• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA

LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Nini Mila Rahni1, Gusti Ayu Kadek Sutariati1, Teguh Wijayanto1, Zulfikar2, Rachmi Hariaty Hasan2

1Jurusan Agroteknologi Universitas Halu Oleo, 2Jurusan Ilmu Tanah Universitas Halu Oleo Correspondence author: zulfikar@uho.ac.id

Kota Kendari, 93232, Indonesia

Info Artikel Abstract

History Article:

Accepted (03-07-2023) Published (06-07-2023)

The Internal Partnership Program (PKMI) for faculty service is conducted in Warambe Village, Parigi District, Muna Regency, Southeast Sulawesi, with the target audience being the Labotoro Farmers Group. The issues encountered by the farmers' group include poor soil fertility, specifically low-quality land, and a lack of knowledge regarding the production of organic fertilizers based on secondary vegetation. The proposed solution and targets are to provide technical guidance and demonstrate the production of organic fertilizers for soil fertility enhancement, as well as to transfer this technological innovation to the farmers. The dissemination and adoption process of this technology is expected to increase farmers' income through increased production of yellow corn crops. The results obtained from the provided solution include an 85% increase in the understanding and knowledge of the members of the farmers' group regarding the utilization of secondary vegetation for organic fertilizer and soil fertility enhancement in their corn fields. The technology of utilizing secondary vegetation has not been previously implemented by the partner group, so this activity has contributed to the farmers' knowledge and skills in improving land productivity, especially within the Labotoro Farmers Group

Keywords:

Land productivity;

organic fertilizer;

secondary vegetation

Abstrak Kata Kunci:

produktivitas lahan, pupuk organik, vegetasi sekunder

Program Kemitraan Internal (PKMI) pengabdian dosen ini dilaksanakan di Desa Warambe Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, dengan mitra/khalayak sasaran Kelompok Tani Labotoro. Permasalahan yang dijumpai pada kelompok tani tersebut adalah kualitas lahan dalam hal ini kesuburan tanah yang rendah, pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik berbasis vegetasi sekunder yang minim. Solusi dan target yang ditawarkan adalah melakukan bimbingan teknis dan demonstrasi pembuatan pupuk organik untuk merekayasa kesuburan tanah, serta mentransfer inovasi teknologi tersebut kepada petani. Proses diseminasi dan adopsi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi tanaman jagung kuning. Hasil yang didapatkan dari solusi yang diberikan yaitu meningkatnya pemahaman dan pengetahuan anggota kelompok tani dalam pemanfaatan vegetasi sekunder untuk pupuk organik dan rekayasa kesuburan tanah pada lahan-lahan jagung mereka sebesar 85%. Teknologi pemanfaatan vegetasi sekunder belum pernah dilakukan oleh kelompok mitra, sehingga melalui kegiatan ini telah menambah pengetahuan dan keterampilan petani untuk meningkatkan produktivitas lahan petani khususnya pada kelompok tani Labotoro.

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/jpnus/index

Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

(2)

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Vol 3 No 1 (Juli - Desember 2023) pp. 51-60 Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) e-ISSN: 2776-3218 DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jpnus.v3i2.40471 Nini Mila Rahni. et.al

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman serealia terpenting di dunia baik sebagai pangan maupun pakan. Total produksi dunia menempati urutan ketiga, setelah gandum dan beras, dan dianggap sebagai makanan pokok di banyak negara, terutama di daerah tropis dan sub-tropis (Gao et al., 2020). Di Indonesia, terutama pengaruhnya terhadap perekonomian, jagung merupakan jenis tanaman pangan terpenting kedua setelah padi, yang memiliki persentase areal pertanaman terbesar setelah padi. Kebutuhan dan ketergantugan masyarakat terhadap beras sangat tinggi, sehingga jagung dapat berperan penting dalam pola menu makanan masyarakat setelah beras. Ditinjau dari segi gizi, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat (75,64 %), protein (10,68 %), lemak (1,78 %), kalori (361,30%) dan kadar air (11,17 %). Oleh karena itu, jagung berpotensi sebagai bahan pangan pengganti atau substitusi beras, hal ini dapat dilihat bahwa masih ada beberapa daerah di Indonesia menjadikan jagung sebagai makanan pokok (Lalujan et al., 2017).

Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang menjadikan jagung sebagai komoditas unggulan untuk mendongkrak perekonomian petani, disisi lain besar penduduknya menggunakan jagung sebagai makanan pokoknya. Produksi tanaman jagung di Kabupaten Muna tahun 2021 mencapai 23.722 ton dengan luas panen mencapai 10.821 ha atau rata-rata produksi mencapai 0,45 ton/ha (BPS, 2022), kondisi ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produksi nasional yang mencapai 10 ton/ha.

Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi jagung di Kabupaten Muna adalah tingkat kesuburan tanah dimana sebagian besar petani jagung di Kabupaten Muna membudidayakan tanaman jagung pada lahan kering marginal. Lahan marginal secara biofisik merupakan lahan dengan kualitas kesuburan tanah rendah dan curah hujan terbatas (FAO, 2022), mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah, bereaksi masam dengan pH tanah di bawah 5,5 dan kandungan hara N, P, K, Ca, dan Mg rendah serta tingginya Al dan Fe yang dapat meracuni tanaman (Karimuna et al., 2016 ; Yahya et al., 2020).

Mencermati kendala yang dihadapi tersebut diatas, maka diperlukan pemecahan masalah yang cukup strategis melalui introduksi teknologi secara komprehensif dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang terdapat sekitar areal lahan pertanian yakni vegetasi sekunder yang dapat dibuat sebagai bahan pupuk organik. Vegetasi sekunder yang umumnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik seperti Chromolaena odorata, C.

mucunoides, C. rotundus dan P. javanica. Pemanfaatan vegetasi sekunder bertujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara, memperbaiki struktur tanah dan infiltrasi air, mencegah erosi dan mengendalikan hama/penyakit yang berasal dari tanah (Sumiati W O et al, 2022).

(3)

terutama pada lahan-lahan marginal (Asnia et al., 2022; Natasya et al., 2022). Vegetasi sekunder mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesuburan tanah marginal dan meningkatkan produksi tanaman terutama tanaman jagung. Diharapkan melalui kegiatan ini akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi usaha peningkatan produksi tanaman jagung khususnya pada kelompok tani Labotoro di Desa Warambe Kecamatan Parigi Kabupaten Muna sehingga dapat menjadi kelompok tani yang lebih maju. Kegiatan pengabdian pada masyarakat melalui PKMI ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan, pelatihan dan bimbingan teknis serta pendampingan teknologi tepat guna dalam bidang peningkatan kesuburan tanah, sehingga orientasi kegiatan pengabdian dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.

METODE

Kegiatan PKMI ini merupakan kegiatan pengabdian dosen Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Kegiatan berlangsung selama bulan Mei Tahun 2023. Prosedur kerja dan strategi kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program PKMI ini, serta keterlibatan Mitra dalam setiap tahapan kegiatan akan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Persiapan kegiatan (peninjauan lokasi, konsultasi terkait rencana kegiatan bersama Mitra).

2. Penyuluhan pembuatan pupuk melalui pemanfaatan vegetasi sekunder dalam bentuk pupuk organik (yang akan dibuat sendiri oleh Mitra).

Mitra sasaran (Kelompok Tani Labotoro) sebagai pengadopsi dan pengguna teknologi selanjutnya akan terlibat secara langsung dalam setiap tahapan kegiatan, sehingga pemahaman dan implikasi teknologi dapat ditularkan secara lebih komprehensif dan aplikasi inovasi teknologi di tingkat pengguna (sasaran) pada akhirnya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Di samping itu anggota kelompok tani akan dapat menularkan setiap ilmu dan keterampilan yang dimiliki kepada anggota-anggota lainnya atau masyarakat sekitarnya, sehingga akan semakin banyak masyarakat yang dapat mengambil manfaat dari kegiatan PKMI ini. Sebagai kontrol atas berjalannya tahapan-tahapan kegiatan PKMI ini secara baik, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat target, maka akan dilakukan evaluasi secara berkala. Evaluasi mandiri akan dilakukan oleh Tim Pelaksana

