• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN MEDIATOR BP4 KUA KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM DALAM MEMEDIASI PASANGAN YANG

AKAN BERCERAI

SKRIPSI

Oleh:

ABDUL HAMID RATU LOLY NIM : 160202095

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2022

(2)

ii

PERAN MEDIATOR BP4 KUA KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM DALAM MEMEDIASI PASANGAN YANG

AKAN BERCERAI

Skripsi

Diajukan kepadaUniversitas Islam Negeri Mataram Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ABDUL HAMID RATU LOLY NIM : 160202095

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM

2022

(3)

iv

(4)

v

(5)

vii

(6)

viii MOTO

آَدْيِرُّي ْنِا ۚ اَهِلْهَا ْنِِّم اً َكََحَو ٖ ِلِْهَا ْنِِّم اً َكََح اْومثَعْباَف اَمِ ِنِْيَب َقاَق ِش ْ متُْفِخ ْنِاَو اً ْيِْبَخ اًمْيِلَع َن َكَ َ هِّللّا َّنِا ۗ اَمم َنِْيَب م هِّللّا ِقِِّفَوُّي اًح َلَ ْصِا

Artinya: “Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki- laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha teliti, Maha Mengenal”.( QS. An- Nisaa:35).1

1 QS. An-Nisaa:35. Departemen Agama Repoblik Indonesia

(7)

ix

PERSEMBAHAN

kupersembahkan skripsi ini untuk ibuku Siti Rohani dan bapakku Jou Wuring, kakek, nenek, almamaterku, semua guru dan dosenku, serta para teman-teman seperjuangan.”

(8)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurhakan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Amin.

Penulis menyadari bahwa proses menyelesaikan skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Nunung Susfita, S.Hi.,M.S.I. selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. Sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.

3. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

4. Dr. Moh. Asyiq Amrulloh, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah.

5. Prof. Dr. H. Masnun. M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah member tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai

6. Dosen-dosen Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari‟ah.

7. Dan seterusnya

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.

Mataram, 10 Mei 2022 Penulis

Abdul Hamid Ratu Loly

(9)

xi

PERAN MEDIATOR BP4 KUA KECAMATAN SELEPARANG KOTA MATARAM DALAM

MEMEDIASI PASANGAN YANG AKAN BERCERAI Oleh:

Abdul Hamid Ratu Loly NIM 160202095

ABSTRAK

Penelitian ini membahas peran Mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai, Latar belakang pernikahan di bawah umur dan masalah keuangan, perbedaan pendapat, pertengkaran dan percekcokan.

Tingginya angka perceraian merupakan pondasi lemahnya masyarakat dan keluarga Rumusan masalah yaitu: bagaimana peran BP4, faktor apa saja yang menghambat, dan upaya apa saja yang dilaksanakan BP4 KUA Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai?. Tujuan penelitian ini yaitu: mengetahui peran BP4, faktor penghambat BP4 dan upaya BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, metode deskriptif dengan menggunakan alat pengumpulan data wawancara, observasi dan pencatatan. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan bahasa tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian teknik analisis datanya adalah dengan melakukan reduksi data dengan memilih hal-hal yang pokok, menampilkan data dan memvalidasi data.

Hasil penelitian mengenai peran BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai yakni, 1). Peran BP4 yaitu: Pra Mediasi, Proses Mediasi, dan Prosedur mediasi. 2). Hambatan BP4 yaitu: minimnya sarana prasarana, kurangnya antusias dalam proses mediasi, kurang tenaga mediator, adanya perasaan minder bagi keluarga yang bercerai, dan penilaian yang miring sehingga memicu keluarga enggan untuk di mediasi. 3). Upaya BP4 yaitu: BP4 meminta kepada Pemerintah untuk melihat hambatan- hambatan BP4 dalam proses mediasi dan menyediakan kekurangan tersebut sehingga proses mediasi berjalan lancar agar bisa memanilisir angka perceraian, dan meminta Pengadilan Agama agar menyuruh masyarakat yang akan bercerai mendatangi BP4 terlebih dahulu.

Kata Kunci: Peran BP4 KUA, Memediasi, Pasangan yang akan bercerai

(10)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

NOTA DINAS ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

HALAMAN MOTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 7

F. Kerangka Teori ... 10

G. Metode Penelitian ... 28

1. Pendekatan Penelitian ... 28

2. Kehadiran Penelitian ... 29

3. Lokasi Penelitian... 29

4. Sumber Data ... 30

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

(11)

xiii

6. Teknik analisis Data... 34

7. Keabsahan Data ... 35

H. SistematikaPembahasan ... 36

BAB II PAPARAN DAN TEMUAN ... 38

A. Gambaran Lokasi Penelitian... 38

B. Peran mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram Dalam memediasi pasangan yang akan bercerai ... 55

C. Factor apa saja menjadi kendala mediator BP4 KUA di Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memedisi pasangan yang akan bercerai ... 62

D. Upaya apa saja yang dilakukan mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam mengatasi kendala yang ada ... 64

BAB III PEMBAHASAN ... 66

A. Peran mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram Dalam memediasi pasangan yang akan bercerai ... 66

B. Factor apa saja menjadi kendala mediator BP4 Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai ... 70

C. Upaya apa saja yang dilakukan mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam mengatasi kendala yang ada ... 74

BAB IV PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BP4 (Badan Panesehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) yaitu salah satu lembaga panesehat di luar pengadilan yang merupakan organisasi keagamaan nasional yang dibentuk sebagai mitra dari Kementerian Agama yang bertujuan meningkatkan kualitas perkawinan dan mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran islam.2Pemerintah menaruh harapan yang besar terhadap lembaga ini agar mampu membimbing keluarga yang bermasalah kembali lagi menjadi harmonis sehingga keluarga tersebut tidak terjadi adanya perceraian karena Badan Panesehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan merupakan benteng terakhir dari permasalahan terjadinya perceraian.

Menurut P.N.H. Simanjuntak, perceraian merupakan pengakhiran suatu pernihan karena suatu sebab dengan keputusan hakim atas tuntutan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam perkawinan.3 Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan juga menjelaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Kemudian pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan mengatur untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami dan istri tidak akan dapat

2 Lili Rasjidi, Alasan Perceraian Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 35.

3 P.N.H. Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta:

Pustaka Djambatan, 2007), hlm.53.

(13)

2

rukun kembali sebagai suami istri.4 Sebelumnya di bentuknya Undang- Undang Perkawinan, lembaga hukum adat pun telah memiliki mekanisme tentang perceraian. Menurut Nani Soewondo, hukum adat di Indonesia biasanya menyertakan kepala adat dalam proses perceraian dan mereka hanya memberikan izin ketika ada alasan yang nyata.5

Bagi orang islam, perceraian lebih di kenal dengan kata talak.

