• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DA’I DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN TRIMURJO KABUPATEN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN DA’I DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN TRIMURJO KABUPATEN "

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh Ayu Anggraini NPM 1503060069

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Ushuludin, Adab dan Dakwah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO

1441H / 2020M

(2)

PERAN DA’I DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN TRIMURJO KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana komunikasi penyiaran islam

Oleh Ayu Anggraini NPM 1503060069

Pembimbing I : Dra. Khotijah, M.Pd Pembimbing II : Dra. Yerni, M.Pd

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Ushuludin, Adab dan Dakwah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO

1441 H / 2020 M

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

PERAN DA’I DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN TRIMURJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

AYU ANGGRAINI

Skripsi ini membahas tentang Peran Da‟i dalam Meminimalisir Pernikahan Dini yang terjadi di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Peran Da‟i dalam Meminimalisir Pernikahan Dini yang terjadi di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Cara Da‟i dalam Memininalisir Pernikahan Dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Fokus penelitian ini dilakukan di Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan pendekatan ilmu dakwah. Adapun sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik penjamin keabsahan data yaitu menggunakan teknik trianggulasi data. Teknik analisa data yaitu dilakukan dengan tiga tahapapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data dan mengambil kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa yang menyebabkan pernikahan dini adalah faktor dari pergaulan bebas, faktor orang tua (perjodohan), faktor ekonomi dan pendidikan. Adapun langkah-langkah da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini dilakukan dengan menggunakan peran da‟i qudwah hasanah, dan peran da‟i sebagai konselor yang efektik digunakan dalam meminimalisir pernikahan dini, dengan bentuk pengaplikasian melalui ceramah

(7)

ORISINALITAS PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Ayu Anggraini

NPM : 1503060069

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Ushuluddin, Adab Dan Dakwah

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Metro, 31 Oktober 2019

Ayu Anggraini 1503060069

(8)

MOTTO

لىقي مهسو هيهع الله ىهص الله لىسر تعمس لاق: سوأ هع ْمُهَباَدآ اْىُىِس ْحَأَو ْمُكَدَلاْوَأ ا ْىُمِزْكَأ

“Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah saw. bersabda: muliakanlah anak- anakmu dan baguskanlah pendidikannya”

(H.R.At-thabrani dan khatib)

َهيِزِباَّصنا َعَم َ َّالله َّنِإ ۚ ِة َلََّصناَو ِزْبَّصناِب اىُىيِعَتْسا اىُىَمآ َهيِذَّنا اَهُّيَأ اَي

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Q.S Al-Baqarah: 153)

(9)

PERSEMBAHAN

Tiada kata yang pantas diucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan ilmu kepada peneliti, peneliti mempersembahkan skripsi ini sebagai ucapan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, yaitu Ayahanda M. Gufronuddin dan Ibunda Siti Rumiati yang senantiasa mengasuh dan mendidik dengan penuh kasih sayang serta selalu berdo‟a untuk keberhasilan putrinya.

2. Adik-adik ku tercinta yang selalu mendoakanku.

3. Dra. Yerni, M.Pd dan Dra. Khotijah, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan serta arahan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kerabat terbaik Rendy Febryanto dan teman-teman KPM squad Diyah Ayu Munthofiqoh, Nurul Fadilah dan Risqi Annisa, yang selalu memberi semangat dan mendoakan peneliti.

5. Teman-teman mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2015 Institut Agama Islam Negeri Metro dan orang-orang yang saya sayangi.

6. Almamater Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

(10)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhmduliah penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program strata satu (S1) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Metro, guna memperoleh gelar sarjana S.Sos.

Dalam upaya penyelesaian Skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr.Hj Enizar, M.Ag, Rektor IAIN Metro, Dr. Suhairi, M.H Wakil Rektor I IAIN Metro, Mukhtar Hadi, M.Si, Wakil Rektor II IAIN Metro, Dr. Ida Umami, M.Pd Kons, Wakil Rektor III IAIN Metro, Dr. Mat Jalil, M.Hum, Dekan Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah, Hemlan Elhany, S.Ag, M.Ag, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah, Dr. Wahyudin, S.Ag, M.A, M.Phil Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah, Nurkholis, M.Pd, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Dra. Khotijah, M.Pd, Dosen Pembimbing I, dan Dra. Yerni, M.Pd, Dosen Pembimbing II, yang telah memberi bimbingan penulisan skripsi yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi.

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembang ilmu pengetahuan Agama Islam.

Metro, 14 September 2019 Penulis

Ayu Anggraini 1503060069

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HAKAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Fokus Penelitian ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ... 4

F. Penelitian Relevan ... 5

(12)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Peran Da‟i... 7

1. Pengertian Peran Da‟i ... 7

2. Tugas dan Fungsi Da‟i ... 10

3. Sifat-Sifat Da‟i ... 11

4. Kompetensi Da‟i ... 13

5. Peran Da‟i dalam Dakwah ... 14

B. Pernikahan Dini ... 17

1. Pengertian Pernikahan Dini ... 17

2.

Penyebab Pernikahan Dini ... 20

3.