Pelaksanaan kegiatan Lokasi Kegiatan

Kegiatan PKMI dilaksanakan pada kelompok tani Labotoro Desa Warambe Kecamatan Parigi Kabupaten Muna. Kelompok tani Labotor merupakan kelompok tani dengan usaha

(4)

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Vol 3 No 1 (Juli - Desember 2023) pp. 51-60 Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) e-ISSN: 2776-3218 DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jpnus.v3i2.40471 Nini Mila Rahni. et.al

budidaya tanaman jagung sebagai komoditas unggulan dan berjalan sudah lebih dari 10 tahun dengan luas lahan ± 35 ha.

Bimbingan Teknis

Kegiatan di kelompok tani mitra diawali dengan pertemuan antara tim pengusul dengan Kelompok tani mitra yang diwakili oleh penyuluh pertanian desa Warambe, dilanjutkan dengan praktek langsung di lapang. Penyuluhan, bimbingan teknis dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada khalayak sasaran tentang: (a) pentingnya merekayasa kesuburan tanah untuk peningkatan mutu dan kualitas lahan pertanian, (b) pemanfaatan vegetasi sekunder sebagai bahan pembuatan pupuk untuk rekayasa kesuburan tanah.

Praktek/Demontrasi

Praktek atau demonstrasi dilakukan untuk memberikan contoh nyata dan memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada kelompok tani sasaran, dalam hal pembuatan pupuk organik berbasis vegetasi sekunder untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehingga dapat diterapkan di kelompok tani. Anggota kelompok tani didorong untuk selalu terlibat aktif dan menjadi subjek dalam kegiatan ini. Mereka dilibatkan secara penuh didalam setiap aktivitas kegiatan. Tim PKMI mengawasi serta menjadi pendamping sebelum, selama, dan setelah kegiatan. Pembinaan ditekankan pula pada aspek non-teknis yakni pada pengubahan pola pikir (mindset) untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada, dan melakukan berbagai upaya untuk selalu produktif.

Rencana Keberlanjutan Program

Program ini merupakan salah satu model dalam rangka peningkatan pengetahuan petani untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui pemanfaatan sumberdaya local yakni vegetasi sekunder yang banyak tersedia dilahan-lahan petani. Terutama pada kelompo tani yang membudidayakan jagung dengan pola intensif, dimana kesuburan tanah menjadi salah satu kunci yang harus tetap dipertahankan untuk mendapatkan produksi jagung yang tinggi, yang secara langsung juga akan meningkatkan pendapatan bagi petani. Oleh karena itu program ini dapat berlanjut, karena dapat memberikan solusi bagi kelompok tani atau petani secara umum yang melakukan budiadaya jagung. Kedepan program ini akan tetap dilakukan oleh Tim pengabdian untuk memastikan terjadinya adopsi inovasi teknologi kepada petani.

(5)

Peningkatan pemahaman kelompok mitra tentang uapaya peningkatan mutu dan kualitas lahan pertanian melalui teknik pertanian terpadu

Kelompok mitra (Kelompok Tani Labotoro) melakukan budidaya tanaman jagung baik jagung local maupun jagung kuning/hibrida, dengan melibatkan anggota keluarganya, karena dengan kegiatan pertanian yang mereka lakukan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka. Lahan yang diusahakan pada kompleks pertanian Labotoro Desa Warambe Kec. Parigi Kab. Muna cukup luas, oleh karena itu pemanfaatan lahan (lahan kering) sebaik mungkin dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah agar dapat berproduksi secara berkelanjutan. Hal ini menjadi permasalahan utama yang ingin dipecahkan oleh kelompok mitra yakni peningkatan kesuburan tanah untuk mendapatkan produksi jagung yang optimal.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pemanfaatan lahan di kompleks perkebunan jagung Labotoro Desa Warambe adalah kesuburan tanah, karena selama ini belum dilakukan pemupukan sama sekali. Permasalahan ini secara umum merupakan permasalahan pengembangan pertanian di lahan kering (Kartiwa dan Dariah 2012) dan juga yang dirasakan oleh kelompok mitra sebagaimana diungkapakan oleh penyuluh pertanian Bapak La Dosi. Permasalahan ini dapat diatasi melalui penggunaan bahan organik untuk meningkatakan C-organik dalam tanah dan tersedianya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan berproduksi tinggi.

