• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : REGULASI JAMINAN KESEHATAN PEKERJA DI INDONESI 26

B. Jaminan Sosial bagi pekerja

2. Badan Penyelenggara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional ditegaskan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja selenggarakan program BPJS ketenagakerjaan yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Dalam undang-undang nomor 24 tahun 2011 pasal 15 ayat (1) dijelaskan bahwa :

“ Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti”.

Oleh karena itu pemberi kerja dan pekerja wajib ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Dalam pasal 15 ayat( 2) dijelaskan bahwa : Pemberi kerja dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Oleh karena itu pengusaha wajib memiliki daftar pekerja beserta keluarganya, daftar upah serta perubahan-perubahan dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan atau bagian perusahaan yang berdiri sendiri, selain itu pengusaha juga wajib menyempatkan data ketenagakerjaan dan data perusahaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan program jaminan tenaga kerja kepada

badan penyelenggara. Pemberi kerja pun harus mendaftarkan pekerjanya kepada program jaminan sosial.

Jika dalam menyampaikan data tentang hal-hal diuraikan oleh pengusaha tidak benar, mengakibatkan ada pekerja yang tidak terdaftar sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan, maka pengusaha wajib memberikan hak-hak pekerja sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Sementara itu jika hal itu mengakibatkan kekurangan pembayaran jaminan kepada pekerjaan, maka pengusaha wajib memenuhi kekurangan jaminan tersebut. Sebaiknya jika hal itu mengakibatkan kelebihan pembayaran jaminan, maka pengusaha wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada badan penyelenggara.

Penyelenggara BPJS dilakukan oleh badan penyelenggara. Badan penyelenggara yang dimaksudkan adalah badan usaha milik negara yang dibentuk dengan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pasal 5 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menyebutkan bahwa badan penyelenggara jaminan sosial harus dibentuk dengan Undang-Undang . Selanjutnya diangka 3 menyebutkan bahwa badan penyelenggara jaminan sosial adalah :

a) Perusahaan Perseroan ( Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);

b) Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan Dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);

c) Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan

d) Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia ( AKSES).

Dari program-program tersebut lahirlah BPJS yang dikategorikan menjadi dua kategori yaitu BPJS Kesehatan yang merupakan peralihan dari Askes, Jamkesda, Jamkesmas dan BPJS ketenagakerjaan yang merupakan hasil transformasi atau peralihan dari Jamsostek dan juga program jaminan pemeliharaan kesehatan ( JPK) yang sebelumnya dimiliki oleh Jamsostek.

1) BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan merupakan program pemerintah yang menitikberatkan pada pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS kesehatan mulai operasional pada tanggal 1 Januari 2014. Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia dan telah membayar iuran. BPJS Kesehatan bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah memiliki jaminan kesehatan lain.

Jenis kepesertaan dari BPJS Kesehatan dikelompokkan menjadi tiga kategori sebagai berikut :

a) BPJS Mandiri atau individu

BPJS Mandiri ini diperuntukkan bagi warga dari golongan pekerja bukan penerima upah dan juga dari golongan Bukan Pekerja, Setiap warga yang termasuk kategori ini harus mendaftarkan dirinya dan juga anggota keluarganya yang tercantum di KK ke BPJS. Setiap peserta BPJS Mandiri harus membayar

iuran bulanan yang besar kecilnya ditentukan oleh kelas BPJS yang diambil. Ada tiga kelas BPJS yang dapat dipilih oleh peserta Mandiri yaitu BPJS Kelas 1,2 dan 3.

