• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK

(Studi Kasus Pada Petani Jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan)

RINGKASAN

Oleh:

DIAH AWALIA RAHMAWATI 0710443015

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

MALANG

2012

(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Januari 2012

DIAH AWALIA RAHMAWATI NIM. 0710443015-44

(3)

iii

RINGKASAN

DIAH AWALIA RAHMAWATI. 0710443015. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik (Studi Kasus Pada Petani Jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, MSc sebagai pembimbing utama, Fahriyah, SP. M.Si sebagai pembimbing kedua.

Penelitian ini didasarkan pada adanya perkembangan ilmu pertanian dan ledakan penduduk yang menyebabkan kebutuhan pangan meningkat, sehingga saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk kimia sintetis serta penggunaan pestisida mengalami peningkatan, dengan adanya revolusi hijau tersebut mengakibatkan permasalahan yang disebabkan kesalahan manajemen di lahan pertanian seperti terjadinya pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia maupun pestisida.

Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, disamping itu juga terjadi kelangkaan pupuk dan pestisida sehingga harganya semakin mahal, dilain pihak harga jual hasil panen tidak mengalami peningkatan yang memadai dengan kenaikan harga inputnya, akibatnya pendapatan petani akan menurun. Dengan demikian penting artinya penelitian ini dalam rangka memperoleh masukan untuk peningkatan pendapatan petani.

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: ‘’Sejauhmana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani’’. Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik ; (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani.

Penelitian ini dilakukan di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Penentuan responden dilakukan dengan cara sensus, dengan jumlah 31 orang yang terdiri dari 14 petani jagung pengguna pupuk organik dan 17 petani jagung pengguna pupuk non organik.

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk melihat sejauh mana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani digunakan analisis uji beda dua rata-rata dan analisis regresi dengan dummy variabel penggunaan pupuk.

Hasil analisis tujuan pertama menunjukkan bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik. Perbedaan tersebut nyata pada = 0.011, hal itu dikarenakan biaya usahatani yang dikeluarkan pengguna pupuk organik jauh lebih rendah. Hasil analisis tujuan kedua menunjukkan bahwa variabel produksi jagung, biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan dummy pupuk berpengaruh nyata terhadap pendapatan dengan probabilitas sebesar 0,000. Artinya koefisien regresi yang diperoleh nyata pada

= 0.000 sedangkan biaya benih/ha tidak tampak pengaruhnya pada pendapatan/ha. Nilai koefisien dummy untuk jenis pupuk menunjukkan perbedaan fungsi pendapatan/ha dari usahatani jagung petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Koefisien tersebut nyata secara

(4)

iv

statistika pada = 0,227. Artinya pendapatan petani pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding petani yang tidak menggunakan pupuk organik.

Atas dasar hasil penelitian tersebut disarankan (1) Agar dapat meningkatkan pendapatan, perlu peningkatan penggunaan pupuk organik, sehingga struktur tanahnya menjadi lebih baik, dengan demikian produksi/ha dapat meningkat,

yang pada gilirannya juga akan meningkatkan pendapatan usahataninya. (2) Produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan

penyuluhan tentang budidaya jagung yang baik, sehingga tenaga kerja menjadi lebih terampil dalam berusahatani, dengan demikian produksi akan meningkat dan pendapatan juga meningkat. (3) Diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas sehingga bisa menyimpulkan pengaruh penggunaan benih terhadap pendapatan usahatani, karena secara teoritis penggunaan benih berpengaruh nyata terhadap produksi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pula pada pendapatan.

(5)

v

SUMMARY

DIAH AWALIA RAHMAWATI. 0710443015. The Effort of Increasing Farmers Income Through The Use of Organic Fertilizer ( Case Study on Corn Farmers at Surabayan Village, Sukodadi District, Lamongan Regency). Supervised by Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, M.sc and Fahriyah, SP. M.Si.

This study was based on the development of agricultural science and the population explosion that lead to the increases of demand for food, so the green revolution in Indonesia give significant results on food needs. The use of synthetic chemical fertilizers and pesticide use has increased, with the green revolution resulted in the problems that caused by mismanagement on agricultural lands such as the occurrence of pollution due to use of chemical fertilizers and pesticides.

The use of chemical fertilizers and pesticides that excessive resulted in environmental damage, as it also happens scarcity of fertilizer and pesticides so the price is more expensive, on the other hand the selling price does not yield a sufficient increase with the increased of input prices, resulting in farmers income will decline. Thus the significance of this study in order to obtain input to increase farmers income.

The main problem in this research is: ''How far the use of organic fertilizers can be increase farmers income''. The objective in this research are: (1) To analyze the costs and income of corn farming who use organic fertilizer and nonorganic fertilizer; (2) To analyze the factors that affected farmers income.

The research was conducted in the Surabayan Village, Sukodadi District, Lamongan Regency. And the research respondent determination by census, which the amount of 31 with consist of 14 corn farmers who use organic fertilizer and 17 corn farmer who use non organic fertilizer.

Method of data collection used in this study were interview, observation and documentation. To see how far the use of organic fertilizer can be increase farmers income using average different two test analysis and regresion analysis with dummy variable.

The results of the first objective analysis shows that the income of corn farmers users organic fertilizers is higher than not using organic fertilizers. The difference is significant at = 0011, that caused by the incure of organic fertilizer users was much low. The results of the second objective analysis shows that the variable of corn production, labor costs, fertilizer cost and dummy of fertilizer have real impact on income with a probability of 0.000, means the regresion coefficients significant at = 0.000. While the seed cost/ha did not appear the effect on income/ha. Dummy coefficient for the type of fertilizer indicated the different functions of the income/ha corn farmers who use organic fertilizers and farmers who

do not use organic fertilizer. That coefficients was significant statistically of = 0.227. That means the farmers income who use organic fertilizers was higher than

farmers who do not use organic fertilizers.

On the basis of that study suggested that (1) In order to increase the income, need to increase the use of organic fertilizers, than soil structure can be

(6)

vi

better, so the production/ha can increase, and than farmers income also increase. (2) To increase farmers income, productivity of labor must be increased by increasing the extension of the good corn cultivation, so the labor become more skilled in farming, than production can be increased and income will also increase. (3) Need continuing to research wider, so it can be concluded the influence of the use of seed to farmers income, because theoretically the use of seed real impact to production, than in turn will also affect the income.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik (Studi Kasus Pada Petani jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan).” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, M.Sc, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini. 2. Ibu Fahriyah, SP. M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Abdul Wahib M.Ms dan Ir. Heru Santoso, SU selaku dosen penguji atas saran yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Ir. Syafriyal, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian.

5. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Seluruh perangkat desa dan petani jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan yang bersedia meluangkan waktu untuk berbagi informasi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Malang, Januari 2012

(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban, pada tanggal 2 September 1989 dan merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Muiz dan Ibu Hj. Mardliyah.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aisiyah Bustanul Affal pada tahun 1993 lulus tahun 1995, dan melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 04 pada tahun 1995 lulus tahun 2001, lalu melanjutkan ke SMPM 12 Lamongan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMAM 1 Gresik pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang dengan Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

(9)

ix DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... ii SUMARY ... iv KATA PENGANTAR ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Tinjauan Teori Tentang Pupuk Organik ... 7

2.2.1. Pengertian dan Manfaat Pupuk Organik ... 7

2.2.2. Sumber Bahan Organik ... 7

2.3. Tinjauan Tentang Budidaya Jagung ... 10

2.3.1. Klasifikasi Tanaman Jagung ……… 10

2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ... 10

2.3.3. Budidaya Tanaman Jagung ... 10

2.3.4. Hama Penyakit Tanaman Jagung ... 11

2.4. Tinjauan Tentang Usahatani ... 12

2.4.1. Pengertian Usahatani ... 12

2.4.2. Penerimaan Usahatani ... 13

2.4.3. Biaya Usahatani ... 13

2.4.4. Pendapatan Usahatani ... 14

III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran ... 15

3.2. Hipotesis ... 18

(10)

x IV. METODE PENELITIAN

4.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 22

4.2. Metode Penentuan Responden ... 22

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

4.4. Metode Analisis Data ... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 28

5.1.1. Letak Topografi ... 28

5.1.1. Luas dan Batas Wilayah ... 28

5.2. Keadaan Penduduk ... 28

5.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 28

5.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 29

5.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 30

5.3. Kondisi Sektor Pertanian ... 31

5.3.1. Sumber Irigasi ... 31

5.3.2. Hasil Tanaman Pangan ... 31

5.4. Karakteristik Responden ... 32

5.4.1. Umur ... 32

5.4.2. Tingkat Pendidikan ... 33

5.4.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

5.4.4. Kepemilikan Lahan ... 34

5.4.5. Kepemilikan Rumah ... 35

5.4.6. Kondisi Fisik Rumah ... 35

5.4.7. Kepemilikan Alat Transportasi dan Informasi ... 36

5.4.8. Kepemilikan Alat Trasportasi ... 36

5.4.9. Pengalaman Usahatani ... 37

5.5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung ... 38

5.6. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani ... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 29

2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 30

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 30

4. Sumber Irigasi ... 31

5. Hasil Tanaman Pangan ... 31

6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 32

7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 33

8. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 34

9. Kepemilikan Lahan ... 34

10. Kepemilikan Rumah ... 35

11. Kondisi Fisik Rumah ... 35

12. Kepemilikan Alat Komunikasi dan Informasi ... 36

13. Kepemilikan Alat Transportasi ... 36

14. Pengalaman Usahatani ... 37

11. Rata – Rata Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ... 38

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Peta Lokasi Penelitian ... 51

2. Kuisioner Responden ... 52

3. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Biaya ... 59

4. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Penerimaan ... 60

5. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Pendapatan ... 61

6. Hasil Analsis Regresi Fungsi Pendapatan ... 62

(14)

xiv

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Istilah pertanian organik sudah lama dikenal oleh masyarakat luas, yaitu sejak ilmu bercocok tanam dikenal oleh manusia. Dimana pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah (Antara, 2002). Namun, sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia, maka kebutuhan pangan juga meningkat dan saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan, dimana penggunaan pupuk kimia sintetis, serta penggunaan pestisida mengalami peningkatan. Dengan adanya hal tersebut ditemukan berbagai permasalahan yang disebabkan kesalahan manajemen di lahan pertanian seperti terjadinya pencemaran pupuk kimia maupun pestisida, penurunan kualitas lahan, dan penurunan kesehatan manusia akibat kelebihan pemakaian bahan tersebut.

Di Indonesia, kasus keracunan pestisida mulai muncul pada pertengahan tahun 1990-an. Tahun 1995 di Brebes, Jawa Tengah, yang merupakan sentra penghasil bawang merah, dilaporkan ada beberapa buruh tani menderita kebutaan dan stroke. Diperoleh keterangan bahwa ternyata buruh tani tersebut setiap harinya terlibat langsung dengan pestisida kimia, yaitu sebagai tenaga penyemprot hama. Bahkan sepuluh tahun sebelum kasus di Brebes, juga dilaporkan adanya dampak negatif penggunaan pestisida di Kabupaten Tanah Karo, Sumetera Utara. Dari data rumah sakit paru-paru di kabupaten tersebut diperoleh bahwa 90% pasiennya merupakan petani yang setiap harinya akrab dengan pestisida (Firdaus, 2009).

Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari, sehingga mulai dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menjaga lingkungan lebih sehat agar dapat menghasilkan produk yang bebas dari pencemaran bahan kimia sintetis. Sejak saat itu mulai dilakukan kembali pertanian secara alamiah

(back to nature), yaitu dengan cara mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, serta penggunaan pestisida yang secara tidak langsung dapat menimbulkan kerusakan tanah.

(15)

xv

Selain bahaya atau efek yang ditimbulkan pupuk kimia, terjadi kelangkaan pupuk yang menyebabkan petani mulai mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Menurut Daniel (2008), produksi pupuk di tahun 2008 diperkirakan hanya 6 juta ton, sementara konsumsi meningkat mendekati 9 juta ton di tengah perkembangan perkebunan dan juga tanaman pangan. Hal tersebut menyebabkan petani merasa resah karena pemerintah juga menaikkan harga eceran pupuk 20 hingga 40 persen (Seponada, 2010). Namun, harga jual dari hasil panen tidak selalu mengikuti kenaikan sesuai harga sarana produksi tersebut, akibatnya pendapatan petani menurun.

Untuk mengatasi dan mengantisipasi terjadinya kelangkaan pupuk serta menjaga dan memperbaiki lahan dari kerusakan akibat kelebihan penggunaan pupuk anorganik, maka petani mulai berupaya untuk mengganti penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Dimana, pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang dapat berbentuk padat atau cair dan berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Peran pupuk organik tersebut ke depan sangat penting dan strategis, disamping dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah, penggunaan pupuk organik dapat secara langsung atau tidak langsung dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik. Dengan berkembangnya usahatani menggunakan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanah yang nantinya dapat meningkatkan produktivitas tanaman yang menyehatkan serta dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.

