• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyimpangan perilaku siswa dalam perspektif analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penyimpangan perilaku siswa dalam perspektif analisis"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

Kepada pengurus dan masyarakat di Kecamatan Polut Kabupaten Takalar yang telah memberikan informasi dan membantu penelitian dan penyusunan proposal ini, serta masyarakat yang telah menyumbangkan waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan yang tidak disebutkan satu per satu, atas bantuannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penyimpangan perilaku siswa ditinjau dari analisis interaksi simbolik pelanggaran peraturan perundang-undangan di SMA Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “penyimpangan perilaku siswa ditinjau dari analisis interaksi simbolik (kajian sosiologi pedagogi pelanggaran disiplin siswa di SMA Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar)”.

Tujuan

Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

Definisi Operasional

Interaksi simbolik merupakan suatu kegiatan yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau pertukaran simbol-simbol yang diberi makna. Interaksionisme simbolik juga menginspirasi perspektif lain, seperti “teori pelabelan” dalam studi penyimpangan, perspektif dramaturgi Erving Goffman, dan etnometodologi Harold Garfinkel. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai suatu proses yang memungkinkan orang untuk membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan harapan orang lain yang berinteraksi dengan mereka.

KAJIAN PUSTAKA

Penyimpangan Perilaku

Perilaku menyimpang merupakan sisi negatif dari bentuk perilaku positif, dalam hal ini merupakan bentuk perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan norma atau nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Lawang (1986:43) memberikan pengertian bahwa perilaku menyimpang adalah suatu perbuatan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial. Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

Penyebab Terjadinya Penyimpangan Prilaku

Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang oleh banyak orang dianggap tercela dan di luar batas toleransi. Orang mabuk yang tidak dapat lagi mengendalikan dirinya dapat melakukan perbuatan yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain, dan bila hal ini terjadi maka perbuatannya merupakan perbuatan menyimpang. Perilaku menyimpang pasif atau pasrah merupakan suatu bentuk perilaku yang menunjukkan kecenderungan putus asa dan merasa tidak aman sehingga menarik diri dari aktivitas dan takut untuk menunjukkan usahanya.

Upaya Pencegahan Penyimpangan Perilaku

Upaya pencegahan terjadinya perilaku menyimpang di kalangan masyarakat pada umumnya dan siswa pada khususnya dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal. Begitu pula jika seseorang tinggal di lingkungan hidup yang baik maka akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan dan terpengaruh oleh perilaku menyimpang. Salah satu upaya pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari perilaku menyimpang adalah dengan menjauhi tempat tinggal yang rawan perilaku menyimpang, memperkuat ketaqwaan kepada Tuhan, dan menerapkan secara tegas nilai dan norma dalam masyarakat.

Interaksi Simbolik

Mead, seperti Cooley, percaya bahwa konsep diri adalah proses yang muncul dari interaksi sosial individu dengan orang lain. Dalam teorinya tentang tatapan diri, Cooley berpendapat bahwa konsep diri seseorang secara signifikan ditentukan oleh apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya, sehingga menekankan pentingnya reaksi yang diinterpretasikan secara subjektif oleh orang lain sebagai sumber data utama tentang diri. Singkatnya, apa yang terinternalisasi sebagai milik seorang individu berasal dari informasi yang diterimanya dari orang lain.

Pentingnya Simbol dan Komunikasi

Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai suatu proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilakunya dengan mempertimbangkan harapan orang lain. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendiri, menentukan perilaku mereka. Tidak mengherankan, ungkapan “definisi situasi”, “realitas ada di mata yang melihatnya” dan “jika orang mendefinisikan suatu situasi sebagai nyata, maka situasi tersebut nyata dalam konsekuensinya”.

Dalam perspektif interaksionis simbolik, sebagaimana ditekankan oleh Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut para ahli teori interaksi simbolik, kehidupan sosial pada hakikatnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol”. Mereka tertarik pada bagaimana orang menggunakan simbol untuk mewakili apa yang ingin mereka komunikasikan satu sama lain, dan juga dampak penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.

Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis terhadap penyimpangan siswa dari sudut pandang analisis interaksi simbolik pelanggaran disiplin siswa. Desain penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan narasi deskriptif holistik mengenai kelainan perilaku siswa dari perspektif analisis interaksi simbolik pelanggaran disiplin siswa. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memahami perilaku menyimpang siswa dari sudut pandang analisis interaksi simbolik pelanggaran disiplin siswa.

