• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM DAGANG: PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG MELALUI JALUR LITIGASI DAN NONLITIGASI

N/A
N/A
Annisa Sakinah

Academic year: 2023

Membagikan "HUKUM DAGANG: PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG MELALUI JALUR LITIGASI DAN NONLITIGASI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

Penyelesaian sengketa dagang melalui litigasi dan non litigasi secara tepat waktu dan tetap dalam keadaan sehat. Selain itu, tulisan ini juga disusun untuk menambah pengetahuan tentang Hukum Dagang khususnya dalam penyelesaian sengketa dagang bagi penulis. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat dipahami dan menjadi referensi atau wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum baik di dalam maupun di luar Universitas Pakuan yang sedang mempelajari mata kuliah Hukum Dagang.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Hukum Ekonomi semester tengah yaitu Prof. dr. Chairijah, S.H., M.H., Ph.D. dan Tuan. Kepada Agu Satory, S.H., M.H.

LATAR BELAKANG MASALAH

Pada hakikatnya hukum dagang dapat disebut sebagai suatu standar yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam dunia usaha, dengan kata lain hukum dagang adalah seperangkat standar yang timbul secara khusus dalam dunia usaha atau kegiatan usaha, standar-standar tersebut timbul dari peraturan hukum yang telah dikodifikasikan (KUHD/KUHPerdata) dan peraturan yang diatur di luar kodifikasi dan sebagian diatur dalam undang-undang tersendiri. Hukum dagang mempunyai hubungan yang erat dengan hukum perdata, dalam hubungan ini berlaku adagium “lex specialis derogate lex generalis” (hukum khusus mengesampingkan hukum umum). Hukum dagang terletak pada hukum perdata yaitu pada hukum kontrak pada bagian hukum harta benda.

3 C.S.T Kansil & Christine Kansil, 2013, Pengetahuan Dasar Hukum Dagang Indonesia, Edisi Kedua 18, Jakarta: Sinar Graphics East. Hukum dagang mengatur perbuatan manusia dalam hubungan dagang, sehingga hukum dagang sendiri mengatur tentang hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang bersangkutan (hukum kontrak).

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENULISAN

  • Sejarah Hukum Dagang
  • Pengertian Hukum Dagang
  • Sumber-Sumber Hukum Dagang
  • Hubungan KUHD dengan KUHPer
  • Subjek dan Objek Hukum Dagang
  • Pengertian Sengketa, Litigasi, Nonlitigasi, Konsultasi, Mediasi, Negosiasi,

Hukum Dagang adalah seperangkat peraturan hukum yang berlaku dalam lalu lintas perdagangan atau dunia usaha yang bersumber dari peraturan hukum yang telah terkodifikasi atau yang ada di luar kodifikasi. Hukum dagang adalah seperangkat aturan hukum yang berlaku pada lalu lintas komersial atau bisnis, yang bersumber dari aturan hukum yang dikodifikasi. Dari pengertian hukum dagang dapat diketahui bahwa sumber hukum dagang berasal dari aturan-aturan hukum yang sudah terkodifikasi dan ada pula yang di luar kodifikasi.

Bagian KUHP yang mengatur tentang Hukum Dagang adalah Buku III dan sebagian kecil Buku II. Hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata sangatlah erat, dalam hubungan ini berlaku ungkapan “lex specialis derogate lex generalis”. Pembagian hukum privat menjadi hukum perdata dan hukum dagang bukanlah suatu pembagian yang mendasar, melainkan pembagian yang berdasarkan pada sejarah hukum dagang.

Walaupun kodifikasi KUHPerdata dan KUHPerdata terpisah, namun keterkaitan keduanya sangat erat, sehingga dengan memahami isi, istilah, dan makna dalam KUH Perdata (KUHPer) dikembangkan pembentuk undang-undang melalui fikih dan doktrin, baik teori maupun praktik. di Indonesia kita dapat memahami isi, makna atau ungkapan dari kitab hukum dagang (hukum dagang).

Kontrak Dagang di Indonesia

Pada prinsipnya setiap perjanjian yang dibuat akan berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya, yang biasa disebut dengan asas personal. Jenis kontrak tertentu memerlukan persyaratan tertulis, misalnya kontrak perdamaian, asuransi, hadiah dan jual beli tanah. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kedudukannya dalam perjanjian itu.

Perjanjian jual beli adalah perjanjian antara pihak yang menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan (Pasal 1457-1540 KUHPerdata). Perjanjian barter adalah perjanjian antara kedua belah pihak yang berjanji untuk saling memberikan suatu benda dengan imbalan benda lain. Perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan adalah perjanjian untuk melakukan jasa, yang diatur dengan syarat-syarat dan syarat-syarat yang disepakati secara khusus, dan apabila hal itu tidak ada karena adat istiadat, maka itu adalah perjanjian dimana salah satu pihak menyanggupi untuk melaksanakan pekerjaan untuk pihak yang lain dengan cara menerima upah. (Pasal 1601-1604 KUHPerdata).