Dampak Pernikahan Dini ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 24

B. Sumber Data ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 25

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Trimurjo ... 32

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah ... 40

(13)

C. Peran Da‟i dalam Meminimalisir Pernikahan Dini

di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah ... 47 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 55 B. Saran ... 55 Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Denah Lokasi Kecamatan Trimurjo ... 34

Tabel 2. Struktur Organisasi Kecamatan Trimurjo ... 35

Tabel 3. Banyaknya Agama di Kecamatan Trimurjo... 37

Tabel 4. Sarana Umum di Kecamatan Trimurjo ... 38

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan (SK) Bimbingan 2. Surat Izin Research dari IAIN METRO 3. Surat Tugas dari IAIN METRO

4. Surat Balasan dari Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah 5. Surat Keterangan Bebas Pustaka

6. Alat Pengumpul Data 7. Out line

8. Jadwal Waktu Kegiatan Penelitian 9. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi 10. Foto Kegiatan Wawancara dan Dokumentasi 11. Daftar Nama Narasumber

12. Daftar Tabel

13. Daftar Riwayat Hidup

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Allah memberikan akal kepada manusia untuk berfikir agar tidak menjadi seperti makhluk lain yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan lawan jenis tanpa suatu aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat manusia, maka Allah menciptakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga antara laki- laki dan perempuan diatur secara terhormat dan saling meridhai, dengan ucapan ijab qobul sebagai tanda saling rida-meridhai.

Allah juga menciptakan manusia saling berpasang-pasangan melalui jenjang perkawinan yang ketentuannya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan yang disebut hukum perkawinan. Seperti yang dijelaskan pada firman Allah SWT surat Az-Zariyat ayat 49 :

َنوُزَّكَذَت ْمُكَّهَعَن ِهْيَجْوَس اَىْقَهَخ ٍءْيَش ِّمُك ْهِمَو

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”1

Undang-undang No. 1 tahun 1974 tenteng perkawinan, pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

1 Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Mushaf AIN Syams, 2014), hlm. 522

(17)

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berkaitan dengan itu maka, Undang- undang menentukan batas umur untuk kawin baik pria maupun wanita sebagaimana yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun.”1

Pernikahan menurut Islam adalah nikah yang sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT, lengkap dengan syarat dan rukunnya, tidak ada suatu hal yang menghalangi keabsahannya, tidak ada unsur penipuan dan kecurangan dari kedua belah pihak, serta niat dan maksud dari kedua mempelai sejalan dengan tuntunan syariat islam.

Pernikahan dini dikalangan remaja kini tidak hanya terjadi di pedesaan saja, melainkan di kota-kota besar juga demikian. Fenomena ini sudah menjadi metode dan trend dikalangan remaja dengan banyak motifnya. Jika zaman dahulu orang tua ingin menikahkan anaknya pada usia muda, maka kini tidak sedikit remaja yang ingin menikah muda.

Sebagian kalangan remaja berpendapat bahwa pernikahan dini dianggap sebagai jalan keluar untuk menghindari dosa, seperti seks bebas. Ada juga yang melakukannya karena terpaksa dan karena hamil di luar nikah. Fenomena tersebut cukup sering di dengar masyarakat Trimurjo. Perkawinan pada usia muda bisanya belum ada kesiapan mental maupun fisik pada diri mempelai, sehingga dapat

1 Mardani, Kumpulan Peraturan Tentang Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 70.

(18)

menimbulkan masalah di belakang hari bahkan tidak sedikit yang berujung pada perceraian.

Salah satu asas perkawinan adalah calon suami dan istri telah masak jiwa raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian, disamping dapat memperoleh keturunan yang baik dan sehat jasmani rohani. Pada dasarnya kematangan jiwa sangat besar artinya untuk memasuki gerbang rumah tangga. Perkawinan pada usia muda seseorang belum siap mental maupun fisik, sering menimbulkan masalah di kemudian hari, bahkan tidak sedikit pada perceraian.

Trimurjo adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Mayoritas penduduk Trimurjo berpendidikan rendah. Remaja Trimurjo banyak melakukan pernikahan dini. Hasil wawancara dengan petugas KUA (kantor urusan agama). Desa Trimurjo pada tahun 2017 tercatat 10 anak yang melkukan dispensasi nikah sedangkan pada tahun 2018 ada 8 anak yang melakukan dispensasi nikah, dan pada tahun 2019 ada 5 anak yang melakukan dispensasi nikah. Angka tersebut dari tahun ke tahun menurut petugas KUA Trimurjo semakin mengalami penurunan. 2

Dari pengamatan tersebut yang menarik perhatian penyusun disini bukan hanya sekedar pada terjadinya pernikahan di bawah umur melainkan bagaimana peran da‟i dalam meminimalisir atau bahkan menghilangkan pernikahan dini yang diketahui dari tahun-ketahun angkanya semakin berkurang.

2 Wawancara dengan Rani, petugas KUA Kecamatan Trimurjo pada tanggal 14-01-2019 di Trimurjo, pukul 10:45 WIB.

(19)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membuat skripsi yang berjudul “Peran Da‟i dalam Meminimalisir Pernikahan Dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini yaitu, di Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2019.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Bagaimana cara da‟i dalam memininalisir pernikahan dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui cara da‟i dalam memininalisir pernikahan dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Bagi penulis, memberikan pengetahuan tentang peran da‟i dalam memininalisir pernikahan dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah

Bagi mahasiswa, memberikan wawasan yang luas terutama kepada mahasiswa IAIN Metro khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(20)

b. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini penulis berharap bagi para da‟i, memberikan wawasan dalam memininalisir pernikahan dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

E. Penelitian Relevan

Penelitian relevan berisi tentang uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji.3 Bagian ini memuat daftar hasil penelitian mahasiswa yang telah melakukan penelitian sebelumnya, kemudian membandingkan penelitian yang akan penulis lakukan sudah diteliti sebelumnya atau belum.

Pertama, skripsi dengan judul “Upaya Pemerintah dalam Meminimalisir Angka Nikah Dini Perspektif Hukum Islam (Studi di Desa Krambilsawit Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013-2014)”, yang ditulis oleh Mohammad Badrun Zaman.4 Skripsi ini menjelaskan tentang upaya yang dilakukan pemerintah Desa Krambilsawit untukmenekan bahkan menghilangkan pernikahan dini. Upaya yang dilakukan di antaranya adalah dengan mendatangkan tokoh religius atau kyai-kyai baik itu dari desa tersebut ataupun dari luar. Selain berbeda subyek penelitiannya, perbedaan juga terletak pada teori yang digunakan karena penyusun menggunakan teori sosiologi hukum Islam.

3Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet.1, hlm.39 .

4 Mohammad badrun Zaman, “Upaya Pemerintah dalam Meminimalisir Angka Nikah Dini Perspektif Hukum Islam (Studi di Desa Krambilsawit Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013-2014)”, Skripsi tidak diterbitkan Fakultas Syari‟ah dan hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015.

(21)

Kedua, skripsi yang berjudul “Dampak Sosial Pernikahan Dini di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”. Skripsi ini di tulis oleh Nurul Izzah menjelaskan tentang faktor- faktor apa yang menyebabkan pernikahan usia dini, dan dampak sosial yang terjadi akibat pernikahan usia dini.5

Ketiga, skripsi yang berjudul “Metode Terapi Agama Bagi Pasangan Pernikahan Usia Dini di Desa Bontosunggu Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Skripsi yang di tulis Nur Rakhmi Said ini menjelaskan tentang dampak pernikahan usia dini terhadap rumah tangga pasangan itu sendiri dan anaknya. Dan metode terapi agama yang tepat diberikan kepada pasangan pernikahan sesuai kondisinya.6

5 Nurul Izzah. “Dampak Sosial Pernikahan Dini di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016

6 Nur Rakhmi Said. “Metode Terapi Agama Bagi Pasangan Pernikahan Usia Dini di Desa Bontosunggu Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Da’i

1. Pengertian Peran Da’i

Kedudukan dan peran saling keterkaitan, karena kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.Posisi peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai sesuatu proses seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.

Peran tersebut meliputi tiga hal yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.7

Peran tersebut merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Peran adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu, sedangkan peranan merupakan aspek dinamis kedudukan, yaitu seseorang dikatakan berperan apabila sudah menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.

7 Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 213.

(23)

Berikut ini adalah jenis-jenis peran :

1) Peran yang melekat dalam diri seseorang.

2) Peran dalam pergaulan kemasyarakatan.

3) Peran yang harus dianjurkan dan tidak dianjurkan.8

Berdasarkan ketiga jenis peran tersebut dapat dipahami bahwa peran adalah suatu perilaku yang dilakukan dan bersifat melekat dalam diri seseorang. Perilaku tersebut kaitannya dengan hubungan interaksi di dalam masyarakat.

Kata da‟i berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang mengajak.

Istilah ilmu komunikasi disebut sebagai komunikator. Diindonesia, da‟i juga dikenal dengan sebutan lain seperti mubaligh, ustadz, kiyai dll. Hal ini didasarkan atas tugas eksistensinya sama seperti da‟i. Dalam pengertian yang khusus da‟i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan kata kata, perbuatan atau tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al- Qur‟an dan Sunnah.9 Dalam pengertian khusus tersebut da‟i identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.

Da‟i menunjuk pada pelaku dan penggerak (aktivis) kegiatan dakwah yaitu orang yang berusaha untuk mewujudkan Islam dalam semua segi kehidupan baik pada tataran individu, masyarakat, umat, dan bangsa.10 Sebagai pelaku dan penggerak dakwah, da‟i memiliki kedudukan penting,

8 Ibid,.

9 Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah , (Jakarta: Amzah, 2009), cet.1 hlm. 68

10 Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet.1, hlm. 73

(24)

bahkan sangat penting karena dapat menjadi penentu keberhasilan dan kesuksesan dakwah.

Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaklah memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da‟i. Seorang da‟i adalah figur yang dicontoh dalam segala tingkah laku dan geraknya. Seorang da‟i hendaklah menjadi uswatun hasanah bagi masyarakatnya.

Kedudukan seorang da‟i sangat penting ditengah masyarakat, karena harus mampu menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara dirinya dan masyarakat. Da‟i harus mampu bertindak dan bertingkah laku yang semestinya dilakukan oleh seorang pemimpin. Da‟i harus mampu berbicara dengan masyarakatnya dengan bahasa yang dimengerti. Oleh karena itu, seorang da‟i harus mengetahui dengan pasti tentang latar belakang dan kondisi masyarakat yang dihadapinya.11

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa da‟i adalah seorang komunikator yang sifatnya mengajak dan menyeru manusia kejalan yang benar baik secara langsung maupun tidak langsung. Da‟i berperan sangat penting karena dan harus memiliki kepribadian yang baik, sehingga dapat memberi contoh kepada masyarakat dan menjadikan tolak ukur oleh masyarakatnya.

11 Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah., hlm.69

(25)

2. Tugas dan Fungsi Da’i

Tugas adalah suruhan atau perintah untuk melakukan sesuatu. Tugas pokok da‟i adalah meneruskan tugas Nabi Muhammad SAW, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah Swt seperti yang ada dalam Alquran dan Sunnah Rasulullah. Intinya tugas da‟i adalah merealisasikan ajaran-ajaran dalam Alquran serta sunnah Rasulullah di tengah masyarakat sehingga dijadikan pedoman dalam kehidupannya.12

Syahadah yang menjadi tugas da‟i ada dua macam yaitu, syahadah qouliyah dan amaliyah. Syahadah quliyah terekspresikan dalam karya para penulis dan penceramah dengan menjelaskan kebenaran dan menggunakan semua sarana dalam rangka menanamkannya secara mantab di hati. Syahadah amaliyah adalah mewujudkan kesaksian dalam bentuk perbuatan di dunia dan di jadikan sebagai pedoman dasar.13

Berdasarkan dua konsep tersebut, tugas da‟i tersebut berat karena harus mampu menerjemahkan isi Alquran dan sunnah Rasul kepada masyarakat sehingga dapat dipahami. Tujuannya adalah untuk menjelaskan kebenaran serta menjadikan pedoaman dasar kehidupan.