Desain penelitian kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena peneliti yakin akan menghasilkan data yang lebih mendalam mengenai penyimpangan perilaku siswa ditinjau dari analisis interaksi simbolik, oleh karena itu dipilihlah metode kualitatif. Selain itu, metode deskriptif kualitatif dipilih dengan pendekatan fenomenologis, karena mengutamakan aspek wawancara tatap muka dengan beberapa informan guna mendapatkan gambaran yang holistik, benar dan mendalam dalam berbagai sudut pandang dan situasi, yang berarti bahwa itu tidak diabaikan. subjeknya (Patton, 2002). Dengan memilih pendekatan fenomenologi yang bersifat teoritis, metode penyusunannya berorientasi pada tindakan dan interaksi, sehingga peneliti menggunakan pendekatan ini, tujuannya adalah untuk melakukan penyelidikan yang mendalam dan natural mengenai penyimpangan perilaku siswa. dilihat dari sudut pandang.

Selain itu, pendekatan fenomenologis dipilih untuk mengidentifikasi sifat perilaku menyimpang siswa dari sudut pandang analisis interaksi simbolik terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di SMA Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data mengenai fenomena yang tidak dapat diperhatikan secara mendalam, seperti penyimpangan perilaku siswa dari analisis interaksi simbolik pelanggaran aturan. Informasi tersebut sesuai dengan sudut pandang informan, dan jika informasi tersebut berkaitan dengan suatu peristiwa yang telah terjadi, maka kualitas informasi tersebut tergantung pada sejauh mana informan mengingat dan bersedia memberikan atau berbagi informasi terkait dengan perilaku menyimpang siswa. perspektif analisis interaksi simbolik terhadap pelanggaran aturan (Taylor dan Bogdan, 1998; Akhbar, 2004; Silverman 2006; Lim, 2007; Emzir, 2009).

Informan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru BK, kepala sekolah, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah di Kecamatan Polut Kabupaten Takalar.

Gambar  1.  Kerangka  Pikir  Penyimpangan  Perilaku  Siswa  Dalam  Perspektif  Interaksi Simbolik (Tentang Pelanggaran Tata Tertib Siswa)
Gambar 1. Kerangka Pikir Penyimpangan Perilaku Siswa Dalam Perspektif Interaksi Simbolik (Tentang Pelanggaran Tata Tertib Siswa)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Fokus Dan Deskripsi Fokus Penelitian 1. Fokus Penelitian

  • Deskripsi Fokus
  • Sumber Data

Data primer merupakan data yang berasal dari wawancara, observasi dan dokumen yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Sumber data primer dari aspek data wawancara adalah data yang dikumpulkan melalui informan dengan menggunakan wawancara. Selanjutnya data dokumen merupakan data yang dikumpulkan peneliti dari sumber buku dan jurnal.

Sedangkan data sekunder merupakan data yang bersumber dari bahan pustaka seperti buku, majalah, blog yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara

  • Teknik Observasi
  • Teknik Dokumentasi
  • Tingkat Transkrip Data
  • Tingkat Organisasi Data
  • Peringkat Pengkodean
  • Sistem Kode data Wawancara
  • Pengabsahan Data Penelitian
  • Etika Penelitian

Peneliti melakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis induktif, rencana pengumpulan data, dan pengelolaan data untuk mengembangkan teori. Peneliti menyajikan data dengan cara memeringkat dan mengelompokkan setiap unit hasil yang menunjukkan kesamaan dengan kumpulan data yang diperoleh dari informan. Analisis data yang ketiga adalah penarikan kesimpulan yang dimulai pada awal kunjungan lapangan dan pada saat proses pengumpulan data.

Peneliti mencoba melakukan analisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan dengan mencari korelasi dan persamaan kemudian menarik kesimpulan. Mengecilkan data dalam jumlah besar ke dalam beberapa kategori, subtema dan tema merupakan konsep “reduksi”. Analisis terhadap tipe data (dokumentasi dan transkripsi) dilakukan dengan cara melakukan referensi silang sumber data yang berbeda, mencari perbedaan dan persamaan di dalam dan antar teks dari seluruh data yang diidentifikasi mulai dari subtema dan tema hingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Prosedur reduksi data kualitatif dilakukan dari data mentah, setelah data mentah terkumpul peneliti melakukan transkripsi. Selain itu peneliti melakukan sistem pengkodean data karena sistem pengkodean dalam transkrip pengumpulan data sangat penting untuk memudahkan proses pelacakan data sebenarnya yang dikumpulkan. Oleh karena itu, peneliti melakukan empat kriteria untuk mengkaji data kualitatif dalam penelitian ini, antara lain: i) Derajat kepercayaan (kredibilitas), merupakan konsep validitas internal dalam proses penelitian kuantitatif.

Oleh karena itu, pengujian kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan cara: (1) memperluas pengamatan, yaitu peneliti akan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan dengan tujuan untuk memastikan kebenaran data tersebut. yang diberikan oleh peserta, (2) meningkatkan ketekunan dalam penelitian, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara cermat dan terus menerus mengenai kredibilitas temuan yang diperoleh.

