• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAMINAN HAK KESEHATAN PEKERJA WORK FROM OFFICE SELAMA MASA PANDEMI COVID 19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JAMINAN HAK KESEHATAN PEKERJA WORK FROM OFFICE SELAMA MASA PANDEMI COVID 19 SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh : LILIS SIRAIT

170200022

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

yang maha pengasih dan maha penyayang atas berkat, kesehatan, serta hikmat yang masih penulis rasakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala cinta kasih yang berlimpah-limpah yang senantiasa menyertai setiap perjalanan studi penulis. Penulis juga mengucapkan segala puji syukur kepada roh kudus atas pertolongan dan penghiburan yang senantiasa penulis rasakan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini dapat selesai, penghiburan yang dari padaNyalah yang selalu menguatkan penulis.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah “JAMINAN HAK KESEHATAN PEKERJA WORK FROM OFFICE SELAMA MASA PANDEMI COVID 19”. Skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana regulasi jaminan kesehatan bagi pekerja di indonesia, bagaimana penerapan aturan bagi perusahaan untuk menjamin kesehatan pekerja work from office di masa pandemi covid 19, bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja work from office dalam hal jaminan kesehatan di masa pandemi covid.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, motivasi, maupun semangat dari semua pihak yang begitu berjasa

(4)

terima kasih kepada :

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si,. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Dr. O.K Saidin, SH., M,Hum., Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dukungan,bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini;

7. Dr. Mahmul Siregar, S.H. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan semangat, motivasi dan bimbingan dalam penulisan skripsi.

8. Ibu Tri Murti Lubis, SH., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(5)

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Mama tersayang, Menni manik ,dan Opung tersayang, Erika Manurung yang sudah berada di surga. Terimakasih atas cinta, kasih sayang dan pengorbanan kalian.Ayah tersayang, Junjung Sirait dan mama sambung, Lambok Hutabarat. Terima kasih telah memberikan dukungan, motivasi, semangat kepada penulis selama ini. Tidak ada hal yang penulis usahakan di dunia ini melainkan semuanya demi membuat mereka bangga dan bahagia.

12. Kepada saudara-saudara penulis, Jemmy Harto Sirait, Juheri Sirait, Josua Sirait. Mereka ada sosok yang berjasa dalam kehidupan penulis, yang telah memberi semua hal, baik dukungan-dukungan, bimbingan, cinta dan kasih sayang, yang telah memberikan banyak motivasi, semangat serta warna di kehidupan penulis.

13. Kepada Keluarga Besar Pomparan Op. Juita Sirait dan Keluarga Besar Pomparan Op. Arya Manik yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi,

14. Kepada kakak sepupu, Mei Manik yang telah memberikan dukungan, motivasi serta waktu yang diberikan kepada penulis sampai skripsi ini selesai.

15. Kepada Kelurga Besar UKM KMK UP FH, yang menjadi wadah tempat ku belajar dan yang telah membentuk aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

(6)

perkuliahan hingga skripsi ini dapat selesai.

17. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari skripsi ini ibarat sebutir pasir di pantai ilmu dengan luas, jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.

Penulis berusaha memberi kontribusi pemikiran sederhana sebagai upaya latihan dan belajar guna menjadi seorang ilmuwan yang lebih baik nantinya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, semoga skripsi ini dapat meningkatkan pengetahuan pembaca dan dapat bermanfaat pula bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum ekonomi. Terimakasih.

Medan, 6 April 2021 Penulis

Lilis Sirait NIM : 17020002

(7)

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Keaslian Penulisan ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II : REGULASI JAMINAN KESEHATAN PEKERJA DI INDONESI 26 A. Hukum Ketenagakerjaan ... 26

1. Pengertian ... 26

2. Sifat Hukum Ketenagakerjaan ... 32

3. Tujuan Hukum ketenagakerjaan ... 35

B. Jaminan Sosial bagi pekerja ... 40

1. Pengertian ... 40

2. Badan Penyelenggara ... 47 3. Upaya-Upaya BPJS Dalam Penjaminan Kesehatan Tenaga Kerja 57

(8)

PANDEMI COVID 19 ... 60

A. Risiko Bekerja dari Kantor (Work from Office) di Masa Pandemi Covid 19 ... 60 B. Dasar Hukum Jaminan Kesehatan bagi Pekerja Work From Office Selama Masa Pandemi COVID 19 ... 62 C. Kebijakan Terhadap Perusahaan Untuk Menjamin Kesehatan Kesehatan Pekerja WFO dimasa covid 19 ... 64 D. Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Kesehatan Pekerja Work From Office. ... 69

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WORK FROM OFFICE DALAM HAL JAMINAN KESEHATAN DI MASA PANDEMI

COVID 19 ... 72

A. Perlindungan Hukum terhadap Pekerja dalam Hukum di Indonesia . 72 B. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Work From Office

Dalam Hal Jaminan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19 ... 90 C. Faktor Penghambat Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pekerja Pekerja Work From Office Selama Masa Pandemi COVID 19 94

(9)

B. SARAN ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 101

(10)

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H **

Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum ***

Jaminan kesehatan bagi pekerja adalah hak asasi manusia (HAM) yang harus dipenuhi oleh pengusaha ditengah-tengah situasi pandemi covid 19 saat ini.

Kewajiban itu sangan esensial karena pekerja adalah aset bagi perusahaan.

Hubungan kerja antar pekerja dan pengusaha harus berjalan dengan harmonis dan saling menguntungkan dengan cara pengusaha memberikan jaminan hak kesehatan terhadap pekerja work from office sehingga tujuan dari pengaturan ketenagakerjaan di indonesia yang humanis terealisasidengan baik sebab resiko yang ditanggung oleh pekerja work from office adalah sangat besar.

