• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan kemampuan mendeskripsikan unsur-unsur

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "peningkatan kemampuan mendeskripsikan unsur-unsur"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

104 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN UNSUR-UNSUR

INTRINSIK CERPEN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING VARIATIF PADA SISWA KELAS IX.4

DI SMPN 30 PALEMBANG1 Maryati Amna2

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IX.4 SMP Negeri 30 Palembang mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen menggunakan metode cooperative learning variatif. Subjek penelitian siswa kelas IX.4 SMPN 30 Palembang berjumlaj 36 orang terdiri dari 17 orang laki- laki dan 19 orang perempuan. Data awal penelitian diambil dari UH.Siswa yang mencapai KKM Hal ini terbukti dari hasil tes awal hanya 33,3% siswa memperoleh nilai ≥78 dari 36 orang siswa. KKM yang berlaku di SMP Negeri 30 Palembang seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 78 ke atas. Metode cooperative learning variatif adalah metode belajar kelompok/diskusi yang divariasikan dengan menulis hasil diskusi di atas kertas canttik (yang dihias siswa dengan kreativitasnya). Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa metode cooperative learning variatif dapat meningkatkan kemamapuan siswa mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas IX.4 di SMPN 30 Palembang.

Kata Kunci: cooperative learning variatif, unsur-unsur intrinsik

PENDAHULUAN

Pembelajaran menulis memberikan banyak manfaat bagi siswa yaitu:

mengembangkan kreativitas, menanamkan keberanian dan percaya diri, dan membantu siswa menuangkan ide, pikiran, pengalaman, perasaan dan cara memandang kehidupan. Melihat banyaknya manfaat yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis, seharusnya kegiatan menulis menjadi kegiatan yang diminati siswa. Meskipun demikian, kondisi realita pada siswa SMPN 30 Palembang, khususnya siswa kelas IX.4 menunjukkan bahwa menulis menjadi kegiatan yang masih sulit. Dalam pembelajaran mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen masih banyak siswa yang belum tuntas. Menurut pengamatan

1 Makalah seminar nasional dalam rangka Bulan Bahasa 2017, Palembang, FKIP Universitas

Sriwijaya.

2 Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 30 Palembang.

(2)

105 penulis, penyebab munculnya permasalahan di atas antara lain: kurangnya minat belajar siswa, kurangnya keseriusan, ketekunan, ketelitian, dan kurangnya pemahaman terhadap materi mengenai unsur-unsur intrinsik cerpen. Hal ini terbukti dari hasil tes awal hanya 33,3% siswa memperoleh nilai ≥78 dari 36 orang siswa yang terdiri dari 17 orang perempuan dan 19 orang laki-laki.. KKM yang berlaku di SMP Negeri 30 Palembang seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 78 ke atas.

Permasalahan pada penelitian ini adalah: “Bagaimana meningkatkan kemampuan siswa kelas IX.4 SMP Negeri 30 Palembang mendeskripsikan unsur- unsur intrinsik menggunakan metode cooperative learning variatif.

Enam langkah model pembelajaran kooperatif adalah: a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, b) Menyajikan informasi, c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, d) Membimbing kelompok belajar, e) Evaluasi dan pemberian umpan balik, f) Memberikanpenghargaan.

(http://mi1kelayu.blogspot.co.id/2012/06/model-pembelajaran-cooperative- learing.html).

