PENINGKATAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI PERMAINAN DADU DENGAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING KELAS 1 SD
Ifma Labaqotul Husna1*, Agustina Tyas Asri Hardini2
Pendidikan Profesi Guru, Universitas Kristen Satya Wacana Corresponding Author: Ifma, [email protected]
ARTICLE INFO Article history:
Received 22 September 2023
Revised 08 Oktober 2023
Accepted 19 November 2023
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta didik dengan model problem based learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilakukan dalam 2 siklus dengan mengacu model Kemmis dan Mc. Taggart . Subjek penelitian adalah kelas 1 sebanyak 21 peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes tertulis, kemudian dilakukan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dari data yang diperoleh. Penerapan model problem based learning pada sebelum dilakukan siklus, bahwa rata-rata minat belajar yang semula 68% kategori sedang dan siklus I masih dalam kategori sedang yaitu 71% kemudian dilanjutkan siklus II adanya peningkatan minat belajar peserta didik dengan rata-rata 82% kategori baik. Sedangkan untuk keaktifan rata-rata kelas pada prasiklus yaitu 67% kategori sedang, pada siklus I menunjukkan 72% dan untuk siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata yaitu 85% kategori sangat baik. Dengan demikian melalui model problem based learning selama pembelajaran melalui permainan dadu terbukti dapat meningkatkan minat dan keaktifan belajar pada pembelajaran matematika peserta didik kelas 1 SD Negeri Kecandran 01.
Kata Kunci : Minat, Keaktifan, Model Problem Based Learning How to Cite : Ifma Labaqotul Husna & Agustina Tyas Asri Hardini, “Peningkatan dan
Keaktifan Belajar Peserta Didik Melalui Permainan Dadu dengan Model Problem Based Learning Kelas 1 SD", Vol. 7, No. 2 (2023): 237-246
DOI : https://doi.org/https://doi.org/10.52266/
Journal Homepage : https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/
This is an open access article under the CC BY SA license
: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
PENDAHULUAN
endidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan bakat, minat serta potensi yang dimiliki seorang individu (Eka, dkk 2018:19).
Minat merupakan kecenderungan pada diri seseorang untuk tertarik pada suatu hal yang disenangi. Menurut Parnawi (2019:73) mengemukakan bahwa minat adalah sebuah kecenderungan yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara menetap dengan tujuan untuk memperhatikan beberapa aktivitas. Berdasarkan pendapat di atas dapat
P
disimpulkan bahwa minat merupakan suatu ketertarikan seseorang untuk memperhatikan atau terlibat dalam aktivitas belajar secara aktif. Yuliati Ikha (2022), mengatakan bahwa minat belajar dapat dilihat dalam hal : 1) tertarik dengan materi pelajaran, 2) selalu semangat dalam pembelajaran, 3) senang ketika mendapat tugas sekolah, 4) betah di kelas saatpembelajaran, 5) selalu berusaha memahami pelajaran, 6) selalu bertanya kepada guru saat menemukan kesulitan, 7) suka mengerjakan tugas individu tanpa mencontek, 8) selalu senang mengikuti ujian, 9) cmerasa kecewa jika guru tidak hadir di kelas, 10) merasa sedih jika tidak mengikuti pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran, keaktifan juga merupakan factor penunjang tujuan pembelajaran. Keaktifan belajar merupakan suatu proses pembelajaran yang membuat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, mereka tidak hanya sebagai penerima tentang apa yang diberikan guru saja, namun juga ikut berpartisipasi baik itu secara fisik ataupun mental. Kristin, & Astuti (2017:157) keaktifan belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana peserta didik bekerja atau berperan aktif dalam pembelajaran di kelas,sehingga dengan demikian peserta didik tersebut memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan aspek- aspek lain tentang apa yang telah dilakukan.