Perjanjian kemitraan adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang sepakat untuk melakukan sesuatu dalam kemitraan, dengan maksud membagi keuntungan yang dihasilkan darinya. Perjanjian pinjam meminjam adalah suatu perjanjian antara pihak-pihak yang memberikan suatu barang kepada orang lain untuk dipakai dengan cuma-cuma dengan syarat orang yang menerima barang itu mengembalikannya setelah dipakai atau setelah lewat jangka waktu tertentu (Pasal 1740). -1753 KUH Perdata). Akad pinjam meminjam adalah suatu akad antara para pihak yang memberikan kepada pihak lain sejumlah barang yang akan dikonsumsi untuk dipakai, dengan syarat peminjam akan mengembalikan barang dalam jumlah yang sama dengan jenis dan syarat yang sama (1754-1765. Pasal KUHPerdata ).

Perjanjian pinjam meminjam dengan bunga adalah perjanjian antara pihak pemberi pinjaman yang sepakat untuk membayar bunga atas pembayaran sejumlah pokok yang tidak akan mereka tagih. Jual beli merupakan suatu perjanjian, salah satu pihak (penjual) wajib menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain (pembeli) membayar harga yang dijanjikan.” Jual beli dianggap terjadi antara dua pihak (penjual dan pihak yang menerima). pembeli), segera setelah orang-orang tersebut menyepakati barang dan harganya, meskipun barang tersebut belum diserahkan dan harganya belum dibayar.”

Apabila penjual/pembeli tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan kontrak/perjanjian, maka pihak yang tidak memenuhi kewajibannya dinyatakan wanprestasi. Kompensasi dalam jual beli secara umum disebut “kompensasi yang diantisipasi”, yaitu hilangnya keuntungan yang diharapkan dari jual beli karena tidak dilaksanakannya salah satu pihak dalam jual beli.

Sengketa Dagang

Kadang-kadang dalam suatu perjanjian, meskipun para pihak telah menyetujui pasal demi pasal dengan meratifikasi perjanjian tersebut, lama kelamaan dapat menimbulkan perselisihan yang pada akhirnya dianggap menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak sehingga hak dan kewajiban tersebut dapat ditegakkan. , para pihak mendapat dua. Pilihan penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh adalah pertama melalui litigasi atau pengadilan, kedua melalui non-litigasi atau negosiasi atau melalui alternatif penyelesaian sengketa (APS). Ketika menyelesaikan perselisihan melalui Pengadilan, para pihak mengetahui prinsip-prinsip yang berlaku dalam proses peradilan. Penyelesaian sengketa keuangan syariah dapat menggunakan prosedur klaim sederhana dengan ketentuan kedua belah pihak berdomisili di kota yang sama dan jumlah nominal sengketa tidak lebih dari Rp sesuai PERMA Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyelesaian Klaim Sederhana.

Prosedur non-yudisial sebagai lawan dari prosedur peradilan (argumentum analogium) adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan secara damai dan mengecilkan hati dengan rancangan kontrak yang baik.Penyelesaian sengketa non-yudisial mencakup wilayah yang sangat luas bahkan mencakup seluruh aspek kehidupan. yang dapat diselesaikan secara hukum.20 . Penyelesaian sengketa non-yudisial merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang berdasarkan hukum, dan penyelesaian ini dapat tergolong penyelesaian yang berkualitas, karena tidak meninggalkan sisa rasa kebencian dan dendam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyelesaian sengketa non-yudisial adalah penyelesaian permasalahan hukum secara sah dan hati-hati, dimana perdamaian dicapai atas dasar sukarela tanpa ada yang merasa dikalahkan.

Kesepakatan yang dicapai melalui penyelesaian sengketa non-litigasi merupakan “win-win solution”, para pihak yang bersengketa terjamin kerahasiaannya, penundaan karena urusan prosedural dan administratif dapat dihindari. 20 I Wayan Wiryawan & I Ketut Atradi, 2010, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bali: Udayana University Press, hal.3. Ruang lingkup penyelesaian sengketa non-litigasi sama luasnya dengan cakupan metode penyelesaian sengketa hukum kecuali hukum yang bersifat memaksa dan hukum publik.24 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup penyelesaian sengketa non-litigasi mencakup perbuatan hukum atau perbuatan hukum yang dapat mendorong masyarakat untuk memilih penyelesaian masalah.hukum yang damai, karena para pihak menyadari bahwa pilihan cara non-litigasi adalah yang paling efektif, efisien dan aman untuk menyelesaikan perselisihan.