Seperti halnya tanaman jagung yang merupakan tanaman yang banyak diminati karena mengandung banyak manfaat, dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Permintaan jagung di pasar domestik semakin meningkat seiring berkembangnya industri pakan ternak dan pangan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk industri pakan ternak, sedangkan untuk kebutuhan bahan baku industri pangan sekitar 30%, sisanya untuk kebutuhan bibit dan benih (Arifin, 2007). Selama periode 2005-2009, rata-rata luas areal pertanaman jagung di Indonesia sekitar 3,75 juta ha/tahun. Luas areal pertanaman

(16)

xvi

jagung menduduki urutan kedua setelah padi sawah. Akan tetapi produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,67 ton/ha (Deptan, 2009). Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan pengolahan usahatani jagung belum sepenuhnya optimal. Menurut Zubachtirodin (2009), terindikasi bahwa peningkatan produktivitas jagung di Indonesia lebih ditentukan oleh perbaikan pengolahan usahatani daripada peningkatan luas panen. Perbaikan pengolahan usahatani salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik, dengan memanfaatkan bahan organik tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman jagung.

Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan adalah salah satu Desa di Lamongan yang berupaya untuk meningkatkan produktivitas atau peningkatan hasil panen jagung dengan menggunakan pupuk organik sebagai input usahataninya. Berkembangnya usahatani dengan penggunaan pupuk organik di daerah penelitian diharapkan dapat membangun kesuburan tanah secara alami dan dapat digunakan sebagai pengganti masukan dari penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produktivitas maupun hasil panen yang diinginkan, sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan petani.

Dari penjelasan diatas, maka dirasa perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan pupuk organik terhadap pendapatan, dalam kaitannya dengan sejauhmana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang sering dialami oleh petani di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan adalah terjadinya kelangkaan pupuk kimia yang mengakibatkan semakin meningkatnya harga pupuk. Hal tersebut menimbulkan keresahan bagi petani karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani mengakibatkan petani tidak dapat memperoleh pupuk dengan mudah dan menjadikan petani tidak bisa mengolah usahataninya dengan baik. Hal tersebut merupakan tantangan bagi petani di Desa Surabayan, untuk bisa mengantisipasi dan mencari solusi dari masalah tersebut. Pengembalian bahan organik ke dalam tanah atau

(17)

xvii

pemberian pupuk organik merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi dampak kelangkaan pupuk kimia dan juga dapat digunakan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif.

Rendahnya produktivitas tanah dan pencemaran lingkungan sering dirasakan petani akibat dampak penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan. Sebagian petani di Desa Surabayan menyadari bahwa produktivitas lahan yang semakin rendah telah menyebabkan menurunnya hasil panen. Menurunnya produktivitas tersebut menjadikan tidak dapat terpenuhinya hasil yang diusahakan, sehingga menimbulkan kerugian bagi petani. Untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah maka penggunaan pupuk organik seharusnya lebih ditingkatkan. Dalam hal ini, Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah yang telah mempraktekkan penggunaan pupuk organik dalam usahataninya. Salah satu tanaman yang diusahakan di desa tersebut adalah jagung, karena jagung mudah untuk dibudidayakan dan cenderung memiliki permintaan yang relatif tinggi. Dengan petani menggunakan pupuk organik sebagai input usahataninya, petani berupaya untuk dapat membangun kesuburan tanah, menjaga ekosistem lingkungan, dan meningkatkan produktivitas tanaman dalam jangka panjang, dengan harapan dapat menekan biaya usahatani yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani.

Berdasarkan uraian diatas, masalah umum penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut: “Sejauh mana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani”

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, dapat di rumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.

(18)

xviii

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap pendapatan petani.

2. Sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan pendapatan melalui penggunaan pupuk organik.

3. Sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik yang serupa.

(19)

xix

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Telaah Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan beberapa peneliti mengenai pendapatan petani dan penggunaan pupuk organik di beberapa daerah, terdapat berbagai perbedaan, persamaan, tujuan serta metode yang digunakan oleh masing-masing peneliti mengenai pendapatan petani. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hermawati (2006) mengenai studi penggunaan pupuk organik pada kelompok tani Musyawarah Tani I di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dimana penelitian tersebut ditujukan untuk menganalisis kuantitas, pendapatan serta faktor-faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan pupuk organik terhadap tanaman selada dan strowbery dengan menggunakan analisis uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan rata-rata petani pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding dengan petani pengguna pupuk anorganik, hal itu dikarenakan harga jual produk pertanian organik lebih tinggi dan total biaya yang dikeluarkan dari produk pertanian organik lebih rendah, sehingga pendapatan petani relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petani pengguna pupuk anorganik.

Dalam penelitian skripsi ini, metode analisis data yang dipakai adalah uji beda dua rata-rata dan analisis regresi fungsi pendapatan dengan dummy variabel. Sedangkan penelitian diatas menggunakan metode analisis uji beda dua rata-rata. Secara spesifik penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitian diatas, sehingga hasil penelitian diatas dapat digunakan sebagai pembanding dan masukan untuk penelitian skripsi ini.

Riskiardi (2001) meneliti tentang peningkatan pendapatan petani dengan usahatani sistem pertanian organik. Penelitian dilakukan pada petani buncis RW.13 Desa Sukopuro Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Penelitian tersebut dengan menggunakan metode analisis uji beda dua rata-rata (t hitung) untuk membandingkan tingkat produksi, biaya produksi dan pendapatan, serta analisis fungsi produksi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan petani

(20)

xx

usahatani sistem pertanian organik lebih tinggi dibanding dengan non organik. Hal itu dikarenakan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian organik lebih rendah dibandingkan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian non organik, walaupun produksi yang dihasilkan dari pertanian organik lebih rendah dari anorganik, akan tetapi harga jual dari pertanian organik lebih tinggi dari pertanian anorganik. Sedangkan hasil analisis fungsi produksi (cobb douglass) dapat diketahui bahwa penggunaan benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam usahatani sistem pertanian organik dan non organik berpengaruh nyata terhadap produksi.

Dalam penelitian skripsi ini, komoditas yang diteliti adalah jagung dan berlokasi di Desa Surabayan, sedangkan penelitian diatas komoditas yang diteliti adalah buncis yang berlokasi di Desa Sukopuro. Persamaannya adalah sebagian alat analisis yang digunakan, seperti analisis uji beda dua rata-rata. Sehingga dari hasil penelitian diatas dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian skripsi ini.