Yang dimaksud dengan metode cooperative learning variatif adalah metode belajar secara berkelompok divariasikan dengan unsur seni pada kertas tempat siswa menuliskan kajian unsur unsur intrinsik hasil diskusi mereka di atas kertas cantik. Kertas cantik di sini maksudnya adalah kertas HVS yang sudah dihias/ digambar oleh siswa, yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran (dipersiapkan dari rumah). Dalam pelaksanaan poses pembelajaran guru akan memberikan reward kepada siswa yang aktif bertanya/menjawab pertanyaan/ merespon pembelajaran dengan memberikan stiker pada kertas kerja mereka. Kolaborasi penerapan cooperative learning dengan penggunaaan kertas cantik sebagai tempat menulis diharapkan dapat mempertinggi motivasi siswa dalam pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning variatif adalah 1) Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 4-5 orang, 2) Guru menjelaskan materi pembelajaran secara garis besarnya, 3) Guru memberikan, kesempatan bertanya kepada siswa, 4) Siswa membaca cerpen dengan cermat, 5)

(3)

106 Siswa berbagi tugas untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen yang dibaca, 6) Siswa mendiskusikan hasil kerja dalam kelompok untuk mencari mufakat jawaban yang benar, 7) Siswa menuliskan hasil diskusi dikertas cantik mereka masing-masing, 8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas, 9) Siswa saling mengoreksi antarkelompok atas hasil kerja mereka berdasarkan rubrik penilaian yang telah disusun bersama guru , 10) Siswa menempelkan hasil kerja mereka di papan produk.

Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berwujud prosa, ada bersifat fiktif dan ada pula yang bersifat nonfiktif. Cerita yang ditampilkan dalam sebuah cerpen biasanya hanya sepenggal cerita yang terjadi pada seseorang yang berfokus pada tokoh utamanya (Anindyarini, Yuwono, dan Suhatanto. 2008:

6).

Menurut Satyagraha Hoerif dalam Suyitno (2009:44) cerpen adalah cerita pendek, karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian. Apa yang terjadi di dalamnya lazim merupakan pengalaman atau penjelajahan. Cerpen juga dikelompokkan dalam karya sastra baru yang berwujud prosa yangmempunyai ciri-ciri: 1) Panjang cerita ± 10.000 kata, 2) Hanya mengandung satu gagasan tunggal, 3) Menyajikan satu kejadian yang paling menarik, 4) Selesai dibaca dalam waktu sekali duduk, 5) Berakhir dengan penyelesaian. Dalam setiap cerpen terkandung pula nilai-nilai yang dapat diteladani atau dipetik hikmahnya.

Menurut Soparni (2009: 138), ”Unsrur intrinsik adalah unsur terdapat dalam suatu karya sastra fiksi, yang sangat berperan membangun suatu karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur isi, yaitu tema, amanat, latar, alur, penokohan, pusat pengisahan, suasana, dan gaya bahasa.”

Tema adalah pokok pikiran atau inti permasalahan yang menjiwai seluruh cerita dan yang mendasari penciptaan sebuah cerita (Soetarno, 2008:256). Tema adalah dasar atau makna suatu cerita dan merupakan hal yang sangat mendasar, dan sebagai topik inti pokok dalam suatu karya sastra (Tarigan, 2007: 125).

Amanat adalah sesuatu yang terasa perlu untuk disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, berisi pesan atau harapan yang diinginkan oleh

(4)

107 pengarang melalui cerita, misalnya pesan ajaran moral, agama, pendidikan, perjuangan (Suparni 2009: 78).

Latar atau setting adalah tempat atau waktu terjadinya cerita, suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh tokoh cerita pada suatu waktu di suatu tempat. Latar atau setting ada dua macam, yaitu latar tersurat atau secara langsung dan latar tersirat atau secara tidak langsung. cerita (Soetarno, 2008: 259). Latar meliputi tempat, waktu , dan suasana.

Alur adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab-akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur ada tiga macam, yaitu alur maju atau alur lurus, alur mundur atau alur sorot balik, dan alur campuran atau gabungan. (Soetarno, 2008:259). Menurut Lubis (dalam Ratnawati, 2008), strukrtur alur sebuah cerita rekaan terdiri dari lima tahap, yaitu: 1) Penyituasian (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan). 2)Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak/ mulai ada konflik kecil. 3) Keadaan mulai memuncak/ konflik pada bagian awal belum selesai ditambah konflik yang baru. 4) Peristiwa mencapai puncaknya. 5) Pengarang memberikan pemecahan dari semua peristiwa/ penyelesaian.

