PENYUNTINGAN
NASKAH
BAB I
PENDAHULUAN
• Sampai tahun 1979 belum ada ‘sekolah’ atau kursus di bidang penyuntingan naskah.
• Sejak tahun 1980, orang sadar bahwa penyuntingan naskah tidak dapat ditangani
oleh orang-orang amatiran atau otodidak. Sejalan dengan tuntutan profesionalisme di berbagai bidang, orang-orang yang akan bekerja sebagai penyunting naskah perlu mengikuti pelatihan atau pendidikan sebelum terjun ke dunia penyuntingan naskah.
Lama kelamaan pelatihan yang hanya beberapa hari ternyata belum memadai dikarenakan dunia penyuntingan naskah yang begitu kompleks. Banyak aspek yang harus dibahas, maka dibutuhkan waktu lebih lama untuk memahaminya. Menyadari hal itu, kalangan perguruan tinggi pun mengukuhkan dunia penyuntingan naskah
“masuk kampus” sejak 1988.
• Sejak tahun 1988 kalangan perguruan tinggi mengukuhkan dunia penyuntingan naskah “masuk kampus”.
• Fakultas Sastra Unpad membuka program D-3 untuk editing.
• UI melalui politekniknya membuka jurusan penerbitan dan grafika mulai tahun ajaran 1990/1991
BAB II NASKAH
PENYUNTINGAN NASKAH PENYUNTING NASKAH
DAN EDITOR
1. PENDAHULUAN
• Di dunia penerbitan buku di Indonesia dikenal istilah editor dan kopieditor.
• Kopieditor lazim dipadankan dengan istilah penyunting naskah
2. Naskah dan sumber naskah
• Salah satu tugas pokok penerbit adalah menerbitkan naskah pengarang/penulis menjadi buku.
• Naskah menurut KBBI (2001: 776)adl
(1) karangan yg masih ditulis dengan tangan (2) karangan seseorang yg belum diterbitkan (3)bahan-bahan berita yg siap untuk diset (4) rancangan
MACAM-MACAM
SUMBER NASKAH BAGI PENERBIT 1. Naskah spontan
naskah yang dikirimkan pengarang/penulis ke penerbit dan kemudian penerbit mempertimbangkannya dari berbagai segi apakah akan diterbitkan atau tidak.
2. Naskah pesanan
naskah yang sengaja dipesan penerbit dari penulisnya.
3. Naskah yang dicari editor
naskah yang sengaja dicari editor dari penulis.
4. Naskah terjemahan
naskah dari bahasa asing dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Biasa diperoleh dengan menghubungi penerbit luar negeri. Buku itu dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu melalui surat/email, melalui pameran yg diikuti oleh penerbit, mendatangi langsung penerbitan yg bersangkutan.
5. Naskah sayembara
naskah yg diperoleh dari sebuah sayembara penulisan
naskah, baik yg diadakan oleh satu lembaga di luar
penerbit maupun sayembara yg diadakan oleh
penerbit sendiri. misal sayembara penulisan novel
dewan kesenian Jakarta
6.
Naskah kerja sama (co-publishing)naskah yg berasal dari satu lembaga/badan/instansi tertentu dan diterbitkan atas kerja sama lembaga tersebut dengan penerbit.
jadi lembaga itu yg memiliki naskah, lalu penerbit yg menerbitkannya. Biaya ditanggung oleh lembaga bisa pula ditanggung bersama-sama. Persentase pembiayaan dirundingkan oleh kedua belah pihak.
3.PENYUNTINGAN NASKAH
• Menurut KBBI (2001: 1106) Kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kk/v), penyuntingan (kb/n), dan penyuntingan (kb/)
• Salah satu makna menyunting adl menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sitematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat) (KBBI, 2001: 1106).
• Orang yg melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting, yaitu orang yg bertugas menyiapkan naskah (KBBI, 2001: 1106)
• Selanjutnya, kata penyuntingan bermakna proses, cara, pembuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan (KBBI, 2001: 1106)
• Dari beberapa makna di atas, maka penyuntingan naskah dapat diartikan proses, cara, atau perbuatan menyunting naskah. Orang yg melakukan pekerjaan menyunting naskah disebut penyunting naskah. Istilah penyunting naskah lazim dipadankan dengan kopieditor yg berasal dari bahasa Inggris copyeditor
4.
