E-ISSN: 2622-304X, P-ISSN: 2622-3031 Available online at:
http://proceedings.itbwigalumajang.ac.id/index.php/progress
Peningkatan Market Value Usaha Kecil Menengah (UKM) Gula Merah Melalui Desain Brand Labelling dan Kemasan
Mas’ud Hermansyah1, M. Faiz Firdausi2
Sistem dan Teknologi Informasi, Fakultas Sains Teknologi dan Industri, Institut Teknologi dan Sains Mandala1 Rekayasa Perangkat Lunak, Fakultas Sains Teknologi dan Industri, Institut Teknologi dan Sains Mandala2 Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Gula merah merupakan salah satu komponen nutrisi nira aren, termasuk kelapa dan aren.
Permintaan gula merah semakin meningkat, bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran untuk menjaga kesehatan dengan mengurangi konsumsi gula pasir dan menggantinya dengan gula merah. Usaha Kecil Menengah (UKM) gula merah di Dusun Kepel Desa Lojejer, Kecanatan Wuluahan, Kabupaten Jember merupakan salah satu usaha yang banyak dikembangkan oleh warga. Saat ini para warga pengusaha gula merah dituntut untuk lebih jeli dalam hal pemasaran untuk mempertahankan eksistensinya. Cara atau metode promosi yang digunakan untuk memasarkan produk, salah satunya adalah dengan brand labelling dan kemasan produk agar produk bisa lebih dikenal dan menarik minat beli konsumen lebih luas lagi. Dari hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan untuk meningkatkan manajemen pemasaran melalui teknik brand labelling dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha gula merah mampu melakukan kegiatan pemasaran produk gula merah dengan lebih baik sehingga dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan menggunakan model desain brand labelling dan kemasan dalam produk gula merah.
Kata Kunci: Gula Merah, Usaha Mikro Kecil, Brand Labelling
PENDAHULUAN
Dunia industri dan komersial berkembang dari waktu ke waktu, menghancurkan semua elemen yang tidak siap untuk berubah. Persaingan semakin ketat dan pesaing membuatnya semakin kompetitif dengan memperkenalkan produk serupa dan bahkan meningkatkan yang sudah ada.
Perubahan strategi bisnis untuk menjawab tantangan harus dilakukan seiring dengan perubahan yang terjadi di segala bidang. Persaingan di era perdagangan bebas menyebabkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan produk yang akan tersedia secara luas untuk konsumsi masyarakat (Nastain, 2017).
Produk yang tidak bisa membaca peta perubahan dan perubahan persaingan bisnis dengan menyesuaikan strategi bisnis tertinggal. Contohnya adalah produk atau perusahaan yang tidak berubah dalam waktu yang lama, pembeli atau pelanggan bosan, tidak melihat adanya inovasi dan mungkin beralih ke produk pesaing yang mungkin telah melakukan perubahan. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan perubahan pada produknya, dan salah satu perubahan yang harus dilakukan adalah rebranding produk. (Diarta et al., 2016; Yatminiwati et al., 2021).
Gula merah merupakan salah satu bahan makanan dari nira aren termasuk kelapa dan aren.
Permintaan gula merah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga kesehatan dengan mengurangi konsumsi gula pasir dan menggantinya dengan gula merah. Gula merah memiliki keunggulan seperti warna kecoklatan dan rasa yang khas serta memiliki indeks glikemik yang rendah dibandingkan gula pasir yaitu 35 (Otik et al., 2015).
Usaha Kecil Menengah (UKM) gula merah di Dusun Kepel Desa Lojejer, Kecanatan Wuluahan, Kabupaten Jember merupakan salah satu usaha yang banyak dikembangkan oleh warga. Saat ini para warga pengusaha gula merah dituntut untuk lebih jeli dalam hal pemasaran untuk mempertahankan eksistensinya. Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan informasi yang lebih luas lagi agar masyarakat dapat mengetahui adanya hasil produk gula merah yang merupakan salah satu hasil khas dari Dusun Kepel Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan.
