• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

F. Metode Penelitian

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian, maka penulis menggunakan metode penelitian, yaitu :

1. Jenis penelitian

Menurut Soetandyo Wignyosoebroto jenis penelitian terbagi atas penelitian hukum doktrinal dan penelitian hukum non doktrinal18. Penelitian hukum doktrinal kemudian terdiri dari penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif, penelitian yang berupa usaha penemuan asas dan dasar falsafah(dogma dan doktrin) hukum positif, dan penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu.Penelitian hukum non doktrinal adalah penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat.

Jenis Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum doktrinal, khususnya penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan hak jaminan kesehatan pekerja yang kemudian dilakukan analisis terhadap berbagai hukum positif yang berkaitan.

Penelitian menurut sifatnya terbagi atas penelitian eksploratoris, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatori19. Penelitian eksploratoris adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan,penjelasan, dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui sebelumnya. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali fenomena yang ada. Penelitian eksplanatoris

18 Soetandyo Wignyosoebroto dalam Bambang Sunggono. Metode Penelitian Hukum.(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1998), hlm. 43

19 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum.( Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm.50

adalah suatu penelitian untuk menerangkan,memperkuat atau menguji dan bahkan menolak suatu teori atau hipotesa-hipotesa terhadap hasil-hasil penelitian yang ada.20

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara detail serta melakukan analisis terhadap aturan mengenai hak jaminan kesehatan pekerja yang bekerja dari kantor akibat dari pandemi covid 19.

2. Pendekatan Peneltian

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan perundang-undangan(statute approach), Pendekatan kasus (case approach), Pendekatan historis (historical approach), Pendekatan perbandingan (comparative approach), Dan pendekatan konseptual( conceptual approach).

Pendekatan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) Dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan perundang-undangan merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan konseptual merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. Skripsi ini berisi penelaahan terhadap

20 Bambang Waluyo. Penelitian Hukum dalam Praktik. (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm 8-9

semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang berkaitan dengan jaminan Hak kesehatan pekerja di masa penduduk covid-19 dan juga dengan mempelajari pandangan dan doktrin tersebut peneliti dapat menemukan ide-ide yang melahirkan suatu pengertian serta asas-asas hukum yang relevan dengan masalah yang akan dikaji.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian hukum dapat berubah data primer dan data sekunder. Data primer atau data dasar merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti, Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian dan peraturan perundang-undangan.21 Bahan hukum primer bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

Bahan hukum primer merupakan bahan yang bersifat otoritatif dan mengikat yang terdiri atas Peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim.

Adapun bahan hukum sekunder yaitu berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi dan sifatnya tidak mengikat yang dapat berupa buku teks, jurnal hukum, dan

21 Zainuddin Ali. Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar Grafiks, 2009), hlm. 106

komentar atas putusan pengadilan.22 Bahan hukum tersier ialah bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum tersier misalnya kamus-kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang terdiri :

1) Data primer adalah data yang penulis dapatkan/diperoleh secara lansung dengan cara melakukan wawancara atau kuisoner mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan masalah yang akan diteliti.

2) Data Sekunder

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Dan Undang-Undang lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu berupa buku, jurnal, dan bahan hukum sekunder lainnya yang berkaitan dengan Jaminan hak kesehatan pekerja work from office selama masa pandemi covid 19.

c. Bahan Hukum Tersier

22 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hlm. 181

Bahan hukum yang digunakan yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum, ensiklopedia dan sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi. teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat berubah studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research)23. Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan yang dapat berupa wawancara atau pengamatan terhadap perilaku. sedangkan studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan studi lapangan dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan yaitu agar dapat diperoleh data primer yang didapat langsung dari lapangan yang dapat berupa wawancara, pengamatan atau kuesioner terhadap penelitian.

5. Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam penulisan penelitian, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Menganalisis data

23 Zainudin Ali. Op. Cit., hlm.107

merupakan tindakan peneliti untuk mempertemukan kesenjangan antara teori dan praktik. membangun suatu analisis juga berkaitan dengan pengujian terhadap teori yang berlaku selama ini.

