. َنْيِحِلا ّصصصلا ِهِدَاصصبِعِل ًةَفاَي ِصصض ِدَايْعَلا َمَاّيَأ َمَايّصلا َمّرَح ْيِذّلا ِ لِّل ُدْمَحلا
ُدَه ْصصشَأَو . َنْيِقّتُمْلِل َةّنّجلا َلصصَعَج ْيِذّلا ُهصصَل َكْيِر َصصشَل ُاّلِإ َهللِإَل ْنَأ ُدَهْشَأ
ِطاَر ّصصصلا َىلِإ ْيِعاّدصصلا ُهُل ْو ُصصسَرَو ُهُدصصْبَع اًدّمَحُم اصصَنَل ْوَمَو َانَدّي َصصس ّنَأ
ِهصصِلآ ىَلَعَو ٍدصصصّمَحُم اَنِدّي َصصس َىلَع ْكِرَاصصبَو ْمّل َصصسَو ّل َصصص ّمُه لّللا .ِمْيِقَت ْصصسُملا
ُدصصصصصْعَب اّمَأ . َنْيّدصصصصصلا ِمْوصصصصصَي َىلِإ ٍنا َ صصصصصس ْحِإِب ْمُهَعِبَت ْنَمَو ِهِبَاح ْ صصصصصصَأَو . َن ْوصصُقّتُملا َزاصصَف ْدصصَقَف ِا ىَوصصْقَتِب ْي ِصصسْفَنَو ْمُكْي ِصصصْوُأ َنْوُنِمْؤُملااصصَهّيَأآَيَف.
:ىَلاصصَعَت ُا َلاصصَق . َن ْوُمِل ْصصسُم ْمُتْنَأَو ّلِإ ّنُتْوُمَتَلَو ِهِتَاقُت ّقَح َا اْوُقّتاَو
ّنِا َۗ لّا اوصصُقّتاَو ٍۚدصصَغِل ْتَمّدَق اّم ٌسْفَن ْرُظْنَتْلَو َ لّا اوُقّتا اوُنَملا َنْيِذّلا اَهّيَآلي
َن ْوُلَمْعَت اَمِب ۢ ٌرْيِبَخ َ لّا
Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt, yang telah memberi karunia kesehatan dan umur panjang sehingga kita bisa menikmati manisnya ibadah di bulan Ramadhan dan bisa merayakan hari raya Idul Fitri tahun ini. karenanya, wajib bagi kita untuk mengucapkan Alhamdulillahirabbil alamin, mudah-mudahan kita senantiasa diberi kesehatan dan umur panjang untuk terus bisa menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah kepada Allah swt.
Selain syukur, kita juga wajib untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menguatkan komitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan ini
sudah semestinya terus menguat pada diri kita karena menjadi muara atau tujuan utama dari diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan.
Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Seiring bulan suci Ramadhan terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta melupakannya seolah tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan muhasabah atau introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama Ramadhan. Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah lebih, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas?
Selanjutnya, apakah kita bisa meningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat kita beribadah di bulan-bulan setelah Ramadhan?
Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada masa lalu untuk diperbaiki pada masa yang akan datang. Allah sudah memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes perjalanan hidup kita dengan sebuah firman-Nya:
ّنِاۗ َ لّا اوصصُقّتاَو ٍۚدصصَغِل ْتَمّدَق اّم ٌسْفَن ْرُظْنَتْلَو َ لّا اوُقّتا اوُنَملا َنْيِذّلا اَهّيَآلي
َن ْوُلَمْعَت اَمِبۢ ٌرْيِبَخ َ لّا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkan semangat kita dalam beribadah dari sisi kuantitas
maupun kualitas. Terlebih memasuki bulan Syawal yang menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat beribadah pasca-Ramadhan. Hal ini pun tergambar dari makna kata Syawwal itu sendiri. Dari segi bahasa, kata “Syawal” ( ُلاّوَش) berasal dari kata “Syala” ( َلاَش) yang memiliki arti “irtafaá” (َعَفَت ْرِا) yakni meningkatkan.
Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan.
Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan dengan kuantitas yang dipaksakan secara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan dengan istiqamah dan rutin walaupun dalam kuantitas yang sedikit. Istiqamah dalam ibadah ini telah diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:
(ٌمِلْسُمَو ّيِراَخُبْلا ُهَجَرْخَأ) ّلَق ْنِإَو اَهُمَوْدَأ ِا ىَلِإ ِلاَمْعَلا ّبَحَأ
Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun sedikit” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Bulan Syawal menjadi momentum tepat untuk menjaga diri dari predikat dan status yang telah kita raih setelah berjuang di bulan Ramadhan. Selain predikat ketakwaan yang telah dijanjikan Allah bagi orang-orang beriman yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan baik, kesucian diri seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia, juga akan diraih orang yang berpuasa. Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya:
ِهِبْنَذ ْنِم َمّدَقَت اَم ُهَل َرِفُغ اًباَسِت ْحاَو اًناَميِإ َناَضَمَر َماَص ْنَم
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dilandasi oleh iman dan introspeksi diri, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah SWT.” (HR. Bukhari Muslim).
Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Alangkah mulianya dua status yang didapat seseorang setelah berpuasa di bulan Ramadhan. Alangkah sayangnya jika status ini tidak dipertahankan dengan baik dan disia-siakan begitu saja. Sangatlah rugi bagi kita yang tidak bisa mempertahankan ketakwaan dan kesucian pasca- Ramadhan ini. Ketakwaan sendiri merupakan status yang paling mulia yang disematkan kepada hamba-Nya di sisi-Nya.
Selain menjaga ketakwaan, kesucian diri juga harus dipertahankan, jangan sampai dikotori kembali oleh perbuatan-perbuatan maksiat yang akan menjauhkan diri dari Allah swt. Allah menggolongkan orang-orang yang mampu menjaga kesucian diri sebagai orang yang beruntung dan sebaliknya menyebut orang-orang yang mengotori kesucian diri sebagai orang yang merugi. Ditegaskan dalam Al-Qur’an:
ۖاَهى لّكَز ْنَم َحَلْفَا ْدَق ۗاَهى لّسَد ْنَم َباَخ ْدَقَو ٩
١
Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (As-Syams: 9-10).
Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Dari paparan materi khutbah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa semangat ibadah di bulan Ramadhan harus terus kita pertahankan dan lanjutkan di bulan-bulan selanjutnya. Terlebih dengan status ketakwaan dan kesucian yang telah menjadi bagian dari hasil puasa, harus dipertahankan agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.
Ya Allah... berikan kami kekuatan untuk terus dapat menjalankan ibadah kami dengan semangat karena-Mu. Berikanlah kami kesucian hati
dalam mengemban dan melaksanakan tugas beribadah kepada-Mu. Berilah kami keistiqamahan dalam beribadah untuk meraih ridha-Mu. Amin.