Landasan penyelesaian sengketa non hukum adalah undang-undang, namun konstruksi penyelesaiannya disesuaikan dengan keinginan para pihak agar para pihak puas dengan cara penyelesaian sengketa tersebut. Penyelesaian sengketa secara damai didasarkan pada kesepakatan yang diyakini oleh para pihak sebagai yang terbaik, yang berarti bahwa meskipun merupakan satu-satunya cara untuk saling mengesampingkan, namun hal tersebut merupakan pengorbanan yang paling masuk akal dan hemat biaya dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui jalur hukum. Bagi penyelesaian sengketa yang tidak adil, ketentuan ini penting dalam arti mengingatkan para pihak yang bersengketa bahwa menurut hukum mereka diberikan kebebasan untuk memilih cara penyelesaian permasalahan yang dapat dituangkan dalam perjanjian, apabila perjanjian itu dibuat secara sah. dan memenuhi syarat Pasal 1320 KUHPerdata.

Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan bahwa arbitrase adalah suatu cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum, yang didasarkan pada suatu perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis sebelum atau sesudah sengketa itu dengan menunjuk seorang atau lebih arbiter untuk mengambil keputusan mengenai sengketa itu. Alternatif penyelesaian sengketa adalah penyelesaian perselisihan atau perselisihan melalui tata cara yang disepakati para pihak, yaitu penyelesaian di luar pengadilan melalui konsiliasi, mediasi, perundingan, konsultasi atau pemeriksaan ahli.

Pengaturan TPT tersebut menunjukkan bahwa Arbitrase bukanlah Alternatif Penyelesaian Sengketa, namun Arbitrase tetap menjadi bagian dari Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR). Alternatif penyelesaian sengketa berdasarkan hukum oleh karena itu bertindak sebagai lembaga yang mandiri di luar arbitrase dan arbitrase menurut hukum mempunyai syarat, cara, dan ketentuan tersendiri dalam pelaksanaan formalitasnya, namun keduanya tetap mempunyai kesamaan yaitu dalam hal bentuk sengketa yang dapat diselesaikan. menjadi. . Sekalipun terdapat perbedaan mekanisme penyelesaian sengketa non-litigasi dalam sengketa komersial antara lembaga arbitrase dengan alternatif penyelesaian sengketa lainnya, namun tujuannya tetap sama yaitu mencapai perdamaian.

Untuk mencapai perdamaian, opsi informal merupakan pilihan metode penyelesaian sengketa yang paling tepat, karena opsi informal mempertimbangkan penjelasan pasal-pasal hukum, biaya litigasi, pentingnya penyelesaian sengketa secara komprehensif, tanpa adanya keluhan yang menyentuh pihak-pihak yang bersengketa. hati nuraninya dan tidak merugikan pihak manapun yang terlibat dalam pembicaraan. Walaupun perselisihan merupakan suatu reaksi dan bagian dari interaksi sosial manusia dalam segala bidang, namun ada baiknya pihak-pihak yang terlibat terutama dalam bidang perdagangan/niaga harus mengadakan suatu kontrak dengan memahami kewajiban dan tanggung jawab pribadinya dalam mengadakan perjanjian tersebut. diri. Untuk perjanjian dagang dengan pihak lain harus lebih berhati-hati dan teliti dalam memilih mitra untuk meminimalisir kerugian, kekecewaan bahkan perselisihan yang akan timbul di kemudian hari.

Undang-undang terkait perikatan/kontrak/perjanjian disosialisasikan lebih lanjut agar masyarakat Indonesia lebih paham dengan istilah-istilah tersebut, karena banyak masyarakat yang membuat perjanjian/perjanjian yang tidak sah secara hukum, dan ketika terjadi perselisihan tidak memiliki bukti. Masyarakat/warga negara yang hidup dalam supremasi hukum, alangkah baiknya kita semua mulai peka dan sadar hukum (pendidikan hukum) agar mendapat perlindungan diri dan harta benda kita dari aparat penegak hukum, daftarkan tanahnya agar sesuai dengan hukum yang berlaku. terdaftar pada negara dan terhindar dari pencurian hak milik, mengikutsertakan notaris/pengacara dalam setiap perjanjian untuk melindungi dari penipuan sepihak, memahami apa yang diberikan undang-undang dan apa yang diberikan negara kepada warga negaranya mengenai perlindungan hukum yang dimiliki warga negara. .

Referensi

Dokumen terkait

- Dasar hukum: Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD - Didirikan dengan jalan peminjaman uang geldscheiter antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara