Diajukan Oleh : Geia Arte Hera
4517012074
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2021
Oleh:
Geia Arte Hera
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa
ABSTRAK
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui peran pelayanan BPJS Kesehatan Makassar bagi peserta di masa pandemi COVID-19. Pendekatan pemeriksaan ini menggunakan metodologi kuantitatif. Contoh yang digunakan adalah 40 peserta BPJS Kesehatan Makassar yang terpapar covid-19, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh kualitas yang berperan dalam pelayanan BPJS Kesehatan Kota Makassar terhadap kepuasan pelayanan bagi peserta yang terkena virus baru wabah atau di tengah periode. pandemi saat ini, yaitu pandemi virus COVID-19.
Berdasarkan uraian dan hasil analisis yang ditampilkan, maka dapat disimpulkan. Pertama, pungutan iuran berdampak positif dan signifikan terhadap pelayanan peserta BPJS di masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar, artinya semakin baik pungutan iuran maka pelayanan peserta BPJS akan semakin baik pula. Kedua, pengolahan data berdampak positif dan signifikan terhadap pelayanan kepesertaan BPJS pada masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar, artinya semakin baik pengolahan data maka akan semakin baik pula pelayanan kepesertaan BPJS. Ketiga, Pembiayaan kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelayanan kepesertaan BPJS pada masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar, artinya semakin baik pelaksanaan pembiayaan kesehatan maka akan semakin baik pula pelayanan kepesertaan BPJS.
Kata Kunci: Peran Pelayanan BPJS Kesehatan.
ii
IMPLEMENTING AGENCY TOWARDS PARTICIPANT SERVICE DURING THE COVID-19 PANDEMIC
By:
Geia Arte Hera
Management Department Faculty of Economic Bosowa University
ABSTRACT
This examination. aims to determine the role of BPJS Health Makassar services for participants during the COVID-19 pandemic. This examination approach uses a quantitative methodology. The example used is 40 BPJS Health Makassar participants who were exposed to covid-19, the purpose of this study was to show the influence of quality that plays a role in the Makassar City BPJS Health service on service satisfaction for participants affected by a new virus outbreak or in the middle of the period. the current pandemic, namely the COVID-19 virus pandemic.
Based on the description and analysis results shown, it can be concluded.
The first is that the collection of contributions has a positive and significant impact on the services of BPJS participants during the COVID-19 pandemic in Makassar City, meaning that the better the collection of contributions, the services of BPJS participants will be better as well. Second, data processing has a positive and significant impact on BPJS participant services during the COVID- 19 pandemic in Makassar City, meaning that the better the data processing, the better BPJS participant services will be. Third, health financing has a positive and significant impact on BPJS participant services during the COVID-19 pandemic in Makassar City, meaning that the better the implementation of health financing, the better BPJS participant services will be.
Keywords: The Role Of Health BPJS Services.
iii
حي
م ِ رلا ن م ح ر ال م ِ س
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsis ini dengan judul
“peran badan penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan kota makassar terhadap layanan peserta pada masa pandemi covid-19” dalam memenuhi sebagai persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bosowa.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan baik dari segi teknik penulisan, maupun menyangkut materi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis sendiri dalam menyusun skripsi ini, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada menusia yang terlepas dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, banyak arahan, bantuan, dukungan dan dorongan semangat yang penulis terima dari berbagai pihak sehingga skirpsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu lancarnya penyusunan ini terutama kepada kedua orang tua tercinta yang telah menjadi penyemangat dan tak henti-hentinya memberikan dorongan serta doa yang selalu dipanjatkan dan menjadi motivasi agar selalu menjadi yang terbaik.
Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
iv
Makassar.
2. Dr. H. A. Arifuddin Mane, S.E., M.Si., S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Bosowa dan Ibu Indrayani Nur, S.Pd., S.E., M.Si.
selaku ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bosowa yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi BOSOWA.
3. Dr. H. A. Arifuddin Mane, SE., M.Si., SH., MH dan Ahmad Jumarding, SE., MM. selaku pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas kesabaran, waktu, ilmu, arahan, saran, motivasi dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi dan tugas akhir dengan baik.
4. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas BOSOWA beserta para staf yang telah membagi waktu dan memberikan informasi sehingga membantu kelancaran selama penulis menempuh perkuliahan.
5. Teman-teman angkatan 2017 terima kasih atas waktu, dukungan, hiburan, motivasi, nasihat dan bantuan yang kalian berikan.
6. Pimpinan dan karyawan BPJS Kesehatan Kota Makassar, saya ucapkan terima kasih atas waktu dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu persatu.