Menurut Rahmayanti (2022), bahwa keaktifan belajar peserta didik dapat dilihat dari beberapa indicator, yaitu : 1) memperhatikan penjelasan materi dari guru, 2) bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas, 3) menjawab pertanyaan dari guru, 4) mendengarkan penjelasan materi dari guru, 5) mencatat materi dari guru, 6) mengerjakan soal latihan dari guru, 7) memperhatikan presentasi kelompok lain, 8) memberikan pendapat atas masalah dan solusi, 9) berani mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, 10) mendengarkan presentasi kelompok lain, 11) berdiskusi dengan teman.
Berdasarkan hasil observasi di kelas 1 dan wawancara dengan guru kelas 1 SD Negeri kecandran 01, peserta didik kelas 1 yang berjumlah 21. Informasi yang diperoleh saat wawancara dengan guru kelas bahwa ada beberapa peserta didik kelas 1 sudah aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, namun terdapat juga peserta didik yang selalu ramai sendiri sehingga menganggu konsentrasi peserta didik lainnya, selain itu peserta didik sering merasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung, penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik perhatian peserta didik, peserta didik mengantuk dan menaruh kepala di meja saat pembelajaran sehingga pikiran mereka tidak tertuju ke pembelajaran, peserta didik yang masih memiliki rasa malu apabila ingin bertanya kepada gurunya, kurangnya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap materi pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada rendahnya ketuntasan hasil belajar matematika. Minat rata-rata kelas menunjukkan kategori sedang 67,3 % (14 peserta didik). Keaktifan rata-rata kelas menunjukkan sebesar 68, 3 % ( 11 peserta didik) berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil pra siklus untuk ketuntasan mata pelajaran matematika, peserta didik yang sudah tuntas sebanyak 57% (KKTP ≥ 70) sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 42%. Oleh karena itu, masalah yang dihadapi oleh peserta didik kelas 1 SD Negeri Kecandran 01 yaitu rendahnya minat dan keaktifan belajar.
Untuk meningkatkan minat dan keaktifan peserta didik dalam belajar bisa menggunakan suatu permainan sambil belajar yang akan menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka memiliki minat dan aktif dalam pembelajaran (Tania, 2021).
Aktivitas bermain sangat diminati oleh setiap anak, hal ini dibuktikan bahwa setiap waktu yang digunakan oleh anak-anak adalah bermain, hal ini karena pada kelas 1 yang merupakan masa peralihan dari taman kanak-kanak yang masih senang bermain-main dan masih semangat akan hal-hal yang baru. Selain itu dalam pembelajaran diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran agar lebih bermakna (Pratiwi, 2017).
Model pembelajaran adalah suatu prosedur sebagai pedoman guru untuk merencanakan pembelajaran di kelas dalam rangka mencapai suatu tujuan (Rofiana, 2020). Salah satu model pembelajaran yang digunakan peneliti dalam upaya meningkatkan minat dan keaktifan belajar yaitu model Problem Based Learning.
Purnaningsih (2019 : 367-375) menjelaskan bahwa model Problem Based Learning ialah suatu model strategi pembelajaran yang siswanya secara kolaboratif memecahkan masalah dan merefleksi pengalaman. Menurut Yuyun (2017) kelebihan model Problem Based Learning yaitu: a) proses pembelajaran bermakna bagi peserta dimana mereka belajar memecahkan masalah melalui penerapan pengetahuan yang dimilikinya, b) peserta didik dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara stimulan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, c) meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi dari dalam diri untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Dengan menggunakan model Problem Based Learning diharapkan peserta didik berpartisipasi secara aktif baik dalam pembelajaran, kegiatan berdiskusi serta memecahkan masalah yang diberikan untuk dicari solusi dari permasalahan tersebut, serta mempresentasikan hasil diskusi dengan baik dan bahasa yang mudah dipahami.
Solusi tersebut pernah dipergunakan di penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Akbar (2021) hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model Problem Based Learning mampu membuat peserta didik aktif terlibat dalam pembelajaran, mendorong peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah dalam situasi nyata, dan adanya komunikasi ilmiah dalam pemecahan masalah. Melalui model pembelajaran ini siswa juga akan terbiasa untuk berpikir tingkat tinggi dalam setiap tahapan pembelajarannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurrohim (2022) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase keaktifan belajar peserta didik meningkat siklus pertama, persentase keaktifan siswa sebesar 63% dan pada siklus kedua semakin meningkat menjadi 80%.