Adanya C-organik yang tinggi melalui aplikasi bahan organik, merupakan salah satu jawaban untuk meningkatkan kesuburan tanah, dimana sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam mempertahankan kesuburan dan produktifitas tanah melalui aktivitas organisme tanah. Munandar (2013) banyak sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh bahan organik. Bahan organik juga berperan dalam pembentukan agregat tanah (). Bahan organik tanah mampu memperbaiki bobot isi dan mampu meningkatkan indeks kestabilan agregat tanah (Sutono dan Kurnia 2012).

Tolaka (2013) mengungkapkan bahwa dengan pemberian bahan organik dapat memalui pupuk organik merupakan upaya yang wajib dilakukan hal ini disebabkan bahan organik tanah sangat berperan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan produksi pipilan kering tanaman jagung (Sipayung et al., 2014).

Penambahan bahan organik pada lahan pertanian dapat memanfaatkan vegetasi sekunder yang ada disekitar petani. Vegetasi sekunder biasanya dianggap sebagai gulma. Namun vegetasi sekunder tersebut perlu dikelola untuk dapat dimanfaatkan salah satunya

(6)

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Vol 3 No 1 (Juli - Desember 2023) pp. 51-60 Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) e-ISSN: 2776-3218 DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jpnus.v3i2.40471 Nini Mila Rahni. et.al

Gambar 2. Pelatihan pembuatan pupuk organik berbahan dasar vegetasi sekunder pada kelompok tani Labotoro Desa Warambe Kecamatan Parigi Kab. Muna

Meningkatnya pengetahuan kelompok mitra dalam mengolah bahan organik lokal/vegetasi sekunder menjadi pupuk organik sebagai bentuk meningkatkan kesuburan tanah

Permasalahan pengembangan pertanian pada lahan kering marginal seperti di Kabupaten Muna adalah rendahnya program diseminasi teknologi pada tingkat petani dan juga masih lambatnya adopsi teknologi (Adimihardja et al., 2008). Demikian halnya pada kelompk tani Labotoro yang telah puluhan tahun melakukan budidaya tanaman jagung, dan selama itu pula tidak melakukan upaya-upaya peningkatan kesuburan tanah dan hanya mengandalkan kesuburan tanah tanpa perlakuan pemupukan. Terdapat beberapa alasan mengapa hal tersebut terjadi diantaranya ketersediaan pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan juga rendahnya pengetahuan petani akan pemanfaatan vegetasi sekunder sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kebanyakan petani belum mengetahui akan cara tersebut, menurut penyuluh pertanian La Dosi yang mendampingi kelompo tani Labotoro di Desa Warambe Kecamatan Parigi Kabupaten Muna dapat dilihat dari hasil tanaman yang dibudidayakan oleh petani yang belum berproduksi dengan baik yang tentunya berdampak pada tingkat pendapatan petani.

Melihat permasalahan yang dihadapi oleh kelompok mitra, maka diperlukan Langkah konkrit dalam melakukan upaya-upaya peningkatan kesuburan tanah sehingga mendapatkan hasil atau produksi tanaman yang maksimal, karena dengan memperbaiki kesuburan tanah

(7)

1980, Rhoades, 1984, dan Watson, 1988) mengungkapkan beberapa pertanyaan mendasar dalam proses pengembangan teknologi, yaitu: (a) apakah paket teknologi tersebut dapat memecahkan permasalahan pokok yang dihadapi oleh petani?, (2) apakah pengguna teknologi mengetahui tentang teknik, cara, dan bahan yang digunakan?, (3) apakah pengguna mengetahui makna dan logika rasional yang terkandung dalam paket teknologi tersebut?, dan (d) apakah paket teknologi tersebut mampu beradaptasi terhadap permasalahan alamiah dan sosial ekonomi yang dihadapi oleh petani?.