v
kesempurnaan, namun penulis mengaharapkan dapat berguna bagi seluruh yang membutuhkannya. Akhirnya, semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dengan memberikan balasan pahala kepada semua pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian kegiatan penelitian ini sehingga menjadi tulisan dalam bentuk skripsi.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Makassar, 06 September 2021
Penulis
vi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DERNYATAAN KEORISINILAN ... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Manfaat Penelitan ... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori... 11
2.1.1 Fungsi Pelayanan BPJS Kesehatan ... 12
2.1.2 Tugas Pelayanan BPJS Kesehatan... 13
2.1.3 Wewenang BPJS Kesehatan ... 14
2.2 Tinjauan Umum BPJS Kesehatan... 20
2.2.1 Visi dan Misi BPJS Kesehatan... 21
2.2.2 BPJS Kesehatan Sebagai Layanan Publik ... 22
2.2.2.1 Pelayanan Barang dan Jasa Publik... 22 vii
2.3.2 Laporan Data Covid-19 di Indonesia... 26
2.3.3 PenelitianTentang Covid-19... 26
2.3.4 Virologi Covid-19 ... 26
2.4 Kerangka Alur Pikir... 28
2.5 Hipotesis... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Daerah Penelitian... 31
3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 31
3.2.1 Data Primer... 31
3.2.2 Data Sekunder... 31
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4 Populasi Dan Sampel ... 32
3.5 Metode Analisis ... 33
3.6 Definisi Operasional Dan Pengukurannya ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 39
4.1.1 Tingkat Umur ... 40
4.1.2 Jenis Kelamin ... 39
4.1.3 Tingkat Pendidikan... 41
4.1.4 Keanggotaan Peserta... 43
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 44
4.2.1 Layanan Peserta BPJS (Y)... 44
4.2.2 Pengumpulan Iuran (X1)... 46
4.2.3 Pengolahan Data (X2)... 49
4.2.4 Pembiayaan Kesehatan(X3) ... 51
4.3 Pengujian Instrumen Penelitian ... 53
viii
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 56
4.4 Pengujian Asumsi Klasik ... 59
4.4.1 Uji Normalitas... 59
4.4.2 Uji Multikolinearitas ... 60
4.4.3 Uji Heterokedastisitas ... 62
4.5 Pengujian Hipotesis ... 63
4.5.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 63
4.5.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan ... 62
4.5.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial... 65
4.6 Pembahasan ... 68
4.6.1 Pengaruh pengumpulan iuran terhadap layanan peserta PBJS ... 69
4.6.2 Pengaruh pengolahan data terhadap layanan peserta BPJS... 70
4.6.3 Pengaruh pembiayaan kesehatan terhadap layanan peserta BPJS ... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 75
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
ix
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Umur... 39
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin... 40
Tabel 4.3. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan... 41
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Menurut Keanggotaan Peserta ... 42
Tabel 4.5. Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Layanan Peserta BPJS... 44
Tabel 4.6. Distribusi Tanggapan Responden terhadap Variabel Pengumpulan Iuran ... 45
Tabel 4.7. Distribusi Tanggapan Rerponden terhadap Variabel Pengolahan Data ... 47
Tabel 4.8. Distribusi Tanggapan Responden terhadap Variabel Pembiayaan Kesehatan ... 49
Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 51
Tabel 4.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 53
Tabel 4.11. Hasil Uji Multikolinearitas ... 57
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R²)... 59
Tabel 4.13. Pengujian secara Simultan (Uji F) ... 60
Tabel 14. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) ... 61
x
Gambar 2.1. Skema kerangka alur piker... 29 Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas (Lampiran 6) ... 56 Gambar 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas (Lampiran 6) ... 58
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan merupakan badan hukum yang dibentuk untuk melaksanakan program jaminan kesehatan dengan tujuan untuk perlindungan seluruh masyarakat indonesia dengan asuransi tercapai dan dengan coverage lebih luas untuk seluruh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh kualitas yang berperan dibidang pelayanan BPJS kesehatan Kota Makassar terhadap kepuasan layanan untuk peserta yang terkena wabah virus baru ataupun ditengah masa pandemi seperti saat ini, yaitu pandemi virusCOVID-19.
Virus corona yang baru ini, Awal Virus corona diketahui pertama kali terdeteksi di pasar hewan dan makanan laut di kota Wuhan, China pada akhir desember 2019 lalu.
Dilaporkan kemudian bahwa banyak masyarakat yang menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut. Orang pertama yang terpapar akibat virus ini juga diketahui merupakan para pedagang di pasar itu. (Dikutip dari BBC, koresponden kesehatan dan sains BBC, Michelle Roberts and James Gallager) mengatakan, di pasar grosir hewan dan makanan laut tersebut dijual hewan liar seperti ular, kelelawar. Mereka menduga virus corona baru ini hampir dapat dipastikan berasal dari ular. Diduga pula virus ini menyebar dari hewan ke manusia, dan kemudian dari manusia ke manusia. China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasusdunia. Corona Virus atau disingkat 2019nCov, pertama kali diidentifikasi di tengah merebaknya kasus penyakit infeksi paru atau pneumonia di kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina. Kemudian dinyatakan sebagai keadaan darurat
dunia (pandemi) atau global outbreak oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari 2020.
Istilah virus corona jenis baru atau novel corona virus dimulai dari Wuhan, Cina. Nama novel diberikan karena dampak virus ini penting dan bisa berbahaya bagi manusia. Oleh karena virus yang muncul pada akhir 2019 ini berbeda dengan virus- virus yang mewabah sebelumnya maka timbullah singkatan 2019-nCoV untuk virus corona baru ini.
WHO memberi nama penyakit infeksi virus ini sebagai Covid-19 (Corona Virus Disease-2019). Di luar Cina, peta persebaran virus ini telah terjadi di banyak negara, termasuk Hongkong, Makau, Taiwan, Australia, Belgia, Kamboja, Kanada, Finlandia, Prancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Malaysia, Nepal, Filipina, Rusia, Sri Lanka, Singapura, Spanyol, Swedia, Thailand, Republik Korea, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam, bahkan di Negara Tanah Air kita saat ini juga tekena dan masih banyak lagi. Covid-19 telah merambah lebih dari 200 negara di seluruh dunia. Sejumlah kasus kematian pun telah dilaporkan.
Pada 7 Februari 2020, jumlah kasus infeksi virus corona yang baru ini telah melebihi 31.000 orang (kebanyakan di Cina) dan mengakibatkan lebih dari 600 kematian. Tercatat pada hari Minggu, 9 Februari 2010, jumlah korban jiwa akibat virus corona baru telah mencapai 811 orang di daratan Cina. Adapun mereka yang tertular virus itu mencapai 37.198 orang di daratan Cina. Dengan dua kematian di luar daratan Cina, Hongkong, dan Filipina, total ada 813 orang, yang meninggal lantaran virus baru ini. Di luar daratan Cina, virus menular ke lebih dari 350 orang di 27 negara. Virus Covid-19 menyebar sangat pesat. Hingga 29 Maret 2020, teridentifikasi 575.444 kasus Covid-19 dengan 26.654 orang yang meninggal dunia. Covid-19 ini
telah menyebar di lima benua dan telah masuk di 202 negara (Data WHO Corona disease 2019).
Virus corona atau coronavirus (CoV) ada banyak macamnya, tujuh di antaranya diketahui menimbulkan penyakit pada manusia. Beberapa Cov yang biasanya menyerang hewan telah diketahui berevolusi untuk menginfeksi manusia.
CoV yang di Wuhan adalah jenis terbaru, dinamakan novel coronavirus 2019 atau 2019-nCoV. Jenis ini diduga berasal dari pasar hewan dan makanan laut yang besar.
Ada laporan yang menyatakan kasus yang timbul belakangan tidak terkait dengan pasar hewan. Artinya, penyebaran dari orang ke orang mulai terjadi. Sindrom pernapasan akut berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS) juga disebabkan oleh CoV yang telah berpindah dari hewan ke manusia.