Adapun menurut Sayyid Sabiq, talaq merupakan:

ِةَّيِج ْوَّسلا ُةَقَلاَعلا ِءاَهًِاَو ُجاَوَّسلا ُةَطِباَر ُّلَح

Artinya: melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan.6

Dalam pasal 114 KHI menentukan bahwa putusnya tali perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan cerai dari istri. Pasal 115 KHI mengatur, bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil memediasi kedua belah pihak yang bermasalah.7

Dalam kehidupan rumah tangga, wajar-wajar saja suami istri mengalami perselisihan karena berbagai masalah-masalah yang mereka hadapai. Sering dikatakan bahwa permasalahan dalam keluarga adalah bumbu penyedap, asal dapat di atasi dengan baik, permasalahan suami dengan istri biasa berupa masalah prinsip, perbedaan sikap dan watak yang sudah mendarah daging atau karena hanya persoalan-persoalan

4 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 231.

5 Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia Dalam Hukum dan Masjarakat, (Jakarta: Timun Mas, 1955), hlm. 68.

6 Sayyid Sahiq, Fiqhusunnah, (Beirut: Darul Fikri, 2007). Jilid II,206.

7 Kompilasi Hukum Islam (HKI), Pasal 114 dan Pasal 115.

(14)

3

sepele yang tidak begitu berarti, manakala permasalahan atau konflik dalam rumah tangga tersebut tidak dikelola secara baik, cenderung akan mengalami perselisihan dalam rumah tangga dan tidak jarang akhirnya berakibat pada perceraian.

Secara umum, menurut pak Taisir selaku Penyuluh KUA Kecamatan Selaparang alasan terjadinya perceraian yang terjadi dalam masyarakat sangat beragam antara lain disebabkan oleh poligami, krisis akhlak, kawin paksa, ekonomi, tidak ada tanggung jawab, kawin di bawah umur, penganiayaan, cacat biologis, gangguan pihak ketiga maupun tidak ada keharmonisan.Sehubungan dengan hal tersebut maka di perlukan suatu usaha penyuluh tentang perkawinan dan keluarga sejahtera untuk membekali setiap individu agar dapat memiliki persiapan mental dan fisik serta daya tahan yang kuat dalam menghadapi goncangan dalam perkawinan.8

Tabel 1.Tingkat Perceraian di Pengadilan Agama Mataram Tahun 2019 sampai 2021.9

No Jumlah Perceraian di Pengadilan Agama Mataram

Kecamatan Tahun 2021 Tahun 2020 Tahun 2019

1 Ampenan 473 559 432

2 Mataram 326 468 232

3 Cakranegara 496 481 327

4 Selaparang 542 492 354

5 Sandubaya 453 341 423

6 Sakabela 263 261 365

8 Taisir, Wawancara Penyuluh KUA Kecamatan Selaparang, 27 Oktober 2021.

9Direktory Putusan Perceraian Pengadilan Agama Kota Mataram,dan Laporan Bulanan Pencatatan Perceraian.

(15)

4

Untuk sekedar gambaran, permasalahan perceraian yang terjadi setiap saat seolah-olah sangat mencerminkan kehidupan rumah tangga muslim yang ada di Indonesia, misalnya saja di Pengadilan Agama Mataram pada tahun 2019 angka perceraian di Kecamatan Selaparang mencapai 354 kasus yang diputuskan, di tahun 2020 mencapai 492 kasus, dan di tahun 2021 hingga bulan November mencapai 542 kasus perceraian yang telah diputuskan oleh Pengadilan Agama Mataram, berdasarkan data tersebut dari tahun ke tahun kasus perceraian semakin tinggi dan belum optimal.10

Di samping itu, berdasarkan data dari BP4 KUA di Kecamatan Selaparang Kota Mataram bahwa keluarga yang bermasalah yang pernah mengonsultasikan permasalahannya ke BP4 pada tahun 2021 hingga November ada 5 kasus yang terdaftar tapi hanya 1 kasus yang berhasil di damaikan oleh BP4 dan sisanya tidak dapat dimediasi karena tidak adanya dukungan dari pihak keluarga. Angka ini masih sangat sedikit dibandingkan dengan angka kasus perceraian yang masuk di Pengadilan Agama Mataram. Sementara tugas BP4 adalah memediasikan pasangan yang mengalami perselisihan rumah tangga sebelum diajukan ke Pengadilan Agama. Dengan demikian, peran BP4 memberikan dampak yang besar pada kelestarian keluarga, karena setelah mendapat panesehatan dari BP4 keadaan keluarga yang berkonflik di Kecamatan Selaparang Kota Mataram bisa didamaikan dan lebih memahami arti penting kehidupan berumah tangga.11

Menurut Pak Taisir selaku petugas BP4, hal ini terjadi karena masih banyak alasan masyarakat Mataram khususnya Kecamatan

10 Direktory Putusan Perceraian Pengadilan Agama Kota Mataram,dan Laporan Bulanan Pencatatan Perceraian.

11Taisir, Wawancara Penyuluh KUA Kecamatan Selaparang, 15 November 2021.

(16)

5

Selaparang Kota Mataram tidak ingin masalah atau perselisihan rumah tangga diketahui orang lain, sehingga apabila mengalami masalah dalam rumah tangga keluarga tersebut tidak ke BP4 untuk mengonsultasikannya tetapi langsung ke Pengadilan Agama untuk melakukan gugatan cerai.

Dari permasalahan dan angka perceraian tersebut menunjukan bahwa peran BP4 dalam menangani pasangan yang akan bercerai belum optimal dalam menjalankan dan memberikan bimbingan serta pembinaan kepada masyarakat setempat khususnya untuk masyarakat yang berada di Kecamatan Selaparang Kota Mataram.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul “PERAN MEDIATOR BP4 KUA KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM DALAM MEMEDIASI PASANGAN YANG AKAN BERCERAI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana peran mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai?

2. Faktor apa saja yang kendala mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai?

3. Upaya apa saja yang dilakukan mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram untuk mengatasi hambatan yang ada?

(17)

6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peran mediator BP4 KUA Kecamatan selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam Memediasi pasangan yang akan bercerai.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh mediator BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram untuk mengatasi hambatan yang ada.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini semoga memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan baik secara teoritis begitupun secara praktis bagi peneliti terutama pihak dari masyarakat. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

1) Sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapatkan gelar serjana S1 Hukum Keluarga Islam pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

2) Dengan adanya karya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan atau khazanah ilmu pengetahuan dan gambaran bagi peneliti tentang problematika BP4 di KUA Kecamatan Selaparang sebagai mediator dan advoaksi dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

(18)

7 b. Manfaat praktis

1) Semoga dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi masyarakat dalam menangani kasus perceraian di Pengadilan Agam Mataram.