Ada dua jenis teknik analisis data dalam penelitian yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dihilangkan atau bersifat non numerik. Teknik analisis data kualitatif pada umumnya merupakan bahasan konseptual suatu permasalahan. Data kuantitatif adalah data numerik yang dapat dihitung secara akurat. Salah satu contoh data numerik dalam metode penelitian kuantitatif yaitu hasil survei responden. Teknik analisis Data kuantitatif pada umumnya menggunakan model matematika, model statistik, dan lain-lain.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang digambarkan secara deskriptif, rangkaian kegiatan analisis data dimulai dari terkumpulnya data sekunder dan data primer. Kemudian data tersebut menjadi sebuah pola dan dikelompokkan secara sistematis. Analisis tersebut dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang menjadi objek kajian.24 G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan penulisan skripsi agar sesuai antara permasalahan dan pembahasan, maka penulisan skripsi ini dibagi kedalam 5 ( lima) bab, dimana masing-masing bab terbagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun

24 Ibid.

secara sistematis, dan saling berkaitan antara satu sama lain. Urutan singkat atas bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang agensi pengangkatan judul dan Mengapa penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang jaminan Hak kesehatan pekerja work from office di masa Pandemi covid 19. Selain Latar Belakang, yang bab ini juga mencakup Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulis, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

2. BAB II REGULASI JAMINAN KESEHATAN PEKERJA DI INDONESIA Bab ini menguraikan tentang Hukum Ketenagakerjaan, Pengertian Ketenagakerjaan, Sifat Hukum Ketenagakerjaan, Tujuan Hukum Ketenagakerjaan, Jaminan Sosial Pekerja, Pengertian Jaminan Sosial Bagi Pekerja, Badan Penyelenggara, Upaya-Upaya BPJS Dalam Penjaminan Kesehatan Tenaga Kerja Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Pekerja.

3. BAB III PENERAPAN ATURAN BAGI PERUSAHAAN UNTUK MENJAMIN KESEHATAN PEKERJA WORK FROM OFFICE DI MASA PANDEMI COVID 19

Bab ini menguraikan tentang Risiko Bekerja Dari Kantor (work from offfice) Di Masa Pandemi Covid 19, Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja work from office Selama Masa Pendemo Covid-19, Kebijakan Terhadap Perusahaan Untuk Menjamin Kesehatan- Kesehatan Pekerja work from office Di

Masa Pandemi Covid 19, Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Kesehatan Pekerja work from office.

4. BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WORK FROM OFFICE DALAM HAL JAMINAN KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID 19

Bab ini menguraikan tentang Perlindungan Hukum Bagi Pekerja work from office Dalam Hal Jaminan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Hukum Di Indonesia, Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Pekerja work from office Dalam Hal Jaminan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19, Faktor Penghambat Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pekerja work from office Selama Masa Pandemi 19.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan merupakan rangkuman dari jawaban dari rumusan masalah yang telah diuraikan dalam Bab II, Bab III, dan Bab IV dan saran merupakan rekomendasi dari penulis terkait dengan penelitian yang telah dilakukan

A. Hukum Ketenagakerjaan

1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Hukum mempunyai sifat memaksa, mengikat. dan mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, serta masyarakat dengan masyarakat.25 Hukum pada dasarnya adalah kekuasaan yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan bermasyarakat sehingga hukum dengan menggunakan paksaan untuk memaksa manusia untuk menaatinya.

Bahkan, hal ini kemudian dimaknai juga dengan hanya apabila hukum yang menjadi sumber kekuasaan, barulah pemerintahan para penguasa akan terarah bagi kepentingan, kebaikan, kesejahteraan umum, dan hanya apabila hukum yang menjadi sumber kekuasaan bagi para penguasa negara barulah dapat dijamin bertumbuhnya moralitas yang terpuji dan keadaban yang tinggi yang sanggup mencegah para penguasa itu dari kesewenang-wenangan, namun daya paksa yang diletakkan pada aturan hukum inilah hendaknya tidak menjadi motivasi yang utama atau satu-satunya dalam hal kepatuhan manusia terhadap hukum, melainkan karena secara substansi hukum ditujukan untuk manusia dalam mempertahankan hidup bermasyarakat.

Munculnya hukum ketenagakerjaan di Indonesia, berlatar belakang dari maraknya aksi perbudakan, yang bertentangan dan melanggar hak asasi manusia

25 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003), Hal. 2

(HAM) karena telah melanggar, serta merampas hak kebebasan tiap individu yang dipaksa untuk bekerja demi tercapainya kesejahteraan seseorang. Arti dari kata ketenagakerjaan berasal dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu :

“ Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, serta sesudah masa kerja seseorang.“

Pada awalnya Hukum Ketenagakerjaan disebut hukum perburuhan, dan sekarang pun keduanya masih dipakai baik oleh para ahli hukum maupun dunia akademik, di mana hukum perburuhan berasal dari kata “arbeidsrecht”. Kata arbeidrecht itu sendiri, banyak batasan pengertiannya.26