Laporan kejadian virus ini pertama kali muncul pada 2012 di Arab Saudi dan sejauh ini terkait dengan negara-negara di atau dekat Semenanjung Arab. MERS ini telah merebak ke Bahrain, Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yaman. Wabah MERS kemudian terjadi di Republik Korea Selatan terkait dengan seorang pelancong dari Semenanjung Arab pada 2015. Kasus-kasus yang terkait dengan perjalanan telah diidentifikasi di Aljazair, Austria, Cina, Mesir, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Malaysia, Belanda, Filipina, Republik Korea, Thailand, Tunisia, Turki, Inggris, sampai Amerika Serikat. Hanya ada dua kasus yang telah dilaporkan di Amerika Serikat, keduanya pada pria yang baru saja kembali dari Arab Saudi.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernapasanakut berat ini adalah infeksi virus serius yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan
oleh virus corona juga sehingga virusnya diberi singkatan SARS-CoV. Sejak mewabahnya SARS pada 2002-2003, yang awalnya dimulai di Provinsi Guangdong di Cina selatan tetapi akhirnya melibatkan lebih dari 8000 orang di seluruh dunia, upaya pencegahan global telah berhasil memberantas SARS sebagai ancaman. Tidak ada lagi kasus yang dilaporkan. Perjalanan klinis SARS umumnya mengikuti pola flu umumnya. Namun ada tanda khas yaitu tahap 1 mirip flu yang dimulai 2-7 hari setelah inkubasi, berlangsung selama 3-7 hari dan ditandai dengan demam, lelah, sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan menurun, nyeri tenggorokan, batuk pilek, mual muntah, pusing, dan diare.
Penyebaran virus COVID-19 tidak dapat diketahui keberadaanya sehingga dapat sampai di Indonesia. Keberadaan virus sangat meresahkan karena menimbulkan kekhawatiran masyarakat, dengan adanya virus ini diadakan karantina terhadap warga yang pernah melakukan perjalanan ke wilayah terinfeksi. Sehingga masyarakat tidak lagi menganggap dengan menyepelekan virus ini. Karena itu, aspek hukum dalam penanganan mendapatkan pelayanan kesehatan Tertuang dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, bahwa: kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia yang dijamin hak nya secara konstitusional, sehingga kesehatan adalah faktor penentu bagi kesejahteraansosial (Yunus, Rezki, 2020: 229)
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adanya Social Distancing yang dimungkinkan untuk mengurangi atau menghambat penyebaran virus. Dan kebijakan ini sangat efektif dengan mencegah orang sakit melakukan kontak langsung kepada orang lainnya yangtidak sakit sehingga mencegah penularan. Begitu juga tenaga kesehatan berupaya mencegah untuk bertambahnya orang yang terifeksidan perlu adanya jaminan perlindungan dan keselamatan kerjabagi tenaga medis dalam
penanganan Corona Virus Disease (COVID-19). Kebijakan terkait pelayanan kesehatan dapat di katakana sebagai aspek penting dalam kondisi di masyarakat sekarang (Yunus, Rezki, 2020: 228)
Penyebaran COVID-19 di Indonesia, Pemerintah mengumumkan secara resmi kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada tanggal 2 maret 2020. Dua warga Indonesia yang positif mengatakan bahwa melakukan kontak langsung dengan warga Negara Jepang yang sedang berkunjung ke Indonesia. Tanggal 11 maret 2020, untuk pertama kalinya ada kasus meninggal diakibatkan karena virus corona tersebut.
Korban yang meninggal adalah pria berusia 59 tahun warga asal solo. Diketahui dia tertular setelah menghadiri seminar di Bogor pada bulan Februari. Penyebaran virus corona di Indonesia ini tersebar di 34 provinsidi Indonesia. Per hari ini, jawa timur mencatat kasus baru terbanyak di Indonesia dengan jumlah 223 kasus, sehingga total 3.886 kasus.
Saat ini, virus COVID-19 ini tersebar sampai masuk wilayah Negara Tanah air Indonesia ini, begitupun di Sulawesi Selatan terdapat 24 Kabupaten/Kota yang menunjukkan bahwa perkembangan penularan Covid-19 pada hari Selasa Tanggal 23 Februari 2021 yang dirilis Tim Gugus Covid-19 bahwa jumlah penderita atau pasien virus corona di Sulawesi Selatan terkonfirmasi sebanyak 54.715, kasus baru 506, dan telah meninggal sebanyak 827, sembuh total sebanyak 50.255 dan sembuh baru 270, serta kasus aktif sebesar 3.633. Dari data tersebut tercatat terjadi penambahan terus kasus baru selama beberapa hari terakhir. Di seluruh wilayah Indonesia, Provinsi Sulawesi Selatan sangat mencemaskan karena selalu berada di peringkat lima besar provinsi dengan kasus COVID-19 terbanyak di bawah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar yang selama ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sulawesi Selatan bahkan Sulawesi dan di Kawasan Timur indonesia tentu saja menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat untuk mencari nafkah. Pergerakan urbanisasi di Kota Makassar cukup signifikan, hal ini tentu saja akan berpengaruh pula terhadap penyebaran Covid-19 yang terjadi. Data terakhir Gugus Penanganan Covid-19 sampai dengan hari Selasa tanggal 23 Februari 2021 pukul 23.59 WIB di Kota Makassar, jumlah pasien yangdinyatakan suspek positif Covid-19 bertambah terus menjadi total sebanyak 7.098 orang dan terkonfirmasi sebesar 26.958 orang. Sementara itu, pasien sembuh bertambah sebanyak 24.845 orang atau 92,2%. Sedangkan yang meninggal telah mencapai 496 orang atau 1,8%. Perkembangan penyebaran Covid-19 disikapi oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Makassar, yang menyepakati pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB dimulai pada tanggal 24 April hingga 7 Mei 2020 dengan beberapa kali perpanjangan waktu. Sebelum pemberlakuan PSBB itu, Pemerintah Kota Makassar telah terlebih dahulu mensosialosasikan PSBB kepada seluruh warga Kota Makassar. Sosialisasi itu bertujuan untuk menyampaikan kepada warga masyarakat apa saja yang tidak boleh dilakukan saat PSBB dimulai. Tahap sosialisasi dimulai hari Jumat s.d. Senin atau 17 sampai 20 April 2020. Tahapan setelah sosialisasi, Pemerintah Kota Makassar akan langsung masuk dalam tahap uji coba PSBB. Uji coba ini bertujuan untuk mengukur apakah sosialisasi sukses atau tidak.