2) Sedangkan bagi BP4 dapat memberikan masukan terkait peran penyuluh agama dalam memediasi pasangan yang akan bercerai di Kecamatan Selaparang Kota Mataram.

3) Bagi peneliti sendiri, dengan adanya penelitian ini akan di jadikan sebagai bahan penulisan karya ilmiah dan sekaligus sebagai tambahan informasi terkait peran BP4..

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Lingkup atau subyek penelitian adalah BP4, Kepala KUA, dan masyarakat, yang ditentukan dengan teknik “purposive sampling”, yaitu suatu teknik yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang diperkirakan erat kaitannya dengan ciri atau sifat yang dimiliki. ada pada populasi yang telah diidentifikasi.

Berdasarkan teknik tersebut, informan kunci dalam penelitian ini ditentukan oleh BP4, sebagai responden ditentukan oleh masyarakat (suami dan istri), sedangkan sebagai informan tambahan ketua KUA ditentukan berdasarkan wawancara, observasi, dan observasi langsung.

pengamatan di lapangan.

E. .Telaah Pustaka

Dalam penulisan tesis ini, peneliti mengutip beragam sumber catatan masing-masing dari buku dan dari sumber fakta yang berbeda untuk referensi. Ada pula skripsi-skripsi terdahulu yang menyangkut topik pembahasan peneliti sebagai pembanding, simaklah, jika ingin terhindar dari plagiarisme skripsi. Dari pengamatan peneliti, bahwa sama sekali belum ada skripsi yang membahas tentang fungsi BP4

(19)

8

KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam menengahi pasangan suami istri yang akan bercerai, beserta permasalahannya untuk diteliti oleh peneliti. Meski sudah banyak yang meneliti tentang BP4 namun saat ini mereka belum memfokuskan kajiannya pada fungsi BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai. Pada tinjauan pustaka ini, peneliti mengambil beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, yang nantinya diharapkan melalui pemaparan konsekuensi dari penelitian sebelumnya, ada variasi penting dari skripsi ini di antaranya adalah:

1. Skripsi tentang “Peran BP4 (Badan Penesahatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dalam Mencegah Terjadinya Perceraian di Kabupaten Wonosobo” oleh Siti Marhamah, 2011. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran BP4 dalam Mencegah terjadinya perceraian di Kabupaten Wonosobo, hasil penelitian adalah mempertemukan pasangan yang akan melakukan perceraian dalam sidang BP4 Kabupaten Wonosobo.

BP4 menjadi panesehat dan mediator perkawinan. Dalam mediasi pasangan yang akan melakukan perceraian BP4 memberikan nasehat kepada pasangan tersebut sesuaikan dengan permasalahan yang menyebabkan terjadinya perceraian, lalu pasangan tersebut diberikan waktu satu bulan untuk melaksanakan nasehat yang diberikan oleh BP4. Kesimpulan terakhir dari skripsi ini adalah bahwa posisi BP4 dalam mencegah perceraian adalah mempertahankan persidangan semi formal yang diamati melalui pasangan suami istri yang akan bercerai, pejabat BP4 dan saksi.

Dalam persidangan BP4 bertindak sebagai mediator pernikahan

(20)

9

yang memberikan nasihat, penawaran masuk dengan tujuan membuat pasangan memantapkan tujuan mereka untuk bercerai.12

Adapun perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti lebih memfokuskan pada peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai, dimana penulis meneliti peran BP4 atau kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat BP4 di KUA Kecamatan Selaparang dalam memediasi pasangan yang bermasalah atau pasangan yang akan bercerai. Sedangkan persamaanya sama-sama meneliti tentang BP4 dalam mencegah terjadinya perceraian.

2. Ahmad Faisal dengan judul skripsi “Efektivitas BP4 dan Peranannya Dalam Memberikan Penataran atau Bimbingan Pada Calon Pengantin”. Dari hasil penelitian Ahmad Faisal Dapat disimpulkan bahwa keberadaan lembaga BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat yang berperan dalam memberikan penataran atau bimbingan pada calon pengantin sebelum mereka melakasanakan akad nikah atau menjadi pasangan suami/istri dalam ikatan perkawinan, adapun juga upaya yang dilakukan oleh BP4 KUA Kecamatan Kembangan program kerja dalam memberikan penataran atau bimbingan pada calon pengantin dan pelaksanaan pemberian penataran atau bimbingan pada calon pengantin yang dilakukan oleh lembaga konselor perkawinan.13

12Marhamah Siti, “Peran BP4 dalam Mencegah Terjadinya Perceraian di Kabupaten Wonosobo” (Skrips, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011).

13Ahmad Faisal.”efektivitas BP4 dan Peranannya Dalam Memberikan Penataran atau Bimbingan Pada Calon Pengantin”.(Skripsi. Konsentrasi Peradilan Agama, program studi Ahwal al-Syaksiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).

(21)

10

Adapun perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti lebih memfokuskan pada peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai, dimana penulis meneliti peran BP4 atau kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat BP4 di KUA Kecamatan Selaparang dalam memediasi pasangan yang bermasalah atau pasangan yang akan bercerai serta berbeda lokasi penelitian yang diteliti. Sedangkan persamaanya sama-sama meneliti tentang BP4 dalam mencegah terjadinya perceraian.

3. Skripsi tentang “Peran BP4 Sebagai Mediator Dalam Membina Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”.Dari hasil penelitian Kartini Rustan dapat di simpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Kartina Rustan lebih menekankan kepada peran BP4 dalam membina keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah.14

Namun, adapun perbedaan dari Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartina Rustan yakni peneliti lebih memfokuskan pada peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kartina Rustan lebih memfokuskan peran BP4 dalam membina keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

14Kartina Rustan,”Peran BP4 Sebagai Mediator Dalam Membina Keluarga Sakinah, Mawadah, dan Warahmah” (Skripsi, Jurusan Peradilan, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Alauddin Makassar, 2017).