Firman Allah surat An-Nahl (16) ayat 97 menjelaskan tentang akan adanya hamparan kemulian yang penuh rahmat dari sang Maha Pencipta bagi da‟i yang telah melakukan tugasnya.

Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan

12 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 70.

13 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, hlm. 98.

(26)

kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.14

Tugas yang dimaksudkan tersebut adalah bagian dari menjalankan fungsi karena keberadaan da‟i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da‟i tersebut yaitu:

a. Meluruskan akidah.

Manusia tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan, tidak terkecuali dalam bidang pemahaman akidah. Keberadaan da‟i dalam permasalahan ini berfungsi meluruskan kembali manusia yang melakukan praktik syirik atau yang mendekatinya, agar lurus dan kembali ke jalan Allah Swt.

b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.

Pelaksanaan ibadah dari umat muslim yang belum benar, sebab itu da‟i berfungsi sebagai memotivasi umat untuk bisa beribadah yang benar sehingga muncul kesadaran agar selalu belajar sekaligus mengamalkannya.

c. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Da‟i selalu mengingatkan berbuat baik dan meninggalkan yang tidak baik serta membina tali persaudaraan.

d. Menolak kebudayaan yang destruktif.

Seorang da‟i harus pandai dalam menganalisa dan memberikan alternatif pemecahannya agar masyarakat tidak lagi dibingungkan dengan adanya perubahan-perubahan.15

Berdasarkan keempat fungsi tersebut, Islam tidak anti terhadap hal- hal yang baru. Islam mendorong pemeluknya untuk selalu modern serta tetap menanamkan sikap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur dan diridhai Allah Swt. Modernisasi Islam adalah ijtihad yang dilakukan oleh para ahli agama.

3. Sifat-sifat Da’i

Keberadaan da‟i di tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena da‟i adalah agen of change (seorang pembawa perubahan) yang berarti

14 Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Pentafsir Al-Quran , Edisi Revisi, diterjemahkan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama RI, Al-Jumanatul Ali Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2004), hlm. 279.

15 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 71-76.

(27)

seorang da‟i harus inovatif, kreatif dan dinamis. Ia harus selalu mencari ide- ide baru dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju. Da‟i juga sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, bijaksana, dan tegas dalam memutuskan sesuatu.

Sifat-sifat seorang da‟i adalah sebagai berikut:

a. Da‟i harus beriman kepada Allah Swt.

b. Da‟i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah, dan tidak mengedepankan kepentingan pribadi.

c. Da‟i harus ramah dan penuh pengertian.

d. Da‟i harus tawadhu atau rendah hati.

e. Da‟i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya.

f. Da‟i harus tidak memiliki sifat egoisme.

g. Da‟i harus memiliki sifat yang tinggi dalam tugasnya.

h. Da‟i harus sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugasnya.

i. Da‟i harus memiliki jiwa toleran yang tinggi.

j. Da‟i harus memiliki sifat yang terbuka atau demokrasis.

k. Da‟i tidak memiliki penyakit hati dan dengki.16

Teori lain menjelaskan, sifat-sifat yang harus dimiliki seorang da‟i adalah beriman, bertaqwa, ikhlas, tawadhu, amanah, sabar dan tabah, tawakal, rahmah (kasih saying), jujur, uswah dan qudwah hasanah, cerdas dan bersih, serta tidak memelihara penyakit hati.17

Berdasarkan dua uraian diatas, da‟i adalah suri teladan bagi masyarakat atau objek dakwah, layaknya Rasulullah Saw. Figur seorang da‟i adalah contoh dan panutan dalam segala aspek kehidupan manusia muslim.

Sifat-sifat yang dimiliki seorang da‟i tersebut akan mempermudahnya dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah, serta meningkatkan kredibilitas.

16 Ibid.,hlm. 77.

17 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, hlm. 137- 202.

(28)

Kredibilitas da‟i tumbuh dengan upaya dan kesungguhan da‟i dalam membentuk dirinya, kemudian di bina serta di pupuk.

4. Kompetensi Da’i

Seorang da‟i tidak hanya melakukan dakwah melalui sebuah mimbar, karena da‟i dijadikan sebagai panutan bagi mad'u. Akhlak, moral maupun etikanya merupakan bagian dari dakwahnya. Seorang da‟i akan berhasil dalam melaksanakan tugas dakwah, jika dibekali kemampuan- kemampuan terkait dengan tugasnya. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang da‟i antara lain:

a. Kemampuan berkomunikasi.

Kemampaun tersebut meliputi kemampuan membaca dan memahami seluk-beluk komunikannya sehingga dapat dirancang metode yang akan dipakai.

b. Kemampuan penguasaan diri.

Da‟i harus mampu menguasaan diri, jangan sampai mengesankan sifat sombong, angkuh, dan kaku yang menyebabkan keranggangan.

c. Kemampuan pengetahuan psikologi.

Pengetahuan ini dipahami untuk membuat da‟i lebih bijaksana dan tidak putus asa karena setiap orang (komunikan) mempunyai sikap dan kepribadian yang beragam.

d. Kemampuan pengetahuan kependidikan.

Kemampuan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

e. Kemampaun pengetahuan dibidang pengetahuan umum.

Keanekaragaman pengetahuan dan perkembangnya di dalam masyarakat yang cepat, maka seorang da‟i harus mampu mengimbanginya dengan selalu up to date (terkini) agar tidak disepelekan.

f. Kemampaun dibidang Alquran.

g. Kemampuan pengetahuan dibidang ilmu hadis.

h. Kemampuan dibidang ilmu agama secara integral.18

18 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 78-86.

