• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan keterampilan berbicara melalui metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peningkatan keterampilan berbicara melalui metode"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran mandiri sebagai strategi pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Belajar mandiri adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan tertentu dan meminta pertanggungjawabannya (Tukiran, dkk. Dalam metode belajar mandiri siswa harus mampu berbicara sesuai materi, mendiskusikan atau menyajikan materi, melakukan tidak berbicara sembarangan yang tidak ada hubungannya dengan materi.

Kemudian guru secara acak menugaskan salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan di depan kelas, siswa yang sedang mengerjakan, atau bahkan yang terlambat masuk ruangan, ditunjuk untuk menjawab dan mempresentasikan hasil pekerjaannya. c.Ciri-ciri metode belajar mandiri. Suyatno, tujuan belajar mandiri adalah untuk melatih keterampilan sosial dan sosial siswa di kelas agar tidak mendominasi pembicaraan atau berdiam diri sama sekali.” 1) melatih siswa berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Mengacu pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mandiri diterapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya siswa kelas XI.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan menyebutkan langkah-langkah belajar mandiri sebagai berikut: 1) Kondisi kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan langkah-langkah di atas dan sesuai dengan standar kompetensi yang akan diajarkan (Standar Kompetensi: Berbicara, mengungkapkan pikiran, perasaan dan berdiskusi), maka pemanfaatan pembelajaran mandiri dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia pada siswa kelas XI.

Tabel 2.1 Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No Nama siswa Aspek penilaian
Tabel 2.1 Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No Nama siswa Aspek penilaian

Kerangka Pikir

Apabila pada siklus I belum berhasil maka akan dilanjutkan pada siklus II yang pelaksanaannya sama seperti pada siklus I. Permasalahan yang terjadi pada siklus I tampaknya dapat diselesaikan pada siklus II sehingga pembelajaran keterampilan berbicara dapat terlaksana dengan baik. ditingkatkan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pendekatan tersebut, dalam perencanaan siklus kegiatan pembelajaran, menurut Aqib, terdapat empat tahapan utama, yaitu: “1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi, dan 4) tahap refleksi.

Fokus Penelitian

Hal yang termasuk dalam kategori ini ada dua, yaitu kehadiran siswa dan keaktifan siswa.

Prosedur Penelitian

Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan tindakan melalui metode belajar mandiri mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XI. Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan cara mengidentifikasi kondisi siswa selama proses belajar mengajar dan mencatatnya pada lembar observasi. Masih ada hal-hal yang kurang dalam upaya perbaikan dan pengembangan pada siklus II dengan tetap mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I. Hasil analisis siklus I menjadi acuan penulis untuk perencanaan siklus II agar hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan seharusnya, mungkin lebih baik dari siklus sebelumnya.

Pada dasarnya hal-hal yang dilakukan pada siklus II merupakan pengulangan terhadap kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. Selain itu juga dilaksanakan rencana-rencana baru untuk memperbaiki atau membuat tindakan-tindakan baru sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus tersebut. AKU.

Instrumen Penelitian

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode belajar mandiri pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Tes yang diberikan merupakan tes lisan yang diumumkan terlebih dahulu sebelum diskusi berlangsung. Tes berisi keterampilan yang harus dimiliki siswa pada saat berdiskusi dan diberikan pada setiap akhir diskusi dengan rentang nilai 0-100.

Setiap tes (tes pertama dan kedua) terdiri dari 5 indikator yang masing-masing memiliki bobot 20.

Teknik Pengumpulan Data

Masing-masing tes (tes pertama dan kedua) masing-masing terdiri dari 5 indikator yang masing-masing memiliki bobot 20. b) Data kualitatif yaitu data yang diambil dari lembar observasi selama proses belajar mengajar a) Data mengenai tingkat penguasaan materi Pembelajaran dicapai dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.

Teknik Analisis Data

Indikator Keberhasilan

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 dicatat dalam lembar observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran. Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahaminya sebanyak 76,04%, siswa yang aktif mengerjakan soal/soal 78,12%, siswa yang masih memerlukan bimbingan untuk mengerjakan soal 56,25%, siswa yang sukarela mengerjakan soal di papan tulis 43 ,75%, siswa yang aktif mengerjakan tugas latihan 88,54%, siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (bermain-main, membuat keributan, dll) 20,83%. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dicatat dalam lembar observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran.

Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahaminya sebanyak 35%, siswa yang aktif mengerjakan soal/soal sebanyak 65%, siswa yang masih memerlukan bimbingan dalam mengerjakan soal sebanyak 55,5%, siswa yang sukarela mengerjakan soal pada papan tulis sebanyak 57,5%, siswa 93,75% aktif dalam mengerjakan tugas praktik, 12,5% merupakan siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (bermain-main, membuat keributan, dll.). Sebanyak 108,75% siswa aktif mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga dapat dikatakan tindakan siklus II berada pada kategori sangat baik. Hasil evaluasi diperoleh dari nilai tes lisan yang diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran melalui metode belajar mandiri, pada setiap akhir siklus.

Analisis kuantitatif diperoleh nilai statistik deskriptif yang menunjukkan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode belajar mandiri, pada materi pidato di SMA Negeri 1 Sanggar Kabupaten Bima. Dari sebaran hasil evaluasi siswa siklus I terlihat bahwa dari 24 siswa terdapat 10 siswa yang tuntas hasil belajarnya dengan persentase 41,66%. Analisis kuantitatif diperoleh nilai statistik deskriptif yang menunjukkan hasil evaluasi siswa yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran mandiri keterampilan berbicara di SMA Negeri 1 Sanggar Kabupaten Bima.

Distribusi hasil evaluasi pada II. Level tersebut menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil evaluasi siswa yaitu terdapat 21 siswa yang tuntas hasil belajarnya dengan persentase 87,5% dan 3 siswa yang tidak tuntas hasil belajarnya dengan persentase 12,5%. Dari hasil observasi terlihat bahwa penggunaan metode self-directed learning yang dilakukan siswa kelas X.A SMA Negeri 1 Sanggar Kabupaten Bima dapat meningkatkan hasil belajar dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian siswa terdapat 10 siswa pada Tingkat 1 dengan persentase 41,66% kemudian meningkat menjadi 21 siswa dengan persentase 87,5% pada Tingkat II.

Karakter: Membentuk karakter siswa yang disiplin dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas dengan benar. Produk: Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan terhadap pidato yang didengarnya untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni bahasa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
  • Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
  • Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus I
  • Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus II

Pembahasan

Artinya ketuntasan belajar dengan menerapkan metode belajar mandiri dalam pembelajaran bahasa Indonesia telah tercapai secara KKM sebesar 65 dan secara klasikal sebesar 85%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa berbicara di kelas merupakan metode belajar mandiri

Dalam mengajarkan bahan ajar bahasa Indonesia hendaknya guru tidak hanya terpaku pada satu metode saja, namun dapat menggunakan beberapa metode. Melihat hasil penelitian yang diperoleh maka metode pembelajaran mandiri dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Proses : Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa diharapkan mampu memberikan respon kinetik terhadap tuturan yang didengarnya, disampaikannya, diajarkannya hingga meningkatkan apresiasi seni bahasa.

Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa diharapkan mampu memberikan respon verbal berupa komentar terhadap tuturan yang didengar, diberikan, diajarkan guna meningkatkan pemahaman seni bahasa. Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu memberikan tanggapan atau komentar terhadap isi tuturan yang didengarnya. Untuk membuat orang lain senang dengan tuturan yang menghibur, agar orang lain senang dan puas dengan kata-kata yang kita sampaikan (rekreasi).

Penilaian dalam proses dilakukan melalui observasi terutama pada saat bekerja sama, sedangkan penilaian produk (akhir pembelajaran) dilakukan melalui kinerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah: Dipresentasikan pada Seminar Regional Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, 5 Mei 2003.

Gambar

Tabel 2.1 Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No Nama siswa Aspek penilaian
Tabel 3.2 Teknik kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional
Tabel 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PEMBAHASAN Data yang akan dipaparkan dalam pembahasan ini merupakan hasil Dari data yang telah diolah bahwa dengan menerapkan media aplikasi Game untuk meningkatkan hasil belajar