• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT SCABIES DI PENGUNGSIAN PADA BENCANA ALAM BANJIR

N/A
N/A
Besse Rismayani

Academic year: 2023

Membagikan "PENYAKIT SCABIES DI PENGUNGSIAN PADA BENCANA ALAM BANJIR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT SCABIES DI PENGUNGSIAN PADA BENCANA ALAM BANJIR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Managen Bencana”

Dosen Pengampu : Bpk. Moh. Rizki Fauzan, S.K.M,M.Kes.

OLEH : KELOMPOK 3

1. AFDHAL K. U. ANGGOL (01901040001)

2. ANGELINA D. F. T. PUTRI (01901040003)

3. ANNISA A. C. HULLA (01901040004)

4. AZIZAH A. ARYANTO (01901040005)

5. BESSE RISMAYANI (01901040006)

6. GIA MAKALALAG (01901040008)

7. NIKSON AESONG (01901040015)

8. RENATA P. MOKODONGAN (01901040018)

9. RHENATA C. SUMITO (01901040019)

10. TAZKIA A. YASIN (01901040025)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehat sehingga makalah yang dengan judul “Manajemen Bencana” ini dapat terselesaikan dengan baik. Kedua kalinya tak lupa pula kami haturkan solawat beserta salam atas junjungan alam nabi kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa risalah sehingga kita dapat mengecap indahnya nikmat iman seperti sekarang ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen Bpk. Moh. Rizki Fauzan, S.K.M,M.Kes. yang telah memberikan kami tugas walaupun jauh dari kesempurnaan, serta terima kasih kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah membantu kami membuat makalah ini dengan segenap tenaga sehingga terbentuklah makalah ini.

Maka dari itu besar harapan kami akan kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk tercapainya makalah yang lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan nya atau sekedar menambah wawasan.

Kotamobagu, 27 April 2021

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar belakang 3

B. Rumusan masalah 4

C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Definisi Scabies 5

B. Gejala Klinis Penyakit Scabies 6

C. Penyabab Scabies Saat Bencana Banjir 6

D. Penularan Penyakit Scabies di Tempat Pengungsian 7

E. Upaya Pencegahan Penyakit Scabies di Tempat Pengungsian 9

F. Tindakan Petugas Dalam Mengatasi Masalah Penyakit Scabies Ditempat Pengungsian 10

BAB III PENUTUP 11

Kesimpulan 11

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir definisi banjir adalah hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan kawasan tersebut.

Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei tungau (mite) berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas diseluruh dunia ini dapat ditularkan dari hewan kemanusia dan sebaliknya. Tungau ini berukuran 200-450 mikron, berbentuk lonjong, bagian dorsal konveks sedangkan bagian ventral pipih (Soedarto, 2009). Penyakit skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gudig, gatal agogo, budukan dan penyakit ampera Di Indonesia, penyakit yang telah hampir teratasi ini cenderung mulai bangkit dan merebak kembali dan menunjukan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi utara dan teritinggi di Jawa barat. Amirudin, dalam penelitian scabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, menemukan insidens penderita scabies selama 1983-1984 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya mendapatkan insidens scabies 0,67% pada tahun 2003-2004.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia prevalensi scabies di Indonesia sebesar 4,60- 12,95% dan scabies menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit tersering. Gejala penyakit scabies adalah gatal-gatal didaerah genitelia, ketiak dan pantat yang sering mereka rasakan pada malam hari

(5)

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan pembahasan yang di tuangakan dalam semuah makalah “Penyakit Scabies Di Pengungsian Pada Bencana Alam Banjir”

B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi scabies?