Metode penelitian pada skripsi ini adalah penelitian normatif yang mana diteliti yang mana menggunakakan data primer, dan data sekunder mencakup bahan primer, bahan sekunder, dan bahan tersier untuk mendukung data pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan studi lapangan yang berupa wawancara dan studi pustaka yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dan Undang- Undang lainnya, buku dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil Penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa banyak pengaturan yang mengatur tentang jaminan hak kesehatan pekerja di indonesia namun tidak semua pengaturan berjalan dengan baik di akibatkan kurangnya sosialisasi oleh pemerintah tentang jaminan hak kesehatan pekerja mengakibatkan banyak pekerja yang tidak tau akan hal itu dan kurangnya realisasi oleh perusahaan sehingga terdapat hak- hak pekerja yang terabaikan. Dimasa pandemi covid 19 resiko yang ditanggung oleh pekerja work from office ada 2 (dua) yaitu terpapar covid 19 dan kualitas kerja yang terganggu. Perusahaan sudah memenuhi kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah walaupun masih ada beberapa hal yang tidak terlaksanakan. Sehingga pelaksanaan dan perlindungan tentang jaminan pemeliharaan kesehatan pekerja work from office dimasa pandemi covid 19 tidak terlaksana dengan semestinya dan juga dipengaruhi oleh pekerja yang tidak patuh akan protokol kesehatan.

Kata kunci : Hak Kesehatan, Hukum Ketenagakerjaan, Pandemi

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap orang produktif secara ekonomis1. Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai manusia.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia yang Sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial2. Ini merupakan bentuk pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari

1 Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495 )

2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(12)

pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Prinsip fundamental dari setiap keadilan adalah adanya pengakuan bahwa semua manusia itu memiliki martabat yang sama. Di samping itu, semua manusia memiliki hak-hak yang diperolehnya, selain kewajiban-kewajiban yang mesti dilaksanakan sebagai sebuah konsekuensi kemanusiaan itu sendiri. Kemanusiaan setiap manusia merupakan amanat dan ide luhur dari Tuhan yang menginginkan setiap manusia dapat tumbuh dan berkembang dalam kehidupannya untuk menuju dan mencapai kesempurnaan sebagai manusia. Oleh Karena itu, setiap manusia harus dilindungi harkat dan martabatnya di muka hukum memperoleh kesetaraan.3

Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia4. Demikian pula halnya dengan tenaga pekerja yang ada yang terikat terhadap

3 H. Suparman Usman, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia (Tangerang : Gaya Media Pratama, 2008), hlm. 65

4C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hlm. 40

(13)

suatu perusahaan/pemberi kerja berhak untuk mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.

Wabah Covid 19 telah menyebar ke seluruh Indonesia sehingga WHO menyatakan bahwa fenomena ini sebagai sebuah pandemi. Akibat yang ditimbulkan bukan hanya pada kesehatan jiwa manusia yang terjangkit virus covid 19 bahkan sampai menelan jutaan korban jiwa dan kondisi ekonomi yang sangat terdampak. Akibat Pandemi ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi ruang gerak penularan Covid 19 dengan berbagai cara, termasuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB ini adalah pembatasan ruang gerak masyarakat untuk melakukan aktivitasnya di luar rumah demi upaya social distancing/physical distancing.

Imbas PSBB, banyak perusahaan yang harus ditutup, karyawan dirumahkan bahkan ada yang di PHK, dan roda ekonomi sudah barang tentu berhenti sehingga mengakibatkan kurva kemiskinan semakin naik. Namun, di masa ini secara resmi pemerintah masih mengizinkan sektor-sektor industri yang diperbolehkan tetap beroperasi di tengah-tengah ancaman penularan Covid 19 (Pasal 10 ayat (1) Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona virus Disease 2019 di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta). Sektor-sektor tersebut antara lain : Sektor kesehatan, pangan, makanan, minuman, energi, komunikasi, jasa, media komunikasi, keuangan perbankan termasuk pasar modal, logistik dan

(14)

distribusi barang, retail seperti warung, toko kelontong dan industri strategis lainnya.

Para pekerja yang bekerja di sektor tersebut mau tidak mau, suka tidak suka harus rela masuk kerja seperti biasanya (work from office/WFO) di kala sektor-sektor lain harus berhenti beroperasi dan karyawannya bekerja dari rumah (work from office/WFH). Pekerja yang tetap masuk selama masa pandemi Covid 19 secara hukum harus dilindungi dan tidak boleh diabaikan hak kesehatannya oleh Perusahaan yang rentan karena tetap bekerja di masa yang sulit ini.

Secara filosofis, setiap orang yang bekerja di Indonesia harus dilindungi oleh negara, karena Undang-Undang Nomor 13 Tahun 20003 Tentang Ketenagakerjaan mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi ini adalah kata kunci bagi hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja dapat berjalan dalam koridor etika, kepatutan hukum . Tidak boleh ada eksploitasi pekerja di masa yang sulit ini. Bagi yang WFH Harus tetap diberikan gajinya dan jikalau memungkinkan maka pekerja diizinkan untuk bekerja dari rumah/ WFH. Namun, apabila memang terpaksa harus bekerja karena masuk dalam sektor industri diatas yang harus tetap beroperasi, maka pengusaha harus secara penuh tanggung jawab memperhatikan hak-hak pekerja yang work from office/WFO terutama hak kesehatan bagi pekerja yang dijamin dalam konstitusi kita.

Secara yuridis, jaminan pemberian hak kesehatan pekerja diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Pertama, pasal 166 ayat 1 dan 2

(15)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa ayat (1) : “ Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja”. Ayat (2) : “ Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan”5. Kedua, dua pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa : “ pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja”6. Para pemberi kerja atau perusahaan yang masih memberlakukan sistem Work From Office/WFO di tengah ancaman penularan covid 19, wajib bertanggung jawab sepenuhnya untuk melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja. Hal tersebut dapat disimpulkan dari Undang-Undang yang telah disampaikan di atas. Selain itu, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama masa kerja yang mengakibatkan kesehatan pekerja terganggu, para pemberi kerja juga harus menanggung seluruh biaya perawatan dan pengobatan kesehatan mereka.