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.. Berdasarkan wataknya, ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang memiliki watak yang baik, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang memiliki watak yang tidak baik atau watak yang tidak sesuai dengan keinginan pembaca.

Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik dalam keadaan lahir maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidup, sikap, keyakinan, cara berfikir, dan adat istiadat . Ada dua macam cara yang sering digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh ceritanya, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung.

Pusat pengisahan adalah siapa yang mengisahkan cerita dan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa yang bercerita itulah yang disebut dengan pusat pengisahan.Berdasarkan cara pengarang menuturkan

(5)

108 ceritanya sudut pandang meliputi: (1) Pengarang sebagai pelaku utama cerita. (2) Pengarang ikut main tetapi bukan sebagai pelaku utama, sering juga disebut sebagai pengarang jenis orang pertama pelaku sampingan, (3) Pengarang serba hadir. Dalam cerita dengan pusat pengisahan seperti ini, pengarang tidak berperan apa-apa. Pelaku utama cerita adalah orang lain; dapat dia atau kadang-kadang disebut namanya, (4) Pengarang meninjau. Dalam pusat pengisahan seperti ini pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang dilakukan pelaku cerita.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan penelitian yang dilaksanakan guru di dalam kelas berupa serangkaian riset dalam rangka memecahkan masalah yang terjadi dalam proses belajar-mengajar hingga masalah itu terpecahkan. (Hamdani, Nizar Alam dan Dody Hermana, 2008:44)

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 30 Palembang kelas IX.4 dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini apabila hasil belajar siswa (nilai siswa) secara klasikal 85% telah mencapai KKM ( nilai 78).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Tindakan

Sebelum menerapkan metode Pembelajaran cooperativ learning variatif, peneliti terlebih dahulu mengadakan tes awal sebelum tindakan (Siklus I).

Tabel: 3 Data Tes Awal (TO)

Rentang Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase

90 -- 100 Sangat Baik - -

78 -- 89 Baik 12 33,3 %

68 -- 77 Cukup 5 13,9 %

45 -- 67 Kurang 19 52,8 %

(6)

109

0 --- 44 Sangat Kurang - -

Jumlah 36

Nilai Rata-rata 70,6 Siklus I

Perencanaan

Perencanaan PTK pada standar kompetensi 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerpen. Kompetensi Dasar 7.1 Menemukan tema, latar, dan penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen dengan alokasi wktu 4 x 40 menit.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus pertama PTK dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan setiap pertemuan 80 menit (2 jam pelajaran). Materi pelajaran pada siklus I ini adalah Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen “Misteri Dua Karcis Pertunjukkan Musik” karya Kemala P. (Anindyarini dkk. 2008: 45 – 46).

Proses pelaksanaan cooperative learning variatif tersebut adalah 1) Siswa membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4- 5 orang, 2) Siswa membaca teks cerpen, 3) Guru membagikan lembar kerja mendeskripsikan unsur-unsur cerpen, 4) Siswa berdiskusi untuk mendeskripsikan unsur-unsur cerpen, 5) Siswa menuliskan hasil diskusi mereka di kertas kerja mereka masing-masing.

Pelaksanaan pertemuan ke-2 siklus I adalah: 1) Siswa membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4- 5 orang, 2) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan memberikan reward berupa stiker yang akan ditempelkan pada kertas keja mereka, 3) Masing kelompok diwakili oleh satu orang dari kelompoknya unuk mempresentasikan haisl diskusi mereka pada pertemuannya sebelummya, 4) Siswa saling mengoreksi hasil kerja mereka dengan rubrik penilaian yang sudah disepakati bersama dan menilainya, 5) Siswa mengumpulkan hasil kerja mereka kepada guru, 6) Guru memilih kertas kerja yang bernilai di atas KKM untuk ditempelkan di papan produk yang ada di kelas mereka, 7) Guru memberikan pujian dan menyebutkan siswa yang aktif dalam pembelajaran dengan ditandai dengan jumlah stiker yang didapat di kertas kerja

(7)

110 mereka. Siswa yang paling banyak memperoleh stiker dialah yang paling aktif dalam proses pembelajaran.