Pemberlakuan PSBB di Kota Makassar tentu berdampak kepada berbagai sektor. Ini karena aktifitas diluar rumah yang dibatasi bahkan ada yang tidak boleh, moda transportasi juga dibatasi untuk pergerakan orang dan barang serta berbagai
aktifitas yang sudah tidak biasa dilakukan. Sektorsektor yang berpengaruh diantaranya sektor ekonomi, dimana banyak perusahaan yang menghentikan opersionalnya dan menyebabkan penghentian karyawan atau terjadinya pemutusan hubungan kerja.
Sektor ketenagakerjaan menjadi persolan besar saat ini dimana di Provinsi Sulawesi Selatan tercatan 16 daerah terdampak dari jumlah perusahaan yang terdampak Covid- 19 sebanyak 1.101 perusahaan. Total pekerja yang dirumahkan 13.995 orang, total pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) 467 orang dan total pekerja terdampak adalah 14.462 orang. Jadi, jumlah pekerja di Kota Makassar yang terdampak sebanyak 9.243 pekerja sementar jumlah pekerja yang di PHK sampai saat ini adalah 296 orang.
Sehubungan dengan kasusdi atas dimana penyebaran yang terjadi di tengah pandemi di Kota Makassar pada bulan 3 tahunlalu (2020), tampak lebihmelonjak dibulan 4 tahun (2020) setelah adanya pengecekan, dan hasilnya positif terpapar virusCOVID-19, bahkan ada dikabarkan meninggal dunia karena kasus wabah virus COVID-19 ini. Melonjaknya pada tahun lalu 2020 di Sulawesi Selatan sekota Makassar 170 juta jiwa, dan tercatat lagi terjadi penambahan 27 kasus baru selama satu hari terkahir pada tahun lalu bulan 4 (2020), dan semakin meningkat setiap bulannya dan berhasil sembuh hanya 25%-an.
BPJS Kesehatan Kota Makassar sebagai badan hukum publik yang merupakan bagian dari organ pemerintah Makassar telah diberi penugasan khusus dari pemerintah untuk melakukan verifikasi klaim rumah sakit atas pemberian pelayanan kesehatan akibat bencana wabah CORONA VIRUS (Covid-19) asal Wuhan (Tiongkok).
Selanjutnya berdasarkan Surat Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Nomor: S.22/MENKO/PMK/III/2020 tentang penugasan
khusus verifikasi klaim COVID-19, BPJS Kesehatan Kota Makassar menindak lanjuti penugasan tersebut.
BPJS Kesehatan Kota Makassar telah melaksanakan sebagian verifikasi klaim COVID-19, Kementrian Kesehatan juga telah menerbitkan keputusan mentri Kesehatan (KMK) No: HK.01.07/MENKES/238/2020 tentang petunjuk Teknis Klaim penggantian biaya perawatan pasien Penyakit infeksi Emerging tertentubagi rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan CORONA VIRUS (Covid-19) dan surat edaran Menkes Nomor: HK.02.01/MENKES/295/2020 tentang Klaim penggantian biaya perawatan pasien penyakit infeksi Emerging tertentu bagi rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan CORONA VIRUS (Covid-19).Dan sampai saat ini, Pelayanan BPJS Kesehatan Kota Makassar membuka pelayanan baru melalui media online seperti Akses BPJS Kesehatan lewat Aplikasi Mobile JKN dan BPJS Kesehatan Care Center 1500 400 sebagai upaya mengantisipasi penyebaran virus corona.
Pelayanan BPJS Kesehatan Kota Makassar saat ini telah menangani lima Kabupaten/Kota yakni kabupaten Gowa, Takalar, Maros dan juga Pangkep. Data anggota BPJS Kesehatan Kota Makassar di tengah masa pandemi COVID-19 ini di tahun 2020 berjumlah 77 ribu orang, sehingga kepesertaan JKN-KIS Kesehatan Kota Makassar telah mencapai 94% dari jumlah total warga di wilayahnya, dan yang tidak terdaftar dalam penggunaan layanan BPJS Kesehatan ini mencapai 15% - an karena terlebih dahulu yang sudah memakai system program jaminan kesehatan ini telah mendaftarkan diri agar memudahkan pelayanan peserta jika ada diantaranya terpapar Covid-19.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yangberjudul: “Peran BPJS Kesehatan terhadap Layanan Peserta pada Masa Pandemi COVID-19 di Kota Makassar”.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengumpulan iuran dan pengaruhnya terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19?
2. Bagaimanakah peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengolahan data dan pengaruhnya terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19?
3. Bagaimanakah peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pembiayaan kesehatan dan pengaruhnya terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa peran BPJS Kesehatan pada layanan peserta di masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis pengaruh peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengumpulan iuran terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19.
b. Untuk menganalisis pengaruh peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengolahan data terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19.
c. Untuk menganalisis pengaruh peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pembiayaan kesehatan terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah keilmuan dan kepustakaan bagi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa Makassar. Selain itu, juga sebagai bahan pustaka bagi yang berminat pada masalah peran BPJS Kesehatan terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar ditinjau dari aspek pengumpulan iuran, pengolahan data, dan pembiayaan kesehatan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Makassar dan puskesmas dalam membuat kebijakan mengenai penerapan peran BPJS Kesehatan terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar. Selain itu, digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang peran BPJS Kesehatan terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar ditinjau dari aspek pengumpulan iuran, pengolahan data, dan pembiayaan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
Terdapat beberapa teori yang yang digunakan dalam dalamm penelitian ini untuk mengarahkan peneliti agar mudah melakukan penelitian. Adapun bebrapa teori yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama, teori tentang peran (RoleTheory). Peran (role) adalah pelaksanaan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan. Peran dan kedudukan tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tegantung pada yang lain dan sebaliknya. Tidak ada peran tanpa kedudukan dan kedudukan tanpa peranan. Peran menentukan apa yang dierbuat oleh seseorang bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh norma-norma yang berlaku (Soekanto, 2005:248). Peran lebih banyak merujuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Peran sangat erat kaitannya dengan fungsi dari peran itu sendiri.
