• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Astigmatisme

N/A
N/A
Eka Maulana Zainul Muttaqin

Academic year: 2024

Membagikan "Penyebab Astigmatisme "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ASTIGMATISM:

Penyebab Astigmatisme

Penyebab mata silinder silinder adalah kelengkungan (kurvatura) dan kekuatan refraksi permukaan kornea dan/atau lensa yang berbeda-beda di antara berbagai meridian sehingga terdapat lebih dari satu titik fokus.

Hingga saat ini belum dapat dipastikan apa yang memicu kelainan tersebut. Dugaan kuat, kelainan tersebut terkait dengan faktor keturunan. Sehingga, sering kali astigmatisme terjadi sejak lahir.

Namun, mata silinder ini juga bisa terjadi akibat cedera pada mata, atau karena efek samping operasi mata. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kelainan refraksi ini:

 Infeksi yang mengakibatkan jaringan parut pada kornea

 Miopia (rabun jauh) atau rabun dekat (hipermetropi) yang sudah parah

 Melakukan operasi mata yang menyebabkan adanya perubahan kornea

 Gangguan mata lainnya, seperti keratoconus (degenerasi kornea) atau penipisan kornea

 Adanya benjolan pada kelopak mata yang menekan kornea

 Terlahir prematur atau stunting

 Mengalami sindrom down

Patofisiologi

Dalam astigmatisme reguler, sinar cahaya paralel tidak terfokus pada titik tertentu, melainkan dua garis fokus yang terbentuk. Konfigurasi sinar yang dibiaskan melalui permukaan torik diberi label sebagai konoid Sturm, dan jarak antara garis disebut interval fokus Sturm. Tingkat yang lebih tinggi dari

astigmatisme dicatat pada bayi dan neonatus. Tingkat astigmatisme bahkan lebih tinggi pada bayi baru lahir prematur, dan korelasi terbalik dicatat dengan usia postconceptional dan berat lahir. Sekitar 40 persen bayi baru lahir memiliki sekitar 1D astigmatisme sejak lahir, dan berkurang menjadi tingkat dewasa pada usia satu tahun karena pematangan mata yang normal dan remodeling bola mata. Telah diusulkan bahwa astigmatisme tinggi pada awal kehidupan menginduksi dan merangsang akomodasi.

Besarnya dan sumbu astigmatisme dapat bervariasi pada siang hari, dan variasi tersebut dapat disebabkan oleh tekanan kelopak mata, ketegangan otot ekstraokular, perubahan ukuran pupil, dan akomodasi. Kemiringan fisura palpebra mempengaruhi torisitas kornea, yang pada gilirannya mengubah astigmatisme. Pasien dengan sindrom Down dan sindrom Treacher Collins menunjukkan astigmatisme oblik karena kemiringan fisura palpebra ke atas atau ke bawah. Kekakuan kornea juga mempengaruhi astigmatisme yang disebabkan oleh tekanan kelopak mata. Pasien dengan defisiensi nutrisi

memengaruhi meridian horizontal sambil memperdalam meridian vertikal. Ukuran pupil juga

mempengaruhi astigmatisme. Ukuran pupil yang lebih besar berkorelasi dengan kekuatan silinder yang tinggi dan dengan aturan astigmatisme. Ukuran pupil yang lebih besar dikaitkan dengan penyimpangan tingkat tinggi seperti koma dan dapat meningkatkan kekuatan silinder dalam pembiasan nyata. Koma dikaitkan dengan jumlah astigmatisme yang lebih tinggi. Perubahan film air mata juga mempengaruhi kornea dan mengakibatkan astigmatisme.5

(2)

Jenis-Jenis Astigmatisme

Berdasarkan meridian utama, silinder bisa dibedakan menjadi dua. Yakni reguler dan ireguler.

1. Astigmatisme Reguler

Yakni jika meridian utama sistem optik mata memiliki orientasi yang konstan sepanjang pupil dan perbedaan kekuatan refraksi-nya juga konstan.

2. Astigmatisme Ireguler

Yakni jika orientasi meridian utama serta besar silinder di sepanjang bukaan pupil berubah-ubah.

Berdasarkan orientasi dan posisi garis fokusnya, silinder dibedakan menjadi lima jenis:

1. Astigmatisme miop simpleks

Astigmatisme miop simpleks (simple myopic astigmatism) adalah silinder dengan satu garis fokus pada retina. Garis lainnya terletak di depan retina.

2. Astigmatisme miop kompositus

Astigmatisme miop kompositus (compund myopic astigmatism) adalah silinder dengan kedua garis fokus terletak di depan retina.

3. Astigmatisme hipermetrop simpleks

Astigmatisme hipermetrop simpleks (simple hypermetropic astigmatism) adalah silinder dengan satu garis fokus pada retina. Garis lainnya terletak di belakang retina.

4. Astigmatisme hipermetrop kompositus

Astigmatisme hipermetrop kompositus (compund hypermetropic astigmatism) adalah silinder dengan kedua garis fokus terletak di belakang retina.

5. Astigmatisme mikstus

Astigmatisme mikstus (mixed astigmatism) adalah silinder dengan satu garis fokus berada di depan retina dan garis fokus lain berada di belakang retina.

Sedangkan berdasarkan orientasi meridian utamanya, mata silinder dibedakan menjadi tiga jenis:

Orientasi meridian astigmatisme adalah arah kelengkungan kornea atau lensa mata yang paling besar dan paling kecil. Meridian kornea adalah garis imajiner yang ditarik dari puncak kornea ke tepi. Meridian utama adalah dua meridian yang tegak lurus satu sama lain dan memiliki kekuatan refraksi terbesar dan terkecil.

Pada astigmatisme reguler, meridian utama berorientasi pada 90 derajat satu sama lain. Astigmatisme with-the-rule (WTR) adalah jenis astigmatisme yang paling umum, di mana meridian vertikal memiliki kekuatan refraksi yang lebih besar daripada meridian horizontal. Astigmatisme against-the-rule (ATR) adalah jenis astigmatisme yang lebih jarang, di mana meridian horizontal memiliki kekuatan refraksi yang lebih besar daripada meridian vertikal. Pada astigmatisme oblik, meridian utama tidak berorientasi pada 90 derajat satu sama lain.

(3)

Orientasi meridian astigmatisme diukur dalam derajat. Meridian vertikal disebut sebagai 0 derajat, dan meridian horizontal disebut sebagai 90 derajat. Meridian lainnya diukur relatif terhadap meridian vertikal.

Orientasi meridian astigmatisme penting untuk dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Lensa silinder digunakan untuk mengoreksi astigmatisme. Lensa silinder memiliki permukaan yang melengkung dalam satu arah dan datar di arah lain. Kekuatan lensa silinder diukur dalam dioptric

Gejala Astigmatisme

Dr. Hani Faradis, Sp.M menjelaskan, orang yang mengalami mata silinder, umumnya mengalami:

 penglihatan kabur atau sering berbayang

 sering memicingkan mata ketika melihat jauh maupun dekat

 mengeluh kesulitan membaca tulisan yang kecil

 sakit kepala, mata tegang dan lelah setelah membaca atau memakai gadget

 pada gangguan mata silinder yang ringan, gangguan penglihatan mungkin tidak terjadi secara signifikan

Pengobatan

Ada beberapa pilihan pengobatan astigmatisme, yaitu:

 Kacamata

Untuk memperbaiki penglihatan penderita astigmatisme, penggunaan kacamata adalah cara yang paling banyak dipilih. Kacamata harus mengandung lensa silindris, dapat pula ditambah dengan lensa ukuran sferis positif atau negatif sesuai dengan hasil pemeriksaan.

 Lensa kontak

Sebagai alternatif kacamata, dapat pula digunakan lensa kontak. Ukuran dan karakteristik lensanya pun serupa dengan yang digunakan pada kacamata.

 Operasi

Astigmatisme dapat diatasi melalui operasi untuk memperbaiki kelengkungan kornea. Operasi yang dapat dilakukan adalah LASIK (laser in situ keratomileusis) atau PRK (photorefractive keratectomy).

Prognosis

Prognosis kasus dengan astigmatisma biasanya baik jika ditangani tepat waktu, karena ada banyak pilihan yang tersedia untuk memperbaiki astigmatisme. Pasien yang tidak diobati, terutama selama masa kanak-kanak, dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan dan ambliopia secara permanen.