Observasi

Peneliti melaksanakan penilaian observasi pada saat berlangsungnya proses pembelajarn dengan metode cooperative learning variatif terhadap siswa untuk memperoleh data tentang: keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, kekreatifan siswa mendesign kertas cantik tempat menuliskan tugas mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen. Indikator penilaian observasi terhadap tugas yang dikerjakan siswa adalah: 1) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok , 2) Kekreatifan siswa dalam mendesign ketas kerja, 3) Kepercayaan diri dalam mempresentasikan hasil dikusi/ bertanya. Skor nilai masing-masing item 1s.d 3

Analilsis dan Refleksi

Data yang diperoleh pada siklus pertama dianalisis. Data tersebut peneliti kelompokkan menjadi 2, yaitu 1) Analisis data observasi, 2) Analisis data tes.

Simpulan Hasil Observasi Siklus I

No Poin Observasi Aspek dan banyaknya Jumlah

A B C

1 Keaktifan dalam

berdiskusi 11 20 5 36

2 Kekreatifan

mendesign kertas cantik

14 17 5 36

3 Percaya diri dalam

bertanya/presentasi 4 30 2 36

Analisis Data Tes Siklus I

Setelah proses pembelajaran dengan metode cooperatif learning variatif pada siklus pertama selesai, peneliti mengadakan tes akhir siklus pertama. Tes diberikan secara tertulis berbentuk essay. Setelah dievaluasi diperoleh nilai tertinggi 100 dan terendah 61 dengan nilai rata-rata kelas 79 .

Tabel: Nilai Siklus I

Rentang Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase

(8)

111

90 -- 100 Sangat Baik 6 16,67 %

78 -- 89 Baik 14 38,89%

68 -- 77 Cukup 5 13,89 %

45 -- 67 Kurang 11 30,56 %

0 --- 44 Sangat Kurang - -

Jumlah 36

Nilai Rata-rata 79,0 Ketuntasan Belajar

1. Perorangan

Siswa kelas IX 4 yang terdiri dari 36 orang, yang terdiri dari 17 orang perempuan dan 19 orang laki-laki, yang telah tuntas belajar (memeroleh nilai ≥ 78 (KKM) ada 20 orang atau sebanyak 55,56 %. Siswa yang belum tuntas ada 16 orang (44,54)%.

2 Ketuntasan Klasikal

Secara klasikal ketuntasan belajar bila 85 % siswa telah tuntas belajar (mencapai nilai ≥ 78, sesuai KKM ). Dari data hasil tes akhir siklus I di atas dapat dikatakaan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas.

Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan observasi dan analisis yang telah dilakukan, maka peneliti merefleksikan bahwa siklus pertama ditemukan beberapa kelemahan, sebagai berikut. 1) Sebagian kecil siswa masih bersifat pasif dalam arti mereka masih banyak yang pasif dalam diskusi kelompok, tidak berusaha mencari informasi untuk menyelesaikan soal, 2) masih ada siswa yang menyontek pekerjaan temannya, 3) Sebagian siswa masih belum menguasai materi pembelajaran menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen 5) Sebagian siswa masih belum teliti menjawab soal.

(9)

112 Dari hasil tes tindakan pada siklus I masih ada siswa yang belum mencapai tuntas belajar, maka peneliti masih perlu mengadakan tindakan siklus kedua dan akan dilakukan beberapa perbaikan terhadap kelemahan yang ditemui peda siklus pertama. Untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada siswa yang masih bersifat pasif, peneliti memberikan motivasi dan membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tugas dengan cara mendekati siswa tersebut dan berusaha menciptakan suasana akrab saat memberikan petunjuk untuk menyelesaikan soal agar siswa lebih mudah mendeskripsikan unsure-unsur intrinsik cerpen.