Hukum Ketenagakerjaan adalah sebagian dari hukum yang berlaku yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan kerja antara tenaga kerja dan majikan atau perusahaannya, mengenai tata kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja tersebut yang bersifat memaksa dan mengikat antara tenaga kerja dan majikan atau perusahaannya guna tercapainya kesejahteraan khususnya bagi tenaga kerja.27

Seringkali terjadi salah kaprah seakan-akan yang disebut pekerja/ buruh/

karyawan adalah orang-orang yang bekerja di pabrik, para cleaning service dan staf staf administrasi di kantor kantor. Sedangkan para manajer dan kepala kepala bagian, para direktur bukan sebagai pekerja. Dalam hukum ketenagakerjaan

26 Dede Agus, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011), hal 1

27 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

pekerja adalah setiap orang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Imbalan dalam bentuk lain yang dimaksud adalah berupa barang atau benda yang nilainya ditentukan atas dasar kesepakatan pengusaha dan pekerja.

Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang diundangkan pada Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret 2003, dan di mulai berlaku pada tanggal diundangkan itu, pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik material maupun spiritual.28

Sedangkan menurut para ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian hukum ketenagakerjaan :29

1) Menurut Mr.N.E.H. Van Esweld, berpendapat bahwa :

Hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja di mana pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan, tetapi meliputi pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab.

2) Menurut Imam Soepomo, hukum ketenagakerjaan adalah :

28 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), hal 9

29 Sugi Arto, Pengertian Dasar, Ruang Lingkup dan Sumber Hukum Tenaga Kerja – General Knowledge ( Pengetahuan Umum), di unduh pada tanggal 24 juni 2019

Himpunan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seorang pekerja dengan menerima upah.

3) Molenar, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah bagian hukum berlaku yang pokoknya mengatur hubungan antara Tenaga Kerja dan pengusaha antara Tenaga Kerja dan tenaga kerja serta antara Tenaga Kerja dan pengusaha .

4) M.G Levenbach , menyebutkan bahwa :

Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut-paut dengan kerja itu.

5) Soetikno, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan di bawah perintah atau pimpinan orang lain dan mengenai keadaan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja tersebut.

6) Halim, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan di bawah perintah atau pimpinan orang lain dan

mengenai keadaan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja tersebut.

7) Daliyo, menyebutkan bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah himpunan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur Hubungan kerja antara buruh dan majikan. Pekerja bekerja pada dan dibawah majikan dengan mendapat upah sebagai balas jasanya.

8) Syahhrani berpendapat bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan perburuhan, yaitu hubungan antara buruh dengan majikan, serta hubungan antara buruh dan majikan pemerintah atau penguasa.

9) Mok dan Kansil mengemukankan bendapat bahwa :

Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang lain dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan pekerja itu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hukum ketenagakerjaan itu mengatur tentang hubungan antara pekerja dengan pemimpinnya dalam hubungan kerja. Dan berdasarkan beberapa pendapat para ahli hukum dapat disimpulkan beberapa unsur antara lain bahwa hukum tenaga kerja berbentuk tertulis maupun tidak tertulis, mengatur hubungan antara pekerja dan majikan dalam hal ini pengusaha, adanya upah atau balas jasa, dan mengatur

perlindungan tenaga kerja. Ruang lingkup ketenagakerjaan tidak sempit dan terbatas, kenyataannya Dalam praktiknya sangat kompleks dan multidimensi.

Oleh karena itu, ada benarnya jika hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur hubungan kerja saja tetapi juga mengatur segala hal diluar hubungan kerja tetapi masih berkaitan dengan tenaga kerja.

Sedangkan asas yang digunakan dalam hukum ketenagakerjaan bertumpu pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa pembangunan Ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah . Pada dasarnya asas ketenagakerjaan sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil dan merata.

Menurut Manullang tujuan dari hukum ketenagakerjaan adalah untuk mencapai keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan dan melindungi ketenagakerjaan terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha.