2.2.Tinjauan Teori Tentang Pupuk Organik 2.2.1. Pengertian dan Manfaat Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang mengandung senyawa organik, baik berupa pupuk organik alam atau senyawa bentukan maupun pupuk hayati (Sugito, et al,.

1995).

Menurut Candrawardhana (2010) pengertian pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia yang dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Penjelasan teori diatas merupakan landasan dari penelitian skripsi yang dilakukan, dimana pupuk organik merupakan pupuk alami yang baik untuk kesuburan tanah, peningkatan produktivitas tanaman dalam jangka panjang serta dapat mengurangi adanya pencemaran lingkungan serta kualitas dari hasil panen yang baik.

(21)

xxi

2.2.2. Sumber Bahan Organik

Menurut Atmojo (2003) sumber bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk dapat berasal dari: sisa dan kotoran hewan (pupuk kandang), sisa tanaman, pupuk hijau, sampah kota, limbah industri, dan kompos.

1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari jenis ternak, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, dan cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Hewan hanya menggunakan setengah dari bahan organik yang dimakan, dan selebihnya dikeluarkan sebagai kotoran. Penyusun pupuk kandang yang paling penting adalah komponen hidup, yaitu organisme tanah, pada sapi perah seperempat hingga setengah bagian kotoran hewan merupakan jaringan mikrobia. 2. Sisa Tanaman

Sisa tanaman dapat berperan sebagai suatu cadangan yang dapat didaurkan kembali untuk pengawetan hara. Di lingkungan petani, sebagian besar jerami padi digunakan untuk alas ternak dan sebagai pakan ternak. Untuk tujuan ini, sebagian besar hara yang terkandung dalam sisa, kemungkinan dikembalikan ke tanah dalam bentuk pupuk kandang jika kotoran ternak tersebut ditangani dengan tepat.

3. Pupuk Hijau

Bahan organik yang digunakan sebagai sumber pupuk dapat berasal dari bahan tanaman, yang sering disebut sebagai pupuk hijau. Biasanya pupuk hijau yang digunakan berasal dari tanaman legum, karena kemampuan tanaman ini untuk mengikat N2-udara dengan bantuan bakteri penambat N, menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi. Akibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat dengan waktu penanaman tanpa harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Tanaman dapat digunakan sebagai pupuk hijau apabila tanaman tersebut cepat tumbuh, bagian atas banyak dan lunak (succulent) dan kesanggupannya tumbuh cepat pada tanah yang kurang subur.

(22)

xxii

Sampah kota merupakan bahan organik dapat ditemukan di kota-kota besar. Suatu teknologi yang dapat direkomendasikan untuk pemanfaatan sampah kota adalah pengomposan. Sifat yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sampah kota adalah: (1) Adanya kontaminasi gelas, plastik dan logam, sehingga bahan-bahan ini perlu dikeluarkan dari bahan pupuk; (2) Kandungan hara, dimana nilai C/N bahan pada umumnya masih relatif tinggi sehingga perlu pengomposan; (3) Komposisi organik sampah kota sangatlah bervariasi, bahkan kadang-kadang terdapat senyawa organik yang bersifat racun bagi tanaman; (4) Terdapat banyak sekali macam mikrobia dalam sampah kota baik bakteri, dan fungi, bahkan perlu diwaspadai adanya mikrobia patogen bagi tumbuhan atau manusia.

5. Limbah Industri

Limbah organik dari industri sering merupakan masalah lingkungan yang menyulitkan dalam penanganannya. Suatu kelompok limbah industri yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai sumber hara untuk tanaman adalah limbah dari industri pemrosesan makanan. Beberapa masalah yang harus diperhatikan untuk diatasi dalam kaitannya dengan penggunaan limbah untuk pupuk antara lain : (1) adannya logam mikro dan atau logam berat (missal Zn, Cu, Ni, Cd, Cr, dan Pb), (2) kemungkinan adanya senyawa organik racun, (3) kemungkinan adanya bibit penyakit (patogen), dan (4) adanya kelebihan N lepas ke lingkungan. Oleh sebab itu, perlu diketahui secara cermat diskripsi menyeluruh industri yang bersangkutan, sehingga mengetahui bahan baku dan penunjang yang digunakan, serta proses perubahan yang terjadi, sehingga akan diketahui pula bahan ikutan yang mungkin terbawa dalam limbah industrinya.

6. Kompos

Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian bahan organik dari bahan dengan nisbah C/N tinggi (mentah) menjadi bahan yang mempunyai nisbah C/N rendah (matang) dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia pendekomposer (bacteri, fungi, dan actinomicetes). Dalam proses pengomposan, perlu diperhatikan kelembaban, erasi timbunan, temperatur, penambahan kapur, hara, struktur bahan.

(23)

xxiii

Pembuatan kompos semakin berkembang yang diperkaya dengan mikroorganisme yang dapat mempercepat dekomposisi seperti Trichoderma sp. Dimana saat ini, telah banyak digunakan teknologi efektif mikroorganisme (EM-4) yang merupakan permentant (pengurai) limbah organik menjadi pupuk organik, yang mengandung bacteri Lactobacillus, ragi, actomycete, dan jamur pengurai selulosa yang dapat membantu proses dekomposisi.

2.3.Tinjauan Tentang Budidaya Jagung 2.3.1. Klasifikasi Tanaman Jagung

Menurut Warisno (1998), secara umum klasifikasi tanaman jagung sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminae (rumput-rumputan) Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl, (Purnomo,2010).

(24)

xxiv

2.3.3. Budidaya Tanaman Jagung

Menurut Kuncoro (2006) Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman jagung adalah sebagai berikut:

a.Pengolahan tanah

Pada waktu pengolahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah tetapi harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah menjadi cukup gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan pengerjaan tanah. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas air. Pembuatan saluran dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung.

b. Pemupukan

Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal apabila unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kwantitatif maupun kwalitatif. Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci utama dalam usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium bersama-sama dengan nitrogen memberikan hasil yang lebih baik. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen, akan nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuning-kuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna.

c. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dengan tangan (hand weeding) yang pertama dilakukan pada umur 15 hari dan harus, dijaga agar, jangan sampai mengganggu/merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada waktu pemupukan kedua: Pembumbunan ini berguna untuk memperkokoh batang dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan apabila diperlukan.

2.3.4. Hama Penyakit Tanaman Jagung

Menurut Istiyastuti dan Yanuharso (1996), hama yang biasa menyerang tanaman jagung, antara lain:

(25)

xxv 1. Lalat bibit (Athrigona exigua)

Stadia yang menyerang adalah larva dengan bantuan embun, masuk ke titik tumbuh dan menyerang bagian pangkal. Tanaman yang diserang menjadi kerdil, busuk dan akhirnya mati.