Dari hasil rata-rata pada siklus tampak bahwa keaktifan belajar dan keterlaksanaan PBL terkategori sangat baik karena sama-sama mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model PBL sangat cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Rofiana (2020) dengan hasil pada siklus I dan II dapat ditarik kesimpulan bahwa keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 13,97% dari 70,41% menjadi 84,38%. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah lebih mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru dengan
seksama, terlibat dalam pemecahan masalah, berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan tepat, mencari informasi dari berbagai sumber, dan melaksanakan diskusi kelompok secara aktif. Sehingga tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat dan keaktifan peserta didik dalam belajar Matematika melalui permainan Dadu dengan menggunakan model Problem Based Learning di kelas 1 SD Negeri Kecandran 01.
TINJAUAN TEORITIS
Minat merupakan kecenderungan pada diri seseorang untuk tertarik pada suatu hal yang disenangi. Menurut Parnawi (2019:73) mengemukakan bahwa minat adalah sebuah kecenderungan yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara menetap dengan tujuan untuk memperhatikan beberapa aktivitas. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu ketertarikan seseorang untuk memperhatikan atau terlibat dalam aktivitas belajar secara aktif. Kristin, & Astuti (2017:157) keaktifan belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana peserta didik bekerja atau berperan aktif dalam pembelajaran di kelas,sehingga dengan demikian peserta didik tersebut memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan aspek- aspek lain tentang apa yang telah dilakukan. Model pembelajaran adalah suatu prosedur sebagai pedoman guru untuk merencanakan pembelajaran di kelas dalam rangka mencapai suatu tujuan (Rofiana, 2020). Salah satu model pembelajaran yang digunakan peneliti dalam upaya meningkatkan minat dan keaktifan belajar yaitu model Problem Based Learning. Purnaningsih (2019 : 367-375) menjelaskan bahwa model Problem Based Learning ialah suatu model strategi pembelajaran yang siswanya secara kolaboratif memecahkan masalah dan merefleksi pengalaman
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif (PTKK) yang dilakukan di kelas 1 SD Negeri Kecandran 01 Salatiga pada pembelajaran Matematika. Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian praktis yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran di kelas (Arikunto, 2017:124). Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu penelitian untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran di kelas. Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Penelitian Tindakan Kelas Kemmis Mc. Taggart (Sumber : Arikunto, 2017)
Berdasarkan konsep pada alur di atas, pokok penelitian tindakan kelas model Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yakni: perencanaan (plan), tindakan (act) dan pengamatan (observ), serta refleksi (reflect). Prosedur penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan pengamatan/observasi, wawancara, dan tes tertulis. Lembar instrument digunakan untuk mengukur minat dan keaktifan peserta didik, wawancara digunakan untuk mengambil data/informasi dari guru kelas mengenai permasalahan di kelas, sedangkan tes tertulis digunakan untuk mengukur kemampuan hasil kognitif peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti menargetkan persentase keberhasilan peningkatan minat dan keaktifan belajar matematika secara klasikal adalah 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif (PTKK) dimulai dari tahap perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Keempat tahapan tersebut saling berhubungan satu sama lain karena setiap tindakan dimulai dengan tahap perencanaan dimana peneliti berkoordinasi dengan guru kelas dalam menyusun rencana pembelajaran, menyediakan lembar kegiatan dan membuat instrumen penelitian yang digunakan dalam tahap tindakan. Kemudian pada tahap tindakan yang dilaksanakan 2 kali siklus dengan model problem based learning. Setelah itu, dilakukan observasi terhadap guru dan peserta didik sebagai subjek penelitian.