2. Apa saja gejala klinis penyakit scabies?

3. Apa saja penyebab scabies saat bencana banjir?

4. Bagaimana penularan penyakit scabies ditempat pengungsian?

5. Bagaimana upaya pencegahan penyakit scabies ditempat pengungsian?

6. Bagaimana tindakan petugas dalam mengatasi masalah penyakit scabies ditempat pengungsian?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi scabies

2. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit scabies

3. Untuk mengetahui penyebab scabies saat bencana banjir

4. Untuk mengetahui penularan penyakit scabies ditempat pengungsian

5. Untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan penyakit scabies ditempat pengungsian

6. Untuk mengetahui tindakan petugas dalam mengatasi masalah penyakit scabies ditempat pengungsian

1.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Scabies

Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei tungau (mite) berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas diseluruh dunia ini dapat ditularkan dari hewan kemanusia dan sebaliknya.

Tungau ini berukuran 200-450 mikron, berbentuk lonjong, bagian dorsal konveks sedangkan bagian ventral pipih Penyakit skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gudig, gatal agogo, budukan dan penyakit ampere.

Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita. Insidensi skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemik dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.

Scabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan (Sarcoptes scabiei) dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Penularan penyakit ini seringkali terjadi saat terpapar dengan penerita dalam waktu yang lama dan intensitas waktu yang sering.

Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Selain itu faktor penularannya bisa melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda - benda lainnya.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi juga dapat disebabkan oleh penderita sendiri akibat garukan yang mereka lakukan. Garukan tersebut dilakukan karena adanya rasa gatal. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan dan eksreta tungau yang

(7)

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan di temukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain, dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

B. Gejala Klinis Penyakit Scabies

Tungau menyukai daerah kulit yang tipis dan memiliki banyak lipatan seperti pada pergelangan tangan, siku, kulit diantara jari jemari tangan, kaki, penis dan skrotum, lipatan ketiak, daerah pusar, kelamin luar pada laki-laki dan pada wanita skabies juga dapat ditemukan didaerah payudara dan puting, sedangkan pada anak-anak yang kulitnya relatif masih lembut, serangan tungau ini dapat dijumpai dibagian wajah.

Gejala klinis akibat tungau skabies ini adalah timbulnya rasa gatalgatal pada kulit yang terkena, terutama pada malam hari (pruritus noktura) sehingga mengganggu ketenangan tidur. Rasa gatal timbul akibat dari reaksi alergi terhadap eksresi dan sekresi yang keluar dari tubuh tungau, biasanya gejala ini muncul satu bulan setelah serangan tungau didahului dengan munculnya bintik- bintik merah pada kulit (rash). Diagnosis dilakukan dengan menemukan parasit tungau skabies ini pada kulit melalui kerokan kulit. Kerokan kulit yang diperiksa dibawah mikroskop akan menunjukkan adanya parasit Sarcoptes scabiei yang spesifik bentuknya.

C. Penyabab Scabies Saat Bencana Banjir

Dalam banyak hal mengenai bencana baik karena alam atau non alam yang disertai dengan pengungsian. Timbulnya masalah kesehatan sering terkait dengan menurunnya pelayanan kesehatan, timbulnya kasus penyakit menular, terbatasnya persediaan pangan dan menurunnya status gizi masyarakat, memburuknya sanitasi lingkungan karena kurangnya persediaan air bersih, terbatasnya tempat penampungan pengungsi (papan) serta sandang.

(8)

Dalam pemberian pelayanan kesehatan pada kondisi bencana sering tidak memadai. Hal ini terjadi akibat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya jumlah dan jenis obat serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan, terbatasnya dana operasional pelayanan di lapangan, Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk akibat bencana tersebut.

Terbatasnya persediaan air bersih, sanitasi lingkungan yang buruk, menurunnya daya tahan tubuh merupakan masalah yang sering timbul dalam kondisi bencana banjir dan penanganannya belum memadai. Penanganan yang diberikan belum merujuk pada suatu standar pelayanan minimal. Dapat diprediksi akan terjadi peningkatan kasus penyakit menyular.

Bencana banjir termasuk kejadian yang sering terjadi pada setiap datangnya musim penghujan. Banjir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana. Banjir yang terjadi akan menimbulkan banyak kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga segala aktivitas akan terganggu dan lingkungan menjadi kotor dan tidak nyaman yang berdampak pada sarana air bersih dan berbagai penyakit yang akan muncul salah satunya adalah penyakit scabies.