PENYUNTING NASKAH & TUGASNYAa. Menyunting naskah dari segi kebahasaan (ejaan, diksi, struktur kalimat).
b. Memperbaiki naskah dengan persetujuan penulis/pengarang
c. Membuat naskah dengan persetujuan penulis/pengarang d. Membaca dan mengoreksi cetak coba (pruf)
ada penerbit yg mencantumkan nama penyunting naskah pada halaman hak cipta (copyright), namun ada pula penerbit yg tidak mencantumkannya
5.
EDITOR DAN TUGASNYA• Kata editor bermakna orang yg mengedit naskah tulisan atau karangan yg akan diterbitkan di majalah, surat kabar, dan sebagainya; penyunting.
• Tugas pokok editor al
a. merencanakan naskah yg akan diterbitkan oleh penerbit b. mencari naskah yg akan diterbitkan
c. mempertimbangkan naskah yg masuk ke penerbit d. menyunting naskah dari segi isi/materi
e. memberi petunjuk/arahan pada kopieditor (penyunting bahasa/editor bahasa) yg membantunya mengenai cara penyuntingan naskah
Tugas tambahan seorang editor:
a. Menyetujui naskah untuk dicetak
b. Memberi saran terhadap rancangan kulit depan buku c. Menyetujui rancangan kulit depan (cover depan)
karena salah satu tugasnya mencari naskah, seorang editor mau tidak mau sering ke luar kantor. Jika perlu editorpun bisa melakukan perjalanan ke luar kota maupun ke luar negeri. Nama editor biasanya dicantumkan pada halaman hak cipta buku yg diterbitkan.
6.
ISTILAH-ISTILAH LAIN• Istilah penyunting bahasa lazim dipadankan dengan editor bahasa. Jadi, sama dengan penyunting naskah atau kopieditor.
• Penyunting penyelia berarti orang (pemimpin) yg bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan penyuntingan (KBBI, 2001: 1106). Istilah lainnya adalah editor penyelia. Misal:
Anton M. Moeliono adl penyunting penyelia KBBI (1988).
• Ada penyunting penyelia/editor penyelia yg merupakan karyawan/pegawai penerbit, ada pula yg bukan karyawan penerbit sehingga ada yg dibayar penerbit dan ada yg bayar berdasarkan buku yg diterbitkan.
• Istilah editor buku/penyunting buku mengacu pada orang yg mengumpulkan tulisan/karangan orang lain untuk ditawarkan ke penerbit atau untuk diterbitkan disebut editor buku. Nama editor buku biasanya dicantumkan pada kulit depan buku (cover depan).
• contoh: Acep Zamzam Noor adalah editor buku Muktamar:
Antologi Penyair Jabar (2003)
• editor buku/penyunting buku seperti contoh di atas dapat juga disebut editor antologi atau antology editor.
biasanya, editor buku/penyunting buku berada di luar penerbit, namun dalam kasus tertentu, bisa saja editor sebuah penerbit merangkap sebagai editor buku
BAB III
SYARAT MENJADI PENYUNTING NASKAH 1. Menguasai ejaan
seseorang yg ingin menjadi penyunting pada satu penerbitan perlu menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini.
ia harus paham benar penggunaan huruf kecil dan huruf kapital,pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca.
2. Menguasai tatabahasa
seorang penyunting naskah harus mengerti susunan kalimat bahasa indonesia yg baik, kata-kata yg baku, bentuk-bentuk yg salah kaprah, pilihan kata yg pas dan sebagainya.
3. Bersahabat dengan kamus
seorang penyunting naskah tidak mungkin menguasai semua kata yg ada dalam satu bahasa tertentu.
4. Memiliki kepekaan berbahasa
karena selalu berhubungan dengan ejaan, tatabahasa,
dan kamus, seorang penyunting dituntut memiliki
kepekaan bahasa. Dia harus tahu mana kalimat yg kasar
dan halus, kata yg harus dihindari dan dipakai, dll.