(29)

Semua kemampuan yang ada pada diri pemeluk agama Islam akan mendekatkannya kepada sang pencipta. Kedekatan pemeluk agama Islam dengan Tuhan sesuai dengan kualitas-kualitas ketaqwaan yang dimiliki.

Seorang da‟i dalam menjalankan dakwah harus memiliki kebulatan tekad untuk menjalaninya, karena akan bertemu dengan situasi dan kondisi berbeda pada setiap dakwahnya. Kemampuan-kemampuan tersebut juga akan mempermudah da‟i menyelesaikan tugasnya.

5. Peran Da’i dalam Dakwah

Setiap orang memiliki macam-macam peran yang berasal dari pola- pola pergaulan kehidupannya, hal tersebut memiliki arti bahwa peran menentukan perbuatan serta kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi kemasyarakatan. Suatu peran yang dijalankan seorang da‟i dalam masyarakat harus menggunakan cara-cara yang sesuai, agar dapat diterima dakwahnya.

Dakwah dari segi bahasa “da‟wah” berarti panggilan, seruan atau ajakan. Orang yang melakukan dakwah disebut da‟i sedangkan orang yang menerima dakwah disebut dengan mad‟u.19

Berdasarkan pengertian tersebut, dakwah adalah panggilan dari Allah Swt. dan Rasulullah Saw. untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dapat dipercaya dalam segala segi kehidupan.

19 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta :Rajawali Pers, 2011), hlm. 1.

(30)

Peran-peran da‟i tersebut yakni:

a. Keteladanan yang baik (Qudwah Hasanah)

Peran pertama yang harus dimainkan oleh da‟i adalah memberikan keteladanan yang baik, karena dengan pekerjaan dan komitmen sikap yang baik akan membuat seseorang dimuliakan dan diterima dalam masyarakat.

b. Kecemerlangan ilmiah (Al-Ibhar Al-Ilmy)

Peran kedua adalah memiliki daya tarik yang terletak pada keunggulan yang dimiliki dalam bidangnya.

c. Memiliki kesabaran (Ash-Shabru)

Da‟i berperan dalam memecahkan permasalahan dengan kepala dingin atau kestabilan emosional.

d. Aktif dalam berbagai bidang kegiatan

Seorang da‟i berperan aktif dalam berbagai bidang kegiatan di lingkungannya.

e. Kajian kekinian Islam

Da‟i juga berperan dalam menjaga kesatuan sesama umat muslim.

f. Menampilkan kepemimpinan yang islami.

Seorang da‟i berperan dalam membina anak muda dengan ilmu, iman, dan semangat.20

Peran da‟i di zaman sekarang, realitanya bukan hanya sebagai penyampai pesan wahyu akan tetapi sudah bertransformasi. Da‟i zaman dulu sering diidentikkan dengan seorang ustaz yang selalu berbaju koko, melilitkan sorban di lehernya, memakai peci dan membawa tasbih dimanapun ia berada, kini perkembangan kebudayaan dan peradaban masyarakat membuat dakwah harus menghadapi perubahan baru. Gambaran tentang pengembangan peran da‟i yang dapat dilihat melalui beberapa hal, sebagai berikut:

20 Taufik Al-Wa‟iy, Dakwah Kejalan Allah, (Jakarta: Robbani Perss, 2011), cet.1, hlm.

610-617.

(31)

1) Da‟i sebagai komunikator.

Peradaban masa kini adalah peradaban masyarakat informasi, dimana informasi menjadi salah satu barang primer bahkan menjadi sumber kekuasaan karena dengan informasi dapat dibentuk untuk mempengaruhi serta mengendalikan orang lain.

seorang da‟i dituntut menjadi komunikator yang baik dan tidak gagap teknologi.

2) Da‟i sebagai konselor.

Konselor diasumsikan sebagai pribadi yang membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu. Da‟i sebagai konslor harus mampu berperan mendampingi dan membina masyarakat, muallaf, organisasi sosial keagamaan, dan anak muda.

3) Da‟i sebagai problem solver.

Da‟i masa kini bukan hanya dibutuhkan sebagai penyampai ajaran Islam, namun juga sebagai pemecah maslah yang timbul dari proses penginterprestasian dan pelaksanaan ajaran agama.

da‟i harus siap menerima pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan penyelesaian masalah atau memberikan solusi.

Transformasi peran da‟i tersebut hanya bagian dari konsep dakwah agar mudah diterima dalam masyarakat. Transformasi peran da‟i bukan berarti merubah ajaran Islam yang sesungguhnya. Dalam penelitian yang akan dilakukan, penulis akan meneliti tentang peran da‟i sebagai komunikator, konselor, manajer, problem solver, dan enterpreneurship.

Pintu gerbang menuju dakwah yang profesional salah satunya adalah terletak pada kualitas da‟i. Peran da‟i dalam kegiatan dakwah bukan hanya sebagai pemberi keilmuan, melainkan juga sebagai motivator dan teladan umat.

(32)

B. Pernikahan Dini

1. Pengertian Pernikahan Dini

Meminimalisir menurut KBBI artinya memperkecil atau menjadi lebih kecil. Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis;

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.21 Perkawinan disebut juga pernikahan yang berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi).22 Kata “nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah.23

Akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing. Dari pengertian ini perkawinan mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan perkawinan ialah saling mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong.

Dalam kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut. Pasal 2:

perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat

21 Dep Dikpud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), cet. ke-3, edisi kedua, hlm.456

22 Lihat Muhammad bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul al-Salam, (Bandung: Dahlan,t.t.), jilid 3, hlm 109. Lihat pula Al-Syarif Ali bin Muhammad Al-Jurjaniy, Kitab Al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1998), cet. ke-3, hlm 246

23 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), cet ke- 3, hlm 29

(33)

kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pasal 3: perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.24

Pernikahan atau perkawinan dini menurut istilah dapat diartikan sebagai bentuk perkawinan yang salah satu dari pelakunya ataupun dari kedua pelakunya masih muda. Pengertian pernikahan dini secara umum yaitu merupakan institusi agung yang mengikat dua insan jenis yang masih remaja dalam suatu ikatan keluarga.