Upaya peningkatan kesuburan tanah melalui teknologi pemanfaatan bahan organik lokal/vegetasi sekunder menjadi pupuk organik dilakukan dengan cara pelatihan dan praktek langsung agar adopsi teknologi dapat diterapkan oleh kelompok mitra.

Gambar 3. Ketua Tim PKMI Dr. Nini Mila Rahni memberikan penjelasan tentang hasi/produk dari pupuk organik berbahan dasar vegetasi sekunder dan perananya didalam tanah Pelatihan pembuatan pupuk organik berbahan dasar vegetasi sekunder pada kelompok tani Labotoro Desa Warambe Kec. Parigi Kab. Muna dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani, untuk dapat membuat pupuk organik dan dapat diaplikasikan pada lahan pertanian mereka. Vegetasi sekunder yang tumbuh dominan di sekitar lahan pertanian seperti komba- komba (Chromolaena odorata), daun gamal sering terabaikan dan menjadi gulma yang kehadirannya tidak dikehendaki. Bahan organik ini dapat dimanfaatkan karena memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organik tanah relatif rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan organik juga merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo,

(8)

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Vol 3 No 1 (Juli - Desember 2023) pp. 51-60 Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) e-ISSN: 2776-3218 DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jpnus.v3i2.40471 Nini Mila Rahni. et.al

pupuk bokashi yang kemudian diaplikasikan pada lahan kering sangat penting karena umumnya lahan kering memliki kadar bahan organik yang rendah (Helviani et al., 2021).

Selain sumber bahan organik dari vegetasi sekunder juga dalam prosesnya dicampur dengan kotoran sapi, karena kotoran sapi selain ketersedaiannya di alam sangat banyak, kotoran sapi juga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Kotoran sapi mengandung unsur hara seperti C-Organik, unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) (Hanafiah, 2007).

Pembuatan pupuk organik dilakukan langsung oleh anggota kelompok tani, terlibat secara aktif dalam pelaksanaanya. Adapun Langkah-langkah dalam pembuatan pupuk bokashi berbahan dasar vegetasi sekunder (Rakian et al., 2022) dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan vegetasi sekunder yang ada disekitar kita seperti daun gamal, komba- komba/chromolaena odorata, Calopogonium, rerumputan, dll

2. Mencacah vegetasi sekunder dengan ukuran yaitu 5 cm 3. Bila bahan berlignin tinggi, maka perlu dicacah lebih kecil lagi

4. Mencampur vegetasi sekunder dengan pupuk kandang dan dedak dengan dosis: 10:3:1 5. Melarutkan gula merah dan EM 4 dalam 5 liter air. Penambahan bahan kondisioner:

kotoran ternak/pupuk kandang, EM4 dan gula, bertujuan untuk menciptakan kondisi yang ideal bagi bakteri pengompos, sehingga proses dekomposisi berjalan dengan optimal

6. Menyemprotekan larutan dekomposer diatas tumpukan bahan organik, pupuk kandang dan dedak

7. Agar semua bahan tambahan bisa merata keseluruh bahan keseluruh permukaan bahan, perlu dilakukan pembalikan dengan tujuan menurunkan suhu dan menciptakan aerasi yang baik pada kompos

8. Bahan organik yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi yaitu ditutup dengan terpal plastik dengan tujuan menjaga kelembaban, suhu kompos dan agar tidak terjadi penguapan atau pencucian hara yang telah terbentuk

9. Terpal harus tebal, tahan panas dan tahan terhadap sinar matahari

10. Melakukan pembalikan bahan setiap 2 jm sekali atau ketika bahan menunjukkan peningkatan suhu mencapai 40-50 derajat Celsius