2. Uret atau lundi (Hollotrchia hetter)

Merupakan hama perusak akar. Telur, larva, dan pupa terletak di dalam tanah. Imagonya berupa kumbang kecil berwarna coklat. Stadia yang menyerang adalah larva, yaitu memakan akar tanaman. Pengendalian hama ini dengan cara penggenangan air pada tanah yang diduga mengandung larva, telur, dan pupa, agar larva mati.

3. Penggerek tongkol (Heliothis sp.)

Ulat ini menyerang tongkol yang mulai masak dengan cara melubangi tongkol yang terserang tidak sempurna.

4. Ulat tanah (Agroti sp.)

Ulat ini menyerang tanaman muda dan biji yang baru berkecambah. Menyerang tanaman pada malam hari dengan mengerat batang dan terus masuk ke dalam tanah. Warna ulat tanah ini kelabu bergaris kehitaman.

5. Ulat daun (Prodenia litura F)

Menyerang pupuk daun pada waktu tanaman berumur 1 (satu) bulan. 6. Penggerek daun (Sesamia inferens WLK)

Menyerang pada waktu tanaman telah berbunga. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga (Kuncoro, 2006).

Tinjauan teoritis tentang budidaya jagung yang diuraikan diatas sangat penting dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini, karena merupakan tolak ukur dari pelaksanaan budidaya jagung di daerah penelitian.

2.4.Tinjauan Tentang Usahatani 2.4.1. Pengertian Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat tersebut yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

(26)

xxvi

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari dan bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. (Mubyarto, 1994).

Sementara Rifa’i (1993) menjelaskan usahatani pada dasarnya mengandung pengertian kegiatan organisasi pada sebidang tanah dan hal mana seseorang atau sekelompok orang berusaha untuk mengatur unsur-unsur alam, tenaga kerja dan modal untuk memperoleh hal dari produk pertanian.

Menurut Soekartawi (1995) usahatani biasanya diartikan bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu-waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan baik dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input.

2.4.2. Penerimaan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Sedangkan Shinta (2005), juga mendefinisikan penerimaan yang hampir sama dengan penjelasan Soekartawi (1995), dimana penerimaan usahatani adalah perkalian antar produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Dalam usahatani istilah penerimaan sering disebut sebagai pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yaitu nilai total produk usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain penerimaan hasil usahatani yaitu nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return).

Secara matematis, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :

dimana:

TR = Penerimaan Total Y = Hasil Produksi Py = Harga y

(27)

xxvii

2.4.3. Biaya Usahatani

Biaya usahatani merupakan semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani ( Soekartawi, 1995). Dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, biaya dapat dibagi, sebagai berikut:

1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) = TFC

Menurut Soekartawi (1995), biaya tetap total adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan selalu dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Contoh dari biaya tetap adalah pajak, alat-alat pertanian, sewa tanah dan irigasi. Sedangkan Shinta (2005) menjelaskan bahwa Total Fixed Cost (TFC)

merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output atau hasil produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja.

2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) = TVC

Biaya variabel total merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan atau keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel. Contohnya biaya untuk sarana produksi (input) seperti biaya penggunaan tenaga kerja, biaya penggunaan benih, biaya penggunaan pupuk dan biaya penggunaan pestisida.

3. Biaya Total (Total Cost) = TC

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Yang merupakan penjumlahan antara biaya tetap total dan biaya variabel total.

TC = TFC + TVC Dimana :

TC = Biaya total / Total Cost TFC = Biaya tetap total / Fixed Cost TVC = Biaya variabel total / Variable Cost 2.4.4. Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisis pendapatan dilakukan untuk menghitung

(28)

xxviii

seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani. Tingkat pendapatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= TR – TC Dimana :

= Income / Pendapatan (keuntungan usahatani) TR = Total Revenue / Penerimaan Total

TC = Total Cost / Biaya Total Keterangan:

Apabila nilai TR > TC, maka petani memperoleh keuntungan dalam berusahatani. Apabila nilai TR < TC, maka petani mengalami kerugian dalam berusahatani.

(29)

xxix

III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Jagung Melalui Penggunaan Pupuk Organik

Keterangan:

: Alur Berpikir : Alur Berfikir : Alur Analisis : Alat Analisis

Permasalahan petani jagung: 1.Faktor eksternal :

a. Adanya kelangkaan pupuk kimia b.Pencemaran lingkungan dan

kesuburan tanah menurun 2.Permasalahan dalam usahatani:

a.Adanya keterbatasan modal dan sarana produksi

Analisis usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik: 1. Biaya rendah

2. Penerimaan tinggi 3. Pendapatan tinggi

Analisis Uji Beda Dua Rata Rata (t hitung)

Analisis Regresi fungsi pendapatan Faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan , terdiri dari: a.Produksi jagung b.Biaya benih c.Biaya tenaga kerja d.Biaya pupuk e.Jenis pupuk

Masukan untuk upaya peningkatan pendapatan petani

Analisis usahatani jagung menggunakan pupuk non organik:

1. Biaya tinggi 2. Penerimaan rendah 3. Pendapatan rendah Petani menggunakan pupuk organik Petani tidak menggunakan pupuk organik a.Tanah lebih gembur

b.Produksi meningkat

c.Tidak mengandung residu bahan kimia

a.Tanah lebih keras b.Produksi menurun

c.Mengandung residu bahan kimia

(30)

xxx

Jagung merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia dan memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Mengingat fungsi tanaman jagung yang beragam, jagung bisa dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan bahan baku industri. Menurut Anjak (2010), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman meningkat 10-15% per tahun. Dalam perekonomian nasional, jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Kondisi tersebut mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memicu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum.

Konsumsi jagung semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, akan tetapi seiring meningkatnya permintaan jagung tersebut tidak di imbangi dengan ketersediaan jagung sesuai dengan kebutuhan. Permasalahan eksternal yang sering dialami petani saat ini adalah kelangkaan pupuk yang terjadi mengakibatkan semakin mahalnya harga pupuk yang berdampak pada keresahan petani karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga petani tidak bisa menggunakan sarana produksi untuk usahataninya dengan baik dan maksimal. Selain dari adanya masalah kelangkaan pupuk yang terjadi, petani menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia tidak dapat meningkatkan produktivitas tanah dengan baik, akibatnya produktivitas tanaman ikut menurun dan terjadinya pencemaran lingkungan. Sehingga dengan adanya permasalahan tersebut petani berupaya untuk meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk menekan biaya yang dikeluarkan serta untuk menjaga kualitas lahan pertanian secara berkelanjutan, dengan harapan produktivitas tanaman meningkat dengan baik dan optimal.