D. Penularan Penyakit Scabies di Tempat Pengungsian

Scabies ditularkan melalui kontak langsung kulit dengan kulit penderita.

Umumnya, penyakit ini diderita oleh orang yang tinggal berkelompok, misalnya asrama, pesantren, tempat kos, dan pemukiman padat penduduk. Penularan ini pun umum terjadi di tempat pengungsian wilayah yang tertimpa bencana, terutama karena korban bencana tinggal dan tidur bersama, berdesakan dalam satu ruangan atau tenda.

(9)

Adapun kejadian penularan scabies di tempat pengugsian bencana , banyak hal yang mendasari kejadian pada penyakit ini di antaranya :

1. Lingkungan yang tidak bersih 2. Kurangnya sumber air bersih 3. Kondisi yang terlalu padat

4. Tidur berdesakan sehingga pakaian maupun perlengkapan tidur menjadi media penularan

5. Temperature udara yang panas sehingga membuat kutu scabies berkembang biak dengan cepat

6. Kurangnya air bersih dan fasilitas untuk memcuci membuat tungau mudah menular

Air sangat berperan penting terhadap penyakit kulit khususnya penyakit scabies karena penyakit kulit identik dengan kebersihan kulit dan untuk meningkatkan kebersihan kulit adalah dengan air yang bersih apabila air yang digunakan untuk madi tidak bersih maka akan beresiko terkena penyakit scabies, karena penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi yang sangat berperan terhadap penularan penyakit scabies , karena penyakit scabies merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih (water wased disease) yang digunakan untuk membasuh anggota badan sewaktu mandi.

Penyakit skabies berhubungan erat dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh, kekurangan makan dan hidup berdesak-desakan, terutama di tempat pengungsian. Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum, masak, mandi dan lain-lain).

Skabies adalah penyakit yang berhubungan dengan kepadatan penghuni, kepadatan yang terjadi di tempat penggungsian bisa menjadi sarana yang sangat baik bagi perkembangbiaakan tungau penyebab scabies.

(10)

Adapun personal hygiene yang berkaitan dengan kejadian skabies meliputi personal hygiene kulit, tangan dan kuku, pakaian, handuk, serta alas untuk tidur.

Kadangkali saat di tempat penggungsian masyarakat mengguankan baju dan peralatan mandi secara bergantian.

E. Upaya Pencegahan Penyakit Scabies di Tempat Pengungsian

Pencegahan scabies bisa dengan cara mengobati penderita dengan sempurna sebagai sumber infeksi. Selain itu selalu menjaga kebersihan badan dengan mandi dua kali sehari dengan sabun secara teratur serta menjaga kebersihan, mencuci dan merendam dalam air mendidih alas tidur dan alas bantal yang digunakan penderita.

Pada masyarakat di tempat pengungsian hal yang harus di lakukan agar tidak terjadi penularan penyakit scabies adalah :

1. Menggunakan air bersih baik untuk di konsumsi maupun untuk keperluan sehari-hari seperti MCK

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku. Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan menggunakan air mengalir. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat merupakan peranan penting dalam mengurangi adanya bakteri penyebab penyakit melekat pada tangan. Sama halnya dengan kebersihan kaki dalam membersihkannya harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas dari penyakit khususnya penyakit kulit.

3. Tidak bertukar, pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung, bantal atau alas tidur dari satu orang ke orang lainnya

4. Pengoalahan pembuangan sampah dan limbah yang tepat, contohnya tempat sampah yang letaknya tidak terlalu dekat dengan tempat pengunggsian, serta sarana pembuangan air limbah yang mengguanakan SPAL.

(11)

F. Tindakan Petugas Dalam Menangani Masalah Penyakit Scabies Ditempat Pengungsian

Untuk wabah scabies di daerah pengungsian, petugas kesehatan biasnya memberkan obat krim yang bertujuan untuk membunuh tungau serta obat oral untuk menggurangi rasa gatal. Penggobatan diberikan tidak hanya kepada mereka yang mengalami keluhan saja, namun juga untuk seluruh pengungsi yang tinggal di tempat yang sama secara serentak. Sedapat mungkin pakaian, handuk maupun perlengkapan tidur di cuci dan di jemur di bawah matahari.