5.
Memiliki pengetahuan luasseorang penyunting harus banyak membaca buku, majalah dan koran serta menyerap informasi melalui media audio- visual. Dengan demikian, si penyunting tidak ketinggalan informasi.
6. Memiliki kesetiaan dan kesabaran
meskipun sudah mengantuk/capek, penyunting naskah dituntut untuk tetap teliti dan sabar dalam menyunting naskah. Kalau tidak, penyunting naskah bisa terjebak pada hal-hal yg merugikan penerbit dikemudian hari. Misalnya ada kalimat yg lolos dan lupa tidak disunting
7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan pornografi
kalau tidak peka, penerbit akan rugi di kemudian hari karena buku yg diterbitkan bisa dilarang beredar oleh yang berwenang atau penerbitnya bisa dituntut ke pengadilan.
8. Memiliki keluwesan (supel)
hal ini karena penyunting naskah sering berhubungan dengan orang lain/penulis yg sering bertanya, memberi saran dan keluhan.
9. Memiliki kemampuan menulis
karena dalam pekerjaannya sehari-hari, seorang penyunting naskah pada suatu saat harus menulis email/surat kepada penulis atau calon penulis naskah, menulis ringkasan isi buku (sinopsis) atau menulis biografi singkat (biodata) penulis.
10.
Menguasai bidang tertentuhal ini karena akan membantu penyunting naskah dalam tugasnya sehari-hari.
11. Menguasai bahasa asing
seorang penyunting naskah akan berhadapan dengan istilah-istilah bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
12. Memahami kode etik penyuntingan naskah
penyunting naskah harus tahu harus tahu mana yg boleh dan mana yg tidak boleh dilakukan dalam penyuntingan naskah. Jika tidak memahami, ada kemungkinan akan salah langkah atau salah sunting yang dapat berakibat buruk di kemudian hari
BAB IV
KODE ETIK PENYUNTINGAN NASKAH
1. Penyunting naskah wajib mencari informasi mengenai penulis naskah sebelum mulai menyunting naskah
tiga cara yang ditempuh yaitu
a. menghubungi penulis secara langsung melalui temu muka, telepon atau surat.
b. melaui editor penerbit bersangkutan yg pernah brhubungan dengan penulis itu.
c. melalui penerbit lain yang pernah menerbitkan karya itu dengan demikian, sedikit-banyak penyunting naskah memproleh kesan/gambaran tertentu mengenai penulis, khususnya mengenai temperamennya (wataknya).
2. Penyunting naskah bukanlah penulis naskah.
memang penyunting naskah membantu penulis/pengarang.
Namun, tanggung jawab isi/materi naskah tetap ada pada penulis, bukan penyunting. Oleh karena itu, penyunting naskah sebaiknya tidak mengambil tanggung jawab penulis.
3. Penyunting naskah wajib menghormati gaya penulis naskah.
hal yang perlu ditonjolkan dalam naskah adl gaya penulis, bukan gaya penyunting. Meskipun penyuntingboleh mengubah naskah di sana-sini (ejaan, misalnya), yang penting ditampilkan tetaplah gaya penulis.
4. Penyunting naskah wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya.
sebelum naskah terbit, yang tahu informasi tentang isi naskah tsb adl penulis dan penyunting. Jika kerahasiaan naskah bocor dan diketahui orang lain, bisa saja orang tersebut akan membuat dan menerbitkan buku dengan tema yg sama.
5.
penyunting naskah wajib mengkonsultasikan hal-hal yg mungkin akan diubahnya dalam naskah.penyunting nsakh tidak boleh merasa sok tahu apa pun alasannya, hal ini akan merugikan penerbit. Mengapa ? Ada kemungkinan penulis menarik kembali naskahnya atau tidak mau lagi menawarkan/menyerahkan naskah ke penerbit bersangkutan.
6. Penyuntiing naskah tidak boleh menghilangkan naskah yg akan, sedang, atau telah disuntingnya.
jika hilang, penulis bisa melaporkan penyunting ke pengadilan. Maka penyunting harus menjaga baik-baik naskah yg menjadi tanggung jawabnya.