Pengertian pernikahan dini tentunya tidak sebatas pengertian secara umum saja, juga ada pengertian lain, pengertian pernikahan dini diantaranya:

Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi alternatif. Artinya pernikahan dini dilakukan sebagai solusi untuk menghindari penyimpangan penyimpangan dikalangan remaja.

Pernikahan dini adalah pernikahan dibawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan (Nukman 2009). Adapun pengertian pernikahan dini bila ditinjau dari beberapa sudut pandang sebagai berikut:

Bila ditinjau dari segi Undang-Undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat (2) yang dimaksudkan perkawinan usia muda adalah perkawinan yang para pihaknya masih sangat muda dan belum bisa memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan melakukan

24 H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademik Pressindo, 1995), cet. ke-2, hlm 114

(34)

perkawinan. Pernikahan dini adalah perkawinan yang dilakukan anak perempuan di bawah usia 16 tahun dan anak laki-laki di bawah usia 19 tahun.25

Sedangkan Undang-Undang perlindungan anak tidak menyebutkan secara khusus makna dari pernikahan dini. Akan tetapi, UU No 23 tahun 2002 pasal 26 menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak.

b. Menumbuh-kembangkan anak sesuai kemampuan, bakat dan minatnya, dan

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.26

Pernikahan dini dalam Islam pada dasarnya tidak mengatur secara mutlak tentang batas umur perkawianan. Tidak adanya ketentuan Agama tentang batas minimal dan maksimal untuk melangsungkan perkawinan diasumsikan memberi kelonggaran bagi manusia untuk mengaturnya. Tetapi, secara umum menyatakan bahwa harus mencapai baligh atau karena seorang anak telah mencapai umur 15 tahun. Al-Quran mengisyaratkan bahwa orang yang melangsungkan perkawinan haruslah orang yang siap dan mampu.

Firman Allah SWT dalam QS Az-Zariyat ayat 49, sebagai berikut:

َنوُزَّكَذَت ْمُكَّهَعَن ِهْيَجْوَس اَىْقَهَخ ٍءْيَش ِّمُك ْهِمَو

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”27

25 Bethsaida Janiwarty, Herri Zan Pieter, Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori

Terapannya (Medan: Rapha Publishing, 2012), hlm.203-204

26 Lihat, Undang-Undang Perlindungan Anak: Undang-Undang Republik Indonesia No.

23Tahun 2002 (Cet. 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 10

(35)

Secara tidak langsung Al-quran mengakui bahwa kedewasaan sangat penting dalam perkawinan. Usia dewasa dalam fiqih ditentukan dengan tanda-tanda baligh secara umum antara lain: sempurnanya umur 15 (lima belas) tahun bagi pria, ikhtilam bagi pria dan haid bagi wanita minimal pada umur 9 (sembilan) tahun. Sehingga kedewasaan seseorang dalam Islam sering diidentikkan dengan baligh.

2. Penyebab Pernikahan Dini

Secara umum sebagian masyarakat yang melangsungkan pernikahan pada usia muda di pengaruhi oleh beberapa faktor.

a. Sikap alamiah orang tua yang ingin segera mempunyai menantu atau ingin segera punya cucu,

b. Tingkat pendidikan yangrendah dari orang tua dan si anak yang ingin di nikahkan,

c. Kemiskinan dan tekanan ekonomi yang mendorong harus segera melepaskan anak perempuan dari tanggungan atau perlu menantu untuk tenaga kerja, atau ingin mengamankan warisan di lingkungan keluarga, d. Masih adanya sifat kekolotan yang tidak mau menyimpang dari

ketentuan ada

e. Pemahaman ajaran agama yang kurang mendalam, terutama tentang perkawinan,

f. Rasa susila, yang secara berlebihan menghawatirkan anaknya terjerumus kedalam pergaulan yang melampaui batas,

g. Tidak memahami dampak buruk pekawinan pada usia dini, baik bagi pelakunya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.28

Beberapa alasan terjadinya pernikahan dini, antara lain:

a. Sosial Budaya

Tradisi menikah pada usia dini masih banyak ditemukan sampai sekarang, ini terutama terjadi di desa karena mereka lebih cenderung untuk terus melestarikan budaya. Selain itu dalam pandangan sosial, semakin cepat ada anak yang dinikahkan maka itu sebuah indikator

27 Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Mushaf AIN Syams, 2014, hlm. 522

28 Ibid., 70

(36)

keluarga tersebut merupakan keluarga yang telah memiliki kemampuan terutama dalam hal ekonomi (untuk pihak yang melakukan pelamaran).

b. Faktor Ekonomi

Keterbatasan orang tua dalam membiayai perekonomian keluarga juga menjadi penyebabnya, orang tua yang menganggap dirinya sudah tidak dapat lagi membiayai anaknya karena bertumpuknya beban lain yang harus dipikulnya cenderung untuk segera menikahkan anaknya.