Yang membedakan antara kelas tersebut adalah besar kecilnya iuran bulanan yang harus dibayarkan, umumnya kelas 1 paling besar di ikuti oleh kelas 2 dan 3, dan juga ruangan rawat inap yang akan menjadi haknya ketika peserta di rawat inap di Rumah Sakit, kelas 1 akan mendapatkan ruangan kelas 1, begitu juga untuk kelas 2 dan kelas 3, sayangnya khusus untuk kelas 3 tidak dapat naik kelas perawatan.

b) BPJS Pekerja Penerima Upah

BPJS ini disebut sebagai BPJS badan usaha atau BPJS yang ditanggung perusahaan, diperuntukkan untuk Setiap karyawan perusahaan baik karyawan swasta, Negeri PNS maupun TNI atau Polri, untuk menjadi peserta BPJS pekerja penerima upah harus didaftarkan oleh perwakilan perusahaan dan tidak dapat daftar sendiri, iuran atau premi bulanannya sebagian dibayar oleh perusahaan dan sebagian dipotong dari gaji setiap pekerja, Setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk mendaftarkan setiap karyawannya ke BPJS untuk menjadi peserta BPJS badan usaha atau BPJS pekerja penerima upah.

BPJS jenis ini hanya berhak atas kelas 1 dan kelas 2 saja, dan pengambilan kelas ditentukan berdasarkan besar kecilnya gaji untuk masing-masing karyawan, setiap peserta BPJS ini sekaligus dapat menanggung 4 anggota keluarga inti, yaitu suami/istri, dan tiga orang anaknya.Jadi selain dibayarkan sebagian oleh perusahaan, dalam satu kali bayar BPJS ini sekaligus dapat menanggung iuran

untuk 5 anggota keluarga sekaligus termasuk peserta yang bersangkutan. Setiap pekerja atau karyawan yang masih aktif bekerja dan tercatat sebagai pemegang kartu Askes, akan dialihkan menjadi peserta BPJS pekerja penerima upah secara bertahap. Sama halnya sebagai peserta BPJS pekerja penerima upah.

c) BPJS Peserta Bantu Iuran

Yang ketiga jenis Peserta BPJS kesehatan adalah BPJS peserta bantuan iuran, peserta ini hanya diperuntukkan untuk warga miskin dan warga tidak mampu Menurut data yang tercatat di dinas sosial, peserta ini tidak memiliki kewajiban untuk membayar iuran karena iuran bulanan BPJS sepenuhnya dibayarkan oleh pemerintah. Peserta BPJS jenis ini hanya berhak atas kelas 3, dan hanya akan mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan di puskesmas kelurahan atau desa setempat. Seluruh warga yang dulunya pemegang Jamkesda dan Jamkesmas akan dialihkan menjadi peserta BPJS peserta bantuan iuran.

Sejarah BPJS Kesehatan memang tidak bisa terlepas dari kehadiran PT Akses (Persero), oleh karena ini merupakan cikal bakal dari terbentuknya BPJS Kesehatan. Pada tahun 1998, Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri dan penerima pensiun beserta anggota keluarganya Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 tahun 1908. Menteri Kesehatan membentuk badan khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu dinyatakan sebagai cikal bakal asuransi kesehatan nasional Kemudian pada tahun 1984 cakupan peserta badan tersebut diperluas dan dikelola secara profesional

dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun ( PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1984, status penyelenggara diubah menjadi perusahaan umum Husada Bhakti. Badan ini terus mengalami transformasi yang dari tadinya Perum Kemudian pada tahun 1992 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.40

Akses (Persero) diberi tugas oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI, sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1241/ MENKES/

SK/XI/ 2004 dan Nomor 56/ MENKES/SK/I/ 2005, Sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan masyarakat. berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Ada dua manfaat jaminan kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat jaminan kesehatan nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi : 1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non

spesialistik mencakup :

40 Yustisia Tim Visi, Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Sosial dari BPJS, (Jakarta Selatan : Visi Media, 2014), hal 83

1. Administrasi pelayanan;

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis; dan

7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama.

2) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup :

1. Rawat jalan, meliputi :

a. Administrasi pelayanan;

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;

c. Tindakan media spesialistik sesuai dengan indikasi medis;

d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. Pelayanan alat kesehatan implan;

f. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

g. Rehabilitas medis;

h. Pelayanan darah;

i. Pelayanan kedokteran forensik; dan j. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

2. Rawat inap, meliputi :

a. Perawatan inap di ruang intensif

b. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri.

2) BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan adalah program pemerintah yang memberikan jaminan sosial ekonomi untuk setiap pekerja Indonesia, Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya untuk menjadi peserta dari BPJS Ketenagakerjaan dengan iuran bulanan yang sebagian ditanggung oleh perusahaan. Kerjaan mempunyai status sebagai badan hukum publik sehingga pertanggungjawabannya langsung dari Presiden sesuai ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Adapun fungsi,tugas dan kewenangan dari dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan undang-undang nomor 24 tahun 2011 yakni sebagai berikut :

a) Fungsi :

1) Menyelenggarakan program jaminan kesehatan;

2) Menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja;

3) Menyelenggarakan program jaminan kematian;

4) Menyelenggarakan program jaminan pensiun; dan 5) Menyelenggarakan program jaminan hari tua.

b) Tugas :

1) Melakukan dan/ dan atau menerima Pendaftaran peserta;

2) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

3) Menerima bantuan iuran dari pemerintah;

4) Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta;

5) Mengumpulkan dan Mengelola data peserta program jaminan sosial;

6) Membayarkan manfaat dan/ atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial; dan

7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

c) Kewenangan :

1) Menagih pembayaran iuran;

2) Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

Ada beberapa alasan mengapa penyelenggara badan sosial sebaiknya dikelola pemerintah :

a) Penyelenggaraan BPJS oleh BUMN dapat menciptakan kegotongroyongan yang telah efektif antara peserta muda dengan yang lebih tua, yang sehat dengan yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi dengan berpenghasilan rendah.

b) Pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah dapat diselenggarakan lebih mudah untuk menjamin stabilitas badan penyelenggara dalam memenuhi kewajiban.

c) Badan penyelenggaraan yang terpusat dapat lebih mudah menangani perpindahan peserta dan perusahaan atau daerah 1 perusahaan atau daerah lain yang frekuensinya cukup tinggi.

d) Penegakan hukum dari program wajib yang merupakan ciri khas dari penyelenggaraan BPJS dapat dilakukan lebih efisien.

e) Dana dapat terpupuk secara efektif dengan pemanfaatannya yang telah terkoordinasikan.

f) Dapat ditekan sekecil mungkin bahaya kegagalan, ketidakmampuan dan kebangkrutan dan penyelenggaraan perlindungan yang bersifat dasar ini.

BPJS dalam menyelenggarakan sistem jaminan sosial memiliki asas-asas yakni : 1. asas kemanusiaan

2. asas manfaat dan

3. keadilan sosial seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 menjelaskan ketiga asas tersebut yakni :

1) Yang dimaksud dengan “ asas kemanusiaan” adalah asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

2) Yang dimaksud dengan “ asas manfaat” adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan efisien dan efektif.

3) Yang dimaksud dengan “ asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” adalah asas yang bersifat adil.

4. Upaya- Upaya BPJS Dalam Penjaminan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam menjalankan tugasnya, seorang tenaga kerja tidak dapat terlepas dari risiko kerja atau akibat yang mungkin terjadi dalam melaksanakan pekerjaan yang dapat merugikan atau membahayakan pekerja.41 Upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sendiri bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, rehabilitasi.42

Upaya-upaya yang dilakukan badan perlindungan jaminan sosial atau yang disebut BPJS dalam hal jenis BPJS Ketenagakerjaan pada prinsipnya adalah upaya penjaminan dan perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dua dan meninggal dunia. Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi.

Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Untuk mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan sosial, pekerja/ buruh harus melakukan pendaftaran dan pembayaran iuran sebagai peserta BPJS. Upaya-upaya

41 G. Kartasapoetra, dkk., Hukum Perburuhan Di Indonesia, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1994), hal 57

42 Eko Wahyudi, dkk., Hukum Ketenagakerjaan, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal 36

dilakukan dengan mewujudkan program dan badan perlindungan jaminan sosial Ketenagakerjaan wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan.

