Maryunani & Nurhayati, 2012).

PENUTUP Kesimpulan

Pelatihan merupakan salah satu metode dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang, dalam hal ini adalah kader, dimana terjadi penigkatan pengetahuan kader sebesar 7 %.

Ucapan Terimakasih

Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) ini merupakan salah satu bentuk Tridarma Perguruan Tinggi di Lingkungan STIKes Muhammadiyah Aceh. Penulis menyadari bahwa PPM ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

(10)

58

1. Ditlitbang PP Muhammadiyah yang telah memfasilitasi dan mendanai kegiatan ini, sehingga kegiatan ini dapat terselenggara dengan baik.

2. Ketua STIKes Muhammadiyah Aceh, yang telah memfasilitasi dalam melakukan kegiatan ini.

3. Kepala Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar yang telah mengijinkan pengabdi untuk melakukan kegiatan ini di Wilayah kerja puskesmas Darul Imarah.

4. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang banyak berkontribusi dalam kegiatan ini.

Daftar Pustaka

Indonesia, K. K. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Indonesia: Kemenkes RI.

Kemenkes, (2018) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Lewin S, Babigumira S M, Glenton C, Daniels K, Capblanch X B, Wyk B E , Jensen O, Johansen M, Aja G N, Zwarenstein M & Schee, I B (2010) Lay health workers in primary and community health care for maternal and child health and the management of infectious diseases (Review), USA: John Wiley & Sons, Ltd.

Maryunani & Nurhayati (2012) Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Agung Wijaya.

Natawidjaja, R. (1989). Peranan Guru Dalam Bimbingan. Bandung: Ardabin.

Organization, W. H. (2020). Newborns: improving survival and well-being. United State: World Health Organization. Retrieved 03 25, 2020 from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/newborns-reducing-mortality Prayitno. (2007). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutan, R. (2014). Does Cultural Practice Affects Neonatal Survival-A CaseControl Study Among Low Birth Weight babies In Aceh Province, Indonesia.

BMCPregnancy and Childbirth, 324.

Wahyuni, S. M. (2020, April 20). Efektifitas Penkes Pada KunjunganRumah Oleh Kader DalamMeningkatkan Perawatan Bayi Baru Lahir. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 6(1), 101-113. Retrieved from http://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/671

Referensi

Dokumen terkait

RESULT AND DISCUSSION Based on Bruner’s theory above we make the scenario of learning for the material in order to calculate the area of triangle as the following this can be