• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyiapan lahan pertanian

N/A
N/A
Aldho Ari Herdiansyah

Academic year: 2025

Membagikan "penyiapan lahan pertanian"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENYIAPAN

(2)

..

Tim Penyusun Hendromono AriWibowo D. Martone Erdy Santoso Djarwanto Hendro Prahasto M. Kudeng Sallata Rufi'ie

Suharyanto Sulistyo A Si ran lka Heriansyah

Tim Pengarah

Kepala Pusat Litbang Hutan Tanaman

Kepala Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan

Kepala Pusat Litbang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

(3)

KATA

PENGANTAR

Kebakaran hutan yang terjadi setiap musim kemarau sebagai akibat penyiapan lahan dengan cara pembakaran telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan prates dari negara tetangga yang terganggu akibat asap. Berulangnya kebakaran hutan yang tidak terkendali sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar seharusnya menyadarkan semua pihak untuk tidak menggunakan api dalam upaya penyiapan lahan untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selain itu pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan yang melarang kegiatan penyiapan lahan dengan cara pembakaran.

Sebenarnya penyiapan lahan dengan cara pembakaran dalam jangka panjang kurang menguntungkan karena ketersediaan unsur hara dari limbah pembukaan lahan lebih sedikit dan limbah yang terbakar tidak dapat dimanfaatkan menjadi barang yang lebih bernilai. Dalam buku saku ini dijelaskan cara penyiapan lahan tanpa bakar yang ramah lingkungan serta kerugian dan keuntungan yang diperoleh dengan cara ini.

Buku saku ini diterbitkan sebagai penyempurnaan terhadap Pedoman Teknis Penyiapan Lahan untuk Pembangunan Hutan Tanaman lndustri Tanpa Pembakaran yang telah diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan pada tahun 1998.

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu tersusunnya buku saku ini.

Jakarta, November

2007

Kep~ Utbang Kehutanan,

Ir.

Wahju~J..rdojo,

MSc

NIP.

080.035.208

iii

(4)

DAFTAR

ISi

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISi v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

I. PENDAHULUAN I

2. KERUGIAN PENYIAPAN LAHAN DENGAN PEMBAKARAN 3 2.1 Resiko terjadinya kebakaran hutan yang tidak terkendali 3 2.2 Timbul asap yang mengganggu kesehatan dan transportasi _ _ 4 2.3 Terjadi perubahan iklim akibat pemanasan global

dan efek rumah kaca 4

2.4 Terjadinya kerusakan lingkungan. 5

2.5 Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman

hutan lebih baik tanpa pembakaran 5

3. PENYIAPAN LAHAN TANPA BAKAR 7

3.1 Penyiapan Lahan Skala Perusahaan 7

3.1.1

Persiapan 8

3.1.2 Penebasan, Penebangan dan Pelapukan 8

3.1.3 Pembersihan Lahan I 0

3.1.4 Pengolahan Lahan 12

3.1.5 Konservasi Lahan dan Pencegahan Kebakaran 13

3.2 Penyiapan Lahan untuk Perladangan 14

3.2.1 Pembuatan Batas Ladang 14

3.2.2 Penebasan, Penebangan dan Pembersihan Lahan 15

4. PEMANFAATAN LIMBAH 17

4.1 Pemanfaatan Kayu Berdiameter Batang Besar dan Kecil 18 4.2 Pemanfaatan Limbah yang Tersisa di Lapang 19

4.2.1 Pembuatan Arang 19

4.2.2 Pembuatan Kompos 20

4.2.3 Pembuatan Arang Kompos 21

4.2.4 Pembuatan Pot Organik dan Media Bermikoriza 22

4.2.5 Mulsa 23

4.2.6 Bahan Anggelan 23

5. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 25

6. PENUTUP 31

(5)

DAFTAR

TAB EL

Tabel I. Kerugian finansial penyiapan lahan HTI dan kebun

kelapa sawit tanpa bakar 26

Tabel 2. Keuntungan finansial penyiapan lahan HTI dengan cara

tanpa bakar 26

Tabel 3. Keuntungan dan kerugian penyiapan lahan dengan cara

dibakar dan tanpa bakar 27

vi

I

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(6)

DAFTAR

GAMBAR

Gambar I. Kebakaran kawasan hutan dapat terjadi akibat

merambatnya api dari penyiapan lahan(Foto: FFPCP) _ _ 3 Gambar 2. Asap akibat kebakaran hutan yang mengganggu

transportasi dan kesehatan (Foto: FFPCP) 4 Gambar

3.