11. Setelah 4-7 hari dapat dilakukan pemanenan

12. Ciri bokashi yang telah matang dan berkualitas baik untuk dipanen adalah; (a) bahan berwarna coklat tua sampai hitam kecoklatan, (b) tekstur gembur, (c) bau kompos seperti bau tanah dan (d) tidak panas dan tidak derdapat belatung/ulat

Partisipasi dan keaktifan petani peserta dalam suatu pelatihan atau kegiatan dalam mengikuti tahapan program dapat menentukan tingkat keberhasilan program/kegiatan

(9)

diskusi (Muchtar et al, 2015; Wulandari et al, 2019). Selain itu, peran petani juga menentukan keberhasilan program dengan kemauan para petani peserta untuk mengimplementasikan semua tahapan program kegiatan dalam kehidupan mereka. Dalam kegiatan PKMI ini, peserta menjadi subjek utama dalam tahapan pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi yang tinggi (85%) dengan ditunjukkan dengan antusiasmenya yang tinggi, terutama dalam kegiatan diskusi dan tanya-jawab. Pada saat kegiatan ini, petani sangat aktif dalam melibatkan diri dalam praktek pembuatan pupuk, sekaligus banyak menanyakan mengenai materi yang merupakan hal yang baru bagi petani di Desa Warambe Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani tentang pembuatan pupuk organik berbasis vegetasi sekunder untuk meningkatkan kesuburan tanah.

2. Partisipasi kelompok tani dalam pelaksanaan program ini dinilai sangat baik (85%). Petani aktif melakukan diskusi dalam pelaksanaan program ini dan antusiasme petani juga ditunjukkan dengan keinginan petani untuk didampingi dalam implementasi dari kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Teknologi dan Strategi Pendayagunaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Badan Litbang Pertanian.

BPS. (2022). Statistik Daerah Kabupaten Muna 2022. BPS Kabupaten Muna.

https://munakab.bps.go.id/publication.html?page=2

FAO. (2022). Marginal lands : potential for agricultural development, food security and poverty reduction.

Gao, C., El-Sawah, A. M., Ismail Ali, D. F., Hamoud, Y. A., Shaghaleh, H., & Sheteiwy, M. S.

(2020). The integration of bio and organic fertilizers improve plant growth, grain yield, quality and metabolism of hybrid maize (Zea mays L.). Agronomy, 10(3), 1–25.

https://doi.org/10.3390/agronomy10030319

Hanafiah, K.A. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Husni, M. R., Sufardi, M. Khalil. 2016. Evaluasi Status Kesuburan pada Beberapa Jenis Tanah di Lahan Kering Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah

Karimuna, L., Rahni, N. M., & Boer, D. (2016). The Use of Bokashi to Enhance Agricultural Productivity of Marginal Soils in Southeast Sulawesi, Indonesia. Journal of Tropical Crop

(10)

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN VEGETASI SEKUNDER SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN JAGUNG DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Vol 3 No 1 (Juli - Desember 2023) pp. 51-60 Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) e-ISSN: 2776-3218 DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jpnus.v3i2.40471 Nini Mila Rahni. et.al

Kartiwa, B., dan A. Dariah. 2012. Teknologi Pengelolaan Air Lahan Kering. Dalam Dariah A, Kartiwa B, Sutrisno N, Suradisastra K, Sarwani M, Suparno H, Pasandaran E. editors.

Prospek Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. IAARD Press

Lalujan, L., Djakarsi, S., Tuju, T., Rawung, D., & Sumual, M. (2017). Komposisi Kimia dan Gizi Jagung Lokal Varietas “Manado Kuning” sebagai Bahan Pangan Pengganti Beras.

Jurnal Teknologi Pertanian, 8(1), 47–54.

Lestari, D. 2012. Analisis partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL PTT) di Desa Gerung Utara Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Pertanian Media Bina Ilmiah, Vol. 6, No. 3, pp. 70-77

Natasya, N., & Deno Okalia dan Seprido. (2022). Pengaruh Pupuk Hijau Kirinyuh (Chromolaena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.). 18(2), 525–

526.