Profil Sekolah

  • Profil SMA Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar
  • Visi Dan Misi SMA Negeri 2 Polut Kab. Takalar Visi

Profil Responden

  • Bentuk Penyimpangan Perilaku Siswa Dalam Perspektif Analisis Interaksi Simbolik Terhadap Pelanggaran Tata Tertib
  • Penyebab Siswa Melakukan Penyimpangan Perilaku dalam Perspektif Analisis Interaksi Simbolik Terhadap Pelanggaran Tata Tertib

Pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk penyimpangan perilaku siswa yang terjadi dari sudut pandang analisis interaksi simbolik (kajian sosiologi pendidikan tentang pelanggaran peraturan perundang-undangan di SMA Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar. Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku siswa dari sudut pandang analisis interaksi simbolik terhadap pelanggaran tata tertib Interaksi simbolik terhadap pelanggaran tata tertib Sesuai dengan hasil wawancara di atas peneliti menganalisis bahwa siswa sering melakukan perilaku menyimpang atau melanggar tata tertib tidak hanya di lingkungan sekolah atau di luar kelas tetapi juga di dalam kelas, apalagi saat belajar terjadi kebisingan dan ada yang sering meminta izin dan tidak kembali hingga tiba waktunya pulang.

Dalam konteks kajian sosiologi, dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat beberapa pandangan dan teori yang dapat digunakan untuk memahami penyimpangan perilaku dalam kaitannya dengan pelanggaran aturan, yaitu Teori Asosiasi Diferensial. Kelima, arahan, motif dan dorongan dikaji melalui pengertian hukuman dan peraturan disiplin yang berlaku di sekolah. Di sekolah terkadang ada yang memandang hukuman dan disiplin sekaligus sebagai sesuatu yang memberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu.

Dari kutipan wawancara dapat dijelaskan bahwa masih banyak siswa yang melakukan penyimpangan perilaku yaitu melanggar peraturan sekolah. Alasan siswa melakukan perilaku menyimpang dalam perspektif interaksi simbolik Analisis pelanggaran aturan Analisis interaksi simbolik pelanggaran aturan. Guru yang terlalu tegas dan tegas dapat membuat siswa takut untuk menyimpang dari peraturan dan ketentuan sekolah.

Sedangkan bagi siswa yang melanggar peraturan akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Pembahasan

  • Bentuk penyimpangan perilaku siswa dalam perspektif analisis interaksi simbolik terhadap pelanggaran tata tertib di SMA Negeri 2 Polut
  • penyebab siswa melakukan penyimpangan perilaku dalam perspektif analisis interaksi simbolik terhadap pelanggaran tata tertib siswa SMA

Dari observasi awal di SMA Negeri 2 Polut terlihat siswa yang melanggar tata tertib sekolah semakin berkurang dari tahun ke tahun dan yang melanggar tata tertib sekolah mulai berkurang. Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku siswa ditinjau dari analisis interaksi simbolik terhadap pelanggaran aturan di SMA Negeri 2 Polut.Simbol terhadap pelanggaran aturan di SMA Negeri 2 Polut. Siswa sering melanggar peraturan dan perundang-undangan karena ada yang ikut teman lain dan ada pula yang karena faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Tatanan adalah kosa kata yang dibentuk dengan menggunakan imbuhan baru. Awalnya order berasal dari dua kata yaitu kata. Sedangkan yang dimaksud dengan peraturan sekolah adalah peraturan sekolah yang berlaku pada sekolah tertentu atau semua jenjang sekolah yang sejenis. Agar seperangkat peraturan dapat berlaku di suatu sekolah, baik peraturan itu dibuat sendiri maupun oleh lembaga atau yayasan yang mengatur sekolah tersebut, diperlukan legitimasi.

Uraian di atas menekankan bahwa peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah dapat disebut peraturan sekolah. Tata Tertib Sekolah adalah peraturan yang berlaku pada sekolah tertentu atau pada semua jenjang sekolah yang sejenis. Agar peraturan dapat ditetapkan di suatu sekolah, baik peraturan itu dibuat sendiri maupun oleh lembaga atau yayasan yang mengatur sekolah tersebut, maka diperlukan legitimasi agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan nyaman dan tertib.

Hasil wawancara dengan guru bimbingan dan bimbingan Ibu Hasriani menunjukkan bahwa penerapan peraturan belum sepenuhnya baik, karena masih ada beberapa siswa yang sering melakukan penyimpangan perilaku yaitu melanggar peraturan sekolah, namun dengan memberikan observasi terhadap siswa. perilaku menjadi sangat mudah dipantau, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.

Simpulan

Saran

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Pikir  Penyimpangan  Perilaku  Siswa  Dalam  Perspektif  Interaksi Simbolik (Tentang Pelanggaran Tata Tertib Siswa)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa saran untuk peningkatan kualitas pembelajaran matematika terkait dengan hasil penelitian antara lain: 1 kepada siswa,