Dua Undang-Undang di atas telah cukup untuk memberikan legitimasi bahwa bagi pengusaha yang masih menerapkan WFO di masa pandemi covid 19 diwajibkan untuk secara konsisten memenuhi hak-hak kesehatan pekerjanya. Alat-

5 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaga Negara Nomor 5063)

6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Negara Nomor 4279)

(16)

alat yang mendukung kesehatan bagi pekerja harus dilengkapi di tempat kerja seperti lingkungan kerja yang steril dan higienis, Tersedianya sarung tangan, hand sanitizer, masker, thermogun, alat disinfektan, obat-obatan, multivitamin untuk imunitas tubuh, sabun dan tempat cuci tangan yang memadai, dan lain-lain sesuai dengan protokol pencegahan virus covid 19 yang ditetapkan oleh WHO

Pemenuhan hak kesehatan ini juga diperkuat dengan surat edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/3/HK.04/II/2020 Tentang Perlindungan Pekerja/Buruh Dan Kelangsungan Usaha Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Covid 19 di lingkungan kerja. Menteri Tenaga Kerja memerintahkan7 :

a. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan terhadap dilaksanakannya peraturan perundang- undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Menyebarkan infomasi kepada semua jajaran organisasi dan pihak terkait yang berada dalam wilayah pembinaan dan pengawasan Gubernur.

c. Mendata dan melaporkan kepada instansi terkait setiap kasus atau yang patut diduga kasus covid 19 di tempat kerja.

d. Memerintahkan setiap pimpinan perusahaan untuk melakukan antisipasi penyebaran covid 19 pada pekerja/ buruh dengan melakukan tindakan pencegahan yang seperti perilaku hidup bersih dan sehat dengan mengintegrasikan dalam program K3, pemberdayaan Panitia Pembina

7 Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/3/HK.04/II/2020 Tentang Perlindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Covid 19 di lingkungan kerja

(17)

Keselamatan dan Kesehatan kerja dan optimalisasi fungsi pelayanan kesehatan kerja.

e. Mendorong setiap perusahaan untuk segera membuat rencana kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemi covid 19 dengan tujuan memperkecil resiko penularan di tempat kerja dan menjaga kelangsungan usaha.

f. Dalam hal terdapat pekerja/ buruh atau pengusaha yang beresiko, diduga atau mengalami sakit akibat covid 19 maka harus dilakukan langkah- langkah penanganan sesuai dengan standar kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Upaya-upaya di atas merupakan syarat utama demi keberlangsungan hubungan kerja yang Pancasilais agar terciptanya hubungan saling menguntungkan antara pengusaha dan pekerja. Pekerja adalah aset bagi perusahaan dan karenanya harus diberikan perlindungan yang terdiri atas perlindungan sosial, perlindungan teknis, dan perlindungan ekonomi dimana hak kesehatan adalah bagian dari perlindungan sosial8.

Apalagi, hak kesehatan pekerja merupakan salah satu jenis dari hak asasi manusia (HAM) yang harus dipenuhi, dan dijamin oleh negara tanpa diminta sekalipun9. HAM adalah kodrat seseorang sebagai manusia dari Tuhannya yang harus diberikan oleh negara dan entitas apapun termasuk entitas bisnis. kegiatan

8 Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003). hlm. 9

9 Indra, Perwira, Memahami Hak Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia, (Jakarta : ELSAM, 2014). hlm. 59

(18)

bisnis dan industri harus juga mengedepankan penghormatan terhadap prinsip- prinsip HAM10.

Jaminan hak kesehatan bagi pekerja adalah hak asasi manusia (HAM) yang harus dipenuhi oleh pengusaha di tengah-tengah situasi pandemi covid 19 saat ini. Kewajiban tersebut adalah hal yang esensial karena pekerja adalah aset bagi perusahaan. Hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan harus berjalan harmonis dan saling menguntungkan dengan cara pengusaha melakukan upaya preventif dan reaktif dalam memberikan jaminan kesehatan bagi pekerja sehingga tujuan dari pengaturan ketenagakerjaan di indonesia yang humanis dapat terealisasi dengan baik.

Di tengah situasi krisis dan serba kekurangan pada masa pandemi covid 19, pengambilan kebijakan memang selalu menemui dilema. Namun apabila telah disadari bahwa kesehatan adalah landasan utama pencapaian harkat kemanusiaan pekerja, maka seharusnya diikuti dengan kebijakan dan langkah nyata untuk memenuhi hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia. Wujud nyata komitmen pemerintah terhadap kesehatan sebagai hak asasi manusia adalah dengan penyediaan anggaran yang memadai untuk pelayanan kesehatan yang harus ditekankan terhadap perusahaan yang masih beroperasi di masa pandemi covid 19.

Seharusnya pelayanan dasar kesehatan dapat diperoleh pekerja tanpa biaya.

Namun, kalau pemberian pelayanan tersebut belum memungkinkan, harus dilakukan secara bertahap terutama dengan meningkatkan kualitas sarana

10 Perserikatan Bangsa-bangsa. 2011. Guiding Principle on Business and Human Rights.

(19)

prasarana dan kualitas pelayanan kesehatan kepada buruh/pekerja Work From Office/WFO.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah kajian guna penyusunan skripsi yang diberi judul : Jaminan Hak Kesehatan Pekerja Work From Office Selama Masa Pandemi Covid 19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang sebagaimana yang telah dikemukakan diatas,maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pokok bahasan yang berkaitan dengan “ Jaminan Hak Kesehatan Pekerja Work From Office di masa pandemi covid 19” adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana regulasi jaminan kesehatan bagi pekerja di Indonesia?

2. Bagaimana penerapan aturan bagi perusahaan untuk menjamin kesehatan pekerja Work From Office di masa Pandemi Covid 19 ?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja Work From Office dalam hal jaminan kesehatan di masa Pandemi Covid ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui regulasi jaminan kesehatan bagi pekerja di Indonesia.

(20)

2. Untuk mengetahui penerapan aturan bagi perusahaan untuk menjamin kesehatan pekerja Work From Office di masa Pandemi Covid 19.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pekerja work from office dalam hal jaminan kesehatan di masa Pandemi Covid.

Selanjutnya adapun yang menjadi manfaat penulisan dalam permasalahan skripsi ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a) Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum pada umumnya,dan pada khususnya hukum ekonomi yang berkaitan dengan pekerja dan perusahaan.

b) Dapat memberikan sumbangan informasi kepada pendidikan ilmu hukum mengenai hak jaminan kesehatan pekerja di masa pandemi covid 19.

c) Hasil penenulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat khususnya pekerja.