Kebakaran hutan memberikan sumbangan besar

terhadap terjadinya pemanasan global

(Foto : www.oldorchardcinema.com) 4

Gambar 4. Kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan

(Foto: FFPCP) 5

Gambar 5. Tanaman Gmelina arborea umur empat tahun di Lampung, riap tanpa bakar 11, 15 m3/ha/th, dengan

pembakaran 8,28 m3/ha/th (Foto: Hendromono) 5 Gambar 6. Skema penyiapan lahan tanpa bakar 7 Gambar 7. Penebasan dan penebangan secara jalur untuk jenis

tanaman pokok semi toleran 9

Gambar 9. Pembersihan lahan secara mekanis bersih total

(Foto : Hendromono) 11

Gambar I 0. Buldozer yang digunakan untuk membersihkan rumput atau menginjak alang-alang. (Foto: Hendromono) 12 Gambar 11. Alat bajak berupa traktor yang dilengkapi bajak piringan

(Foto : Hendromono) 13

Gambar 12. Alat garu, penghancur dan penggembur tanah

(Sumber: PT lndo Tractor) 13

Gambar 13.Jamur pelapuk kayu yang sudah dibiakkan,

pelapukkan tunggak yang dimulai dengan penyemprotan herbisida untuk mencegah timbulnya trubus

(Foto : Martono) 15

Gambar 14. Skema Pemanfaatan Limbah 17

Gambar 15. Pemanfaatan kayu untuk kayu gergajian dan kayu lapis

(Foto: Djarwanto) 18

Gambar 16. Pemanfaatan kayu untuk furniture (Foto : Ari Wibowo) _ 18

I

vii
(7)

Gambar 17. Pemanfaatan kayu untuk bahan baku pulp dan kertas

(Foto: mff.dsisd.net) 19

Gambar 18. Pemanfaatan kayu untuk pembuatan arang

(Foto: Ari Wibowo) 20

Gambar 19. Pembuatan arang kompos menggunakan bak semen permanen, dan tungku semi kontinyu untuk pembuatan

arang (Foto: Gusmailina) 22

viiil

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(8)

PENDAHULUAN

I

Penyiapan lahan untuk penanaman tanaman hutanan, pertanian atau perkebunan pada dasarnya adalah kegiatan pembersihan lapangan dan pengendalian kesuburan tanah agar tercipta kondisi lahan yang optimal untuk keperluan penanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh sebagian masyarakat, pengusaha perkebunan dan pengusaha hutan tanaman dengan cara pembakaran karena mudah, murah dan cepat. Tetapi cara ini menimbulkan banyak kerugian yang nilainya dapat jauh lebih besar daripada keuntungannya. Maka dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan tahun 1995 Nomor 206/Kpts-ll/95 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pembuatan Hutan Tanaman lndustri mengamanahkan pembukaan lahan tanpa pembakaran. Pada tahun yang sama Direktur Jenderal Perkebunan juga mengeluarkan Surat Keputusan Nomor. 38/KB. I I 0/SK/DJ.BUN/05/95 tentang Petunjuk Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran

Cara penyiapan lahan untuk hutan tanaman ditentukan terutama oleh jenis vegetasi awal dan persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam. Secara umum kegiatan penyiapan lahan tanpa pembakaran dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan: persiapan, penebasan dan penebangan, pembersihan lahan, pengolahan lahan, konservasi lahan dan pencegahan kebakaran.

Lokasi areal hutan tanaman pada umumnya adalah kawasan hutan yang tidak produktif, sehingga jenis kayu komersial berdiameter besar yang dapat dimanfaatkan untuk kayu pertukangan relatif sedikit, namun melalui penanganan yang baik dan pemanfaatan kayu menjadi produk yang lebih bernilai diharapkan dapat menghemat biaya penyiapan lahan.

Tujuan penyusunan buku saku ini adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan penyiapan lahan tanpa pembakaran untuk pembangunan hutan tanaman dan perladangan yang secara teknis dan ekonomi dapat dilaksanakan dan ramah lingkungan.

Pendahuluan

I

I
(9)

KERUGIAN

DENGAN PEMBAKARAN PENYIAPAN LAMAN

2

Praktek pem bukaan lahan dengan cara pembakaran telah lama dil akukan oleh masyarakat di Indonesia karena mudah dan murah, tetapi aki.bat yang ditimbulkannya lebih banyak merugikan . Selain menimbulkan kerugian langsung atas benda yang terbakar, kebakaran juga memberikan dampak negatif terhadap li ngkungan. Kebakaran hutan dapat menimbulkan masalah kesehatan, gangguan transportasi, dan berkontribusi besar terhadap proses pemanasan global (Gambar I, 2, 3, 4).

2.1 Resiko terjadinya kebakaran hutan yang tidak terkendali

Kerugian Penyiapan Lahan Oengan Pembakaran

I

3
(10)

2.2 Timbul asap yang mengganggu kesehatan dan transportasi

2.3 Terjadi perubahan iklim akibat pemanasan global dan efek

rumah kaca

(11)

2.4 Terjadinya kerusakan lingkungan

2.S Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman hutan lebih baik tanpa pembakaran

Kerugian Penyiapan Lahan Dengan Pembakaran

I

S
(12)

PENYIAPAN

TANPABAKAR l AHAN

3

3.1 Penyiapan Lahan Skala Perusahaan

Untuk skala perusahaan dengan luas ribuan hektar, penyiapan lahan dilakukan secara mekanis dengan alur seperti pada Gambar I.

• Pemilihan jenis tanaman pokok

• Penataan batas blok, batas petak

• Pembukaan jaringan jalan

• Penyiapan sarana dan prasarana

• Dilakukan pada musim kemarau

• Penebasan semak/pohon kecil

• Penebangan pohon besar

• Pengeluaran kayu

• Tunggak dibongkar atau dibusukkan

• Pembersihan manual, mekanis, kimiawi.

• Bersih total, bersih jalur, cemplong.

• Limbah dikumpulkan dalam jalur.

• Limbah dilumatkan untuk mulsa.

• Pembajakan akhir musim kemarau.