Penguasaan media promosi untuk UKM gula merah Dusun Kepel Desa Lojejer ini hanya memasarkan produknya dari mulut ke mulut dan terbatas di sekitar Dusun Kepel Desa Lojejer, sehingga memerlukan cara atau metode promosi lain untuk memasarkan produknya, salah satunya adalah dengan brand labelling dan kemasan produk agar produk bisa lebih dikenal dan menarik minat beli konsumen lebih luas lagi. Pemasaran merupakan sebuah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan untuk tujuan mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Pemberian brand labelling yang terdapat dalam kemasan merupakan sarana penyampai informasi produk kepada konsumen. Hal ini akan memudahkan konsumen dalam mengidentifikasi produk dengan informasi yang terdapat dalam label seperti nama merek, alamat produsen, serta informasi lain terkait produk (Sari et al., 2020).
Untuk memungkinkan suatu usaha dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki terhadap apa yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka merek menjadi peran penting dalam pencitraan dan strategi pemasaran perusahaan (Wardano et al., 2018). Hal ini penting diterapkan pada kelompok UKM gula merah Dusun Kepel Desa Lojejer, karena selama ini belum terpikirkan oleh salah satu pengarajin gula merah Ibu Yana untuk menciptakan merek. Penerapan merek yang tepat pada produk dapat memberikan nilai tersendiri dan akan menjadikan identitas pada produk, yang nantinya akan mempunyai citra, baik itu citra yang positif ataupun citra yang negatif. Untuk mencapai tujuan pemasaran merek dan memuaskan keinginan konsumen, pemasar harus memilih komponen estetika dan fungsional yang tepat (Jonrinaldi, 2017). Pemberian merek pada UKM gula merah Dusun Kepel Desa Lojejer dapat menciptakan nilai tambah produk sebagai pembeda dengan produk sejenis, serta guna menjamin produk yang mereka miliki memiliki reputasi baik.
Berdasarkan permasalahan yang sedang dihadapi maka perlu dilakukan langkah-langkah yang terprogram dan terukur. Upaya tersebut perlu dilakukan sebagai jawaban atas permaslaahan yang selama ini dihadapi oleh Ibu Yana selaku salah satu pelaku usaha gula merah Dusun Kepel Desa Lojejer yaitu perluasan pangsa pasar dan peningkatan kualitas produk. Solusi dan target luaran dari kegiatan ini adalah terbentuknya model pengembangan usaha yang dapat meningkatkan marketshare dan meningkatkan branding produk gula merah. Beberapa program yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai upaya untuk pengembangan usaha gula merah Ibu Yana adalah dengan mengembangkan usaha dan perluasan pasar melalui penguatan branding produk gula merah.
METODE
Metode pelaksanaan dalam kegiatan ini yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi oleh Ibu Yana salah satu penghasil kerajinan gula merah di Dusun Kepel Desa Lojejer, yaitu dalam hal pengetahuan dan pemahaman dalam hal aspek pengembangan usaha dengan model desain brand. Secara garis besar metode dan tahapan pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha gula merah Ibu Yana selama periode pengabdian masyarakat dapat disusun sebagai berikut : 1. Observasi Lapang. Merupakan tahapan awalan yang dilakukan untuk menentukan objek dan
mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi. Pada tahap ini dilakukan penggalian informasi tentang berjalannya proses usaha gula merah milik Ibu Yana. Metode yang digunakan adalah berupa wawancara sekaligus pengamatan langsung pada objek yang dituju untuk bisa merumuskan permasalahan yang dihadapi (Sunarta & Ulza, 2019).
2. Penyusunan Program dan Jadwal Pelaksanaan. Pada tahap ini mulai dilakukan langkah- langkah penyelesaian permasalahan melalui beberapa alternatif program. Sekaligus disusun jadwal waktu pelaksanaannya mengingat program pengabdian masyarakat dibatasi waktu.
3. Pelaksanaan Kegiatan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dilakuakn dengan melibatkan berbagai pihak dalam waktu satu bulan efektif di lapang, monitoring, dan evaluasi pasca pelaksanaan (Dewi, 2021).
4. Evaluasi Tinda Lanjut. Tahap ini dilakukan sebagai upaya untuk memastikan keberlanjutan hasil dari program pengabdian masyarakat. Rencana tindak lanjut dapat dilaksanakan dan memberikan manfaat bagi pelaku usaha gula merah.