2. Manfaat Praktis

a) Mengembangkan pengetahuan, membentuk pola pikir, dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

(21)

b) Sebagai tambahan literatur bagi semua pihak yang tertarik dengan Jaminan hak kesehatan pekerja selama masa pandemi covid 19.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis, maka penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Jaminan Hak Kesehatan Pekerja Work From Office Selama Masa Pandemi Covid 19”.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada katalog skripsi Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, dan tidak ditemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 03 Desember 2020 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang menyatakan tidak ada judul yang sama ditemukan dalam Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul penelitian yang sama adalah :

1. Jaminan Hak Kesehatan Pekerja Work From Office Selama Masa PSBB Covid-19 oleh Indra Rahmatullah, Konsultan Hukum dan Dosen Hukum Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.11

11 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/download/15425/7221

(22)

Namun metode penelitian dalam skripsi saya berbeda dengan metode penelitian tersebut diatas. Dalam mengumpulkan data serta lokasi penelitiannya berbeda yang dimana hasil penelitiannya pun akan berbeda. Adapun kesamaan dengan penulisan yang dibuat penulis diatas tersebut hanyalah beberapa kata saja dan memiliki metodologi penelitian yang berbeda. Sehingga penulisan dalam skripsi ini asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

E. Tinjauan Pustaka

1. Jaminan Hak Kesehatan

Secara konsep, hak atas kesehatan tidak bisa disamakan dengan hak untuk sehat. Kesalahpahaman umum yang sering terjadi menganggap negara harus menjamin bahwa setiap warga negaranya harus sehat, dan oleh karenanya mewajibkan mereka untuk hidup sehat. Namun, kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang itu berada di luar kendali negara, misalnya kondisi biologis dan sosial-ekonomi seseorang.

Hak atas kesehatan bukan hanya berbicara tentang sakit dan tidak sakit.

Lebih jauh lagi, hak atas kesehatan menyangkut dua aspek penting, aspek kebebasan (freedom) dan keberkahan (entitlements). Kebebasan pada hak atas kesehatan yakni memberikan hak pada setiap orang untuk mengontrol tubuh dan kondisi kesehatannya, termasuk kebebasan untuk melakukan aktivitas tanpa adanya larangan dari perusahaan. Sedangkan Keberkahan dalam hak atas kesehatan sendiri yakni memberikan hak pada setiap orang untuk mendapatkan layanan kesehatan yang tidak diskriminatif dan menjunjung kesetaraan dan

(23)

kesempatan yang sama, misalnya hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Negara, sebagai pemegang kewajiban pemenuhan hak asasi manusia memiliki tanggung jawab dalam mematuhi kedua aspek di atas ketika berbicara hak atas kesehatan. Tanggung jawab ini bisa dilakukan dengan, misalnya, melakukan pengadaan pelayanan, barang dan fasilitas yang baik, menyediakan layanan yang tidak diskriminatif, mengembangkan kebijakan/ undang-undang dan rencana aksi khusus, atau langkah-langkah serupa lainnya untuk realisasi penuh atas hak kesehatan, seperti halnya hak asasi manusia.12

Begitu juga dengan Perusahaan yang menjadi pemegang kewajiban pemenuhan hak jaminan kesehatan pekerja yang harus bertanggung jawab atas kesehatan pekerja selama masa pandemi covid 19,dimana pekerja work from office harus tetap bekerja di tengah-tengah pandemi yang sampai sekarang tidak kunjung selesai. 13Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Pekerja Ada banyak definisi tentang pekerja, baik yang disampaikan oleh para ahli maupun oleh pemerintah yang dituangkan dalam Undang-undang Ketenagakerjaan. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dalam menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dalam pengertian tersebut terdapat dua unsur yaitu orang yang bekerja dan menerimah upah atau imbalan

12https://lbhmasyarakat.org/wp-content/uploads/2020/01/Buku-Saku-Hak-Atas- Kesehataan.diakses terakhir pada tanggal 10 Janusari 2020.

13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

(24)

dalam bentuk lain14. Hal itu berbeda dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 yang menentukan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat

Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja, dibawah perintah pemberi kerja/suatu perusahaan15. Sedangkan, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 3 menentukan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dalam menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi pekerja/buruh adalah tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja dibawah perintah perusahaan/pemberi kerja dengan mendapat upah atau imbalan dalam bentuk lain.Perlindungan pekerja dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu.

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran-pemikiran ini merupakan program perlindungan pekerja yang dalam praktek sehari-hari berguna untuk

14 Maimun , Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, (Jakarta : PT.Pradnya Paramita, 2003). hlm.13

15 Ibid. hlm. 14

(25)

mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahaan. Memberikan hak termasuk dalam hal memberikan perlindungan bagi pekerja.

Adapun yang menjadi Hak Pekerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan :

a) Menjadi anggota serikat tenaga kerja;

b) Jaminan sosial dan keselamatan kesehatan kerja;

c) Menerima upah yang layak;

d) Membuat perjanjian kerja;

e) Hak pekerja perempuan seperti libur pms atau cuti hamil; dan f) Pembatasan waktu kerja,istirahat,cuti dan libur.

Perusahaan Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD dan perundangan-undangan diluar KUHD. 16Tetapi dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan pengertian resmi istilah perusahaan itu. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal 1 Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP). Dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP), perusahaan adalah : “Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba”.

Dalam Pasal 1 huruf (d) UU WDP) dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam

16 Kansil dan Christine,Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta:PT.Pradnya Paramita,1995). hlm 1-2

(26)

bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan, Pasal 1 huruf (c) UU WDP.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut diperoleh kenyataan bahwa dalam pengertian perusahaan tersimpul dua hal, yaitu :

1) Bentuk Usaha yang berupa organisasi atau Badan Usaha,dalam bahasa Inggris disebut company17.

2) Jenis Usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang dilakukan secara terus-menerus oleh pengusaha untuk memperoleh keuntungan atau laba.Perusahaan memiliki hak yang tercantum dalam uraian Undang-Undang Ketenagakerjaan, yakni dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Hak-hak tersebut antara lain sebagai berikut :

a) Perusahaan berhak atas hasil dari pekerjaan pekerja;

b) Perusahaan berhak untuk memerintah/mengatur pekerja atau tenaga kerja dengan tujuan mencapai target;dan

c) Perusahaan berhak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja jika melanggar ketentuan yang telah disepakati.

2. Work From Office

17 Ibid. hlm. 2

(27)

Bekerja dari kantor yang disebut dengan work from office yang selanjutnya disebut WFO adalah pola kerja pegawai yang melaksanakan tugas- tugasnya di area kantor/perusahaan dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan di lingkungan tempatnya bekerja.