• Penggaruan 2 minggu setelah pembajakan

• Pemasangan anggelan, trucuk dll.

• Pembuatan guludan dll.

• Pengadaan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran.

• Pembuatan sekat bakar.

• Penyiapan regu pemadam kebakaran

Gombor 6.

Skema peny1apan lahan tanpa bakar

Penyiapan Lahan Tanpa Bakar

l

7
(13)

3.

I. I

Persiapan

Pelaksanaan persiapan dilakukan pada awal musim kemarau, tujuannya untuk menciptakan prakondisi agar kegiatan penyiapan lahan berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan:

I. Pemilihan jenis tanamari pokok, tanaman sela, tanaman unggulan setempat, sekat bakar dan pembibitannya.

2. Penatagunaan areal untuk kawasan produksi, konservasi dan pohon- pohon yang dilindungi.

3. Penataan batas petak dan batas blok tanaman.

4. 'Pembukaan jaringan jalan untuk mendukung mempercepat dan mempermudah menyiapan lahan.

5. Penyiapan sarana dan prasarana termasuk tenaga kerja, peralatan manual atau mekanis, peta kerja dan rencana penyiapan lahan.

3.1.2 Penebasan, Penebangan don Pelapukan

Cara pembukaan lahan pada hutan sekunder atau semak belukar disesuaikan dengan jenis tanaman pokok yang akan ditanam. Bagi jenis tanaman pokok yang memerlukan naungan pada waktu muda (semi toleran), pembukaan lahan dengan cara jalur. Bagi tanaman yang memerlukan cahaya matahari penuh pada waktu muda (intoleran), pembukaan lahan secara total.

3.1.2. I Penebasan

Pekerjaan ini diawali dengan membabad rintisan. Kemudian menebas semak belukar yang berdiameter batang I 0 cm ke bawah. Tinggi tunggak diusahakan serendah mungkin. Batang, cabang dan ranting dipotong-potong untuk dimanfaatkan.

3.1.2.2 Penebangan

Pohon yang berdiameter batang lebih dari I 0 cm ditebang, dipotong-potong batang, cabang dan rantingnya untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp, moulding, kayu gergajian dll. Tinggi tunggak serendah mungkin. Tahapan kegiatan penebasan dan penebangan untuk jenis semi toleran (Gambar 7) adalah sebagai berikut :

8

I

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(14)

• membabad rintisan

• membuat jalur tanam

• menebas dalam jalur semak yang berdiameter batang kecil

• menebang dalam jalur pohon berdiameter batang besar

• memotong dan mencincang cabang dan ranting

1-3 m 1-3 m 1-3 m

jalur tanam jalur tanam jalur tanam

Tahapan kegiatan penebasan dan penebangan untuk jenis intoleran adalah:

• membabad rintisan,

• menebas total semak yang berdiameter batang kecil,

• menebang pohon berdiameter batang besar,

• memotong dan mencincang cabang dan ranting.

3.1.2.3 Pelapukan

Apabila penyiapan lahan secara manual atau semi mekanis, tunggak pohon yang ada di lokasi penanaman dapat dilapukkan menggunakan jamur pelapuk (biodegradator). Untuk kayu keras sebelum dilapukkan disemprot arborisida triklopir 2,5% dengan dosis setiap tunggak 0,5 liter. Setelah dua minggu

Penyiapan Lahan Tanpa Bakar

I

9
(15)

ditularkan pimur pelapuk jenis

Tremetes sp.

atau

Polyporus sp.

Untuk kayu

lunak langsung ditularkan dengan jamur

P/eurotus ostreatus

yang badan

buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan masyarakat.

Pembuatan bibit biakan jamur pelapuk

Tremetes sp.

atau

Polyporus sp.

dilakukan dengan media serbuk gergaji, dedak kasar, gaplek halus, kapur tohor, kalsium karbonat, urea dan jagung giling. Media tersebut disterilkan dan ditulari jamur pelapuk. Biakan jamur dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 2 kg. Setelah biakan jamur berumur 2-3 bulan di dalam kantong plastik, biakan tersebut dapat disisipkan pada takikan tunggak yang akan dilapukkan. Setiap kantong jamur 2 kg dapat digunakan untuk inokulasi 4 tunggak pohon.

Teknologi pemanfaatan jamur saprofit sebagai aktivator pelapukan lirnbah lignoselulosa sedang dikembangkan di Pusat Litbang Hasil Hutan. Beberapa koleksi isolat jamur pelapuk (seperti isolat HHB-352, HHB-204, HHB- 350, HHB-371, HHB-346, HHB-348, HHB-349) dapat dimanfaatkan untuk dekomposisi bahan yang mengandung lignoselulosa tinggi. Perbanyakan bibit jamur dapat dilakukan dengan media padat dan media cair. Biaya pengadaan suspensi jamur saprofit untuk menginokulasi satu batang kayu berdiameter

+

20 cm dengan panjang 5 m sebesar Rp 250,- sedangkan pengadaan bibit jamur pada media padat yaitu Rp IOOO,- per kg, yang dapat dipakai untuk menginokulasi I 00 kg serasah.

3.1.3 Pembersihan Lahan

Pembersihan lahan disesuaikan dengan vegetasi awal sebelum lahan dibuka, sifat toleransi jenis tanaman pokok dan kemiringan lahan.