Pembentukan BPJS terdapat dalam pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang menyatakan dalam pasal 5 huruf (a) : BPJS Kesehatan, huruf ( b) BPJS Ketenagakerjaan. Ruang lingkup program BPJS sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang dimana dalam Pasal 6 ayat (1) menyatakan BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dan dalam Pasal 6 ayat (2) BPJS ketenegakerjaan huruf b menyelenggarakan program :

a. Jaminan kecelakaan kerja;

b. Jaminan hari tua;

c. Jaminan pensiun; dan d. Jaminan kematian.

BPJS adalah penjaminan hak-hak sosial dan kesehatan tenaga kerja yang bekerja di bidang apa saja. Hak-hak tenaga kerja di tempat bekerja perlu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti peraturan perundang-undangan yang memadai, peraturan hukum dan sarana dan prasarana penunjang yang efektif. Ketiga faktor ini saling terkait untuk memberikan jaminan kepastian hukum, pencegahan, pengawasan, dan penegakan hukum yang efektif apabila terjadi pelanggaran hak asasi manusia terhadap tenaga kerja. Para pengusaha juga diwajibkan untuk

menerapkan undang-undang yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai peraturan yang terkait dalam mewujudkan suatu perlindungan terhadap tenaga kerja.

C. Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Pekerja

Dasar hukum merupakan norma hukum yang menjadi landasan bagi setiap tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang ataupun perorangan ataupun yang berbentuk badan hukum. Program Jaminan Kesehatan Pekerja di atur secara wajib dalam :

a. Undang- Undang Dasar 1945

b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

c. Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

d. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Penyelanggara Jaminan Sosial dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116.

e. Dan dasar hukum lainnya.

COVID 19

A. Risiko Bekerja dari Kantor (WorkFrom Office) di Masa Pandemi Covid 19

Penyakit virus corona atau yang sering disebut Covid 19 adalah penyakit yang dapat menular dari penederita kepada orang lain. Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama ini diberikan oleh WHO (World Health Organization) sebagai nama resmi penyakit ini.Covid sendiri merupakan singkatan dari corona virus disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.

Menurut situs WHO, virus Corona merupakan keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia Corona diketahui menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah. Virus ini mampu mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga WHO telah menjadikan status virus corona ini menjadi pandemi dan meminta Presiden Joko Widodo menetapkan status darurat nasional Corona.43

Presiden Joko Widodo telah menetapkan status kedaruratan kesehatan masyarakat terkait pandemi virus Corona sejak akhir Maret 2020, beliau kemudian mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

43 http://www.cnbcindonesia.com pada tanggal 16 Maret 2020 diakses pada pukul 14.08 Wib

untuk menekan penyebaran virus Corona. Jokowi jujur menetapkan pandemi virus Corona sebagai bencana nasional non alam.

Menularnya covid-19 membuat dunia menjadi resah, termasuk di Indonesia. Covid-19 merupakan jenis virus yang baru sehingga banyak pihak yang tidak tahu dan tidak mengerti cara penanggulangannya virus tersebut.

Menularnya covid-19 dari orang ke orang. Caranya dari orang yang terinfeksi virus corona ke orang yang sehat. Penyakit menyebar melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang terinfeksi virus bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda atau permukaan yang disentuh oleh orang sehat. Lalu orang sehat Ini menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus Corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat ketika berdekatan dengan yang terinfeksi Corona.

Bagi pekerja yang bekerja dari kantor (work from office) hal tersebut menjadi kekhawatiran yang paling besar karena tempat kerja/kantor merupakan salah satu penyebaran dan penularan covid yang sangat mudah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap salah satu pekerja work from office yaitu Verawati Simbolon yang menjadi resiko bekerja dari kantor yaitu :44

1. Berangkat dari kantor dengan menggunakan angkot di masa transisi normal baru seperti sekarang jauh lebih susah ketimbang sebelum terjadinya pandemi covid 19, hal ini dikarenakan adanya pembatasan dari pihak transportasi dan

44 Wawancara dengan Verawati Simbolon Pada Tanggal 18 Februari 2020.

antrian penumpang dan hal tersebut membuat waktu untuk tiba dikantor menjadi telat.

Dapat disimpulkan bahwa pandemi covid 19 bukan hanya mengganggu kesehatan para pekerja tetapi juga berdampak terhadap kualitas kerjanya

2. Pada masa pandemi covid 19 pekerja work from office memiliki kekhwatiran yang sangat besar dimana mereka mempertaruhkan kesehatan untuk menunjukkan sikap disiplin dan tanggungjawab terhadap perusahaan . walaupun Terpapar Covid 19 merupakan resiko besar yang harus di tanggung.

B. Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja Work From Office Selama Masa Pandemi Covid 19

Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, para pekerja harus bersedia melakukan aktivitas kerja dan mempertaruhkan nyawa di tengah merebaknya pandemi covid 19. Oleh karena itu, hak-hak mereka harus dilindungi secara hukum dan diperhatikan oleh pemberi kerja/perusahaan, terutama kesehatannya.

Terdapat dua undang-undang yang mendasari pemberian hak kesehatan bagi pekerja di masa pandemi covid 19 di antaranya adalah :

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 166 ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 166 ayat (1) berbunyi :

“Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja”.

Dalam Pasal 166 ayat (1) tersebut dapat diketahui bahwa Perwujudan kesehatan pekerja merupakan tanggung jawab utama perusahaan. Dalam upaya kegiatan kesehatan melalui pencegahan, peningkatan, pengobatan, serta pemulihan tenaga kerja merupakan serangkaian kewajiban yang harus dilaksanakan oleh majikan atau perusahaan terhadap tenaga kerjanya. Majikan atau perusahaan tidak dapat mengesampingkan kewajiban tersebut karena kesehatan pekerja merupakan hal yang sangat penting dan kesehatan pekerja mempengaruhi produktivitas pekerja dalam menjalankan tugas dan kewajiban.

Pasal 166 ayat (2) berbunyi :

“Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Dalam Pasal 166 ayat (2) tersebut dapat diketahui bahwa agar kegiatan pencegahan, peningkatan, pengobatan, serta pemulihan kesehatan dapat dilakukan, maka perlu ada penjamin serta penanggung jawab dari keseluruhan upaya tersebut. Dalam pasal 166 ayat (2) ini, tanggung jawab diberikan kepada perusahaan. Serta perusahaan juga diberikan kewajiban untuk menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja. Jadi apabila pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat kerja maka majikan atau perusahaan lah yang mempunyai tanggung jawab untuk membiayai seluruh proses penyembuhan/pengobatan pekerja.

2. Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi :

”Pemberi kerja adalah mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental dan fisik tenaga kerja”.

Yang dimaksud pemberi kerja adalah dalam pasal tersebut adalah pemberi kerja dalam negeri. Dalam hal ini Pasal 35 ayat (3) memberikan jaminan bahwa kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja sepenuhnya adalah kewajiban pemberi kerja atau perusahaan. Yang dimana hal tersebut membuat pekerja work from office tetap nyaman dalam melakukan aktivitas kerja tanpa merasakan kekhawatiran akan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik fisik maupun mental dimasa pandemi covid 19.

Para pemberi kerja atau perusahaan yang masih memberlakukan sistem work from office di tengah ancaman penularan covid 19, wajib bertanggungjawab sepenuhnya untuk melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari Undang-Undang yang telah disampaikan di atas.

C. Kebijakan Terhadap Perusahaan Untuk Menjamin Kesehatan Pekerja Work From Office di Masa Covid 19

Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan.45 Dengan

45 Kamus Besar Bahasa Indonesia

memiliki rencana kesiapsiagaan darurat yang komprehensif di tempat kerja yang dirancang untuk mengatasi krisis kesehatan dan epidemi, tempat kerja mungkin

memiliki rencana kesiapsiagaan darurat yang komprehensif di tempat kerja yang dirancang untuk mengatasi krisis kesehatan dan epidemi, tempat kerja mungkin

Dokumen terkait