Adapun dengan pola kerja sebagai berikut :

1) Pelaksanaan pekerjaan berada dilokasi kantor;

2) Jam kerja mengalami penyesuaian dalam rangka mengurangi penyebaran covid 19;

3) Penyesuaian jam kerja dilaksanakan dengan memperhatikan : a. Keselamatan pegawai di perjalanan menuju kantor;

b. Keselamatan pegawai di dalam kantor; dan c. Keselamatan pegawai menuju rumah.

4) Wajib memperhatikan protokol kesehatan WFO; dan 5) Protokol kesehatan yang berlaku.

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian, maka penulis menggunakan metode penelitian, yaitu :

1. Jenis penelitian

(28)

Menurut Soetandyo Wignyosoebroto jenis penelitian terbagi atas penelitian hukum doktrinal dan penelitian hukum non doktrinal18. Penelitian hukum doktrinal kemudian terdiri dari penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif, penelitian yang berupa usaha penemuan asas dan dasar falsafah(dogma dan doktrin) hukum positif, dan penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu.Penelitian hukum non doktrinal adalah penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat.

Jenis Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum doktrinal, khususnya penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan hak jaminan kesehatan pekerja yang kemudian dilakukan analisis terhadap berbagai hukum positif yang berkaitan.

Penelitian menurut sifatnya terbagi atas penelitian eksploratoris, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatori19. Penelitian eksploratoris adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan,penjelasan, dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui sebelumnya. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali fenomena yang ada. Penelitian eksplanatoris

18 Soetandyo Wignyosoebroto dalam Bambang Sunggono. Metode Penelitian Hukum.(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1998), hlm. 43

19 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum.( Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm.50

(29)

adalah suatu penelitian untuk menerangkan,memperkuat atau menguji dan bahkan menolak suatu teori atau hipotesa-hipotesa terhadap hasil-hasil penelitian yang ada.20

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara detail serta melakukan analisis terhadap aturan mengenai hak jaminan kesehatan pekerja yang bekerja dari kantor akibat dari pandemi covid 19.

2. Pendekatan Peneltian

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan perundang-undangan(statute approach), Pendekatan kasus (case approach), Pendekatan historis (historical approach), Pendekatan perbandingan (comparative approach), Dan pendekatan konseptual( conceptual approach).

Pendekatan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) Dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan perundang- undangan merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan konseptual merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. Skripsi ini berisi penelaahan terhadap

20 Bambang Waluyo. Penelitian Hukum dalam Praktik. (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm 8-9

(30)

semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang berkaitan dengan jaminan Hak kesehatan pekerja di masa penduduk covid-19 dan juga dengan mempelajari pandangan dan doktrin tersebut peneliti dapat menemukan ide-ide yang melahirkan suatu pengertian serta asas-asas hukum yang relevan dengan masalah yang akan dikaji.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian hukum dapat berubah data primer dan data sekunder. Data primer atau data dasar merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti, Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian dan peraturan perundang-undangan.21 Bahan hukum primer bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

Bahan hukum primer merupakan bahan yang bersifat otoritatif dan mengikat yang terdiri atas Peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim.

Adapun bahan hukum sekunder yaitu berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi dan sifatnya tidak mengikat yang dapat berupa buku teks, jurnal hukum, dan komentar-

21 Zainuddin Ali. Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar Grafiks, 2009), hlm. 106

(31)

komentar atas putusan pengadilan.22 Bahan hukum tersier ialah bahan- bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum tersier misalnya kamus-kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang terdiri :

1) Data primer adalah data yang penulis dapatkan/diperoleh secara lansung dengan cara melakukan wawancara atau kuisoner mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan masalah yang akan diteliti.

2) Data Sekunder

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Dan Undang-Undang lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu berupa buku, jurnal, dan bahan hukum sekunder lainnya yang berkaitan dengan Jaminan hak kesehatan pekerja work from office selama masa pandemi covid 19.

c. Bahan Hukum Tersier

22 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hlm. 181

(32)

Bahan hukum yang digunakan yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum, ensiklopedia dan sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi. teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat berubah studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research)23. Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan yang dapat berupa wawancara atau pengamatan terhadap perilaku. sedangkan studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan studi lapangan dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan yaitu agar dapat diperoleh data primer yang didapat langsung dari lapangan yang dapat berupa wawancara, pengamatan atau kuesioner terhadap penelitian.

5. Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam penulisan penelitian, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Menganalisis data

23 Zainudin Ali. Op. Cit., hlm.107

(33)

merupakan tindakan peneliti untuk mempertemukan kesenjangan antara teori dan praktik. membangun suatu analisis juga berkaitan dengan pengujian terhadap teori yang berlaku selama ini.

Ada dua jenis teknik analisis data dalam penelitian yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dihilangkan atau bersifat non numerik. Teknik analisis data kualitatif pada umumnya merupakan bahasan konseptual suatu permasalahan. Data kuantitatif adalah data numerik yang dapat dihitung secara akurat. Salah satu contoh data numerik dalam metode penelitian kuantitatif yaitu hasil survei responden. Teknik analisis Data kuantitatif pada umumnya menggunakan model matematika, model statistik, dan lain-lain.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang digambarkan secara deskriptif, rangkaian kegiatan analisis data dimulai dari terkumpulnya data sekunder dan data primer. Kemudian data tersebut menjadi sebuah pola dan dikelompokkan secara sistematis. Analisis tersebut dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang menjadi objek kajian.24 G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan penulisan skripsi agar sesuai antara permasalahan dan pembahasan, maka penulisan skripsi ini dibagi kedalam 5 ( lima) bab, dimana masing-masing bab terbagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun

24 Ibid.

(34)

secara sistematis, dan saling berkaitan antara satu sama lain. Urutan singkat atas bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang agensi pengangkatan judul dan Mengapa penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang jaminan Hak kesehatan pekerja work from office di masa Pandemi covid 19. Selain Latar Belakang, yang bab ini juga mencakup Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulis, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

2. BAB II REGULASI JAMINAN KESEHATAN PEKERJA DI INDONESIA Bab ini menguraikan tentang Hukum Ketenagakerjaan, Pengertian Ketenagakerjaan, Sifat Hukum Ketenagakerjaan, Tujuan Hukum Ketenagakerjaan, Jaminan Sosial Pekerja, Pengertian Jaminan Sosial Bagi Pekerja, Badan Penyelenggara, Upaya-Upaya BPJS Dalam Penjaminan Kesehatan Tenaga Kerja Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Pekerja.