Tujuan dalam berusahatani selain untuk meningkatkan produktivitas tanaman atau peningkatan hasil panen, usahatani juga digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani. Dalam kaitannya dengan permasalahan tersebut, petani cenderung lebih memilih membudidayakan tanaman yang dianggap dapat menguntungkan serta meningkatkan penghasilan dan lebih menghemat biaya usahatani melalui penggunaan pupuk organik. Pendapatan petani jagung dalam penelitian ini dapat diperoleh dari total penerimaan petani dari usahatani jagung dikurangi dengan total biaya yang

(31)

xxxi

dikeluarkan untuk usahatani jagung, dimana pendapatan petani akan meningkat apabila total biaya usahatani yang dikeluarkan lebih kecil dan total penerimaan yang dihasilkan lebih besar. Penerimaan dapat diperoleh dari harga jual dikalikan dengan total hasil panen, apabila total hasil panen tinggi dan harga jualnya tinggi maka penerimaan akan cenderung tinggi. Dalam penelitian ini, penerimaan dapat diperoleh apabila produktivitas tanah meningkat maka produktivitas tanaman akan meningkat dan hasil panen akan naik sehingga penerimaan dapat meningkat. Sedangkan biaya usahatani dapat diperoleh dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani. Dalam penelitian ini, biaya usahatani yang menggunakan pupuk organik cenderung lebih rendah dibandingkan dengan biaya usahatani yang menggunakan pupuk non organik, hal tersebut dikarenakan pupuk organik mudah diperoleh dan harganya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pupuk non organik. Untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan yang diperoleh petani pengguna pupuk organik dan pengguna pupuk non organik dapat dilihat dengan cara menggunakan uji beda dua rata-rata untuk menguji secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak tentang biaya dan pendapatan antara petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang menggunakan pupuk non organik.

Dalam berusahatani terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung, yaitu produksi jagung, biaya benih, biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan jenis pupuk yang digunakan dalam berusahatani. Faktor-faktor tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis regresi fungsi pendapatan dengan dummy variabel. Adapun variabel dummy yang dimasukkan yaitu petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Sehingga dari analisis yang dilakukan akan diperoleh masukan untuk upaya peningkatan pendapatan petani jagung baik yang menggunakan pupuk organik maupun yang tidak menggunakan pupuk organik.

(32)

xxxii

3.2. Hipotesis

Berdasarkan uraian tujuan dan kerangka pemikiran diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Biaya usahatani yang dikeluarkan pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan pupuk non organik.

2. Pendapatan petani jagung yang menggunakan pupuk organik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani yang menggunakan pupuk non organik. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan petani jagung adalah

jumlah produksi jagung, biaya pupuk, biaya benih, biaya tenaga kerja, harga jual produk dan jenis pupuk yang digunakan (organik atau non organik).

a. Semakin banyak produksi jagung maka pendapatan petani akan semakin meningkat.

b. Semakin tinggi biaya pupuk yang dikeluarkan maka pendapatan petani akan semakin menurun.

c. Semakin tinggi biaya benih yang dikeluarkan maka pendapatan petani akan semakin menurun.

d. Semakin tinggi biaya tenaga kerja yang dikeluarkan maka pendapatan petani akan semakin menurun.

e. Pendapatan petani yang menggunakan pupuk organik lebih tinggi dibanding petani yang tidak menggunakan pupuk organik.

(33)

xxxiii

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Penelitian dilakukan pada petani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.

2. Usahatani jagung dalam penelitian ini adalah usahatani jagung pada musim tanam 2010.

3. Pupuk organik dalam penelitian ini adalah pupuk yang digunakan oleh petani murni dari bahan organik tanpa adanya campuran dari bahan kimia yang terdiri dari efektif mikroorganisme alami (EM yang dibuat dari rumen/kotoran kambing atau sapi), prebiotik (yang terbuat dari fermentasi telur ayam ditambah gula merah dan air kelapa) dan nutrisi tanaman (yang terbuat dari fermentasi sisa tanaman ditambah gula aren).

4. Pupuk non organik dalam penelitian ini adalah pupuk yang digunakan oleh petani yang berasal dari bahan kimia seperti Urea, Za, Ponska.

5. Luas areal tanam adalah luas sebidang tanah yang digunakan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan menjumlahkan seluruh lahan yang digunakan untuk usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik.

6. Biaya dalam penelitian ini adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk pembelian atau pembayaran peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp).

7. Biaya total adalah biaya yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel dari hasil usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/ha). Biaya total usahatani dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

TC = TFC + TVC Dimana :

TC = Biaya total / Total Cost (Rp/ha) TFC = Biaya tetap total / Fixed Cost (Rp/ha)

(34)

xxxiv

TVC = Biaya variabel total / Variable Cost (Rp/ha)

8. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar kecilnya tidak tergantung dengan besar kecilnya output yang didapatkan oleh petani jagung yang menggunakan pupuk orgnanik dan pupuk non organik, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/ha).

9. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan non organik yang besar kecilnya dapat dipengaruhi oleh perolehan output yang didapatkan, biaya ini dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp/ha).

10. Biaya benih adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli benih yang digunakan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dibagi dengan jumlah benih yang digunakan dalam usahatani yang dapat diukur dengan satuan rupiah per kilo (Rp/Kg)

11. Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk untuk usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dibagi dengan jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani jagung yang dapat diukur dengan satuan rupiah per kilo (Rp/Kg)

12. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan satuan (HOK).

13. Produksi adalah keseluruhan hasil panen jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dalam jangka waktu satu kali musim tanam pada setiap luasan lahan yang dipakai untuk usahatani jagung yang dapat diukur dalam satuan kilogram (Kg).

14. Harga jagung adalah harga jual yang diterima petani setiap menjual hasil panen jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp).