Tahap Observasi Lapang
Pada tahap ini dilakukan observasi langsung ke lokasi Ibu Yana selaku pelaku usaha gula merah untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi. Observasi dilakukan dirumah Ibu Yana untuk melihat kegiatan produksi dan melihat permasalahan yang sedang dihadapi. Metode yang dilakukan adalah berupa pengamatan langsung pada obejk yang dituju dan wawancara kepada pihak terkait yaitu pemilik usaha gula merah. Secara garis besar tahap-tahap dalam observasi lapang adalah sebagai berikut :
1. Kunjungan langsung ke rumah Ibu Yana selaku pelaku usaha gula merah di Dusun Kepel Desa Lojejer.
2. Observasi langsung pada proses produksi. Proses produksi gula merah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Produksi Gula Merah Sumber: Hasil observasi (2022)
Proses pembuatan gula merah Ibu Yana masih dilakukan secara tradisional. Proses perebusan atau pemanasan dilakukan selama 1-3 jam, tergantung banyaknya volume nira. Jangan lupa sambil di aduk hingga nira mendidih. Buih-buih yang muncul di permukaan ketika nira mendidih harus dibuang agar didapatkan gula merah yang tidak berwarna terlalu gelap, kering, dan tahan lama (Norseli, 2021). Untuk selanjutnya dilakukan proses pencetakkan gula merah, ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Pencetakkan Gula Merah Sumber: Hasil observasi (2022)
Cetakan yang umum digunakan adalah cetakan permainan Dakon. Cetakan harus direndam terlebih dahulu di air sebelum diguakan agar pelepasan gula mudah dilakukan. Waktu yang diperlukan pada tahap ini 30 menit-60 menit. Kondisi optimal suhu untuk gula dilepaskan dari cetakan adalah 30-40°C (Muchaymien et al., 2014).
Tahap Penyusunan Program
Setelah tahap observasi, selanjutnya dilakukan penyusunan program yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi Ibu Yana selaku pelaku usaha gula merah. Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka dirumuskan dengan memberikan motivasi kepada pemilik usaha tentang bagaimana upaya peningkatan pemasaran (Mariskhana & Murniyati, 2020), diantaranya :
1. Membantu menyusun strategi pemasaran yang tepat terkait pemasaran produk, yaitu dengan cara pelablean produk.
Label adalah bagian dari produk yang berisi informasi verbal tentang produk atau penjual.
Jadi, berdasarkan pengertian di atas, label sangat penting bagi produk karena label memungkinkan konsumen untuk mengenali dan mengingat produk karena produk tersebut sudah memiliki identitas yang berisi informasi tentang produk tersebut (Irrubai, 2015).
2. Memberi inovasi terhadap pembuatan kemasan baru produk gula merah.
Mengusulkan inovasi dalam pembuatan kemasan baru untuk produk gula merah. Pengemasan adalah kegiatan yang bersifat umum dan mengacu pada desain barang, yang menentukan bentuk pembuatan atau desain kemasan atau pengemasan produk. Jadi, kemasan dapat dikatakan sebagai desain dan pembuatan kemasan produk, yang meliputi pengemasan dan pembuatan kemasan produk (Susetyasari Th, 2012).
Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap ini kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan dengan tidak menggangu kegiatan produksi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini melibatkan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Dusun Kepel Desa Lojejer. Melalui beberpa program kerja yang sudah disusun, kegiatan pengabdian masyarakat diarahkan pada upaya pengembangan pasar melalui berbagai kegiatan. Diharapkan dapat merumuskan model dan strategi pemasaran yang teoat untuk mengembangkan usaha gula merah milik Ibu Yana dan diharapkan juga bisa menjangkau kepada pelaku-pelaku usaha gula merah di Dusun Kepel Desa Lojejer.
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Keberhasilan suatu program tidak akan dapat diukur tanpa ada monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaannya. Untuk itu selama kegiatan pengabdian masyarakat di Dusun Kepel Desa Lojejer, monitoring terus dilakukan. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini maka akan dilakukan penjadwalan ulang untuk dilakukan pendampingan agar pemasaran lebih luas dapat direalisasikan dan dikembangkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gula merah merek Ibu Yana ini diposisikan sebagai usaha kecil menengah yang produknya diutamakan dijual di kios dan toserba. Kelebihan gula merah adalah sehat dan aman bagi penderita diabetes. Gula merah dapat digunakan untuk campuran bumbu dapur, masakan, makanan dan minuman. Gula merah memiliki rasa yang khas jika dibandingkan dengan gula lainnya. Barang- barang yang dijual Ibu Yana diolah secara tradisional tanpa penambahan bahan kimia dan layak untuk dikonsumsi. Karena di tempat pengolahan produksi Ibu Yana, kualitas yang diutamakan adalah produk.