3. BAB III PENERAPAN ATURAN BAGI PERUSAHAAN UNTUK MENJAMIN KESEHATAN PEKERJA WORK FROM OFFICE DI MASA PANDEMI COVID 19

Bab ini menguraikan tentang Risiko Bekerja Dari Kantor (work from offfice) Di Masa Pandemi Covid 19, Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja work from office Selama Masa Pendemo Covid-19, Kebijakan Terhadap Perusahaan Untuk Menjamin Kesehatan- Kesehatan Pekerja work from office Di

(35)

Masa Pandemi Covid 19, Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Kesehatan Pekerja work from office.

4. BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WORK FROM OFFICE DALAM HAL JAMINAN KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID 19

Bab ini menguraikan tentang Perlindungan Hukum Bagi Pekerja work from office Dalam Hal Jaminan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Hukum Di Indonesia, Bentuk- Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Pekerja work from office Dalam Hal Jaminan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19, Faktor Penghambat Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pekerja work from office Selama Masa Pandemi 19.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan merupakan rangkuman dari jawaban dari rumusan masalah yang telah diuraikan dalam Bab II, Bab III, dan Bab IV dan saran merupakan rekomendasi dari penulis terkait dengan penelitian yang telah dilakukan

(36)

A. Hukum Ketenagakerjaan

1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Hukum mempunyai sifat memaksa, mengikat. dan mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, serta masyarakat dengan masyarakat.25 Hukum pada dasarnya adalah kekuasaan yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan bermasyarakat sehingga hukum dengan menggunakan paksaan untuk memaksa manusia untuk menaatinya.

Bahkan, hal ini kemudian dimaknai juga dengan hanya apabila hukum yang menjadi sumber kekuasaan, barulah pemerintahan para penguasa akan terarah bagi kepentingan, kebaikan, kesejahteraan umum, dan hanya apabila hukum yang menjadi sumber kekuasaan bagi para penguasa negara barulah dapat dijamin bertumbuhnya moralitas yang terpuji dan keadaban yang tinggi yang sanggup mencegah para penguasa itu dari kesewenang-wenangan, namun daya paksa yang diletakkan pada aturan hukum inilah hendaknya tidak menjadi motivasi yang utama atau satu-satunya dalam hal kepatuhan manusia terhadap hukum, melainkan karena secara substansi hukum ditujukan untuk manusia dalam mempertahankan hidup bermasyarakat.

Munculnya hukum ketenagakerjaan di Indonesia, berlatar belakang dari maraknya aksi perbudakan, yang bertentangan dan melanggar hak asasi manusia

25 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003), Hal. 2

(37)

(HAM) karena telah melanggar, serta merampas hak kebebasan tiap individu yang dipaksa untuk bekerja demi tercapainya kesejahteraan seseorang. Arti dari kata ketenagakerjaan berasal dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu :

“ Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, serta sesudah masa kerja seseorang.“

Pada awalnya Hukum Ketenagakerjaan disebut hukum perburuhan, dan sekarang pun keduanya masih dipakai baik oleh para ahli hukum maupun dunia akademik, di mana hukum perburuhan berasal dari kata “arbeidsrecht”. Kata arbeidrecht itu sendiri, banyak batasan pengertiannya.26

Hukum Ketenagakerjaan adalah sebagian dari hukum yang berlaku yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan kerja antara tenaga kerja dan majikan atau perusahaannya, mengenai tata kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja tersebut yang bersifat memaksa dan mengikat antara tenaga kerja dan majikan atau perusahaannya guna tercapainya kesejahteraan khususnya bagi tenaga kerja.27

Seringkali terjadi salah kaprah seakan-akan yang disebut pekerja/ buruh/

karyawan adalah orang-orang yang bekerja di pabrik, para cleaning service dan staf staf administrasi di kantor kantor. Sedangkan para manajer dan kepala kepala bagian, para direktur bukan sebagai pekerja. Dalam hukum ketenagakerjaan

26 Dede Agus, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011), hal 1

27 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(38)

pekerja adalah setiap orang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Imbalan dalam bentuk lain yang dimaksud adalah berupa barang atau benda yang nilainya ditentukan atas dasar kesepakatan pengusaha dan pekerja.

Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang diundangkan pada Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret 2003, dan di mulai berlaku pada tanggal diundangkan itu, pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik material maupun spiritual.28

Sedangkan menurut para ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian hukum ketenagakerjaan :29

1) Menurut Mr.N.E.H. Van Esweld, berpendapat bahwa :

Hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja di mana pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan, tetapi meliputi pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab.

2) Menurut Imam Soepomo, hukum ketenagakerjaan adalah :

28 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), hal 9

29 Sugi Arto, Pengertian Dasar, Ruang Lingkup dan Sumber Hukum Tenaga Kerja – General Knowledge ( Pengetahuan Umum), di unduh pada tanggal 24 juni 2019

(39)

Himpunan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seorang pekerja dengan menerima upah.

3) Molenar, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah bagian hukum berlaku yang pokoknya mengatur hubungan antara Tenaga Kerja dan pengusaha antara Tenaga Kerja dan tenaga kerja serta antara Tenaga Kerja dan pengusaha .

4) M.G Levenbach , menyebutkan bahwa :

Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut-paut dengan kerja itu.

5) Soetikno, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan di bawah perintah atau pimpinan orang lain dan mengenai keadaan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut- paut dengan hubungan kerja tersebut.

6) Halim, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan di bawah perintah atau pimpinan orang lain dan

(40)

mengenai keadaan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut- paut dengan hubungan kerja tersebut.

7) Daliyo, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah himpunan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur Hubungan kerja antara buruh dan majikan. Pekerja bekerja pada dan dibawah majikan dengan mendapat upah sebagai balas jasanya.

8) Syahhrani berpendapat bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan perburuhan, yaitu hubungan antara buruh dengan majikan, serta hubungan antara buruh dan majikan pemerintah atau penguasa.