Kemudian pada tahap refleksi dilaksanakan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, mengetahui kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi ini memberikan kemudahan untuk melakukan perubahan pada tindakan berikutnya
Prasiklus
Dalam pembelajaran ditemukan peserta didik yang sudah berani menjawab pertanyaan dari guru, dan ada juga yang berani bertanya kepada guru terkait materi yang belum dipahami. Namun, tidak semua peserta didik melakukan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas di kelas belum optimal. Peserta didik juga sering hilang fokusnya karena ada temannya yang mengajak bicara sendiri sehingga tidak memperhatikan guru di depan. Berdasarkan hasil prasiklus tersebut, maka dilakukan penelitian indakan kelas dengan model problem based learning untuk meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta didik pada pembelajaran Matematika Kelas 1.
Berikut tabel prasiklus hasil minat dan keaktifan belajar peserta didik.
Tabel 1 Minat Belajar Peserta Didik
Kategori Skala interval Jumlah peserta didik Persentase
Kurang 10-17 1 5%
Sedang 18-24 4 19%
Baik 25-31 13 62%
Sangat Baik 32-40 3 14%
Tabel 2 Keaktifan Belajar Peserta Didik
Pelaksanaan prasiklus ini ditemukan bahwa minat belajar peserta didik masih belum terlihat dengan nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 34 dengan rata-rata kelas 68,3
% dalam kategori sedang. Sedangkan keaktifan belajar pada prasiklus untuk skor terendah yaitu 22 dan skor tertinggi 37 dengan rata-rata keaktifan belajar peserta didik menunjukkan rata-rata kelas 67,3 % kategori sedang. Pada hasil tes kognitif prasiklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas 73 dengan KKTP ≥ 70.
Siklus I
Sebelum melakukan siklus, peneliti menyiapkan modul ajar, media pembelajaran, penilaian, lembar instrument. Pada pertemuan pertama guru menyampaikan tujuan dan aktivitas pembelajaran kemudian menayangkan video tentang berhitung, sehingga peserta didik mampu berpikir bagaimana cara menyelesaikan persoalan tersebut. Setelah itu guru mengajak peserta didik untuk bermain dadu dengan papan berhitung agar peserta didik memahami tentang berhitung penjumlahan dan pengurangan. Peserta didik dan guru saling berdiskusi terkait permasalahan pada topik pembelajaran. Pada pertemuan kedua peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok. Guru membagikan lembar kerja kepada peserta didik kemudian menjelaskan bagaimana cara pengerjaannya. Selanjutnya guru mengecek ke tiap kelompok dan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Kelompok lain memperhatikan dan diperbolehkan memberikan pertanyaan maupun sanggahan. Di dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dengan lembar instrument observasi. Di akhir pembelajaran, peserta didik mengerjakan soal evaluasi dan peneliti melakukan refleksi dengan menambahkan ice breaking agar peserta didik lebih kondusif dalam mengikuti pembelajaran dan memberikan pertanyaan pemantik pada pertemuan selanjutnya.
Berikut tabel siklus I hasil minat dan keaktifan belajar peserta didik.
Tabel 3 Minat Belajar Peserta Didik
Kategori Skala interval Jumlah peserta didik Persentase
Kurang 11-18 0 0%
Sedang 19-26 3 14%
Baik 27-34 11 52%
Sangat Baik 35-44 7 34%
Kategori Skala interval Jumlah peserta didik Persentase
Kurang 10-17 0 0%
Sedang 18-24 1 5%
Baik 25-31 3 14%
Sangat Baik 32-40 17 81%
Tabel 4 Keaktifan Belajar Peserta Didik
Penggunaan model problem based learning pada siklus I, terjadi peningkatan minat dan keaktifan belajar namun belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan oleh peneliti. Pelaksanan siklus I ini ditemukan bahwa minat belajar peserta didik dengan skor terendah 22 dan skor tertinggi 34 dengan minat rata-rata kelas 71 % dalam kategori sedang. Sedangkan untuk rata-rata keaktifan belajar peserta didik dengan skor terendah 26 dan skor tertinggi 37 dengan rata-rata kelas 72 % kategori sedang. Untuk rata-rata nilai hasil tes kognitif 76% kategori baik dan rata-rata kelas 76,2.