3.1.3. I Vegetasi Awai Hutan Sekunder atau Semak

Pembersihan lahan dilakukan secara manual dengan menyingkirkan limbah dari jalur tanam ke jalur konservasi (jenis semi toleran, Gambar 8), atau secara mekanis dengan menggunakan buldozer (Gambar 9) mendorong limbah yang tidak dimanfaatkan, dikumpulkan pada tempat yang tidak ditanami. Pada areal yang kemiringannya lebih dari 15 %, dibuat jalur tumpukan limbah sejajar garis kontur.

I 0

I

Penylapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(16)

3.1.3.2 Vegetasi Awai Along-along

Pembersihan lahan di areal yang kemiringannya kurang dari I 5% dilakukan dengan menginjak alang-alang menggunakan traktor atau buldozer. Apabila kemiringan lahan antara 16 sampai 20% dilakukan secara jalur, tetapi di areal yang kemiringannya lebih dari 20% dimana resiko erosi tanah cukup besar, dapat disemprot herbisida dua kali dengan selisih waktu 3 sampai 4 minggu.

Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas alang-alang berbahan aktif

glyphosate,

sedangkan untuk memberantas tumbuhan bawah berdaun lebar

Penyiapan Lahan Tanpa Bakar 111

(17)

berbahan aktif imazaphyr. Takaran/dosisnya disesuaikan dengan aturan.

Larutan herbisida disemprotkan dengan menggunakan sprayer bernozzle polizet dengan lebar semprotan 1,5 meter.

Pada lahan bervegetasi alang-alang hanya cocok untuk jenis yang bersifat intoleran. Apabila jenis semi toleran akan ditanam di areal tersebut, perlu ditanam tanaman sela tumbuh cepat antara 2 sampai 3 tahun sebelumnya sebagai penaung.

3.1.4 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan diperlukan bagi jenis tanaman pokok yang menghendaki tanah gembur atau lahannya akan ditumpangsarikan dengan palawija.

Pengolahan lahan dilakukan dengan pembajakan dan penggaruan.

3.1.4. I Pembajakan

Pembajakan dengan traktor yang dilengkapi alat bajak berbentuk piringan dengan diameter piringan 70 cm (Gambar 18). Kedalaman pembajakan antara 25 cm s.d 30 cm. Pembajakan pada umumnya dilakukan dua kali dengan selisih waktu dua sampai empat minggu agar akar yang terbongkar kering dan mati (Sutomo, 1988). Arah pembajakan kedua membentuk sudut 45 derajat dari arah pembajakan pertama.

1 21

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(18)

3.1.4.2 Penggaruan

Penggaruan bertujuan untuk menghacurkan bongkahan tanah menjadi butiran yang lebih kecil, sehingga tercipta aerasi dan drainase yang baik bagi tanaman. Penggaruan dilakukan tiga sampai empat minggu setelah pembajakan. Penggaruan menggunakan traktor yang dilengkapi garu (Gambar 19).

3. 1.5 Konservasi Lahan dan Pencegahan Kebakaran

Pada umumnya jenis-jenis pohon hutan tanaman tidak dapat tumbuh baik pada lahan yang becek atau tergenang air. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase diperlukan pada areal yang tergenang air. Pada areal yang

Penyiapan Lahan Tanpa Bakar

1 13

(19)

topografinya mi ring, perlu dibuat guludan yang sejajar garis kontur. Makin miring topografinya, makin dekat jarak antara guludan. Guludan dapat dibuat dari tahah dengan menggundukkan tanah atau kayu berdiameter batang besar yang tidak dimanfaatkan digunakan untuk anggelan.

Kebakaran hutan merupakan ancaman utama bagi keberhasilan pembangunan hutan tanaman. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan pembangunan hutan tanaman harus dipersiapkan sarana/prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, yang berupa :

• Pembangunan jaringan jalan untuk transportasi dan kolam-kolam penampungan air di beberapa lokasi.

• Mempertahankan dan membuat sekat-sekat bakar yang dapat berupa sekat bakar alam, jalur hijau, dan jalur bebas bahan bakar.

• Menyediakan perlengkapan pengendalian kebakaran, baik peralatan tangan maupun peralatan mekanis.

• Membuat tanda peringatan akan bahaya kebakaran hutan.

• Membangun sistem organisasi pemadam kebakaran dengan jumlah anggota regu yang cukup dan dibekali dengan ketrampilan yang memadai.

• Mengadakan patroli secara periodik agar dapat mendeteksi secara dini apabila terjadi kebakaran.

3.2 Penyiapan Lahan untuk Perladangan

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk perladangan masyarakat dilakukan secara manual karena lahan yang diolah biasanya tidak terlalu luas atau kurang dari 5 hektar.

3.2. I Pembuatan Batas Ladang

Untuk mengetahui batas ladang satu dengan lainnya perlu dibuat batas- batas yang jelas. Batas tersebut dapat dalam bentuk sekat bakar jalur hijau atau jal an yang mengeli lingi ladang yang dapat berfungsi sebagai penyangga api l iar yang datang dari luar ladang sehingga tidak memasuki areal ladang garapan. jenis pohon yang dapat ditanam untuk sekat bakar hijau adalah Gamal (Glirisidia sp) atau Lamtoro gung (Leucaena leucocephala). jika sekat

14 1

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(20)

' ..

r

bakar tersebut digunakan sebagai jalan batas ladang maka perlu dipelihara dari rumput-rumput yang tumbuh sehingga bersih dari bahan bakar.