9) Mok dan Kansil mengemukankan bendapat bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang lain dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan pekerja itu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hukum ketenagakerjaan itu mengatur tentang hubungan antara pekerja dengan pemimpinnya dalam hubungan kerja. Dan berdasarkan beberapa pendapat para ahli hukum dapat disimpulkan beberapa unsur antara lain bahwa hukum tenaga kerja berbentuk tertulis maupun tidak tertulis, mengatur hubungan antara pekerja dan majikan dalam hal ini pengusaha, adanya upah atau balas jasa, dan mengatur

(41)

perlindungan tenaga kerja. Ruang lingkup ketenagakerjaan tidak sempit dan terbatas, kenyataannya Dalam praktiknya sangat kompleks dan multidimensi.

Oleh karena itu, ada benarnya jika hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur hubungan kerja saja tetapi juga mengatur segala hal diluar hubungan kerja tetapi masih berkaitan dengan tenaga kerja.

Sedangkan asas yang digunakan dalam hukum ketenagakerjaan bertumpu pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa pembangunan Ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah . Pada dasarnya asas ketenagakerjaan sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil dan merata.

Menurut Manullang tujuan dari hukum ketenagakerjaan adalah untuk mencapai keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan dan melindungi ketenagakerjaan terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha.

Sedangkan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan khususnya pasal 4 menegaskan bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan meliputi memperdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, adanya pemerataan kesempatan kerja, untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

(42)

2. Sifat Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan dalam pengertian sebelumnya adalah kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan dengan sifat mengikat antara pihak penerima kerja dan pihak pemberi kerja yang kemudian disebut sebagai hubungan kerja, sehingga hukum ketenagakerjaan memiliki sifat tertutup ( privat) karena merupakan hubungan yang mengikat satu pihak dengan satu atau lebih pihak lainnya. Meski demikian, hukum ketenagakerjaan juga memiliki sifat public karena adanya wujud campur tangan pemerintah negara dalam pelaksanaan hubungan kerja yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat bersama. Sifat hukum ketenagakerjaan secara umum terdapat 2 (dua) sifat antara lain :

1) Sifat Hukum Ketenagakerjaan sebagai hukum yang mengatur

Sifat mengatur ini ditandai dengan adanya peraturan yang tidak sepenuhnya bersifat memaksa, sehingga diperbolehkan terjadinya atau dilakukan suatu penyimpangan atas ketentuan tersebut dalam perjanjian baik perjanjian kerja, peraturan perusahaan ( PP) maupun perjanjian kerja bersama (PKB). Sifat hukum ketenagakerjaan disebut juga sikap fakultatif, yang memiliki definisi sebagai hukum atau peraturan yang mengatur dan melengkapi dan dapat dikesampingkan.Contoh aturan hukum ketenagakerjaan atau hukum perburuhan yang bersifat fakultatif atau mengatur, antara lain :

1) Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Ketenagakerjaan

(43)

Contoh perbuatan perjanjian kerja baik dengan cara tertulis maupun tidak tertulis atau secara lisan karena tidak adanya kewajiban bahwa suatu perjanjian disebabkan harus berbentuk tertulis maupun tidak tertulis atau lisan sesuai dengan pasal dengan sifat sebagai pengatur, sehingga tidak terdapat hukuman berupa sanksi bagi siapapun yang membuat perjanjian kerja dalam bentuk lisan maupun tidak tertulis. Dalam pasal ini terbukti bahwa perjanjian kerja dalam bentuk tertulis bukan merupakan hal yang memaksa atau imperative.

2) Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan

Dalam pasal ini, ini diatur bahwa pemberi kerja selaku pengusaha/perusahaan memiliki hak untuk membentuk serta menjadi anggota organisasi pengusaha, sehingga ketentuan hukum yang bersifat mengatur, memberikan hak kepada pihak pengusaha untuk melaksanakan maupun tidak, ketentuan dalam pasal ini memberikan kebebasan kepada pihak pengusaha/

perusahaan untuk memilih.

3) Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan

Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang memiliki syarat berupa masa percobaan selama 3 (tiga) bulan, sehingga ketentuan dalam pasal ini memiliki sifat mengatur, tetapi pihak pemberi kerja selaku pengusaha/perusahaan memiliki

(44)

hak untuk menjalankan masa percobaan tersebut ataupun tidak selama hubungan kerja berlangsung.

2) Sifat Hukum Ketenagakerjaan sebagai sifat memaksa

Sifat memaksa dalam hukum ketenagakerjaan ini merupakan peraturan-peraturan yang telah dicampur tangani oleh pemerintah negara yang ditegaskan harus ditaati dan tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dengan upaya dapat mengatur atau sebagai pengatur hubungan kerja antara penerima kerja selaku tenaga kerja atau pemberi kerja selaku pengusaha atau perusahaan, dapat dijatuhkan hukuman atau pemberian sanksi kepada setiap individu yang menolak untuk menaati peraturan atau melanggar aturan yang memiliki sifat memaksa.

Contoh bentuk ketentuan memaksa yang dicampur tangani oleh pemerintah yang telah tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Ketenagakerjaan, antara lain :

1) Pasal 42 ayat (10) Undang-Undang Ketenagakerjaan , tentang perizinan yang menyangkut penggunaan tenaga kerja asing (IKA);

2) Pasal 68 Undang-Undang Ketenagakerjaan, mengenai larangan dan syarat untuk mempekerjakan anak dibawah umur;

3) Pasal 76 Undang-Undang Ketenagakerjaan, mengenai larangan dan syarat untuk mempekerjakan perempuan; dan

(45)

4) Pasal 153 ayat (1) Undang-undang ketenagakerjaan, tentang larangan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap kasus atau sengketa tertentu.

3. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan

Menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyatakan bahwa pembangunan Ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan undang- undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945, diantaranya ialah :

a. Pancasila, yang terdiri dari : 1) Ketuhanan yang maha esa;

2) Kemanusian yang adail dan beradab;

3) Persatuan indonesia;

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan; dan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1) Pasal 27 ayat 2 UUD 1945

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

2) Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945

“Setiap orang yang berhak untuk hidup secara lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

3) Pasal 28 ayat 3 UUD 1945

(46)

“Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”.

4) Pasal 28 H ayat 3 UUD 1945

“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.

5) Pasal 28 H ayat 4 UUD 1945

“Orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun”.