Kedua, teori tentang Badan Penyelenggar Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial yang dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS menurut UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah trasformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial. (Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional). Badan Penyelenggar Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan) ini mempunyai fungsi, tugas dan
wewenang didalam suatu pelayanan jaminan kesehetan pada peserta (BPJS Kesehatan), pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga kerjaan. Ke dua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan jamianan sosial yang berkelanjutan merupakan salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkeadilan. Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka Undang-Undang BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.
Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan. Didalam penyelenggaraan BPJS Kesehatan ada beberapa poin pokok yang perkembangan luasan inti penting dalam BPJS Kesehatan ini, yaitu:
2.1.1 FungsiPelayanan BPJS Kesehatan
Undang-Undang BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut Undang-Undang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan
tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. BPJS Ketenaga kerjaan menurut Undang-Undang BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Menurut Undang-Undang SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti. Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
2.1.2 Tugas Pelayanan BPJS Kesehatan
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
3) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
6) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.
2.1.3 Wewenang BPJS Kesehatan
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
1) Menagih pembayaran Iuran;
Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
2) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
3) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
4) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
5) Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;
6) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidak patuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
7) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
Ketiga, teori tentang pelayanan, pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangaian alat yang bersifat tidak asar mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan persoalan konsumen (Ratminto dan Wimarsih,2005:45). Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasiitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan,
rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasari pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau seta bemutuh (Azwar,1999). Pelayanan kesehatan, menurut Gilang (2007), pelayanan kesehatan adalah pelayanan oleh kebanyakan institusi kesehatan atau tenaga kesehatan kepada pasiennya.
Kuaitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima pasiennya yang nantinya akan mendorong tenaga kesehatan untuk meningkatkan kulitas pelayanan kesehatan (Tjiptono,2007:33). Didalam pelayanan kesehatan (BPJS Kesehatan) ini mempunyai dampak positif dan dampak negatif dalam suatu pelayanan jaminan kesehetan pada peserta (BPJS Kesehatan), Namun disini menyertai pada dampak positif dari layanan Kesehatan ini ada kelebihan dan keuntungan yang (pertama) dengan segi keuangan memang terbilang murah, meski biaya atau iuran yang murah meriah namun layanan yang bisa didapat peserta dianggap tidak murahan, bagaimana tidak! Hanya dengan per-bulan, untuk kelas 1 nominal biaya sebesar Rp 60.000, kelas 2 sebesar Rp 51.000, dan kelas 3 sebesar Rp 25.000, seseorng sudah bisa mendapatkan layanan atau perlindungan Kesehatan dari pemeriksaan, rawat inap, pembedahan, obat dan lain sebagainya secara Cuma-Cuma, dan dari berita yang ada di layanan BPJS Kesehatan ini bahkan cuci darah dan biaya persalinan bisa didapat pada peserta dengan gratis. Yang (ke-dua) diwajibkan seluruh masyarakat Indonesia mengambil program layanan kesehatan BPJS Kesehatan karena BPJS Kesehatan ini diselanggarakan langsung oleh pemerintah atau negara ini, hal ini dikarenakan Undang-Undang dan peraturan pemerintah yang mengatur kewajiban ini,
secara lebih lanjut artinya jika seorng ikut asuransi swasta maka anda juga diharuskan juga mendaftar asuransi BPJS Kesehatan. Yang (ke-tiga) program jaminan Kesehatan ini tanpa medical check-up, karena apabila anda mendaftar pada asuransi Kesehatan swasta, maka anda akan dikenai medical check-up terlebih dahulu dan bila terkena penyakit kritis dan sudah berusia di atas 40-an tahun maka premi anda akan menjadi semakin mahal kemungkinan terburuk seperti pengajuan polis yang ditolak juga sangat mungkin terjadi. Namun, bila Anda mendaftar BPJS, di umur berapa pun Anda boleh mendaftar dan tanpa adanya medical check up bahkan bayi yang masih dalam kandungan saja bisa di daftarkan. Yang (ke-empat) dengan mengunakan program jaminan Kesehatan ini akan dijaminkan seumur hidup karena sepertinya hanya BPJS yang berani menanggung proteksi peserta hingga seumur hidup. Dalam pengamatan sejauh ini, diketahui asuransi swasta hanya bisa melindungi pesertanya maksimal pada usia 100 tahun, itupun belum ada orang yang memberikan testimoni atau kabar ada asuransi yang berani menanggung hingga umur 100 tahun tersebut. Yang (ke-lima) kelebihan BPJS Kesehatan adalah tidak adanya pengecualian, dalam pendaftaran asuransi swasta, seseorang yang sudah terkena penyakit kronis memang bisa saja akan mengalami penolakan. Kalaupun diterima, premi yang dibebankan akan mahal atau bahkan polis bisa ditolak kalau muncul kebohongan. Klaim dana juga bisa jadi sangat sulit ketika Anda dianggap melakukan pembohongan saat mendaftar. Di BPJS Anda bisa mendaftar tanpa ada ditanyakan penyakit yang telah diderita oleh peserta. Yang (ke-enam) perubahan Data Bisa Dilakukan Online, seperti adanya pandemic disaat ini Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan apa lagijika peserta BPJS Kesehatan ingin melakukan perubahan data harus datang ke kantor cabang atau pusat namun karena adanya pandemi keadaan tidak memungkinkan untuk menghadap tatap
muka karena mengingat semakin hari makin membludaknya peserta BPJS Kesehatan yang mengantri jadi pelayanan ini membatasi atau menjadikan menjaga jarak agar memenuhi protocol kesehatan di saat pandemi saat ini agar tidak semakin banyak penularan COVID-19, pemerintah langsung mengatasinya dengan membuka perubahan data secara online. Jadi bagi peserta yang ingin melakukan perubahan data pribadi seperti nomor telepon peserta, alamat dll, atau faskes, kelas BPJS dan sebagainya, peserta bisa ubah melalui website BPJS Kesehatan atau melalui aplikasi (mobileJKN) yang sebelumnya harus diunduh terlebih dahulu di playstore atau appstore, Disamping kelebihan-kelebihan BPJS Kesehatan yang telah dibahas sebelumnya, BPJS juga menyimpan beberapa kekurangan yang bisa mungkin dikarenakan sistemnya yang masih baru dan masih diperbaiki terus menerus.