(22)

11 F. Kerangka Teori

1. BP4 (Badan Panesehat Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan)

a. Pengertian BP4

BP4 merupakan singkatan dari Badan Panesehat, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan merupakan organisasi profisional yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Kementrian Agama dan Intsitusi terkait, baik pemerintah maupun pemerintah dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahma menurut ajaran islam.

b. Sejarah BP4

Badan Panesehatan, Pembinaan dan pelestarian Perkawinan atau disingkat BP4 yang dahulu bernama Badan Penasehatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian, merupakan badan resmi pemerintah yang bertugas membantu Kementrian Agama dalam bidang pembangunan keluarga. Setelah antara tahun 1950 s.d 1954 dilakukan penilaian terhadap statistic NTR seluruh Indonesia, ditemukan fakta-fakta yang menunjukan labilnya perkawinan di Indonesia, dimana angka cerai/ thalak di banding nikah mencapai 60% sampai 70%. Hal tersebut mendorong H.S.M. Nasaruddin Latif untuk menggerakkan lahirnya organisasi panesehat perkawinan yang dianggapnya semacam dokter perkawinan bagi pasangan suami istri. Maka pada bulan April 1954 di setiap KUA se-Jakarta dibentuk SPP (Seleksi Panesehat Perkawinan), kemudian tahun 1956 dirubah menjadi P-5 (Panetia Penesehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian) yang bergerak di bidang usaha mengurangi perceraian dan mempertinggi nilai-nilai perkawinan. Hal ini

(23)

12

mendapat sambutan luas di Depag Jatim, Kalimantan, Lampung, dan Sumsel.15

Bersamaan dengan itu di Bandung pada tanggal 3 Oktober 1954 mendirikan BP4 (Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian) yang didukung oleh organisasi- organisasi wanita dan pemuka-pemuka masyarakat yang menyebar ke Jateng. Langkah tersebut diikuti oleh DIY tahun 1957 dengan mendirikan BKRT (Badan Kesejahteraan Rumah Tangga) yang menyebar ke setiap Kecamatan dan Kabupaten.16

Maka pada tanggal tiga Januari 1960 ketiga badan hukum tersebut melebur menjadi satu kesatuan yang berskala nasional dengan nama BP4 (Badan Pembina Nikah dan Perjanjian Perceraian), yang kemudian diwujudkan dengan bantuan Menteri Agama dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 85 Tahun 1961. yang mengakui bahwa BP4 adalah badan usaha paling sederhana yang bergerak di bidang penasehat perkawinan dan perceraian yang akan memberlakukan Keputusan Menteri Agama Nomor lima puluh tiga huruf a. Dengan pilihan Mendagri, BP4 menjadi bingkai yang semi formal.17

Beberapa alasan yang menjadi landasan filosofi di dirikannya BP4 tercantum dalam Muqaddimah Anggaran Dasar BP4 yang memuat inti motivasi dan semangat berdirinya BP4, di antaranya sebagai berikut:

Berdasarkan firman Allah SWT QS. Ar-Ruum ayat 21

15BP4 Pusat, Musyawarah Nasional Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan ke XIV (Jakarta: Masa Bakti 2009-2014), hlm. 27.

16 Ibid. hlm. 27.

17 Ibid.

(24)

13

َاهْيَلِإ اىٌُُكْسَتِل ًاجَوْزَأ ْنُكَسُفًَأ ْيِه نُكَل َقَلَخ ْىَأ ِهتَياَء ْيِهَو نُكٌَْيَب َلَعَجَو ِمْىَقِل ِتَيَ َلََ كِلَذ يف َّىِإ ًةَوْحَرَو ًةَدَىَّه

﴿ َىوُرَكَفَتَي 12

Arinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNya, dan di Jadika Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

(QS. Ar-Ruum: 21).18

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia yaitu laki-laki dan perempuan dianjurkan untuk membentuk keluarga (menikah), agar tercipta ketentraman dan tumbuhnya rasa kasih sayang.

c. Visi dan Misi BP4

Visi BP4 yaitu mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahma, sedangkan Misi BP4 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas konsultasi perkawinan, mediasi dan advokasi.

2) Meningkatkan pelayanan kepada keluarga yang bermaslah melalui kegiatan konseling, mediasi, dan advokasi.

3) Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM BP4 dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapain tujuan.19

18 QS Ar-Ruum [30]: 21, Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an, hlm. 404.

19BP4 Pusat, Musyawarah Nasional Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan ke XIV (Jakarta: Masa Bakti 2009-2014), hlm. 14.

(25)

14 d. Tujuan BP4

Berdasarkan pasal 4 Anggaran Dasar BP4, BP4 Berdasarkan Islam dan berasaskan Pancasila. Sedangkan pasal 5 Anggaran Dasar BP4, Tujuan BP4 adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materil dan spiritual.20 e. Usaha dan Upaya BP4

Untuk mencapai tujuan sebagaimana disebut pasal 4 dan 5, BP4 mempunyai upaya dan usaha yaitu:21

1) Memberikan bimbingan, penyuluhan, penasehatan, dan konsultasi/konseling, mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun perkelompok secara langsung atau melalui media masa dan media elektronik.

2) Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan keluarga.

3) Memberikan bauntuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di pengadilan agama.

4) Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di pengadilan agama.

5) Mengurangi angka perselisihan, perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur, dan pernikahan tidak tercatat.

20 Ibid. hlm. 5.

21Ibid. hlm. 5-6.

(26)

15

6) Bekerjasama dengan instasi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun diluar negeri.

7) Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brousur, media massa dan media elektronik yang dianggap perlu.

8) Menyelenggarakan kursus pra nikah, pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitaan dengan perkawinan dan keluarga.

9) Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan penghayatan dan pengelaman nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak karimah dalam rangka membina keluarga sakinah.

10) Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah.

11) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga dan kewirausahaan.

12) Upaya dan usaha lain yang di pandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.

f. Fungsi BP4

Lembaga BP4 adalah organisasi yang berusaha menawarkan persembahan untuk masalah keluarga sebagai mitra Kementerian Agama. Berdasarkan Musda ke-13 tahun 2006 secara total sebagai berikut: melaksanakan pembinaan perkawinan dengan cara mengadakan bimbingan calon pengantin,

(27)

16

menumbuhkan perbaikan keluarga sakinah, melaksanakan pendidikan pranikah dan pranikah.22

1) Menyelenggarakan kursus calon pengantin

Perkawinan dalam agama islam yaitu sunnah Rasul Saw.

Maka ketentuan tentang perkawinan di atur dalam Undang- Undang. Tujuan perkawinan tentunya ingin membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Agar apa yang di harapkan suami istri atau calon pengantin dapat di capai, maka perlu adanya pengarahan dan perbekalan sebelum mereka melangsungkan pernikahan. Di lembaga inilah masyarakat dapat berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan perkawinan baik pra nikah atau pasca nikah melalui kursus calon pengantin.