3.2.2 Penebasan, Penebangan dan Pemb1 !rsihan Lohan

Penebasan dilakukan pada semak belukar dan pc:.dang alang-alang

(Imperato cylindrica).

Bagian tumbuhan yang berukuran kedl seperti daun, dahan dan ranting dikubur untuk bahan organik yang pada saatnya akan berfungsi sebagai pupuk.

Pada lahan yang banyak ditumbuhi pohon mis,1lnya bekas kebun karet, kegiatan yang penting dilakukan adalah penebang1n dan pemanfaatan kayu.

Tinggi tunggak diusahakan serendah mungkin. Batang bagian bawah hingga cabang pertama dimanfaatkan untuk kayu gergajian, sedangkan batang di atas cabang pertama dimanfaatkan untuk bahan baku chip/pulp atau papan partikel. Ranting kecil dan daun dapat dicincang dan dilapukkan untuk pembuatan kompos. Bagian aka~ dan batang bawah yang tidak sesuai untuk kayu gergajian, dapat dijadikan arang atau kayu bakar.

Apabila masih ada tunggak, dapat dilapukkan men;~gunakan jamur pelapuk jenis

Trametes

sp. untuk tunggul kayu keras dan

Plwrotus

sp. untuk tunggul kayu lunak. Selain menghancurkan tunggak, jamur-jamur tersebut juga dapat dikonsumsi.

Penyiapan Lahan Tanpa Bakar

I

IS
(21)

Pencabutan akar tumbuhan atau penghancuran tunggak bertujuan untuk memperluas daerah perakaran di dalam tanah. Tanah yang terbebas dari akar-akar tumbuhan lain akan menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi bibit yang ditanam.

Areal penanaman dibersihkan dari limbah penebangan yang tersisa secara manual ke tempat yang tidak ditanami.

16 1

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(22)

PEMANFAATAN LIMBAH 4

Limbah hasil penyiapan lahan tanpa bakar mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan seperti pada skema berikut.

Perslapan

Penebasan

Pembersihan Lah an

Pengelolaan Lah an

Limbah Kayu

Limbah Sisa

Input Finansial

Kayu Pertukangan

BBS

A rang

Anggelan

Arang Kompos

Mulsa

0 ---

Konservasi Lahan

Penanaman

Input Kesuburan dan Konservasi Lahan

Gambar 14 Skema Pemanfaatan L1mbah

Pemanfaatan Limbah

1 17

(23)

...

Limbah yang berupa kayu berdiameter batang besar dapat dimanfaatkan untuk bahan baku kayu gergajian dan kayu lapis (Garn bar

I

5), atau peralatan rumah tan gga (Gambar 1 6). Kayu besar yang tidak diambil, digunakan untuk anggelan. Kayu yang berdiameter kecil digunakan untuk bahan baku pulp

(Gambar 17).

Tunggak dan akar kayu jati atau kayu mewah lain dapat juga dimanfaatkan untuk meubel atau bahan dekoratif.

4.1 Pemanfaatan Kayu Berdiameter Batang Besar dan Kecil

1 81

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(24)

4.2 Pemanfaatan Limbah yang Tersisa di Lapang

Limbah yang tersisa di lapang seperti sisa-sisa kayu dan ranting untuk pembuatan arang (Gambar 18), briket arang atau kayu bakar. Serasah, daun dan kulit kayu dapat dimanfaatkan untuk mulsa atau bahan kompos.

Beberapa alternatif pemanfaatan limbah yang tidak dapat digunakan untuk kayu gergajian atau pulp adalah sebagai berikut :

4 .2. I Pembuat an Arang

Untuk jenis-jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi/kal ori tinggi, limbah kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Untuk skala kecil (masyarakat) pembuatan dilakukan secara manual, atau dengan tungku drum, sedangkan untuk skala besar dengan menggunakan tanur (oven).

Pemanfaatan Limbah

1 19

(25)

4.2.2 Pembuata n Kompos

Bahan kompos adalah limbah hutan berupa daun dan ranting. Jika bahan baku yang akan dikomposkan berukuran besar sebaiknya digiling/dicacah dengan alat giling (chopper), golok atau parang sampai berukuran 2-3 cm.

Untuk lebih meningkatkan kualita~ kompos atau unsur kimia yang dibutuhkan tanaman, penambahan kotoran ternak (unggas, ternak kecil dan besar) ataupun kotoran hewan hutan (alami, penangkaran) dapat dilakukan.

Bahan energi fermentasi atau aktivator berguna untuk mempercepat proses pengomposan. Aktivator dapat bersumber dari limbah industri dengan karbohidrat tinggi (dedak, tepung, makanan, am pas tebu, tapioka dll). Selain itu diperlukan bahan energi berasal dari bahan yang mengandung gula (gula tetes tebu, gula kelapa/aren, madu), digunakan sebagai energi perkembangbiakan mikroorganisme tertentu misalnya Effective Micro-organism 4 (EM-4), orgadek, mikroorganisme Trichoderma dan Cytophaga sp.