MACAM-MACAM PENULIS
Ditilik dari naskah yg masuk ke penerbit, pada dasarnya ada tiga macam penulis yaitu
a. penulis profesional (PP)
biasanya sudah berpengalaman menulis naskah sehingga naskahnya boleh dikatakan matang. Dalam hal ini, penyunting naskah sudah jarang menemui kejanggalan atau kesalahan dalam naskah.
b. penulis semi profesional (PSP)
pengalamannya lebih sedikit dibandingkan dengan PP.
mungkin masih ditemukan kesalahan atau kekurangan dalam naskah sehingga diperlukan upaya penyuntingan guna membenahi naskah. Tingkat kesulitannya boleh dikatakan sedang
c. Penulis amatir (PA)
PA memiliki tingkat kemampuan paling rendah. Ada kemungkinan PA bru pertama kali menulis naskah, jadi ia merupakan penulis pemula. Akibantnya, terlihat banyak kelemahan dan kekurangan naskah.
Tingkat kesulitannya boleh dikatakan berat. Campur
tangan penyunting begitu banyak sehingga naskah
itu boleh dikatakan naskah kerja sama penulis dan
penyunting. Dalam hal ini, nama penyunting layak
dicantumkan pada buku sebagai penulis juga (co-
author)
BAB V
PRA-PENYUNTINGAN NASKAH
1. Kelengkapan naskah, misalnya
halaman judul naskah, halaman prancis, halaman
utama, halaman hak cipta (copyright), halaman
persembahan, daftar isi, daftar tabel, daftar
singkatan, daftar lambang, daftar ilustrasi/gambar,
prakata, kata pengantar, kata pendahuluan, bab-
bab, daftar kata asing, daftar istilah, daftar pustaka,
lampiran, indeks, biodata.
2. ragam naskah a. fiksi X nonfiksi b. populer X ilmiah
c. anak-anak X dewasa d. sekolah X nonsekolah e. jenjang pendidikan
misal: TK, SD, SMP, SMA, PT f. bidang keilmuan
misal: IPA, IPS, bahasa, sastra, matematika, pertanian, kedokteran, kehutanan dll.
3. Daftar isi
dalam memeriksa daftar isi, ada sejumlah pertanyaan yg harus dijawab
a. apakah daftar isi sesuai dengan naskah?
b. bagaimana sistematika atau susunan naskah?
c. apakah penulis menggunakan kata bab atau tidak?
d. apakah sistematika pada daftar isi sesuai dengan sistematika pada naskah ?
4. Subbab dan sub-subbab
penyunting harus memeriksa apakah subbab dan sub-subbab dari bab yg satu sama dengan yg ada pada bab-bab lain, sudah seragam atau belum. Misal
a. angka romawi (I, II, III, dst) b. angka Arab (1, 2, 3 dst)
c. huruf Latin (A, B, C dst)
6.
ilustrasi/tabel/gambarseorang penyunting naskah perlu memeriksa apakah naskah yg akan ditangani memuat tabel, ilustrasi atau gambar.
adakalanya, tabel/ilustrasi/gambar naskah akan disusulkan kemudian.
7. Catatan kaki
naskah buku TK-SMA biasanya tidak mempunyai catatan kaki.
Bahan acuan biasanya ditempatkan pada DP.
dewasa ini muncul kecenderungan di Indonesia, biasanya yg ada catatan kakinya adl buku-buku non-fiksi. Akan tetapi beberapa tahun ini muncul buku-buku fiksi yg memiliki catatan kaki, baik yg ditempatkan sbgai catatan kaki maupun catatan kaki yg ditempatkan di akhir buku. Contoh: novel burung-burung manyar, CK ditempatkan sbgai CK. Pada novel Olenka, CK ditempatkan pada akhir buku.