2) Mengembangkan pembinaan keluarga sakinah

Para pasangan suami istri dalam mengurangi bahtera rumah tangga tidak selamanya berjalan lancar tanpa ada rintangan, kadang kala badai menerpa sehingga memungkinkan terjadinya perselisihan dalam rumah tangga.Misalnya perselingkuhan, ketidakadilan, cemburu buta, poligami dan lain-lain. Hal ini tidak dapat di atasi akan mengarah pada perceraian. Untuk mengatasi hal tersebut lembaga BP4 dapat membantu solusi atas keresahan rumah tangga tersebut. Salah satunya dengan mengadakan program Desa Binaan Keluarga Sakinah.

3) Memberikan pendidikan pra nikah dan pasca nikah

22Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor Dj.II/542/tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra nikah.KUA Kec.Gantarang.

(28)

17

Para pemuda dan pemudi yang belum melangsungkan pernikahan perlu kiranya untuk mendapat pengetahuan tentang pernikahan sejak mereka masih duduk di bangku sekolah SLTP atau SLTA. Pembinaan pasca nikah ditujukan pada keluarga yang berusia di bawa 17 tahun.Karena pernikahan di bawa 17 tahun masih rentan sekali mendapat cobaan-cobaan dalam kehidupan rumah tangganya sehingga di rasa masih perlu mendapat pembinaan.

2. Perceraian

Perceraian menurut undang-undang sesuai pasal 38 undang- undang No. 1 tahun 1974 adalah “putusnya perkawinan”. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan menurut pasal 1 undang-undang No. tahun 1974 adalah “ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi perceraian adalah putusnya ikatan lahir batin antara suami dan istri yang mengakibatkan berakhirnya hubungan keluarga (rumah tangga) antara suami dan istri.23

Perceraian merupakan aternatif terakhir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami istri bila ikatan perkawinan (rumah tangga) tidak dapat dipertahankan keutuhan dan kelanjutannya. Sifat alternatif terakhir di maksud yaitu sudah ditempuh berbagai cara dan cara teknik untuk mencari kedamaian diantara kedua belah pihak

23 Dr.Muhammad Syarifuddin, S.H., M.Hum, Sri Turatmiya, S.H., M.Hum.

Annalisa Yahannan, S.H., M.Hum. Hukum Perceraian. (Jakarta Selatan: Sinar Grafika, 2014), hlm. 7.

(29)

18

baik melalui hokum dari kedua belah pihak maupun langkah- langkah dan teknik yang di ajarkan oleh Al-Qur‟an dan hadist.24

Menurut Subekti, perceraian adalah batalnya perkawinan dengan bantuan keputusan keputusan atau kebutuhan salah satu pihak dalam perkawinan. Kemudian Ali Afandi dalam Subekti menyatakan bahwa perceraian merupakan salah satu motif putusnya suatu perkawinan. Lebih lanjut Sudarsono mendefinisikan bahwa perceraian sama dengan meninggalkan pesta ulang tahun lawan tanpa izin dan alasan yang sah atau hal-hal lain di luar potensinya..25 3. Cara Menyelesaikan Konflik Dalam Rumah Tangga

Ada beberapa hal yang tercakup dalam konsep penyelesaian konflik pada keluarga menurut Thomas dan Kilmann yaitu:26

a. Mempersatukan

Penyelesaian konflik dengan cara saling berbagi informasi yang diperoleh dan diketahui. Penyelesaian dengan metode ini dengan mempelajari perbedaan dan menemukan jalan keluar yang dsapat diterima. Dalam mengatasi konflik dengan cara ini sangat positif untuk memunculkan cara berpikir yang penuh inovasi.

b. Kerelaan untuk membantu

Penyelesian ini melalui mengecilkan perbedaan dan menemukan persamaan antara pihak berkonflik. Cara ini memiliki kelebihan yakni membuat pihak lawan lebih

24Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 73.

25 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.

136.

26 Wirawan, Konflik dan Menejemen Konflik, (Jakarta: Selemba Humanika, 2010), hlm.140.

(30)

19

diperhatikan daripada dirinya sendiri agar pihak lawan merasa terangkat dan senang sehinggga memunculkan bentuk kerja sama.

c. Dominasi

Penyelesaian ini berpusat pada kepentingan diri sendiri maksudnya perhatian pada pihak lawan, dan cenderung dikesampingkan maka dari itu gaya ini disebut memaksa karena menanamkan pada pihak lawan”saya menang, kamu kalah”.

d. Menghindar

Penyelesaian ini melalui menghindari dari suatu masalah, menghindari dari lawan, dan menekan konflik yang sedang berlangsung.

e. Kompromis

Penyelesaian ini menekankan antar pihak yang berkonflik berada pada tingkat yang sepadan. Cara menyelesaiakannya melalui masing-masing pihak bersedia untuk mengorbankan sesuatu yang dimilikinya untuk mencapai penyelesaian dan diperlukannya kepandaian dalam tawar menawar.

Dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan cara atau strategi dalam menyelesaiakan konflik, diantaranya konflik dalam keluarga.salah satu sikap beragama yang penting adalah Islah.27 Ia diartikan sebagai upaya mendamaikan konflik. Diantaranya ayat Al-Qur‟an yang menuntut upaya perdamaian adalah Q.S Al-Hujarat ayat 9:

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu,min berperang muka damaikanlah anatara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain makaperangilah golongan

27 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Prefektif Hukum Syariah dan Hukum Nasional. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 175.

(31)

20

yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali kepada Allah, maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil”.28

4. Mediasi

a. Defenisi mediasi

Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada ditengah. Makna ini menunjukan pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menangani dan menyelesaikan sengketa antara para pihak. „beradadi tengah‟ juga bermakna mediator harus pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menimbulkan keperceyaan dari para pihak yang bersengketa.29

Menurut Christper W. Moore, sebagaimana di kutip Desrize Ratman, mediasi adalah suatu masalah yang dapat dibantu (penyelesaian masalahnya) oleh pihak ketiga yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, adil dan tidak memihak serta tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan, tetapi mempercepat para pihak yang bersengketa agar dapat mencapai suatu keputusan bersama dari masalah yang di sengketakan.30

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai proses pengikut sertaan pihak ketiga dalam

28 Tim Penerjemah, Al-Qur;an dan Terjemahannya. (Bandung: Diponegoro, 2015), hlm. 1090.

29 Syahrizal Abbas, Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 1.

30 Desriza Ratman, Mediasi Non-Litigasi Terhadap Sengketa Medik Dengan Konsep Win-Win Solition, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012), hlm. 133.