Siklus II
Setelah melakukan siklus I, guru telah melakukan refleksi untuk dapat memperbaiki pembelajaran selanjutnya di siklus II kemudian guru menyiapkan modul ajar, lembar penilaian, lembar instrument observasi. Pada pertemuan pertama, peserta didik diajak untuk menyelesaikan permasalahan tentang penjumlahan dan pengurangan sampai bilangan puluhan. Dalam mempermudah berhitung, guru menyediakan media konkret berupa sedotan yang bisa membantu peserta didik berhitung. Selain itu, agar pembelajaran lebih menarik dan mempermudah peserta didik, guru menyiapkan dadu dan tabel ular tangga. Peserta didik bermain dengan media tersebut dimana mereka bisa belajar penjumlahan dan pengurangan. Kemudian guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang berisi puzzle dimana puzzle tersebut berisi operasi hitung dan peserta didik menempelkan gambar puzzle tersebut sesuai jumlah dari operasi hitung tersebut.
Pada pertemuan kedua, peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya. Di dalam pembelajaran guru sekaligus mengukur minat dan keaktifan belajar peserta didik dengan bantuan lembar instrument observasi. Selanjutnya guru melakukan refleksi dengan mengaitkan pembelajaran matematika dengan pengalamannya agar peserta didik lebih memahami karena sudah pernah melakukannya.
Pelaksanan siklus II ini ditemukan bahwa minat belajar peserta didik sudah terlihat dengan skor terendah 31 dan skor tertinggi 44 dengan rata-rata kelas 82% dalam kategori baik. Pada variabel keaktifan belajar dengan nilai terendah yaitu 31 dan nilai tertinggi 44 dengan rata-rata keaktifan belajar peserta didik menunjukkan rata-rata kelas 85 % kategori sangat baik. Sedangkan untuk hasil tes kognitif siklus II menunjukkan rata-rata kelas 88% kategori sangat baik dan rata-rata kelas 87.
Berikut gambaran perbandingan diagram sebelum diberi perlakukan dengan model problem based learning dan sesudah siklus I dan siklus I dalam gambar 1.
Kategori Skala interval Jumlah peserta didik Persentase
Kurang 11-18 0 0%
Sedang 19-26 0 0%
Baik 27-34 10 48%
Sangat Baik 35-44 11 52%
Diagram 1 Peningkatan Minat dan Keaktifan Belajar Peserta Didik
Berdasarkan diagram perbandingan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta didik dimana di setiap siklus mengalami peningkatan. Pada sebelum dilakukan siklus, minat dan keaktifan belajar peserta didik yang semula rata-rata minat belajar peserta didik 67% pada siklus sebelumnya yaitu pada kategori sedang dan siklus I masih dalam kategori sedang yaitu 71% kemudian dilanjutkan siklus II adanya peningkatan minat belajar peserta didik dengan rata-rata 82% kategori baik. Sedangkan untuk keaktifan rata-rata kelas pada prasiklus yaitu 68% kategori cukup, pada siklus I menunjukkan 72% dan untuk siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata yaitu 85% kategori sangat baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indha (2021) bahwa penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Selain itu, penelitian ini juga selaras dengan penelitian oleh Ayu (2020) bahwa keaktifan dan minat peserta didik bisa ditingkatkan dengan mengaplikasikan model Problem Based Learning melalui langkah yang tepat dan runtut. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ismiyono (2020) adanya peningkatan minat dan keaktifan aktivitas peserta didik dari sebelum siklus, setelah siklus satu dan dua, antara lain; mendengarkan instruksi, bertanya, berdiskusi. Keunggulan dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian lainnya, yaitu dalam penelitian ini menerapkan model problem based learning yang tidak hanya dapat mengukur hasil belajar siswa, melainkan dalam penelitian ini model tersebut mampu meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta didik dengan menerapkan langkah-langkah PBL, mendengarkan dan melakukan arahan guru, dan sumber belajar lainnya. Selain itu, hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan soal tes berbentuk uraian agar siswa dapat lebih aktif dalam mencari jawaban. Dalam observasi di kelas dan wawancara dengan guru pun juga dilakukan untuk menunjang hasil yang diperoleh dari upaya meningkatkan minat dan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Namun, dalam penelitian ini terdapat kelemahan yaitu penelitian ini focus untuk mengukur minat dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika saja karena keterbatasan waktu, sedangkan penelitian ini bisa diperluas lagi dalam pembelajaran lainnya.