Simpulan Hasil Observasi Siklus I

No Poin Observasi Aspek dan banyaknya

Jumlah

A B C

1 Keaktifan dalam

berdiskusi 21 12 2 36

2 Kekreatifan

mendesign kertas cantik

25 9 2 36

3 Percaya diri dalam

bertanya/presentasi 11 23 2 36

Siklus II Perencanaan

Perencanaan PTK direncanakan pada standar kompetensi dasar 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerpen. Kompetensi Dasar 7.1 Menemukan tema, latar, dan penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen dengan alokasi wktu 4 x 40 menit.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus kedua PTK dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan setiap pertemuan 80 menit (2 jam pelajaran). Materi pelajaran pada siklus II ini adalah Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen “Pencuri Perangko Oscar” karya Maria Theresia Lahur. (Anindyarini dkk. 2008: 46 – 47). Setelah proses pembelajaran pada siklus kedua selesai, peneliti mengadakan tes akhir siklus

(10)

113 kedua. Tes diberikan secara tertulis berbentuk essay. Setelah dievaluasi diperoleh nilai tertinggi 100 dan terendah 78 dengan nilai rata-rata kela 97,5.

Tabel Nilai Siklus II

Rentang Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase

90 -- 100 Sangat Baik 23 63,89%

78 -- 89 Baik 13 36.11 %

68 -- 77 Cukup - -

45 -- 67 Kurang - -

0 --- 44 Sangat Kurang - -

Jumlah 36 100%

Nilai Rata-rata 79,0 Hasil Analisis Pelaksanaan Siklus II

Ketuntasan Belajar Perorangan

Dari hasil tes akhir pada siklus II semua siswa telah tuntas belajar (memeroleh nilai ≥ 78 (KKM). Nilai rata-rata hasil tes siklus II adalah 97,5 . Dengan cooperative learning variatif siswa telah dapat mencapai ketuntasan belajar. Dibandingkan dengan hasil akhir pada siklus I terdapat kenaikan yang signifikan. Pada siklus II ini siswa yang memeroleh nilai batas KKM (78) ada 3 orang dan 36 orang siswa telah memeroleh nilai di atas KKM. Tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Secara klasikal ketuntasan belajar bila 85 % siswa telah tuntas belajar (mencapai nilai ≥ 78, sesuai KKM ). Dari data hasil tes akhir siklus II di atas dapat dikatakaan bahwa secara klasikal sudah tuntas.

PENUTUP

Berdasarkan observasi dan analisis yang telah dilakukan, maka peneliti merefleksikan bahwa penelitian ini tidak perlu dilanjutkan. Penerapan pembelajaran menggunakan metode cooperative learning variatif dapat

(11)

114 meningkatkan kemampuan siswa kelas IX4 SMPN 30 Palembang menuliskan unsur-unsur intrinsik cerpen.

DAFTAR PUSTAKA

Anindyarini, Atika, Yuwono dan Suhar. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Depdiknas: Pusat perbukuan.

Hamdani, Nizar Alam dan Dody Hermana. 2008. Claasroom Action Research.

Jakarta: Rahayasa Research and Training.

Ratnawati, Latifah. 2008. Pendalaman materi untuk Guru SMP (Modul Sertifikasi Guru). Palembang: Universitas Sriwijaya.

Soetarno. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta:

Suparni. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Ganec. Exact.

Suyitno. 2009. Apresiasi Puisi dan Prosa. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

(http://mi1kelayu.blogspot.co.id/2012/06/model-pembelajaran-cooperative- learing.html).

Referensi

Dokumen terkait

Teaching writing is an effort made by teachers in developing students' writing skills through a learning process and experience (Harmer, 2004). Learning to write to