Muchtar, K., Susanto, D dan Purnaningsih, N., 2015. Adopsi teknologi petani pada sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT). Jurnal Penyuluhan, Vol. 11, No. 2, pp. 176- 185

Rahni, N. M., Rakian, T. C., & Anas, A. A. (2022). Aplikasi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L .) Pada Lahan Suboptimal 02(01), 14–19.

https://doi.org/10.56189/bip0201.03

Rakian T C, Hamirul Hadini, Zulfikar, Resman, Agustono Slamet, La Ode Rustam, 2022.

Peningkatan Mutu Dan Kualitas Lahan Pertanian Masyarakat Melalui Rekayasa Kesuburan Tanah Dan Sistem Irigasi Springkler. Jurnal Pengabdian NUSANTARA (JPN) Universitas Halu Oleo. Vol 2 No 2 (Julii - Desember 2022) pp. 101.

DOI:http://dx.doi.org/10.33772/jpnus.v2i2.28358

Sadimantara, I. G. R., Rahni, N. M., Sabaruddin, L., & Halim. (2020). Effectiveness of Bokashi Fertilizer and Several Ecotypes on Peanut Growth on Dry Land in Ahuangguluri Village, Baito District, South Konawe Regency. J. Berkala Penelitian Agronomi, 8(1), 40–46.

Sipayung, E. S., G. Sitanggang, & M. M. B. Damanik. (2014), Perbaikan sifat fisik dan kimia Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu dengan pemberian pupuk organik Supernasa dan Rockphosphit serta pengarunya terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays L.). J. Online Agroekoteknologi,

Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2005. Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. Hlm. 169-222 Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agrklimat. Badan Litbang Pertanian

Sutono, S., dan Undang Kurnia. 2012. Baku Mutu Tanah pada lahan Terdegradasi di Daerah Aliran Sungai Citanduy, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Tanah dan Iklim.

Tolaka, W. 2013. Sifat Fisik Tanah pada Hutan Primer, Agroforestri dan Kebun Kakao di Subdas Wera Saluopa, Desa Leboni, Kecamatan Pamina, Peselemba Kabupaten Poso.

Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako. Warta Rimb

Wa Ode Sumiati, Nini Mila Rahni, Zulfikar, Z. (2022). Pengaruh Aplikasi Pupuk Bokashi Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays L .) Pada Lahan Kering. 02(04), 203–210.

Wulandari E, Supyandi D. dan Ernah (2019). Pelatihan pencatatan finansial usahatani di Kabupaten Garut. Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), Vol. 7, No.1, pp. 120-126

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH TAKARAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BEKAS GALIAN C PADA SERAPAN N DAN PERTUMBUHAN JAGUNG.. ( Zea mays

Pemanfaatan bahan pembenah tanah dan pupuk untuk memperbaiki kesuburan tanah dapat dilakukan dengan penambahan kapur, bahan organik dan pupuk NPK (Taufiq et al.,

Komposisi komunitas makrofauna tanah pada biotop hutan dan lahan pertanian yang diberi pupuk organik dan anorganik sebagai bioindikator kesuburan tanah.. Di dalam:

Inovasi pemanfaatan limbah kulit buah kakao pada pertanaman kakao berpotensi untuk diolah menjadi pupuk organik dalam bentuk kompos, berperan dalam memperbaiki sifat fisik

Hasil dilapangan menunjukkan bahwa sebesar (96,66%) responden atau sebanyak 29 orang petani selalu memilih menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keefektifan pupuk organik dari limbah rumah potong hewan terhadap kesuburan tanah

Pemanfaatan bahan pembenah tanah dan pupuk untuk memperbaiki kesuburan tanah dapat dilakukan dengan penambahan kapur, bahan organik dan pupuk NPK (Taufiq et al.,

Meskipun beberapa penelitian telah menguji pengaruh perbedaan antara pupuk organik dan pupuk kimia terhadap jagung manis Johnson, Colquhoun, Bussan, & Rittmeyer, 2010, namun penelitian