Prasiklus Siklus I Siklus II
Minat Belajar 67% 71% 82%
Keaktifan Belajar 68% 72% 85%
67% 71%
82%
68% 72%
85%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
SIMPULAN
Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan minat dan keaktifan kemampuan peserta didik pada pembelajaran Matematika kelas I membuktikan bahwa terjadi peningkatan minat dan keaktifan melalui permainan dadu dengan model problem based learning. Melalui kegiatan memecahkan suatu permasalahan peserta didik aktif, lebih bersemangat, dan antusias dalam mengungkapkan idenya, dan mampu terlatih dengan menyampaikan pendapatnya, ketika berkelompok dengan teman yang lain, peserta didik aktif dalam bekerja sama. Selain itu, guru dan peserta didik juga bisa mendapatkan pengetahuan baru dengan pengaplikasian model problem based learning.
Berdasarkan diagram perbandingan minat dan keaktifan belajar peserta didik yang semula rata-rata minat belajar peserta didik 67% pada siklus sebelumnya yaitu pada kategori sedang dan siklus I masih dalam kategori sedang yaitu 71% kemudian dilanjutkan siklus II adanya peningkatan minat belajar peserta didik dengan rata-rata 82% kategori baik. Sedangkan untuk keaktifan rata-rata kelas pada prasiklus yaitu 68%
kategori cukup, pada siklus I menunjukkan 72% dan untuk siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata yaitu 85% kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, model problem based learning dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta didik sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat membangun semangat peserta didik dan memberi pengalaman secara konkret, agar peserta didik dapat terbantu dalam memahami materi yang disampaikan, menjadikan peserta didik lebih aktif, merasa antusias, dan tidak cepat bosan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.
Kusmiati, E. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswapada Pembelajaran IPA Dalammemahami Konsep Hubungan Antara Struktur Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsi Dan pemeliharaannya. Jurnal Tahsinia, 1(1), 49–62.
Lena, I. M., Anggraini, I. A., Utami, W. D., & Rahma, S. B. (2020). Analisis minat dan bakat peserta didik terhadap pembelajaran. Terampil: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 7(1), 23-28.
Mayasari, Dian. 2019. “Penggunaan Matematika Realistik Melalui Media Autograph Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemecahan Masalah Matematis.” Musamus Journal of Mathematics Education 2(1):12–21.
Nurrohim, N. (2022). Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV Sekolah Dasar Negeri. Journal of Primary Education, 3 (1), 62-65.
Parnawi. (2019). Psikologi Belajar. Sleman: Deepublish.
Prasetyo, A. D., & Abduh, M. (2021). Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Discovery Learning Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1717-1724.
Pratiwi, W. (2017). Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 106-117.
Rahmayanti, Dita. “Pengaruh Kaeaktifan Bertanya Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Ilimiah PGSD 6, No. 1 (2022): 37
Rofiana, Aris Thobirin, Wahyu Hastini. (2020). Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Melalui Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas V SD. 1 (1), 10-14
Setyawati, S., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SD. Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan (JIPP), 6(2), 93-99.
Sispariyanto, E., Relmasira, S.C., Hardini, A.T.A., 2019. Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Discovery Learning Di Kelas Iv Sd. J. Cakrawala Pendas 5, 87–93.
Simbolon, N. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik. Elementary School Journal Pgsd Fip Unimed, 1(2).
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Wati, K., Armida, A., & Fatmawati, K. (2019). Meningkatkan Keaktifan Belajar Melalui Model Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ittihad Kota Jambi.
Yuliati Ikha “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan Matematika 05, No. 02, Juli (2021): 1163