6) Pasal 28 I ayat 2 UUD 1945

“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminasi itu”.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki kekuasaan yang dapat berbuat untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi dunia. Kekuasaan yang menjadi titik sentral dari seluruh kehidupan manusia dalam melakukan kegiatan di dunia. Manusia merupakan pelaku atau subjek bukan alat atau objek yang memiliki kepentingan dan tuntutan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik.30

Kaidah hukum melindungi kepentingan manusia terhadap bahaya yang mengancam juga mengatur hubungan diantara manusia. Mengatur hubungan

30 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Edisi Revisi, (Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka, 2012) hal 13

(47)

diantara manusia agar tercipta ketertiban atau stabilitas dan diharapkan dapat dicegah atau diatasi terjadinya konflik atau gangguan kepentingan-kepentingan.

Kaidah hukum fungsinya melindungi kepentingan manusia, baik secara individual maupun secara kelompok maka manusia yang memiliki kepentingan hukum itu dihayati, dipatuhi, dilaksanakan dan ditegakkan. Kesadaran pada diri manusia pada dasarnya adalah manusia memerlukan perlindungan kepentingan yaitu hukum yang dipatuhi dan dilaksanakan serta ditegakkan agar kepentingannya maupun kepentingan orang lain terlindungi dari ancaman di sekelilingnya.31

Sunaryati Hartono mengemukakan bahwa hukum sebagai alat yang merupakan sarana dan langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional guna mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara. Negara mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan hukum sebagai alat melalui pemberlakuan atau penindak perlakuan hukum-hukum sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita.32

Tujuan hukum adalah terpelihara dan terjaminnya keteraturan (kepastian) dan ketertiban. Contoh keteraturan dan ketertiban kehidupan manusia yang wajar memang tidak mungkin, seseorang tidak dapat mengembangkan bakatnya tanpa adanya kepastian dan keteraturan. Memandang hukum secara abstrak atau formal memang demikian benarnya.

31 Ibid

32 Moh. Mahmud MD, Politik Hukum Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press,2009) hal 2

(48)

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan, tercantum tujuan hukum ketenagakerjaan, yang menerangkan :

1. ”Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi” yang memiliki penjelasan sebagai suatu kegiatan yang terpadu untuk bermanfaat sebagai pemberian kesempatan kerja seluas-luasnya bagi tenaga kerja atau pekerja di dalam negara Indonesia, dengan harapan tenaga kerja Indonesia dapat berpartisipasi secara optimal dalam tujuan membangun atau sebagai pembangunan nasional. Meskipun demikian, tujuan tersebut tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan nya;

2. ”Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai” yang memberikan penjelasan bahwa penyediaan tenaga kerja yang harus diupayakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk satu kesatuan pasar kerja dengan memberikan setiap orang kesempatan yang sama untuk memberikan prestasi dalam hal bekerja dan pekerjaan yang disesuaikan dengan bakat, minat serta kemampuan setiap orangnya. Tujuan tersebut kemudian diatur demi mewujudkan pemerataan penempatan tenaga kerja atau pekerja yang kemudian perlu diupayakan demi dapat mengisi kebutuhan di seluruh sektor dan daerah di dalam negara Indonesia;

3. Memberikan pelindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan

4. Meningkatkan kesejahteraan Tenaga Kerja dan keluarganya.

(49)

Apabila tujuan hukum ketenagakerjaan atau hukum perburuhan disesuaikan bagi kepentingan setiap pihak di dalamnya, antara lain :

a. Kepentingan bagi diri sendiri setiap individu, untuk lebih mengenal serta memahami hak-hak dan kewajiban sebagai seorang buruh, pekerja atau karyawan. Jika hak pekerja tidak dipenuhi oleh pihak pengusaha atau perusahaan, maka pekerja memiliki hak untuk mempertanyakan secara langsung kepada pihak pengusaha atau perusahaan mengenai hak-hak pekerja yang belum diterima atau belum dipenuhi oleh pihak pemberi kerja.

b. Kepentingan masyarakat selaku warga negara Indonesia yang memiliki keinginan menjadi buruh, pekerja atau karyawan, an-nashr akad memiliki hak untuk menerima informasi-informasi mengenai hak-haknya yang mendapat jaminan dan perlindungan hukum yang setara dari pemerintah negara serta informasi mengenai kewajiban yang harus dilaksanakan atau dilakukan.

c. Kepentingan pengusaha atau perusahaan selaku pemberi kerja dan pejabat pemerintahan untuk memberikan informasi mengenai aksi unjuk rasa, demo atau mogok kerja massal dalam lingkungan perusahaan yang dilakukan oleh pekerja atau buruh karena perusahaan belum memenuhi hak-hak normatif yang telah ditetapkan oleh ketentuan hukum atau undang-undang.

d. Demikian tujuan hukum ketenagakerjaan atau hukum perburuhan yang dapat disimpulkan demi pembangunan nasional serta pemerataan demi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui dan menganalisis perbuatan hukum apa yang dilanggar oleh pengusaha yang memaksa pekerja/buruh untuk mengundurkan diri di tengah pandemi COVID-19 dalam peraturan

Hak asasi manusia yang harus di peroleh pada saat pandemic covid ialah hak yang berkaitan atas dasar kesehatan, hak dasar informasi yang harusnya diperoleh masyarakat, hak

Oleh karenanya, Laporan Penilaian Penerapan Prinsip Fair Trial di Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19 disusun untuk memberikan gambaran penerapan hak-hak fair trial dalam

Secara definisi, menurut Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (selanjutnya disebut UU Pelayanan Publik), “Pelayanan publik

Ariela Naomi Syifa Perlindungan Hak Pekerja Migran Sektor Konstruksi di Singapura Selama Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2020... iv

pendidikan di indonesia selama masa pandemi covid-19 dilakukan secara daring atau dari rumah (School From Home). Namun karena sekarang masa pandemi covid mulai

Pada keadaan yang telah ditetapkan sebagai Darurat Covid-19, hak asasi manusia berupa hak terkait pemilihan fasilitas pelayanan kesehatan berupa vaksinasi Covid-19

Pada masa Pandemi COVID-19 atau saat COVID-19 masih menjadi ancaman, upaya penanggulangan krisis kesehatan harus diintegasikan dengan adaptasi kebiasaan baru