Tempat pembuatan kompos adalah berupa bangunan beratap (terhindar hujan) tanpa dinding. Bentuk dan luasnya disesuaikan dengan potensi dan kapasitas kebutuhan kompos bagi suatu pengembangan bahan tanaman atau rencana areal hutan tanaman. Pengomposan dapat dilakukan pada berbagai tempat seperti kotak kayu, bak semen permanen dengan penutup kayu atau karung plastik.

20

I

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(26)

I

Teknik Pembuatan Kompos:

• Pada ranting dan daun yang sudah dipotong-potong sampai berukuran 2 - 3 cm, ditambahkan aktivator sebanyak 0,5 - I 0 % tergantung dari bahan yang akan dikomposkan. Campuran diaduk hingga rata, ditambahkan air sehingga kondisi kadar air campuran bahan berkisar antara 20-30%.

• Khusus untuk bahan yang lambat hancur seperti limbah pembalakan hutan, sebaiknya pada minggu ke dua, ketiga dan keempat dibalik dan diaduk serta ditambahkan air bila kondisi agak kering.

• Melakukan pengamatan perkembangan suhu, dengan menancapkan thermometer kepada bahan kompos. Bila suhu meningkat, dilakukan pembalikan secara merata sehingga suhu kembali seperti suhu awal.

• Bila suhu harian telah kembali kepada suhu awal (tidak berubah), secara teknis proses dekomposisi limbah telah selesai. Waktu yang diperlukan untuk pengomposan antara satu sampai tiga bulan, tergantung bahan bal<LI yang d1gunakan. Pengomposan daun kering berlangsung selama satu bulan. sedangkan serbuk gergaji dan sisa kayu berlangsung selama dua sampa1 tiga bulan.

• Melakukan inkubasi dan peng1stirahatan kompos selama tujuh sampa1 sepuluh hari. Secara visual kompos yang sudah matang akan mengalarni perubahan warna. sedangkan indikator kompos yang siap pakai yaitu mem1liki perbandingan C/N lebih kecil atau sama dengan 20.

4.2.3 Pembuatan Arang Kompos

Arang kompos dapat berfungsi sebagai pupuk organik yang memperkaya unsur hara dalam tanah. Arang kompos memiliki sifat yang lebih baik daripada kompos biasa karena keberadaan arang yang menyatu dalam kornpos. Dari berbagai uji coba telah terbukti bahwa pemberian arang kompos dapat menambah ketersediaan unsur hara tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga cocok digunakan untuk rehabilitasi atau reklamasi lahan kritis di Indonesia.

Pemanfaatan limbah

1 21

(27)

..

Pembuatan arang kompos dilakukan bersamaan dengan pembuatan kompos yaitu pada bah an baku ditambah arang sebanyak I 0 s.d 30

%

dari berat bahan yang akan dikomposkan (Gusmailina et al., 2006).

4.2

.4

Pembuatan Pot Organik dan Media Bermikoriza

4.2.4. I Pembuatan Pot Organik

Bahan kompos digiling kemudian disaring pada saringan yang lubangnya lebih kecil dari 10 mesh. Bahan tersebut ditambah tanah liat sebagai perekat dengan perbandingan antara kompos : tanah liat = 7 : 3, kemudian campuran diaduk secara merata dan dicetak pada alat pencetak media semai berbentuk silinder. Ukuran pot rata-rata yaitu tinggi 12 cm, diameter atas 6 cm dan bawah 4,5 cm, dengan diameter lubang tanam 1 ,5 cm dan panjang lubang tanam 4 cm.

4.2.4.2 Media Mikoriza

Mikoriza adalah jamur yang bersimbiose dengan akar tanaman berfungsi untuk membantu penyerapan unsur hara sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik. Media mikoriza dapat dibentuk menjadi tabl et menggunakan mesin cetak tablet yaitu dengan mencampurkan bahan kompos 69

%,

tanah liat 30 % dan spora ektomikoriza sebanyak I %.

22 1

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(28)

. .

Untuk pembuatan media endomikoriza, kompos yang telah disaring tersebut dimasukkan ke dalam pot yang telah ditumbuhkan inang

Puerraria javanica.

Selanjutnya akar tanaman tersebut diinfeksikan spora endomikoriza. Setelah tanaman berumur 3 bulan, tidak disiram selama I bulan dan daun-daunnya digunting, kemudian siap untuk dipanen. Hasil komposisi kompos, tanah liat, akar bermikoriza siap untuk ditularkan ke bibit tanaman kehutanan.

4.2.5 Mulsa

Limbah yang tidak bisa dimanfaatkan berupa ranting, daun, batang dan kulit kayu dapat ditinggalkan di areal penanaman. Sampah biomas tersebut dicincang secara manual atau digilas dengan

roller

yang ditarik traktor. Sebagai alternatif pencincangan limbah kayu dapat dilakukan secara lebih efektif menggunakan alat

Chopper

yang juga ditarik traktor. Hasil pencincangan kemudian disebarkan secara merata di lokasi penanaman. Penyebaran sampah biomas ini berfungsi sebagai mulsa bagi tanah.

Mulsa bermanfaat dapat menambah unsur hara tanah, mengurangi terjadinya

run-off

atau erosi tanah, menghambat berkembangnya gulma, pelindung tanah agar kelembaban tanah, suhu tanah dan kehidupan mikro organisme terjaga, sehingga tercipta kondisi lahan yang baik untuk pertumbuhan tan am an.