Berikut beberapa kekurangan yang ada pada layanan kesehatan BPJS Kesehatan tersebut, Kekurangan (pertama) dari BPJS Kesehatan adalah adanya metode berjenjang saat melakukan klaim. Di BPJS, di luar keadaan darurat, peserta memang diharuskan memeriksakan penyakitnya ke faskes 1 terlebih dahulu. Faskes 1 ini sendiri berupa puskesmas atau klinik. Setelah dari di faskes 1 dan pasien memang dirasa harus ke rumah sakit, maka paslen atau peserta BPJS baru bisa ke rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS. Namun di asuransi lain, Anda bisa langsung memeriksakan sakit ke rumah sakit yang sudah bekerja sama. Yang (ke-dua) layanan kesehatan BPJS hanya bisa melindungi diri di wilayah Indonesia saja. Berbeda dengan asuransi swasta yang bisa memproteksi kesehatan pesertanya di rumah sakit yang bekerja sama hingga di seluruh dunia. Yang (ke-tiga) masalah antrian, namun wajar saja bila mau berobat menggunakan BPJS Kesehatan harus antri terlebih dahulu sebelum dipanggil giliran. Hal ini dikarenakan hampir seluruh masyarakat Indonesia
memanfaatkan BPJS Kesehatan untuk berobat. Dan berikutnya yang (ke-empat) demikianlah pembahasan tentang kelebihan dan kekurangan dari BPJS Kesehatan.
Dari sini diharapkan Anda bisa mengerti dan memahami seluk beluk dari BPJS Kesehatan. Dengan adanya informasi ini diharapkan Anda juga lebih bijak untuk menentukan pilihan asuransi yang akan Anda gunakan untuk melindungi atau memproteksi kesehatan Anda dan keluarga.
Keempat, teori tentang masa pandemi COVID-19, Virus Corona sudah dikenal
sejak tahun 1930-an dan diketahui terdapat pada hewan. Pada tahun 2002, muncul penyakit baru golongan Virus Corona yang menyebabkan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada tahun 2012, muncul lagi golongan Virus Corona ini yang menyebabkan penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Timur Tengah, khususnya negara-negara Arab. Pada bulan Desember 2019, di Kota Wuhan, Tiongkok, terjadi kejadian luar biasa (KLB) kasus radang paru-paru (pneumonia) yang disebabkan oleh virus dari keluarga besar Virus Corona, tetapi virus ini belum pernah dikenal sebelumnya, sehingga disebut sebagai Corona jenis baru atau Novel Coronavirus. Pada 11 Februari 2020, WHO secara resmi mengumumkan penamaan baru virus penyebab pneumonia misterius itu dengan nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakit yang ditimbulkannya adalah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus Corona mirip Virus Influenza, menyebabkan penyakit akut. Apabila dalam satu lingkungan ada yang sakit COVID- 19 (di kampus, di pesta, di acara keagamaan, kantor, dll.) maka orang sekitar akan tertular. Caranya orang sakit mengeluarkan droplet, kemudian orang sehat menghirupnya. Masa inkubasi virus Corona 1–14 hari.
2.2 Tinjauan Umum BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan sebuah badan hukum untuk menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak (Pemerintah Republik Indonesia, 2011).
BPJS diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap rakyat Indonesia yang sudah menjadi hak dasar manusia.
Pada awalnya lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia adalah lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes Indonesia yang kemudian menjadi BPJS Kesehatan. Pada awal 2013, PT Askes Menjadi BPJS Kesehatan. BPJS diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pembentukan BPJS menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero) dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban. Undang- Undang ini membentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan
hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Terbentuknya dua BPJS ini diharapkan secara bertahap akan memperluas jangkauan kepesertaan progam jaminan sosial.
2.2.1 Visi dan Misi BPJS Kesehatan
Visi BPJS Kesehatan: “Cakupan Semesta 2019”, paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
Misi BPJS Kesehatan : Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); Menjalankan dan mamantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan; Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program; Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip- prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul; Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan; Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
2.2.2 BPJS Kesehatan Sebagai Layanan Publik
Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan guna pemenuhan kebutuhan pelayanan setiap warga negara atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Publik &
Indonesia, 2009). Pelayanan publik yang dilaksanakan berasaskan kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, dan lainnya.
Dalam pelaksanaan pelayanan publik, peran serta masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban serta berperan aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik. Masyarakat juga dapat membentuk sebuah lembaga pengawas pelayanan publik dengan tata cara yang telah diatur dalam peraturan pemerintah.
Dalam pelaksanaannya masyarakat yang merasa dirugikan oleh pelaksanaan pelayanan publik dapat menggugat penyelenggara pelayanan publik melalui peradilan tata usaha negara (dalam hal terjadi perbuatan melawan hukum).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, ruang lingkup pelayanan publik terbagi atas dua bagian, yaitu:
2.2.2.1 Pelayanan Barang dan Jasa Publik
Pelayanan pengadaan dan penyaluran barang dan jasa publik bisa dikatakan mendominasi seluruh pelayanan yang disediakan pemerintah kepada masyarakat (Muradi & Rusli, 2013). Pelayanan publik kategori ini bisa dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya merupakan kekayaan negara yang tidak bisa dipisahkan atau
bisa diselenggarakan oleh badan usaha milik pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan (Badan Usaha Milik Negara/BUMN).
2.2.2.2 Pelayanan Administratif
Pelayanan publik dalam kategori ini meliputi tindakan administrative pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, dan harta benda juga kegiatan administratif yang dilakukan oleh instansi non-pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan (Hayat (Universitas Islam Malang), 2014).
Di Indonesia pelayanan publik sebenarnya sudah berjalan selama bertahun-tahun lamanya namun tetap kebutuhan akan perbaikan pelayanan publik semakin dirasakan arti pentingnya (Sirajuddin, 2016).
Hal ini disebabkan karena dinilai sangat penting dalam pelayanan publik memperhatikan kesehatan yang merupakan hak asasi manusia yang harus dijunjung tinggi serta dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya supaya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia setinggi-tingginya (Muhaimin, 2018).