Langkah ini diambil dengan alsan setidakya dapat meringankan beban perekonomian keluarga karena anak yang telah menikah tersebut akan menjadi tanggung jawab dari suaminya.

c. Pendidikan Islam

Keterbatasan pendidikan yang di dapatkan di bangku pendidikan juga merupakan salah satu faktor terjadinya pernikahan usia dini. Kurangnya pengetahuan tentang dampak dari pernikahan usia dini menjadikan kurang di pertimbangkannya untuk segera malaksanakan pernikahan walaupun di usia yang masih dini. Pendidikan agama Islam yang didapatkan anak di bangku sekolah juga masih kurang dalam menanamkan nilai-nilai moral dan tatakrama bagi kehidupan sehari-hari remaja.

d. Kemajuan Teknologi

Teknologi yang semakin modern membuat komunikasi bagaikan tanpa batas. Melalui jarak jauh pun sudah bisa di peroleh informasi baik dalam bentuk bacaan, suara, gambar, dan video.29

3. Dampak Pernikahan Dini

Pernikahan di usia dini tentu saja memiliki dampak, baik dampak negatif maupun dampak positif, berikut dampak dari pernikahan usia dini.

Ketika seseorang belum siap menghadapi tanggung jawab yang harus diembang seperti kebanyakan orang dewasa secara langsung memberikan efek negatif dari pernikahan dini, diantaranya kurangnya persiapan masing- masing pasangan dalam menghadapi masalah ekonomi, tanggung jawab, kematangan fisik, psikis dan sosial. Biasanya mereka sulit menyelesaikan masalahnya secara cerdas dan matang, ditambah pula jika memiliki kepribadian yang labil. Sikap kurang matang akan mendorong orang tidak

29 Ibid..,

(37)

siap menghadapi perkawinan sehingga dia gampang frustasi, stress, dan depresi.

a. Dampak Hukum

Pemerintah Indonesia kini terus berkomitmen dan serius dalam masalah pernikahan anak di bawah umur. Tindakan kongkrit pemerintah terlihat dari semakin gencarnya mensosialisasikan Undang-Undang pernikahan anak di bawah umur beserta sangsinya apabila melakukan pelanggarannya. Pernikahan dini menurut Undang-Undang perkawinan yang berlaku di Indonesia dianggap sebagai pelanggaran, yaitu:

1) Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7 (1) yang menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun dan pada pasal 6 menyebutkan untuk melangsungkan perkawinan seorang yang mencapai umur 21 tahun harus ada izin kedua orang tua.30

2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pada pasal 26 menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan mencegah perkawinan pada usia anak-anak.31

Amanat Undang-Undang tersebut di atas bertujuan untuk melindungi anak, agar anak tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Sungguh disayangkan apabila ada

30 Lihat, Undang-Undang Pokok Perkawinan (Cet. IV, Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm.3-4

31 Lihat, Undang-Undang Perlindungan Anak: Undang-Undang Republik Indonesia No.

23 Tahun 2002, hlm. 10

(38)

orang tua melanggar UU tersebut. Pemahaman tentang UU tersebut harus dilakukan untuk melindungi anak dari perbuatan salah dari orang dewasa dan orang tua.

b. Dampak Psikologis

Secara psikologis anak-anak yang menikah dini belum siap dan tidak mengerti tentang hubungan seksual, sehingga bisa menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit di sembuhkan. Anak akan sering murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas keputusan hidupnya. Ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.32

c. Dampak Sosial

Fenomena pernikahan dini yang berkaitan dengan faktor sosial budaya bermuara dari sikap patriarki masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun yang sangat menghormati perempuan.33

32 Ibid..,

33 Ibid..,

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian, yang kegiatannya meliputi pengamatan dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil serta budaya setempat. Penelitian lapangan ini pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang sedang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.1

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk memecahkan masalah- masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.2 Jadi penulis akan mengamati dan berpartisipasi secara langsung ke lapangan.

Sifat penelitian ini digunakan untuk mengetahui peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah yakni mengunakan penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.3 Penelitian menggunakan deskriptif kualitatif bertujuan untuk memandu penulis mendapatkan data secara detail dan menyeluruh.

1 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta, Bumi Aksara 2004), hlm. 43.

2 Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), cet I, hlm. 13.

3 Sugiono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.

22.

(40)

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu sumber data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama atau sumber asli, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari tangan kedua dan data ini merupakan data yang sudah tersedia sehingga penulis tinggal mencari dan mengumpulkannya.4 Pengertian lain dari sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui buku atau dokumen.5

1. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada da‟i, warga dan remaja Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

2. Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini penulis dapatkan dari data berupa buku-buku, gambar, dan dokumen terkait peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data- data penelitian. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian penulis sebagai berikut:

4 Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, (Yogyakarta:

Andi, 2006), hlm. 8-9.

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta, 2013), hlm. 137.

(41)

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya dan jawab lisan antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara langsung. Wawancara dalam pengumpulan data berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama dan menjadi pelengkap untuk data yang sudah dikumpulkan. Tujuan utama wawancara adalah untuk mendapatkan informasi secara valid (sah atau shahih).6

Wawancara adalah teknik mendapatkan informasi secara langsung dari responden. Dalam penelitian yang dilakukan ini, penulis menggunakan metode “wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan cara membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan teperinci”7mengenai peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara ini dilakukan terhadap ustad Fahmi selaku da‟i, remaja dan masyarakat yang berada di Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Pengamatan ini merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.8

6 Dewi Sadiah, MetodePenelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif, hlm. 88.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm,. 138.

8 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 63.

(42)

Obvservasi dapat dilakukan dengan langsung dan tidak langsung.

Karena diperlukan kecermatan dan ketelitian, dalam prateknya observasi membutuhkan alat seperti, daftar catatan dan alat-alat elektronik, kamera dan sebagainnya. Keuntungan yang didapatkan dari observasi adalah adanya pengalaman yang mendalam, karena peneliti berhubungan secara langsung dengan subjek penelititan.9

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide dan rangkaian foto.10

Penulis menggunakan observasi langsung dalam penelitian yang dilakukan di Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

3. Dokumentasi

Proses pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen berupa buku, catatan, arsip, surat-surat, majalah, surat kabar, jurnal, laporan penelitian, dan lain-lain. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen sesuai dengan tujuan

9 Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif., hlm.