(32)

21

penyelesaian suatu perselisihan sebagai panesehat. Pengertian mediasi yang diberikanKamus Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga unsure penting.Pertama, mediasi merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa. Kedua, pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari luar pihak yang bersengketa.Ketiga, pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak sebagai panesehat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.31

Di Indonesia, definisi mediasi yang lebih konkrit dapat ditentukan dalam peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2 Tahun 2003 tentang Teknik Mediasi di Pengadilan. Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui sistem perundingan di antara peristiwa-peristiwa yang dibantu melalui seorang mediator (pasal 1 angka 6). Pengertian mediasi dalam Peraturan Peradilan Pilihan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tidak selalu lepas dari esensi mediasi yang dikemukakan melalui perjuangan penolakan profesional.32

Sejalan dengan John W. Head yang dikutip dari e-book Gatot Soemartono, mediasi adalah metode mediasi dimana seseorang bertindak sebagai "mobil" untuk berkomunikasi antara peristiwa, agar pandangan khusus mereka tentang perselisihan dapat dipahami dan mungkin didamaikan, namun kewajiban utama adalah untuk mendapatkan penyelesaian. perdamaian tetap berada di tangan para pihak itu sendiri. dalam definisi ini,

31Syahrizal Abbas, Mediasi:…, hlm. 2.

32Ibid. hlm. 8.

(33)

22

mediator dianggap sebagai “mobil” bagi para pihak untuk berkomunikasi.33

Menurut Gary Goopaster dikutip dari buku Syahrizal Abbas, memberikan defenisi mediasi sebagai proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan Perjanjian yang memuaskan.34

b. Defenisi mediator

Mediator adalah pihak ke-3 yang membantu menyelesaikan perselisihan antara para pihak, yang sekarang tidak ikut campur dalam pengambilan pilihan. Mediator menjembatani pertemuan peristiwa, melakukan negosiasi, melanjutkan dan mengendalikan sistem negosiasi, menawarkan solusi alternatif dan secara kolektif para pihak merumuskan penyelesaian perselisihan.35

Pengertian mediator disebutkan dalam Pasal 1 angka 5, khususnya: “Mediator adalah orang yang netral dan independen, yang sifatnya membantu para pihak dalam mencari berbagai penyelesaian sengketa yang layak.36

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mediator adalah perantara (penghubung, penengah) bagi pihak-pihak yang bersengketa.37

33 Gatot Soermartono, Arbirtrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 120.

34Syahrizal Abbas, Mediasi:…,hlm. 5.

35Ibid. hlm. 59.

36Gatot Soermartono, Arbirtrase..., hlm. 119-120.

37 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), edisi ketiga, hlm. 726.

(34)

23

Menurut Gifford dikutip daari buku Nurnaningsih Amriani mendefenisikan fungsi-fungsi mediator dalam sebuah proses perundingan sebagai berikut:38

1) Memperbaiki komunikasi di antara pihak

2) Memperbaiki sikap para pihak atau kuasa hukumnya tentang proses perundingan

3) Menanamkan sikap realistis kepada pihak yang merasa situasi atau kedudukannya tidak menguntungkan.

4) Mengajukan usulan-usulan yang belum didefenisikan oleh para pihak.

c. Tujuan mediasi

Tujuan mediasi adalah untuk menyelesaikan perselisihan antara para pihak melalui melibatkan perayaan ketiga yang netral dan tidak memihak. Mediasi dapat membawa peristiwa pada penyelesaian perdamaian abadi dan berkelanjutan, berpikir bahwa penyelesaian sengketa melalui mediasi menempatkan masing-masing pihak dalam fungsi yang sama, tidak ada pihak yang menang atau kalah..39

Beberapa tujuan mediasi yaitu:40 1) Utama

a) Membantu mencari jalan keluar atau peluang kesepakatan perselisihan yang timbul di antara para pihak yang dapat disepakati dan dapat ditenggang waktu dengan bantuan peristiwa-peristiwa yang bersengketa..

38Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 65.

39Syahrizal Abbas, Mediasi:…, hlm. 24.

40FelixSoebagio>http://www.bapmi.org/pdf/DiskusiTerbatasPelaksanaanMedias i_Felix.Soebagio.pdf > dikutip pada tanggal 4 November 2021.

(35)

24

b) Dengan demikian cara negosiasi adalah cara melihat ke depan dan sekarang bukan prosedur pencarian ke belakang. apa yang ingin dicapai tidak selalu mencari fakta dan atau dasar pidana yang diterapkan tetapi lebih besar untuk memperbaiki masalah.

2) Tambahan

a) Melalui proses mediasi diharapkan dapat dicapai terjalinnya komunikasi yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa.

b) Menjadikan para pihak yang bersengketa dapat mendengar, memahami alasan /penjelasan/ argumentasi yang menjadi dasar/ pertimbangan pihak yang lain.

c) Dengan adanya pertemuan tatap muka, diharapkan dapat mengurangi rasa marah/bermusuhan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain.

d) Memahami kekurangan/ kelebihan/ kekuatan masing- masing. Dalam hal ini diharapkan dapat mendekatkan cara pandang dari pihak-pihak yang bersengketa, menuju suatu kompromi yang dapat diterima para pihak.

d. Manfaat mediasi

Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi sangat dirasakan manfaatnya, karena pihak telah mencapai kesepakatan yang mengakhiri persengketaan mereka secara adil dan seling menguntungkan. Mediasi dapat memberikan sejumlah keuntungan antara lain:41

41Syahrizal Abbas, Mediasi:…, hlm. 25.

(36)

25

1) Mediasi diharapkan sebagai upaya penyelesaian sengketa secara cepat dan relatif terjangkau dibandingkan dengan membawa sengketa ke ruang sidang atau ke arbitrase..

2) Mediasi akan memfokuskan perhatikan para pihak pada kepentingan mereka secara myata dan pada kebutuhan emosi atau pesikologi mereka, sehingga mediasi bukan hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.

3) Mediasi memberikan kesempatan para pihak berpartisipasi secara langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.

4) Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan control terhadap proses dan hasilnya,

5) Mediasi dapat mengubah hasil yang dalam litigasi dan arbitrase sulit diprediksi, dengan suatu kepastian melalui suatu konsesus.

6) Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara pihak yang bersengketa karena mereka sendiri memutuskan.

7) Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan oleh hakim di pengadilan atau arbiter pada lembaga arbitrase.

e. Tahapan mediasi

Ada beberapa tahapan mediasi secara umum, yaitu:42 1) Tahapan pendahuluan

42Nurnaningsih Amriani, Mediasi…,hlm. 65.