Partisipasi masyarakat pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterliatan dan keikut sertaan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan. Partisipasi masyarakat adalah kerja sama antara
masyarakat dengan pemerintah. Peran serta masyarakat tidak terbatas dalam pengertian ikut serta secara fisik tetapi keterlibatan yang memungkinkan mereka melaksanakan penilaian terhadap masalah dan potensi yang terdapat dalam lingkungan sendiri. Kemudian menentukan kegiatan yang mereka butuhkan.
Pelayanan publik yang berkualitas sudah seharusnya menjadi hak setiap warga negara, dimana warga negara juga berhak mendapatkan perlindungan akan hak-haknya, didengar suaranya, sekaligus dihargai nilai dan preferensinya. Luasnya pelayanan publik dengan kompleksitas permasalahannya membutuhkan partisipasi semua elemen masyarakat untuk mewujudkan perbaikan.
Masyarakat harus turun tangan secara aktif dan menuntut pelayanan publik berkualitas yang merupakan haknya (Hardiansyah, 2011) dimana masyarakat memang berhak mendapatkan pelayanan publik sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Larasati, 2010).
Dengan demikian, mereka dapat memiliki kekuasaan untuk menilai, menolak dan menuntut secara politis untuk bertanggung jawab atas penyediaan pelayanan publik yang mereka terima. Konsep ini merupakan The New Public Service yang dikembangkan oleh Janet V.
Denhardt dan Robert B. Denhardt pada tahun 2003 (Kurniawan, 2017).
Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran warga negara memiliki hak untuk dilayani, sedangkan kewajiban pemerintah
adalah melayani masyarakat (Pratama, 2015). Peristiwa tersebut merupakan dampak keterpinggiran rakyat atas hak-haknya yang belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh pemerintah dalam urusan-urusan publik (Kamarni, 2011).
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah dalam Undang-Undang tentang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 telah merumuskan apa yang menjadi asas, prinsip, dan standar pelayanan publik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik (Rezha, Rochmah, & Siswidiyanto, 2009).
2.3 Tinjauan Umum Pandemi Covid-19
Kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Penyakit ini berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai provinsi lain di Cina, bahkan menyebar hingga ke Thailand dan Korea Selatan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
Pada 11 Februari 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan nama penyakit ini sebagai Virus CoronaDisease (Covid-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut 2019-nCoV, dan dinyatakan sebagai pandemik pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo dkk., 2020).
2.3.1 Laporan Data Pertama WHO di Seluruh Dunia
Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat 24.854.140 kasus konfirmasi Covid-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah
Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan 1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus (World Health Organization, 2020).
2.3.2 Laporan Data Covid-19 di Indonesia
Kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 30 Agustus 2020 tercatat 172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343 (CFR 4,3%). DKI Jakarta memiliki kasus terkonfirmasi kumulatif terbanyak, yaitu 39.037 kasus.
Daerah dengan kasus kumulatif tersedikit yaitu Nusa Tenggara Timur dengan 177 kasus (Kemenkes RI, 2020).
2.3.3 Penelitian Tentang Covid-19
Seiring dengan terus meningkatnya kasus terkonfirmasi Covid-19, penelitian mengenai Covid-19 masih berlanjut hingga saat ini. Berdasarkan penelitian Xu dkk., (2020) dan Zhu dkk., (2020), ditemukan bahwa agen penyebab Covid-19 berasal dari genus betacoronavirus, yang merupakan genus yang sama dengan agen penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius dan selanjutnya menuju organ target (Gennaro dkk., 2020).
2.3.4 Virologi Covid-19
Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm (Meng dkk., 2020; Zhu dkk., 2020). Xu dkk. (2020) melakukan penelitian untuk mengetahui agen penyebab terjadinya wabah di Wuhan dengan memanfaatkan
rangkaian genom 2019-nCoV, yang berhasil diisolasi dari pasien yang terinfeksi di Wuhan. Rangkaiangenom 2019-nCoV kemudian dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV.
Hasilnya, beberapa rangkaian genom 2019-nCoV yang diteliti nyaris identik satu sama lain dan 2019-nCoV berbagi rangkaian genom yang lebih homolog dengan SARS-CoV dibanding dengan MERS-CoV. Penelitian lebih lanjut oleh Xu dkk. (2020) dilakukan untuk mengetahui asal dari 2019-nCoV dan hubungan genetiknya dengan virus Corona lain dengan menggunakan analisis filogenetik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 2019-nCoV termasuk dalam genus betacoronavirus (Xu dkk., 2020).
Penelitian serupa untuk mengetahui agen penyebab wabah di Wuhan juga dilakukan oleh Zhu dkk. (2020). Hasil mikrograf elektron dari partikel untai negatif 2019-nCoV menunjukkan bahwa morfologi virus umumnya berbentuk bola dengan beberapa pleomorfisme. Diameter virus bervariasi antara 60-140 nm.
Partikel virus memiliki protein spike yang cukup khas, yaitu sekitar 9-12 nm dan membuat penampakan virus mirip seperti korona matahari. Morfologi yang didapatkan oleh Zhu dkk. (2020) serupa dengan family Corona viridae.
Hasil analisis filogenetik yang dilakukan oleh Zhu dkk. (2020) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Xu dkk. (2020), bahwa virus ini masuk dalam genus betacoronavirus dengan subgenus yang sama dengan virus Corona yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. International Virus Classification Commisson menamakan agen kausatif ini sebagai SARS-CoV-2.
2.4 Kerangka Alur Pikir
Badan Penyelenggar Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Penyelenggaraan jaminan keshatan nasional ini tentu selaras dengan yang diamanatkan dalam Pasal 28 H ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. BPJS merupakan badan hukum yang bertujuan mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pengumpulan Iuran (X1)
Pengolahan Data (X2)
Pembiayaan Kesehatan
(X3)
Layanan Peserta BPJS Kota Makassar
Kesimpulan
Rekomendasi
KANTOR BPJS KESEHATAN
KOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
Peran BPJS Kesehatan Kota Makassar terhadap layanan peserta pengguna BPJS Kesehatan pada masa pandemi COVID-19
Gambar 1. Skema kerangka alur piker
Analisis Kuatitatif Regresi Linear Berganda Deskriptif
Metode Analisis
2.5 Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengumpulan iuran berpengaruh signifikan terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19.
2. Peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengolahan data berpengaruh signifikan terhadap layanan peserta pada masa pandemi COVID-19.
3. Peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pembiayaan kesehatan berpengaruh signifikan terhadap layanan pesertapada masa pandemi COVID-19.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Daerah Penelitian
BPJS Kesehatan Makassar yang beralamat di Jl. A. P. Pettarani no.78, Masale, Kec. Panakukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dengan pertimbangan peran BPJS Kesehatan Kota Makassar masih perlu diefektifkan agar dapat memberikan layanan yang berkualitas kepada pesertapada masa pandemi COVID-19.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.2.1 Data primer
Data primer dari penelitian ini berasal dari kuesioner yang diisi responden (peserta BPJS di masa Pandemi COVID-19) meliputi: identitas dan tanggapan responden.
3.2.2 Data sekunder
Data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: dokumentasi, buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah, jurnal penelitian, dan hasi-hasill penelitian lainnya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode dalam pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Studi pustaka, yaitu mencari data yang diperlukan melalui studiliteratur, data dari instansi terkait, serta melalui media online dengan mencantumkan sumbernya.
2. Teknik qusioner, yaitu membuat pertanyaan qusioner terhadap berbagai pihak terkait topik permasalahan sesuai dengan judul tugas akhir untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.
3. Observasi lapangan, yaitu memperoleh data yang diperlukan dengan melakukan pengamatan secaralangsung terhadap objek dilapangan.
3.4 Populasi dan Sampel
Menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo (2003:107), populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Dalam penelitian ini populasi terdiri dari seluruh pesertapada masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.
Sampel menurut Santoso (2002:108) adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.
Metode pengambilan sampel dinamakan sampling. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan accidental sampling. Menurut Masri S dan S Effendi (2001), purposive sampling adalah pemilihan sampel yang bersifat tidak acak, di mana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sedangkan accidental sampling adalah siapa saja yang mendapatkan pelayanan kesehatan di masa Pandemi COVID 19 yang ditemui untuk dijadikan sampel. Purposive sampling dalam penelitian ini yaitu peserta BPJS di masa Pandemi COVID 19 dengan pertimbangan mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap kualitas pelayanan peserta BPJS oleh BPJS Kota Makassar. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 40 orang responden dengan menggunakan teknik purposive sampling atau secara sengaja karena dianggap mampu mewakili populasi yang ada.
3.5 Metode Analisis
Untuk mengolah data hasil penelitian tersebut, maka penulis menggunakan metode analisis sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif, yaitu digunakan untuk menguraikan secara deskriptif karakteristik responden dan variabel-variabel penelitian melalui distribusi frekuensi, rata-rata dan persentase.
2. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui peran BPJS Kesehatan Kota Makassar ditinjau dari aspek pengumpulan iuran, pengolahan data, dan pembiayaan kesehatan terhadap layanan pesertapada masa pandemi COVID-19. Adapun rumus yang digunakan (Sugiyono, 2014:259) adalah:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e Dimana:
Y = Layanan peserta BPJS bo = Intercept/konstanta X1 = Pengumpulan iuran X2 = Pengolahan data X3 = Pembiayaan kesehatan b1 – b3= Koefisien Regresi
e = Error (variabel bebas lain di luar model regresi).
3. Pengujian-pengujian yang digunakan adalah:
1) Uji R dan R2
Koefisien korelasi R menunjukkan besar kecilnya keeratan hubungan (korelasi) antara variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Sedangkan nilai R2 menunjukkan koefisien determinasi yaitu mengukur besar persentase
perubahan variabel terikat yang diakibatkan oleh perubahan variabel bebas secara bersama-sama.
2) Uji-F (uji serempak)
Uji ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan pengaruh antara variabel bebas (X1 – X3), secara serempak atau bersama-sama dengan variabel terikat (Y). Koefisien ini didapat dengan mengambil akar dari Koefisien Determinasi R.
3) Uji-t (parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan pengaruh antara variabel bebas (X1 – X3) secara parsial (sendiri-sendiri) dengan variabel terikat (Y). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel pada taraf signifikan 5 %. Adapun persyaratan uji–t adalah sebagai berikut:
1. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat dan ada pengaruh diantara kedua variabel yang akan diuji.
2. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat dan tidak ada pengaruh diantara kedua variabel yang akan diuji.
4) Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Uji Validitas
Uji validitas data digunakan sebagai alat untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid atau sah, jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner dengan menggunakan korelasi bivariate.
Menurut Sugiyono (2014:271), apabila validitas setiap pertanyaan lebih besar dari 0,60 maka butir pertanyaan dianggap valid.
4) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks tentang sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Jika suatu alat ukur dapat digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya diproses relatif secara konsisten, maka alat ukur tersebut dianggap reliable. Artinya suatu alat ukur yang digunakan konsisten dalam mengukur gejala yang sama. Menurut Sugiyono (2014:273) bahwa uji reliabilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach’s Alpha dengan mensyaratkan suatu instrument yang reliable jika memiliki koefisien Cronbach’s Alpha di atas 0,60.
5) Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Dalam melakukan uji regresi disyaratkan agar data yang digunakan normal. Untuk mengetahui normalitas distribusi data dilakukan dengan melihat nilai residual pada model regresi yang akan diuji. Jika residual berdistribusi normal maka nilai-nilai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus (Sugiyono, 2014).
Normal-tidaknya distribusi data suatu peubah ditunjukkan oleh besarnya nilai Asymptotic significant dari aplikasi alat uji One-sample Kolmogorov-Smirnov. Apabila Asymptotic significant data lebih besar daripada 5%, maka data tersebut tergolong memiliki pola distribusi normal.
Sebaliknya, apabila Asymptotic significant kecil daripada atau sama dengan
5%, maka data dimaksud memiliki pola distribusi yang tidak normal (Hair, et.al, 1998).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi bebas (independen). Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis matriks korelasi variabel bebas. Keberadaan multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai VIF (Variance Inflation Factors) ataunilai toleransinya. Keberadaan multikolinearitas dapat diketahui apabila nilai VIF > 10 atau secara kebalikannya dengan melihat nilai toleransinya < 0,1 dan sebaliknya. Bila nilai VIF dari masing-masing variabel < 10, dan nilai toleransinya > 0,1, maka dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas atau hubungan yang terjadi antar variabel bebas dapat ditoleransi sehingga tidak akan mengganggu hasil regresi.
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual yang disebut heterokedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut homokedastisitas.