15. Penerimaan usahatani adalah jumlah total dari hasil panen usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dikalikan dengan harga,

(35)

xxxv

yang dapat diukur dengan satuan rupiah per hektar (Rp/ha). Penerimaan usahatani jagung dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

TR = Y. Py Dimana:

TR = Penerimaan Total (Rp/ha) Y = Hasil Panen Jagung (Kg/ha) Py = Harga Jual Jagung (Rp)

16. Pendapatan petani adalah imbalan yang diterima oleh petani dari hasil kegiatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang diperoleh dari selisih total penerimaan dengan dengan total biaya dan dapat diukur dengan satuan rupiah per luas lahan (Rp/ha). Pendapatan usahatani jagung dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

= TR – TC Dimana :

= Income / Pendapatan (keuntungan usahatani) (Rp/ha) TR = Total Revenue / Penerimaan Total (Rp/ha)

TC = Total Cost / Biaya Total (Rp/ha)

17. Variabel Dummy dalam penelitian ini dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut:

D=1 apabila petani menggunakan pupuk organik D=0 apabila petani tidak menggunakan pupuk organik

(36)

xxxvi

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan secara purposive, dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah dimana terdapat petani yang sedang mengembangkan penggunaan pupuk organik saja dan pupuk non organik saja dalam usahataninya.

4.2. Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan pada petani yang bertanam jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode sensus, karena menurut ketua kelompok tani di daerah penelitian, petani yang menanam jagung di Desa Surabayan hanya berjumlah 31 orang, yang terdiri dari 14 orang petani yang bertani jagung menggunakan pupuk organik saja dan 17 orang petani jagung yang menggunakan pupuk non organik saja.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer dari responden penelitian di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Wawancara dilakukan secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuisioner) kepada responden yang meliputi data luas lahan, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, jumlah benih yang dipakai dalam usahatani, harga benih, jumlah pupuk yang dipakai, harga pupuk, hasil produksi jagung musim tanam tahun 2010, harga jual jagung, biaya variabel, biaya tetap, pendapatan serta mengenai keadaan umum petani jagung. Contoh kuisioner disajikan pada Lampiran 2.

2. Observasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer yang sifatnya kualitatif untuk menjelaskan data primer yang dikumpulkan dengan wawancara.

(37)

xxxvii 3. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mengumpulkan data dari literatur (pustaka, internet, majalah, koran) ataupun instansi yang terkait dengan penelitian, yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan dan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Data yang diambil dari Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan adalah data petani jagung di Kabupaten Lamongan, dan data yang diambil dari Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan adalah gambaran umum Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.

4.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tujuan 1: Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan non organik

Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan 1 adalah analisis uji beda dua rata-rata. Metode analisis tersebut digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan nyata secara statistik biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik. Adapun langkah-langkah analisis statistik dengan menggunakan uji beda rata-rata adalah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis statistik:

Sebelum mencari thitung terlebih dahulu dilakukan uji F yang digunakan untuk

mengetahui varian berbeda nyata atau tidak, dengan uji statistik sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 µ2

Dimana:

µ1 = rata-rata biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh petani

jagung organik

µ2 = rata-rata biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh petani

(38)

xxxviii Rumus yang digunakan adalah:

Fhitung =

Kriteria pengujian sebagai berikut:

1. Apabila Fhitung > Ftabel 0,05 ((n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H1 artinya variannya

berbeda

2. Apabila Fhitung < Ftabel 0,05 ((n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H0 artinya variannya

sama

Apabila variannya berbeda, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan rumus thitung sebagai berikut:

t hitung =

Apabila variannya sama, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan rumus thitung sebagai berikut:

t hitung = Dimana: S2 =

(

(

)

) (

(

)

)

1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − + − − + − n n S n S n

(39)

xxxix Dimana:

S12 = Nilai varian dari biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan

pupuk organik

S22 = Nilai varian dari biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan

pupuk non organik Xi = Contoh ke-i

X1 = Rata-rata biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk

organik

X2 = Rata-rata biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk

non organik

n1 = Jumlah sampel dari petani jagung yang menggunakan pupuk organik

n2 = Jumlah sampel dari petani jagung yang menggunakan pupuk non organik

Kriteria pengujian beda rata-rata adalah sebagai berikut:

a. Apabila thitung ttabel, maka tolak H0, dan terima H1 artinya bahwa biaya dan

pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik berbeda dengan biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik. b. Apabila thitung ttabel, maka terima H0 dan tolak H1 artinya tidak terdapat

perbedaan nyata dari biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan yang menggunakan pupuk non organik.

Tujuan 2 : Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan 2 adalah analisis regresi fungsi pendapatan dengan dummy variabel. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung baik yang menggunakan pupuk organik maupun yang tidak menggunakan pupuk organik. Model yang dipakai dalam regresi adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D

Dimana:

Y = Pendapatan yang dihasilkan petani dari usahatani jagung (Rp/ha) X1 = Produksi jagung (Kg/ha)

(40)

xl X2 = Biaya benih (Rp/kg)

X3 = Biaya tenaga kerja (Rp/ha)

X4 = Biaya pupuk (Rp/kg)

D = Dummy variabel pupuk

D = 1, Bila petani menggunakan pupuk organik D = 0, Bila petani tidak menggunakan pupuk organik b0 = Intersep

b = Koefisien regresi dari X1, X2, X3, X4, D

Pengujian model regresi diatas, dilakukan dengan Uji F (Fisher), Uji Ketepatan Model (R2), Uji Multikolinieritas. Sedangkan untuk pengujian keberartian pengaruh masing-masing variabel dilakukan dengan Uji T.

1. Uji F (Fisher)

Uji F (Fisher) digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Uji F dapat diuji dengan rumus:

! # " $ !"

Dimana :

r2 = koefisien determinasi n = jumlah sampel

k = derajat bebas pembilang n-k-1 = derajat bebas penyebut Kaidah pengujian:

1) Jika Fhitung > Ftabel maka tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen

2) Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen.

2. Uji Ketepatan Model (R2)

Uji ketepatan model ini dilakukan dengan melihat koefisien determinasi (R2), dimana R2 merupakan besaran yang dipakai untuk menunjukkan seberapa baik keseluruhan model regresi dalam menerapkan perubahan dalam nilai variabel terikat. Apabila R2 sebesar satu atau mendekati satu, maka regresi tersebut semakin baik

(41)

xli

hasilnya, artinya bahwa variabel bebas dapat menerangkan perubahan dalam variabel terikat dengan baik. Sebaliknya bila nilai R2 suatu regresi semakin kecil atau semakin

jauh dari satu, maka regresi tersebut semakin kurang baik hasilnya (tingkat kepercayaannya), artinya bahwa variabel bebas tidak dapat menerangkan perubahan variabel terikat.

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Uji tingkat derajat multikolinearitas yang terjadi digunakan untuk mencari ada tidaknya hubungan linier yang serius diantara semua variabel bebas (independent variable) yang dianalisis dalam model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).