(37)

26

a) Dibutuhkan suatu proses “pemahaman” yang cukup sebelum suatu proses mediasi dimulai, miasalnya apa yang menjadi sengketa.

b) Konsultasi dengan para pihak tentang tempat dan waktu mediasi, identik pihak yang hadir, aturan tempat duduk, dan sebaggainya.

2) Sambutan mediator

a) Menerangkan urutan kejadian

b) Meyakinkan para pihak yang masih ragu c) Menerangkan peran mediator dan para pihak

d) Menegaskan bahwa para pihak yang bersengketalah yang berwenang untuk mengambil keputusan

e) Menyusun aturan dasar dalam menjalankan tahapan f) Member kesempatan mediator untuk membangun

kepercayaan dan menunjukan kendali atas proses g) Mengonfirmasi komitmen para pihak terhadap proses 3) Presentasi para pihak

a) Setiap pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan permasalahannya kepada mediator secara bergantian.

b) Tujuan dari presentase ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para pihak untuk mendengar permasalahan dari pihak lainnya secara langsung.

4) Identifikasi hal-hal yang sudah disepakati

salah satu peran penting mediator adalah mengidentifikasi isu-isu yang telah disepakati antara peristiwa sebagai dasar untuk melanjutkan metode negosiasi.

5) Mengeidentifikasi dan mengrutkan permasalahan

(38)

27

Mediator ingin membuat struktur dalam pertemuan mediasi yang memuat masalah-masalah yang sedang diperselisihkan dan sedang berkembang. Dikonsultasikan dengan acara, sehingga daftar masalah dikompilasi ke dalam tabel waktu.

6) Negosiasi dan pengambilan pilihan

a) Derajat negosiasi yang biasanya merupakan waktu alokasi spread

b) dalam versi klasik, fungsi mediator adalah menjaga ketertiban, membentuk, mendokumentasikan pengetahuan, membingkai ulang dan meringkas, dan kadang-kadang ikut campur untuk membantu metode percakapan.

c) Dalam setiap versi lain, mediator mengatur jalur pertukaran verbal, menarik melalui mengajukan pertanyaan kepada acara dan perwakilannya.

7) Perakitan terpisah

a) Menggali permasalahan yang selama ini belum terungkap dan dianggap vital untuk mencapai kesepakatan

b) Untuk menyediakan lingkungan yang dinamis dalam proses negosiasi di dalam peristiwa berhenti yang tidak bernyawa

c) Jalankan fakta, lihat di pihak

d) Menjauhkan diri dari kecenderungan untuk melindungi pendapat para pihak di dalam sidang.

(39)

28

e) Untuk mengikat kembali hal-hal yang dilakukan pada prosedur ini dan jangan lupa efeknya jika tidak tercapai penyelesaian.

8) pembuatan seleksi akhir

a) Peristiwa disatukan sekali lagi untuk menjaga negosiasi terakhir dan menyelesaikan beberapa topik secara lebih rinci.

b) Posisi mediator adalah untuk memastikan bahwa setiap masalah telah disebutkan, di mana peristiwa itu senang dengan hasil akhir.

9) Pilihan perekaman

a) Dalam mediasi maksimum, penyelesaian akan dilakukan secara tertulis, dan itu bahkan merupakan tuntutan dalam kontrak mediasi.

b) Dalam kasus-kasus maksimum, cukuplah pokok-pokok penyelesaian ditulis dan ditandatangani, kemudian halus dengan bantuan pengacara menjadi kesepakatan akhir.

c) Dalam kasus-kasus lain yang tidak terlalu rumit, penyelesaian akhir dapat dilakukan secara langsung.

10) kata penutup

a) mediator umumnya memberikan komentar penutup sebelum mengakhiri mediasi.

b) ini dilakukan untuk menjelaskan kepada peristiwa apa yang telah mereka lakukan, meyakinkan mereka bahwa hasilnya adalah pilihan pribadi mereka, dan mengingatkan mereka tentang apa yang ingin mereka selesaikan di masa depan.

c) menyelesaikan final mediasi.

(40)

29 G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prodesur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, peneliti harus tampak dalam kehidupan orang-orang yang diteliti.43 Karena penelitian ini menggunakan kualitatif dimana peneliti sendiri yang harus terjun langsung ke lapangan guna meneliti tentang peran BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

Pada penelitian ini penulis menggunakan bentuk penelitian kualitatif karena penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengumpulkan informasi demi memahami subjek yang akan diteliti seperti, perilaku, motivasi, persepsi, tindakan dan lain-lain.

Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan jenis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh berupa kata-kata dan gambar bukan data-data berupa angka-angka. Dengan demikian, laporan dari hasil penelitian ini berisi kutiapan-kutiapan data untuk memberikan data dan gambaran penyajian tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan dokumen resmi lainnya.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti mengambil posisi sesaat dalam penelitian ini, mulai dari menemukan masalah hingga sentuhan akhir, mengambil tempat sekaligus ke wilayah peneliti yang akan dilakukan,

43 Erma, Metode Penelitian,(Jakarta: Renika Cipta, 2014), hlm.52.

(41)

30

mendapatkan sumber fakta tanpa penundaan dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Selaparang, Kecamatan Selaparang Kota Mataram. Alasan peneliti memilih intansi tersebut sebagai lokasi penelitian karena peneliti ingin mengetahui peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai, karena banyak masyarakat tidak mengetahui apa itu BP4?, dan rata-rata masyarakat mengajuan perceraian langsung ke pengadilan dan tidak melalui konsultasi ke BP4 terlebih dahulu. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan obsevasi dahulu.

4. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber statistik adalah sumber dari mana fakta diterima.

Ada fakta-fakta yang diharapkan dalam rencana penelitian ini, terutama arsip primer dan arsip sekunder. Informasi nomor satu adalah statistik yang diterima dari sumber utama, dalam istilah lain, statistik yang dikumpulkan melalui peneliti sendiri dengan menggunakan wawancara sekaligus dengan sumber fakta, sedangkan catatan sekunder adalah catatan yang diperoleh dari sumber kedua, khususnya statistik dalam bentuk file tertulis yang peneliti mengambil dari aset. termasuk buku, artikel dan jurnal yang berhubungan dengan kerumitan yang penulis teliti.44

44Juliansyah Noor, Metodologi…,hlm. 138-141.

(42)

31 a. Data primer

Data perimer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti diperoleh dari observasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait secara langsung dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Selaparang, BP4, pasangan suami/istri yang akan bercerai, penyuluh agama islam, serta Staf-staf yang ada di lingkungan Kantor Urusan Agama di Kecamatan Selaparang Kota Mataram.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah statistik yang diperoleh berupa fakta-fakta yang diambil dari dokumen-dokumen tertulis yang meliputi buku-buku referensi, artikel-artikel, profil Kantor Urusan Agama, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram dan catatan-catatan tertulis lainnya..

5. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap awal merencanakan suatu penelitian, perlu adanya pengolahan dan penganalisis data yakni merencanakan metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data merupakan cara- cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.45 a. Metode observasi

Metode observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.46 Dalam menggunakan Metode observasi ini, data yang akan dikumpulkan akan secara efektif apabila dilakukan secara langsung

45Suharsimi Arikunto, Menajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hlm. 100.

46 Djam‟an Satori, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alvabeta CV, 2017) hlm. 105.

(43)

32

dengan mengamati objek yang diteliti. Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan Peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

Adapun macam-macam observasi adalah:

1) Observasi partisipan adalah peneliti untukambil bagian dari situasi yang sedang diteliti

2) Observasi eksperimen adalah observasi yang dilakukan dalam situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti suatu yang di coba

3) Observasi terstuktur adalah observasi yang telah ditentukan dahulu kerangkanya.

Dari ketiga observasi tersebut, peneliti menggunakan jenis observasi non partisipatif. Karena peneliti hanya datang kelapangan untuk mencari informasi dan mengambil data terkait tentang peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai, karena mengingat untuk melakukan observasi peneliti tidak terlibat secara langsung atau tidak ikut berperan dalam aktivitas yang dilakukan.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk pertukaran verbal antar orang, berkaitan dengan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dari individu lain dengan cara mengajukan pertanyaan berdasarkan motif tertentu..47

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data melalui cara percakapan, khususnya melalui sentuhan atau

47 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001), hlm 180.

(44)

33

hubungan pribadi antara kreditur statistik (wawancara) dan sumber fakta (responden). Dengan cara ini peneliti mendapatkan informasi untuk menjawab masalah penelitian yang tidak dapat diperoleh melalui metode seri informasi yang berbeda.

Jenis-jenis wawancara yang digunakan peneliti didalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Wawancara terstruktur merupakan wawancara sebagai tekhnik pengumpulan data, dimana peneliti atau pengumpuldata telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh.

2) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk mengumpulkan data tentang peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai. Artinya peneliti peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara yang bebas tetapi menggunakan pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pertanyaan yang akan diteliti.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data memilih berkas-berkas

(45)

34

tertulis, buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, serta arsip-arsip lainnya.48

Metode dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini agar peneliti benar-benar melakukan penelitian dan hasil dari penelitian ini mampu menunjang karya penelitian. Dimana proses penelitian ini, peneliti menggunakan foto-foto, profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Selaparang, dan pedoman wawancara secara arsip-arsip wawancara berupa data terkait peran BP4 di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

c. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.49 Analisis adalah proses menyusun, mengatagorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahaminya.

Analisis data secara sistimatis dilakukan dengan tiga langkah secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstarakan dan tranformasi data-data kasar yang uncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.

Permasalahan kedudukan BP4 KUA Kabupaten Mataram dalam memediasi pasangan suami istri yang hendak bercerai diambil

48 Prof. Dr. Lexy J. Moleong. M.A. Metode Penelitian…., hlm. 207

49 Prof. Dr. Lexy J. Moleong. M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya. 2011), hlm. 248.

(46)

35

melalui wawancara dan observasi yang kemudian dianalisis melalui pemolesan, pengklasifikasian, pengarahan, pembuangan yang tidak berguna dan penataan arsip agar dapat disuplai.

2. Display Data (Penyajian Data)

Display data (Penyajian data) atau menunjukkan fakta (presentasi statistik) adalah sekelompok statistik yang memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan. Penyajian fakta tentang kerepotan posisi BP4 KUA Kecamatan Selaparang, Kota Mataram dalam menengahi pasangan yang hendak bercerai yang telah diturunkan melalui pasal-pasal yang mungkin sudah tersedia.

3. Penarikan Kesimpulan (veriffikasi)

Menarik kesimpulan adalah sebagian dan hobi dari keseluruhan konfigurasi, kesimpulan juga dibuktikan selama penelitian di dalam pikiran penganalisis melalui penulisan ringkasan di catatan. Hasil penyajian data bisa diambil kesimpulan tentang temuan lapangan mengenai peran BP4 KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai.

d. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk membuktikan informasi yang diperoleh di tempat penelitian dengan keadaan yang sebenarnya. Nasution dalam e- booknya menyatakan bahwa “suatu alat ukur dinyatakan sah atau sah apabila mengukur apa yang hendak diukur oleh alat tersebut”.

Dan kredibilitas fakta itu sendiri bertujuan untuk membuktikan apa yang ditemukan oleh peneliti sesuai dengan pengumuman yang sebenarnya. Kredibilitas adalah tingkat kebenaran informasi yang

(47)

36

dikumpulkan. yang menggambarkan kesesuaian konsep peneliti dengan efek penelitian.50

a. Melakukan pengamatan secara sungguh-sungguh

Ketekunan daya tahan komentar, terutama pengamatan yang dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik dan faktor- faktor dalam situasi yang mungkin sangat relevan dengan masalah atau isi materi yang dipelajari dan kemudian dimasukkan ke dalam elemen ini. Dalam contoh ketekunan atau keikhlasan atau dalam penelitian ini, peneliti melihat fungsi BP4 di lingkungan KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam memediasi pasangan yang akan bercerai..

b. Menggunakan bahan referensi

Referensi yang digunakan adalah bahan dokumentasi, catatan disiplin tersimpan. Dengan referensi, peneliti dapat mengecek kembali fakta-fakta dan mempelajari informasi yang peneliti dapatkan dalam subjek.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan statistik penggunaan sesuatu yang lain. keluar dari informasi untuk tujuan pemeriksaan atau sebagai perbandingan yang bertentangan dengan fakta.

Peneliti menggunakan metode triangulasi karena peneliti membandingkan hasil wawancara dengan observasi, dan membandingkan konsekuensi dokumentasi dengan wawancara.

ini untuk memadukan dan menyehatkan apa yang tampak selama

50Nasution, Metode Reaserch…,hlm.74.

Gambar

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk
Tabel 2.3 Daftar Pemeluk Agama
Tabel  2.4  Jumlah  tempat  rumah  ibadah  di  Kecamatan  Selaparang.
Tabel 2.5 Jumlah Sarana Pendidikan 60
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data tingkat hasil belajar menulis ringkasan teks eksplanasi siswa kelas V UPT SPF SDN 331 Borongtellu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba menggunakan pendekatan