Silindris dapat berubah seiring waktu dan akan membutuhkan kacamata dan lensa kontak baru. Koreksi refraksi seringkali dapat menghilangkan atau mengurangi astigmatisme dalam banyak kasus. Pasien dengan keratoconus dapat mengalami kehilangan ketajaman visual karena astigmatisme yang tinggi;

karenanya pemeriksaan yang tepat waktu dan teratur diwajibkan.

(4)

Glaukoma

Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain: bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi terlihat di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal, rasa ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan. Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia sudah menderita penyakit mata yang kronis. Penyakit mata glaukoma ini dapat diderita kedua mata dari si penderita dan menurunkan tekanan bola mata adalah suatu keharusan,

sedangkan operasi diperlukan, jika pengobatan tidak berhasil.

Seringkali Glaukoma tanpa gejala apapun (tanpa sakit), sehingga dijuluki si “pencuri penglihatan” oleh karena kerusakan yang terjadi perlahan dan umumnya tidak disadari oleh penderitanya, kerusakan saraf penglihatan yang sudah terjadi tidak dapat dikembalikan menjadi normal. Oleh karena itu screening perlu dilakukan berkala, walaupun tidak ada gejala apapun.[3] Pada beberapa orang dapat terjadi Glaukoma, walaupun tekanan bola matanya rendah, sedangkan sebaliknya pada beberapa orang dengan tekanan bola mata tinggi kadang tidak merasakan sakit apapun yang bisa saja penglihatannya tetap masih normal ataupun sudah ada Glaukomanya. Kerusakan saraf mata yang masih sedikit ataupun berkurangnya luas lapang pandang yang masih sedikit tak dapat dideteksi dengan mata telanjang bahkan oleh Dokter Mata sekalipun dan perlu dilakukan Tes Humphrey untuk memastikan ada atau mulai berkurangnya luas lapang pandang.

FAKTOR RESIKO

1. Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih berisiko dibandingkan orang tua dan anaknya

2. Tekanan bola mata tinggi 3. Miopia (rabun jauh)

4. Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama 5. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

6. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk) 7. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya

8. Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama

pengobatan bisa dilakukan untuk memperlambat jalannya penyakit dan mencegah terjadinya kebutaan permanen.

(5)

“Target pengobatannya adalah menurunkan tekanan bola mata sebaik mungkin dengan menggunakan obat-obatan baik obat tetes ataupun obat minum, laser glaukoma, operasi bedah glaukoma atau operasi katarak,”

penanganan penyakit Glaukoma sebenarnya mirip dengan penyakit hipertensi, harus dilakukan pengontrolan secara teratur.

Glaukoma memerlukan penanganan seumur hidup dan pengobatan akan mencapai hasil maksimal jika obat digunakan dengan cara yang benar.

Prinsip pengobatannya adalah dengan:

1. Mengendalikan tekanan pada bola mata sebagai faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi.

2. Sedangkan faktor risiko lain umumnya tidak dapat dimodifikasi seperti faktor usia, riwayat keluarga maupun kelainan refraksi.

3. Penanganan lainnya adalah dengan menjaga kondisi saraf optik melalui pemberian obat-obatan yang sifatnya neuroprotektif apabila diperlukan, dengan syarat tekanan bola mata terkontrol dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Miopia merupakan kelainan refraksi dengan bayangan sinar dari suatu objek yang jauh difokuskan di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi, yang terjadi akibat

Latar Belakang: Miopia sebagai kelainan refraksi, hampir selalu menduduki urutan teratas dibandingkan dengan kelainan refraksi lainnya. Pada akhir abad ke- 20 di daerah

Jika visus membaik dengan pinhole tes, kemungkinan kelainan refraksi, jika tidak membaik kemungkinan kelainan media penglihatan (kelainan di kornea, humor aquos,

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari objek pada jarak tak terhingga akan berkonvergensi dan dibiaskan pada satu titik di depan

Miopia Def: Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat ( tanpa akomodasi ) , akan dibiaskan membentuk - Melihat jauh kabur, membaca

Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang kronik dan menyebabkan terbentuknya suatu jaringan parut pada konjungtiva tarsus superior

Miopia adalah kelainan refraksi yang disebabkan oleh ketidakmampuan komponen optik untuk memfokuskan n ini sering dijumpai pada anak usia sekolah. Salah satu faktor resiko

i FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR SKRIPSI, MARET 2016 AZHARI AHSAN 10542 0371 12 “HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN TERHADAP KEJADIAN RABUN JAUH MIOPIA DI FAKULTAS