Berdasarkan bentuk produk yang disorot dalam layanan, yaitu gula merah, termasuk dalam klasifikasi produk. Karena produk tersebut dapat dilihat, dipegang, disimpan dan dipindahkan.
Produk gula merah ini merupakan salah satu produk yang awet, namun harus ditunjang dengan kemasan yang tepat. Dilihat dari tujuan penggunaan konsumen dan kegunaan produk yang digunakan, gula merah perlu dilakukan rebranding agar dikenal masyarakatsecara lebih luas.
Pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan mengenai penyuluhan manajemen pemasaran melalui teknik brand labelling pelaku usaha gula merah di Dusun Kepel Desa Lojejer melalui kegiatan kelompok usaha bersama adalah produk gula merah di-packaging dan diberikan nama brand/merek. Dalam kemasan tersebut terdiri dari 10 kg, dimana 1 kemasan 10 kg gula merah mampu menghasilkan 20-25 buah gula merah satuan. Produk labelling dan kemasan ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Brand Label Gula Merah Ibu Yana Sumber: Hasil olah metode (2022)
Pengaplikasian logo dilakukan pada setiap media desain kemasan. Penampilan identitas yang sederhana tersebut dilakukan karena produk yang dihasilkan masih bersifat tradisional dan berada pada pasar ekonomi kelas bawah dan menengah. Pada awalnya produk yang dihasilkan oleh para pelaku usaha tidak mempunyai identitas sama sekali, semua produk yang dihasilkan oleh masing- masing orang tidak dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
Gambar 4. Packaging Kemasan 10kg Sumber: Hasil penerapan (2022)
Disinilah peran mahasiswa sangat baik. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk memberikan informasi dan panduan tentang kemasan (package) dan branding (merek/identitas). Kemampuan mahasiswa dalam proses perancangan untuk memberikan konsep produk gula merah Ibu Yana ini sangat bermanfaat, salah satunya juga termasuk dalam membuat kemasan baru yang sebelumnya belum pernah ada, yaitu kemasan mini yang dikhususkan atau disediakan untuk para pelanggan yang ingin membeli dengan kemasan kecil atau juga bisa menjadi produk unggulan oleh-oleh khas Dusun Kepel Desa Lojejer. Produk kemasan mini ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Packaging Kemasan Kecil Sumber: Hasil penerapan (2022)
Identitas merek merupakan elemen yang sangat penting dimana identitas merek harus mewakili citra merek tersebut. Identitas merek harus dimiliki merek untuk menyampaikan citra UKM sesuai dengan karakter, visi dan misinya. Identitas merek dapat meningkatkan kesadaran merek masyarakat terhadap merek, dan karakteristik merek mudah diingat dengan bantuan representasi visual. Identitas merek yang tepat memudahkan target audiens untuk mengingat keberadaan merek tersebut, sehingga meningkatkan penjualan produk yang ditawarkan. Hal ini juga membuka peluang bagi pengusaha gula merah untuk mengembangkan pemasaran produk. Kemasan yang lebih aman dan lebih menarik secara visual semakin meningkatkan nama Gula Merah Bu Yana (Soesanto et al., 2014). Dengan demikian, konsumen akan lebih percaya saat akan memilih produk ini. Desain kemasan yang menarik merupakan sarana promosi yang paling penting bagi sebuah produk yang memiliki banyak pesaing seperti gula merah (Giovani & Purwohandoyo, 2019).
KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan untuk meningkatkan manajemen pemasaran melalui teknik labeling dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaku usaha gula merah mampu melakukan kegiatan pemasaran produk gula merah dengan lebih baik agar dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan menggunakan model desain brand labelling dan kemasan dalam produk gula merah.
2. Pelaku usaha gula merah mampu memahami pentingnya model desain brand labelling dan kemasan pada produk gula merah dan menerapkan dalam kegiatan usahanya.