Sedangkan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan khususnya pasal 4 menegaskan bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan meliputi memperdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, adanya pemerataan kesempatan kerja, untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

2. Sifat Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan dalam pengertian sebelumnya adalah kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan dengan sifat mengikat antara pihak penerima kerja dan pihak pemberi kerja yang kemudian disebut sebagai hubungan kerja, sehingga hukum ketenagakerjaan memiliki sifat tertutup ( privat) karena merupakan hubungan yang mengikat satu pihak dengan satu atau lebih pihak lainnya. Meski demikian, hukum ketenagakerjaan juga memiliki sifat public karena adanya wujud campur tangan pemerintah negara dalam pelaksanaan hubungan kerja yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat bersama. Sifat hukum ketenagakerjaan secara umum terdapat 2 (dua) sifat antara lain :

1) Sifat Hukum Ketenagakerjaan sebagai hukum yang mengatur

Sifat mengatur ini ditandai dengan adanya peraturan yang tidak sepenuhnya bersifat memaksa, sehingga diperbolehkan terjadinya atau dilakukan suatu penyimpangan atas ketentuan tersebut dalam perjanjian baik perjanjian kerja, peraturan perusahaan ( PP) maupun perjanjian kerja bersama (PKB). Sifat hukum ketenagakerjaan disebut juga sikap fakultatif, yang memiliki definisi sebagai hukum atau peraturan yang mengatur dan melengkapi dan dapat dikesampingkan.Contoh aturan hukum ketenagakerjaan atau hukum perburuhan yang bersifat fakultatif atau mengatur, antara lain :

1) Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Ketenagakerjaan

Contoh perbuatan perjanjian kerja baik dengan cara tertulis maupun tidak tertulis atau secara lisan karena tidak adanya kewajiban bahwa suatu perjanjian disebabkan harus berbentuk tertulis maupun tidak tertulis atau lisan sesuai dengan pasal dengan sifat sebagai pengatur, sehingga tidak terdapat hukuman berupa sanksi bagi siapapun yang membuat perjanjian kerja dalam bentuk lisan maupun tidak tertulis. Dalam pasal ini terbukti bahwa perjanjian kerja dalam bentuk tertulis bukan merupakan hal yang memaksa atau imperative.

2) Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan

Dalam pasal ini, ini diatur bahwa pemberi kerja selaku pengusaha/perusahaan memiliki hak untuk membentuk serta menjadi anggota organisasi pengusaha, sehingga ketentuan hukum yang bersifat mengatur, memberikan hak kepada pihak pengusaha untuk melaksanakan maupun tidak, ketentuan dalam pasal ini memberikan kebebasan kepada pihak pengusaha/

perusahaan untuk memilih.

3) Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan

Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang memiliki syarat berupa masa percobaan selama 3 (tiga) bulan, sehingga ketentuan dalam pasal ini memiliki sifat mengatur, tetapi pihak pemberi kerja selaku pengusaha/perusahaan memiliki

hak untuk menjalankan masa percobaan tersebut ataupun tidak selama hubungan kerja berlangsung.

2) Sifat Hukum Ketenagakerjaan sebagai sifat memaksa

Sifat memaksa dalam hukum ketenagakerjaan ini merupakan peraturan-peraturan yang telah dicampur tangani oleh pemerintah negara yang ditegaskan harus ditaati dan tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dengan upaya dapat mengatur atau sebagai pengatur hubungan kerja antara penerima kerja selaku tenaga kerja atau pemberi kerja selaku pengusaha atau perusahaan, dapat dijatuhkan hukuman atau pemberian sanksi kepada setiap individu yang menolak untuk menaati peraturan atau melanggar aturan yang memiliki sifat memaksa.

Contoh bentuk ketentuan memaksa yang dicampur tangani oleh pemerintah yang telah tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Ketenagakerjaan, antara lain :

1) Pasal 42 ayat (10) Undang-Undang Ketenagakerjaan , tentang perizinan yang menyangkut penggunaan tenaga kerja asing (IKA);

2) Pasal 68 Undang-Undang Ketenagakerjaan, mengenai larangan dan syarat untuk mempekerjakan anak dibawah umur;

3) Pasal 76 Undang-Undang Ketenagakerjaan, mengenai larangan dan syarat untuk mempekerjakan perempuan; dan

4) Pasal 153 ayat (1) Undang-undang ketenagakerjaan, tentang larangan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap kasus atau sengketa tertentu.

3. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan

Menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyatakan bahwa pembangunan Ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945, diantaranya ialah :

a. Pancasila, yang terdiri dari : 1) Ketuhanan yang maha esa;

2) Kemanusian yang adail dan beradab;

3) Persatuan indonesia;

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan; dan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1) Pasal 27 ayat 2 UUD 1945

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

2) Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945

“Setiap orang yang berhak untuk hidup secara lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

3) Pasal 28 ayat 3 UUD 1945

“Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”.

4) Pasal 28 H ayat 3 UUD 1945

“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.

5) Pasal 28 H ayat 4 UUD 1945

“Orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun”.

“Orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun”.

Dokumen terkait