(12)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei tungau berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas diseluruh dunia ini dapat ditularkan dari hewan kemanusia dan sebaliknya. Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Scabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Penularan penyakit ini seringkali terjadi saat terpapar dengan penerita dalam waktu yang lama dan intensitas waktu yang sering. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi juga dapat disebabkan oleh penderita sendiri akibat garukan yang mereka lakukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.

Tungau menyukai daerah kulit yang tipis dan memiliki banyak lipatan seperti pada pergelangan tangan, siku, kulit diantara jari jemari tangan, kaki, penis dan skrotum, lipatan ketiak, daerah pusar, kelamin luar pada laki-laki dan pada wanita skabies juga dapat ditemukan didaerah payudara dan puting, sedangkan pada anak- anak yang kulitnya relatif masih lembut, serangan tungau ini dapat dijumpai dibagian wajah.

Rasa gatal timbul akibat dari reaksi alergi terhadap eksresi dan sekresi yang keluar dari tubuh tungau, biasanya gejala ini muncul satu bulan setelah serangan tungau didahului dengan munculnya bintik-bintik merah pada kulit . Kerokan kulit yang diperiksa dibawah mikroskop akan menunjukkan adanya parasit Sarcoptes scabiei yang spesifik bentuknya.

(13)

Dalam banyak hal mengenai bencana baik karena alam atau non alam yang disertai dengan pengungsian. Timbulnya masalah kesehatan sering terkait dengan menurunnya pelayanan kesehatan, timbulnya kasus penyakit menular, terbatasnya persediaan pangan dan menurunnya status gizi masyarakat, memburuknya sanitasi lingkungan karena kurangnya persediaan air bersih, terbatasnya tempat penampungan pengungsi serta sandang.

Terbatasnya persediaan air bersih, sanitasi lingkungan yang buruk, menurunnya daya tahan tubuh merupakan masalah yang sering timbul dalam kondisi bencana banjir dan penanganannya belum memadai. Banjir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai, faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana.

Scabies ditularkan melalui kontak langsung kulit dengan kulit penderita. Umumnya, penyakit ini diderita oleh orang yang tinggal berkelompok, misalnya asrama, pesantren, tempat kos, dan pemukiman padat penduduk.

Air sangat berperan penting terhadap penyakit kulit khususnya penyakit scabies karena penyakit kulit identik dengan kebersihan kulit dan untuk meningkatkan kebersihan kulit adalah dengan air yang bersih apabila air yang digunakan untuk madi tidak bersih maka akan beresiko terkena penyakit scabies, karena penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi yang sangat berperan terhadap penularan penyakit scabies , karena penyakit scabies merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih yang digunakan untuk membasuh anggota badan sewaktu mandi.

(14)

Saran

Pihak tempat pengungsian sebaiknya menyediakan sarana air bersih untuk dikonsumsi atau digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti MCK, tetap menjaga kebersihan diri, dan tetap memprioritaskan PHBS

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Hamida, Muhammad faqih. Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Kondisi Fisik Air Dengan Kejadian Scabies Di Desa Wonbo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Higiene Penelitian. 3 September 2015;

ISSN : 2443-1141

Laili Hidayati, Zaenal Abidin. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Scabies Di Poli Penyakit Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Pringeseu Kabupaten Pringaseu Tahun 2015. Jurnal Dunia Kesmas. 1 Januari 2016; Vol 5, No 1

Dr. Ahmad Sujudi. Standar Minimal penanggulangan masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan Penanganan Pengungsi. Desember 2001

Dokter Sjafii Ahmad M.PH. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatam Akibat Bencana. Departemen Kesehatan RI Jakarta 2007, 6 Oktober 2006.

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat seperti kerusakan rumah, hilangnya harta benda, luka-luka, timbulnya berbagai macam penyakit, sulitnya mencari sumber air bersih, terganggunya aktivitas