3. Pelaku usaha gula merah Dusun Kepel Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan mampu memahami pengetahuan mengenai perbedaan biaya pemasaran dan harga pokok produk sehingga pelaku usaha dapat memperhitungkan laba rugi dengan benar.
REFERENCES
Dewi, M. F. (2021). Pelatihan Pemasaran Online Produk UMKM Lokal di Desa Cintamekar Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. Jurnal Pengabdian Masyarakat Institut Pemerintahan Dalam Negeri, 3–5.
Diarta, I., Lestari, P., & Dewi, I. (2016). Strategi Branding dalam Promosi Penjualan Produk Pertanian Olahan PT. Hatten Bali untuk Pasar Pariwisata Indonesia. Jurnal Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, 4(2), 170–187.
Giovani, G., & Purwohandoyo, J. (2019). Pengaruh Industri Gula Aren Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pemilik Industri di Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak.
Irrubai, M. L. (2015). Strategi Labeling, Packaging Dan Marketing Produk Hasil Industri Rumah Tangga Di Kelurahan Monjok Kecamatan Selaparang Kota Mataram Nusa Tenggara Barat.
Society, 6(1), 15–30. https://doi.org/10.20414/society.v6i1.1462
Jonrinaldi. (2017). Pengolahan Gula Semut Tebu di Nagari Bukik Batabuah Kabupaten Agam Sumatera Barat. Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Andalas, December.
Mariskhana, K., & Murniyati. (2020). Pelatihan E-Commerce Melalui Media Digital Marketing dalam Meningkatkan Omset Penjualan Pada Anggota Mersi Fans Club (MFC). Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika.
Muchaymien, Y., Rangga, A., & Nuraini, F. (2014). Penyusunan Draft Standard Operating Procedure (Sop) Pembuatan Gula Merah Kelapa (Studi Kasus di Pengrajin Gula Merah Kelapa Desa Purworejo Kec. Negeri Katon Kab. Pesawaran). Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 19(2), 205–217.
Nastain, M. (2017). Branding Dan Eksistensi Produk (Kajian Teoritik Konsep Branding Dan Tantangan Eksistensi Produk). CHANNEL: Jurnal Komunikasi, 5(1), 14–26.
https://doi.org/10.12928/channel.v5i1.6351
Norseli, R. (2021). Usaha Pembuatan Gula Merah Aren Sebagai Sumber Pendapatan Masyarakat Desa Teratay Kabupaten Tabalong. Jurnal Universitas Lambung Mangkurat.
Otik, N., Rizal, S., & Hartari, W. R. (2015). Survey Mutu dan Keamanan Gula Merah di Pasar Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung Teknologi Pertanian, 1(1), 1–15.
Sari, T. P., Juwariyah, N., & Prasetyo, I. (2020). Peningkatan Kemampuan Manajemen Pemasaran Melalui Teknik Pengemasan dan Labeling Produk Bagi UKM Tempe di Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang.
Soesanto, L. A., Tanudjaja, B. B., & Banindro, B. S. (2014). Perancangan Desain Kemasan Gula Aren Tradisional Produksi Desa Margolelo Rowoseneng. Jurnal DKV Adiwarna, Universitas Kristen Petra, 1(4), 1–12.
Sunarta, & Ulza, E. (2019). Pelatihan Branding dan Digital Marketing Produk Olahan Ikan Bagi Nelayandi Kp. Muara Desa Muara Binuangeun Kec. Wanasalam Kabupaten Lebak, Malingping, Banten. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Susetyasari Th. (2012). Kemasan Produk Ditinjau dari Bahan Kemasan, Bentuk Kemasan dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Minuman Mizone di Kota Semarang. Jurnal STIE Semarang, 4(3), 19–28.
https://media.neliti.com/media/publications/132997-ID-kemasan-produk-ditinjau-dari- bahan-kemas.pdf
Wardano, H., Badaruddin, M., & Ginting, S. (2018). Peningkatan Produksi Gula Merah UKM Desa Purworejo Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawanan Melalui Desain dan Rancang Bangun Tungku Biomassa Hemat Bahan Bakar. Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung, 10(1), 279–288.
Yatminiwati, M., Setyobakti, M. H., Sulistyan, R. B., & Ermawati, E. (2021). Social Entrepreneurship in MSME Development. International Journal of Environmental, Sustainability, and Social Sciences, 2(3), 239-243.