8.
informasi mengenai penulissebelum menyunting, alangkah baiknya penyunting sudah memperoleh informasi mengenai penulis buku, misalnya pendidikan, latar belakang, watak dsbnya.
dalam berhubungan dengan penerbit, paling sedikit dikenal tiga tipe penulis, yaitu
a. penulis yg gampang
penulis ini tidak rewel. Ia menyerahkan sepenuhnya cara penyuntingan pada penerbit. Ia percaya pada kebijakan penerbit. Bagi penulis ini, yg penting adalah bagaimana baiknya saja.
b.
penulis yg sulitpenulis ini mau menangnya sendiri dan penerbit harus mengikuti kemauannya. Jika menemui penulis seperti ini, penyunting akan berpikir dua kali jika penulis kembali memasukkan naskah kepadanya.
c. penulis yg sulit-sulit gampang
dalam menangani naskah penulis ini, tetap diperlukan kehati-hatian. Jangan sampai penyunting naskah mengubah kata atau kalimat tertentu tanpa berkonsultasi pada penulis.
termasuk pada tipe mana pun seorang penulis naskah, sebaiknya seorang penyunting naskah memelihara hubungan baik dengan penulis. Dalam menangani naskah, penyunting perlu berkonsultasi terus-menerus pada penulis
9. Membaca naskah secara keseluruhan
manfaat pembacaan naskah
a. untuk mengetahui apakah naskah sudah sistematis atau belum.
b. untuk mengetahui sistematika naskah (menggunakan angka romawi, angka Arab atau huruf yg lain)
c. untuk mengetahui apakah ada kata-kata atau istilah-istilah yg asing bagi penyunting naskah. Jika ada, tugas penyunting mencarinya dalam kamus, jika dalam kamus tidak ada ditanyakan kepada penulis.
d. untuk mengetahui apakah istilah-istilah yg digunakan penulis dalam naskah konsisten atau tidak.
e. untuk mengatahui apakah dalam naskah ada hal-hal yg berhubungan dengan SARA atau berhubungan dengan pornografi. Jika ada dikonsultasikan dengan penulis.
BAB VI
PENYUNTINGAN NASKAH
Penyunting naskah ibaratnya adalah seorang koki/tukang masak.
Supaya dapat melaksanakan penyuntingan naskah
dengan baik, seorang penyunting naskah perlu
memeriksa ejaan, tatabahasa, kebenaran fakta,
legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi
penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya
selingkung.
1. Ejaan
lihat buku pedoman ejaan yg disempurnakan.
hal-hal yg diatur misalnya pemakaian huruf, pemenggalan kata-kata, pemakaian huruf kapital, pemakaian huruf miring, pemakaian tanda-tanda baca, penulisan kata, penulisan singkatan dan akronim, penulisan angka dan bilangan, dan penulisan unsur serapan.
2. Tatabahasa
lihat buku pedoman ejaan yg disempurnakan a. bentuk sama, makna beda
menguap= air atau tanda mengantuk mengukur = tanah/jalan, kelapa
mengurus = urus, kurus (menjadi kurus)
b. bentuk mirip, makna beda
bawa atau bahwa, gaji atau gajih,
menjaring atau menyaring, kedelai atau keledai kepala atau kelapa, lajur atau jalur
c. bentuk yg benar & bentuk yg salah benar salah kaprah
andalhandal
anutan panutan
mengkritik mengeritik waswas was-was
memproduksi memroduksi
d. Pilihan kata
segala= film itu untuk segala umur
segenap = segenap lapisan masyarakat ikut…..
seluruh = seluruh ruangan bergema…
semua = semua bertepuk tangan ketika…
adalah = semarang adalah ibu kota provinsi…
ialah = kata kerja ialah
yaitu/yakni= anaknya dua, yaitu tono dan tini
dan lain-lain (dll) (macam-macam)= ibu membeli telur, sayur, mentega, sabun, dan lain-lain.
dan sebagainya (dsb) (satu macam/jenis)= perabot rumah tangga ialah lemari, meja, kursi, dan sebagainya
dan seterusnya (dst) (urutan)= murid-murid mulai mengerjakan soal nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan seterusnya.
jam= penerbangan Jakarta-Denpasar ditempuh lima jam pukul= saya bangun pukul 5.00 –pagi
Pemenggalan Judul
1. KHUSUS 2. KHUSUS
UNTUK UNTUK
DOSEN DAN KARYAWAN DOSEN DAN KARYAWAN
Dari sudut kesejajaran, contoh 1 sudah betul.