4. Uji T

Untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel independen dapat digunakan uji statistik thitung. Uji statistik hitungnya adalah sebagai

berikut:

thitung

=

%

() &&'

'

%

(i = 1,2,……….., n )

Dimana: * = koefisien regresi

+, * = standart error koefisien regresi. Kaidah pengujian:

a. Jika thitung > ttabel, maka tolak H0, artinya variabel independen (bebas) berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen (terikat).

Jika thitung < ttabel, maka terima H0, artinya variabel independen (bebas) tidak

(42)

xlii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Lamongan memiliki ketinggian dari permukaan laut 25 m, suhu rata-rata 20 – 300 C serta luas wilayah 1.812,80 km2 dan memiliki letak BT. 12204'41" dan 122033' 12"LS. Penelitian ini dilakukan di Desa Surabayan, berjarak pusat dengan Kabupaten Lamongan ± 8 km.

5.1.2. Luas dan Batas Wilayah

Desa Surabayan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan dengan luas wilayah ± 265,1 Ha. Jarak dengan Kecamatan Sukodadi adalah 4 km.

Batas-batas wilayah Desa Surabayan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Sidogembul – Kecamatan Sukodadi Sebelah Selatan : Desa Tlogorejo – Kecamatan Sukodadi Sebelah Timur : Desa Sukoanyar – Kecamatan Turi Sebelah Barat : Desa Plumpang – Kecamatan Sukodadi Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.

5.2. Keadaan Penduduk 5.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Pada umumnya tiap-tiap penduduk memiliki perbedaan mata pencaharian antara satu dengan yang lainnya. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 1.

(43)

xliii

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Petani 750 45,63 2. Buruh tani 110 6,70 3. PNS 40 2,44 4. Pedagang keliling 10 0,60 5. Peternak 60 3,65 6. Montir 6 0,37

8. Pembantu rumah tangga 8 0,48

9. TNI dan POLRI 6 0,37

11. Karyawan swasta 50 3,04

12. Sopir 10 0,60

13. Tukang batu atau kayu 25 1,52

14. Pelajar 450 27,37

15. Tidak bekerja 80 4,86

Jumlah total 1644 100

Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010

Tabel 1 menunjukkan bahwa mata pencaharian Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan sebagian besar (45,63 %) adalah petani, sedangkan buruh tani (6,70 %), PNS (2,44 %), peternak (3,65 %), pengusaha kecil dan menengah (2,12 %), adapun jenis mata pencaharian terkecil adalah bidan dan perawat swasta dengan persentase sebesar 0,25 %. Banyaknya penduduk di Desa Surabayan yang berprofesi sebagai petani merupakan salah satu hal yang menandakan bahwa sebagian besar pendapatan penduduk di Desa Surabayan diperoleh dari hasil pertanian yang diusahakan. Selain petani, penduduk di Desa Surabayan yang melakukan usahatani jagung sebagian ada yang berprofesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan pengusaha kecil dan menengah sebagai pekerjaan sampingan mereka.

(44)

xliv

5.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan hal dasar yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memudahkan dalam menerima informasi dan inovasi yang baru dengan baik. Distribusi jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. TK SD SMP SMA Diploma Sarjana Belum sekolah 81 556 345 540 31 43 48 4,93 33,82 20,98 32,84 1,89 2,62 2,92 Jumlah 1644 100

Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Surabayan sebagian besar (33,82 %.) adalah SD, selanjutnya adalah (32,84 %) adalah SMA, sedangkan (20,98 %) adalah SMP, dan jumlah terkecil tingkat pendidikan penduduk di Desa Surabayan (1, 89 %) adalah Diploma. Tingginya jumlah penduduk di Desa Surabayan yang memiliki tingkat pendidikan SD merupakan salah satu hal yang menyebabkan penduduk di Desa tersebut kurang dapat berkembang dengan informasi – informasi baru dari luar.

5.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 3.

(45)

xlv

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 0 – 12 bulan 65 3, 96 2. 1 – 7 tahun 181 11, 00 3. 8 – 18 tahun 285 17, 34 4. 19 – 56 tahun 863 52, 50 5. 56 tahun 250 15, 20 Jumna 1644 100

Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar umur penduduk Desa Surabayan adalah 19 – 56 tahun (52, 50 %), selanjutnya 8 – 18 tahun (17, 34%), 56 tahun (15, 20 %), dan 1 – 7 tahun (11, 00 %) serta 3, 96 % berumur 0 – 12 bulan. Banyaknya penduduk di Desa Surabayan yang berumur 19 – 56 tahun merupakan kondisi yang produktif bagi penduduk untuk melakukan pekerjaan yang menguntungkan.

5.3. Kondisi Sektor Pertanian 5.3.1. Sumber Irigasi

Desa Surabayan memiliki sumber irigasi seperti yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sumber Irigasi yang Ada di Desa Surabayan

No Uraian Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. Sungai Danau Mata Air

Bendungan atau waduk Sumur Tidak ada Ada Ada Tidak ada Ada Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010

Tabel 4 menunjukkan adanya sumber air yang digunakan untuk irigasi di Desa Surabayan yaitu danau, mata air, dan sumur. Sebagian besar petani di Desa Surabayan melakukan irigasi dengan menggunakan diesel untuk mengairi lahan pertaniannya.

Gambar

Gambar  4.  Kerangka  Pemikiran  Penelitian  Upaya  Peningkatan  Pendapatan  Petani  Jagung  Melalui Penggunaan Pupuk Organik
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil-hasil penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa integrasi pasar modal dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antar pasar modal dua atau lebih

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh kedisiplinan belajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar akuntansi pada mata pelajaran

Alat yang digunakan pada penelituan ini terdiri dari spectrometer fiber optic USB 2000 (gambar 5) untuk mengukur nilai reflektans buah jambu biji sesuai dengan

3 Amran dan Devi (2008) Regresi Berganda (Multiple Regression) Variabel Independen :foreign shareholders, government shareholding , dependence on

Melihat pentingnya merancang Hotel Resort yang memiliki karakter dan memiliki daya tarik untuk memikat konsumen, Desain interior dapat menjadi solusi yang tepat

Berkait dengan karakter film yang dapat menyampaikan pesan secara qawlan syadidan, menurut Alex Shobur (dalam Aef Kusnawan, 2004: 95) bahwa film merupakan bayangan yang

Widodo (2004), menyatakan bahwa kepedulian suami terhadap masalah penggunaan alat kontasepsi diyakini akan meningkatkan dukungan suami dalam program keluarga

No.. Dari tabel diatas Selain penilaian mengenai kegiatan pembelajaran tersebut hanya mendapat penilaian 72,47 atau cukup baik saja, hal ini berarti kegiatan pembelajaran belum