4.2.6 Bohan Anggelan

Anggelan merupakan sisa-sisa kayu berdiameter cukup besar yang dlletakkan sejajar kontur guna mencegah erosi. jarak antar anggelan dipengaruhi oleh kemiringan lahan, makin miring lahannya, jaraknya makin dekat.

Pemanfaatan Umbah

1 23

(29)

ANALISIS

KELAYAKAN FINANSIAL

5

Berbagai studi menunjukkan bahwa kayu-kayu yang dihasilkan dalam penyiapan lahan belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan oleh biaya pengangkutan limbah yang mahal, kurang dikenalnya jenis-jenis kayu, teknologi pemanfaatan kayu yang terbatas dan banyaknya limbah yang dihasilkan. Menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan (1989) besarnya limbah pembalakan hutan sampai diameter batang minimal IS cm di Kalimantan Timur rata-rata 82 ml/ha. Limbah yang dihasilkan dari penyiapan lahan pada hutan tanaman Acacia mangium di Riau, setelah kayu berdiameter batang lebih dari 7 cm diambil, sebanyak 70,5 ton/ha (Nurwahyudi dan Tarigan, 2004).

Limbah kayu dapat berupa kayu berdiameter besar dan kecil, cabang dan ranting. Hasil penelitian Pusat Litbang Hasil Hutan yang memanfaatkan limbah kayu berdiameter besar untuk berbagai produk (papan sambung, papan partikel, papan chip, bubutan dll.) menunjukkan keuntungan seperti tercantum pada Tabel 2. Sedangkan penelitian yang memanfaatkan kayu sebagai bahan baku serpih (BBS) menggunakan

portable chipper

dengan input dan output 1,5 ton BBS perjam, setelah memperhitungkan investasi alat dan harga jual BBS Rp.263/kg, diperoJeh nilai NPV positif (Rp 5.700.000,-).

sehingga usaha ihi cukup layak untuk dilaksanakan. ·

Selain untuk arang, limbah kayu berdiameter kecil, daun dan serasah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik (kompos). Hasil penelitian Pusat Litbang Hasil Hutan menunjukkan bahwa usaha pembuatan kompos cukup menguntungkan, yaitu Rp 600- 900/kg, dengari IRR 19,4 % (diatas suku bunga bank) dan NPV Rp 4.074.000,-(positif), sehingga secara finansial layak untuk dilaksanakan. Kompos yang dihasilkan tersebut dapat ditambahkan mikoriza untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Hasil analisis finansial kompos bermikoriza menunjukkan hasil yang positif, yaitu keuntungan Rp 417-667/kg, IRR 18,32% dan NPV positif Rp 1.037.000,-, sehingga layak untuk dilaksanakan.

Anallsls Kelayakan Flnansial

1 25

(30)

\

Kegiatan penyiapan lahan dengan cara tanpa bakar memang merugikan dalam jangka pendek yaitu waktu pelaksanaan yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal (Tabel I), namun dalam jangka panjang memberikan banyak keuntungan, diantaranya nilai unsur hara tersedia di lapang yang lebih tinggi, limbah kayu atau limbah lainnya dapat diolah sehingga mempunyai nilai yang lebih tinggi (Tabel 2) dan pembukaan lahan tanpa bakar lebih ramah lingkungan. Pada Tabel 2 diasumsikan limbah kayu dimanfaatkan di dekat lokasi penyiapan lahan.

Tabet I. Kerugian finansial penyiapan lahan HTI dan kebun kelapa sawit tanpa bakar

Peruntukan/ Biaya (US $/ha)

Jenis Lahan Dibakar Tanpa Bakar Kerugian

Pada Tanah mineral 96 164 68

di Riau

i== Pada Tanah Garn- 180 817 637

I

but di KaJimantan Ba rat

....

·~

r<I

Pada Tanah mineral

Vl r<I

di Riau 264 381 117

Cl.

"'

~

Sumber: Gouyon don Simorangkir. 2002.

Tabel 2. Keuntungan finansial penyiapan lahan HTI dengan cara tanpa bakar

Jenis Manfaat Dibakar Tan pa Keun-

bakar tungan Nilai hara (US $/ha)

Hutan alam, sebagian limbah diambil 225 422 197 Hutan alam, limbah tidak dibersihkan 450 845 395

Hutan bekas tebangan. sebagian 113 211 98

limbah diambil

26 1

Penyiapan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(31)

Jenis Manfaat Dibakar Tan pa Keun- bakar tungan Hutan bekas tebangan, limbah tidak 225

422 197

dibersihkan

Nilai limbah olahan (Rp/m3)

Papan chip - 3.691.048 3.691.048

Papan partikel

-

3.662.748

3.662.748

Bub utan - 2.307.557 2.307.556

Papan sambung pintu

-

1.072.660

1.072.660

Meja bagian atas

-

776.000

776.000

Papan sambung dinding

-

504.000 504.000

Sumber: Anonim, 2004: Fairhurst, 2001: Onrizo/, 2005: Mortono, 2005.

Beberapa pustaka menguraikan keuntungan dan kerugian penyiapan lahan dengan dibakar atau tanpa bakar seperti tercantum pada Tabel 3.