Namun, dari segi pemenggalan judul masih salah.
MOHON
DITUTUP KEMBALI
4.
Hak Ciptabeberapa hal yg harus diketahui penerbit sebelum sebuah naskah diterbitkan
a. sebuah naskah yg berbau plagiat sebaiknya tidak diterbitkan.
b. pengalihan penerbitan buku dari penerbit yg satu ke penerbit yg lain hendaknya dibuktikan dengan bukti pengembalian.
c. dalam penerbitan bunga rampai (antologi), editor bunga rampai harus dapat menunjukkan ijin.
d. tiap kutipan teks/gambar dalam naskah yg akan diterbitkan harus ada sumbernya.
e.
pemuatan foto seseorang dalam buku harus seijin pemilik foto atau pemegang hak cipta.f. naskah orang yang sudah meninggal hanya boleh diterbitkan jika
-sudah ada ijin dari ahli waris (kurang dari 50 tahun meninggal)
-pemilik naskah sudah meninggal lebih dari 50 tahun, dalam hal ini tidak diperlukan lagi ijin dari ahli waris.
• UUD RI Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta.
a. pengertian hak cipta, pencipta, ciptaan, pemegang hak cipta= pasal 1 ayat 1-17
b. ciptaan yg dilindungi hak ciptanya= pasal 12 ayat 1.
c. pengutipan ciptaan oleh pihak lain yg tidak dianggap melanggar hak cipta= pasal 14, 15, 18.
d. hak cipta atas potret= pasal 29, 30, 31, 32, 33, 34.
e. pelanggaran terhadap hak cipta= pasal 27
NOMOR BAKU BAKU INTERNATIONAL (ISBN)
ISSN= International standard serial number (majalah, jurnal ilmiah walaupun terbitnya berkala)
ISBN= International standard book number - Satu judul buku satu ISBN,
- Judul sama, edisi dan sampul berbeda maka ISBN juga berbeda (satu judul buku bisa mempunyai dua ISBN)
misal
And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety
karya Annemarie Schimmel mempunyai dua nomor ISBN, yaitu
-untuk buku bersampul tegar hardback/hardcover
0-8078-1639-6 sedangkan untuk buku yg bersampul lembek ISBN-nya 0-8078-4128-5
Mula-mula buku itu terbit dengan sampul tegar dengan urutan terbit 1.639, sedangkan yg bersampul lembek terbit pada urutan ke 4.128. pada selang masa diantaranya terbit sekitar 2.489 buku lain oleh penerbit yg sama
buku yg berjudul sama tetapi edisinya berbeda juga akan mempunyai ISBN yg berbeda pula. Misal
Probability and Statistic for Engineers and Scientist pada edisi kedua tahun 1978, ISBN-nya adalah
0-02-424110-5, sedangkan pada edisi ketiga, tahun 1989 ISBN-nya adalah 0-02-424210-01
dengan demikian buku itu pada edisi kedua merupakan urutan terbit ke 424.110, sedangkan pada edisi ketiga pada urutan ke 424.210. antara tahun 1978 dan 1989, penerbit telah menerbitkan seratus judul buku lain
pelopor adanya ISBN adl penerbit dan toko besar WH Smith yg memulai rasionalisasi pemberian nomor buku, yakni dengan memperkenalkan Standard Book Number (SBN) yg merupakan cikal bakal ISBN.
pada umumnya, negara-negara barat seperti Inggris, Amerika, Jerman, Prancis, Belanda telah masuk dalam sistem ISBN. Begitu pula beberapa nama di amerika latin dan afrika.
tetapi di Indonesia, sistem penomoran diawali dengan temu ilmiah ISBN dan CIP (Cataloguing in Publication) atau katalog dalam terbitan (KDT) yg diprakarsai oleh perpustakaan nasional pada 12-13 Desember 1984.
untuk memperoleh petunjuk dan alokasi nomor untuk Indonesia, perpustakaan nasional menghubungi lembaga pusat ISBN di Berlin. Hasilnya, lembaga tersebut menyetujui perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai badan nasional ISBN di Indonesia dan memperoleh nomor pengenal kelompok (group identifier number) 979