Tabet 3. Keuntungan dan kerugian penyiapan lahan dengan cara dibakar dan tanpa bakar

Dibakar Tanpa Bakar .

Dampak

Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian

Terhadap Polusi udara Tidak ada

lingkungan dan air,Erosi, polusi

pencucian hara

Resiko Resiko besar Resiko keba- Meninggalkan

kebakaran terjadi ke- karan kecil bahan bakar

bakaran tak potensial

terkendali

Anallsls Kelayakan Finansial

1 27

(32)

Dibakar Tanpa Bakar Dampak

Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian Pembesihan Mudahdan Memerlukan Lebih Oeksibel Mekanis perlu lahan dan sederhana. pengendalian dalam jadwal alat berac.

penanaman Tidak perlu alat kebakaran, pelaksanaan. Sulit pada be rat. Tergantung Dapat manual bukit atau Dapat dilakukan cuaca atau mekanis rawa.

di berbagai atau kimiawi. Tumpukan lim-

kemiringan bah menyulit-

lahan. kan penanm-

an.

Terhadap Cepat me- Mempenga- Hara masih Alat berat da- tanah dan lepaskan hara ruhi sifat tanah dalam bentuk pat memadat- kesuburan khususnya

P.

(pH, struktur kayu dan kan tanah dan

K, Cadan Mg. dan bahan dilepaskan mengganggu organik) secara perla- lapisan atas Menu run- han melalui tan ah.

nya porosltas penyerapan Hara dilepas tanah dan oleh akar, se- secara lambat infiltrasi. hingga dalam sehingga Kehilangan N, jangka panjang pertumbuhan C & sebagian penggunaan awal tanaman S (menguap), pupuk dapat lambat, diper- dan unsur dikurangi. lukan pupuk

hara lain oleh dasar.

pencucian

Terhadap Mematikan Akardalam Resiko yang

hama dan hamadan tanah dapat lebih tiriggl

penyakit penyakit. menularkan terhadap

penyakit akar. adanya hama

dan penyaklt.

Terhadap Menekan Alang-alang Tidak ada Masai ah gulma pertumbuhan tumbuh de- masalah dengan gulrna

gulma berdaun ngan cepat, dengan alang- berdaun lebar.

lebar resiko alang.

terbakar lebih tinggi.

281

Penyiilpan lahan tanpa bakar untuk penanaman
(33)

Dibakar Tanpa Bakar Dampak

Kerugian Keuntungan Kerugian Keuntungan

Biaya Lebih murah Menurunnya Menghemat Perlu alat dalam jangka kesuburan penggunaan berat dan pendek. tanah dalam pupuk dan keterampilan Tidakme- jangka panjang meningkatkan khusus.

merlukan alat (perlu pupuk) hasil.

be rat.

Pemanfaatan Abu untuk

-

Kayu, ranting, -

limbah pupuk daun untuk

berbagai produk yang dapat dijual.

Produksi

-

Pertambah- Pertambah-

-

kayu an volume/th an volume/th

Gmelina lebih rendah. lebih tinggi.

Kuali-

-

Mutu lebih Mutu lebih

-

tas kayu rendah,karena tinggi, karena

Gmelina banyak mata lebih sedikit

kayu. mata kayu.

Produksi

-

Lebih lambat Lebih cepat

-

awal buah (36- 38 bin) (30-34 bin) kelapa sawit

Sumber : Gouyon don Simorangkir. 2002: Hendromono. 200 I; Onrizol, 2005.

Analisis Kelayakan Finansial

1 29

(34)

'I

PENUTUP

6

Pedoman ini disusun untuk digunakan sebagai pegangan umum bagi para pelaksana penyiapan lahan hutan tanaman tanpa pembakaran. Aspek-aspek kegiatan penyiapan lahan ini cukup banyak, demikian pula variasi keadaan lapang serta teknik dan peralatan yang dapat digunakan sehingga tidak mungkin semua itu dapat dicakup dalam pedoman ini. Oleh karena itu pelaksana penyiapan lahan dapat mengadakan modifikasi sesuai kondisi yang dihadapi tanpa mengurangi pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Penutup

I

JI
(35)

Referensi

Dokumen terkait

Periksa kebenaran lokasi dan volume pemanfaatan kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan hutan tanaman

(b) Kesesuaian lokasi dan volume pemanfaatan kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan hutan tanaman industri.. Periksa lokasi dan volume

Periksa lokasi dan volume pemanfaatan kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan dalam dokumen RKT IUPHHK-HTI.. Periksa kebenaran lokasi dan volume pemanfaatan

Bentuk-bentuk Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh responden yang diambil dari TNLL pada kedua lokasi penelitian

Periksa lokasi dan volume pemanfaatan kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan dalam dokumen RKT IUPHHK-HTI.. Periksa kebenaran lokasi dan volume pemanfaatan

Terkait dengan uraian di atas cukup jelas bahwa di samping upaya pemenuhan akan kayu pertukangan yang cukup besar, juga terus dilakukan untuk membangun industri pulp

Izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada penggunaan kawasan untuk kegiatan non- kehutanan yang mengubah status.. Pelaku usaha memiliki IPK pada areal kawasan hutan yang

Justifikasi : a) Letak dan lokasi areal HGU berada di dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) atau Areal Penggunaan Lain (APL) sesuai Peta Kawasan Hutan Provinsi