87.

10Ibid., hlm. 88.

(43)

penelitian, menerangkan dan mencatat serta menafsirkannya serta menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain.11

Dalam penelitian yang dilakukan ini, penulis mengumpulkan data berupa catatan atau gambar kegiatan yang menerangkan peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

D. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Demi terjaminnya keakuratan data, maka penulis akan melakukan keabsahan data. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Tantangan bagi segala jenis penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang valid, sahih, benar dan beretika.

Kebenaran atau validitas harus dirasakan merupakan tuntutan yang terdiri dari tiga yakni: deskriptif, interpretasi, dan teori dalam penelitian kualitatif. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu yaitu:

1. Derajat kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya uji derajat kepercayaan memiliki berbagai cara diantaranya, perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan membercheck.12 Fungsinya untuk melaksanakan validasi sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-

11Ibid., hlm. 91.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 270.

(44)

hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan merupakan validasi eksternal dalam penelitian kualitatif yaitu cara untuk menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.13

3. Kebergantungan (Dependabiliy)

Kebergantungan merupakan substitusi istilah realibilitas dalam penelitian non kualitatif, yaitu bila ditiadakan dua atau beberapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama.Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang benar-benar sama. Faktor manusia sebagai instrumen, faktor kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh dalam penelitian. Dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.14 4. Kepastian (Confirmability)

Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas hendaknya harus menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyak orang. Menguji dengan metode ini berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian.15

Untuk menjamin keabsahan data penelitian yang dilakukan, penulis mengunakan teknik trianggulasi data. Teknik ini adalah salah satu cara untuk mengukur derajat kepercayaan (Credibility) yang biasa digunakan dalam

13Ibid., hlm. 276.

14Ibid., hlm. 277.

15Ibid,.

(45)

penelitian.16 Triangulasi data digunakan untuk mengukur derajat kepercayaan dengan membandingkan:

a. Membandingkan data dari metode yang sama dengan sumber yang berbeda dengan memanfaatkan teori lain untuk memeriksa data dengan tujuan penjelasan banding.

b. Membandingkan sumber data yang sama dengan observasi dengan data dari wawancara.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk meluruskan dalam pengumpulan data.

E. Teknik Analisa Data

Setelah data-data yang di perlukan dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut akan dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data adalah proses pengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17

Penulis menggunakan cara pertahapan secara berurutan dan interaksionis dalam menganalisa data, yang terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan yaitu:

pengumpulan data, reduksi data dan mengambil kesimpulan atau verifikasi.18

16Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet.1, hlm. 40.

17Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 280.

18 Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif., hlm.

93-94.

(46)

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabtrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan- catatan lapangan.19 Reduksi data digunakan untuk memilih data mana yang menjadi obyek formil dari teori yang dipakai untuk membedah fenomena tersebut.

Tujuan reduksi data adalah untuk menyederhanakan data dan juga memastikan data tersebut benar.20 Setelah reduksi data, penyajian data kemudian penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Penelitian yang dilakukan ini hanya menampilkan data-data kualitatif, maka penulis akan menggunakan analisis data induktif. Metode induktif adalah jalan berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus, kemudian ditarik kesimpulan data yang bersifat umum.21

Berdasarkan pengertian tersebut, metode ini diharapkan dapat mempermudah penulis dalam menganalisa data penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh kesimpulan yang tepat sesuai dengan hasil penelitian.

19 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif., hlm. 100.

20 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Yogyakarta: UIN- Maliki Perss, 2010), hlm. 368.

21Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hlm. 430.

(47)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Trimurjo 1. Letak Geografis

Kecamatan Trimurjo merupakan salah satu dari 28 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kecamatan Trimurjo memiliki batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Punggur; sebelah timur dengan Kota Metro; sebelah selatan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran; dan sebelah barat dengan Kecamatan Bumi Ratu Nuban.

Kecamatan Trimurjo memiliki luas wilayah 68,43 km2 dengan jumlah penduduk 50.843 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya mencapai 743 jiwa per km2. Kecamatan Trimujo merupakan kawasan dengan jumlah penduduk paling padat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Trimurjo meliputi 14 desa/kelurahan dengan kisaran jumlah penduduk antara 1.000 - 6.000 jiwa, dengan peringkat jumlah penduduk paling banyak berturut-turut Adipuro, Simbar Waringin, Purwodadi, Tempuran dan Trimurjo.

Trimurjo merupakan nama salah satu kecamatan di Lampung Tengah.

Kecamatan Trimurjo terbagai atas 14 desa/kelurahan. Berikut daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Trimurjo: Kelurahan/Desa Simbar Waringin - Kelurahan/Desa Adipuro - Kelurahan/Desa Depok Rejo - Kelurahan/Desa Leman/Liman Benawi - Kelurahan/Desa Notoharjo - Kelurahan/Desa Pujo

(48)

Basuki - Kelurahan/Desa Pujoasri - Kelurahan/Desa Pujodadi - Kelurahan/Desa Pujokerto - Kelurahan/Desa Purwoadi - Kelurahan/Desa Purwodadi - Kelurahan/Desa Tempuran - Kelurahan/Desa Trimurjo - Kelurahan/Desa Untoro. Kecamatan Trimurjo adalah lokasi pertama tempat transmigrasi pada zaman Belanda pada tahun 1939. Oleh karena itu penamaan dengan sistem bedeng masih populer sampai sekarang. Dimulai dari Bedeng 1 di Desa Trumurjo, bedeng 2 di lingkungan Tegalrejo dan Adirejo (Kelurahan Adipuro), bedeng 3 di lingkungan Widorokandang (Kelurahan Adipuro), bedeng 4, 5, 10 (kelurahan Trimurjo), bedeng 6, 7 (kelurahan Liman Benawi), bedeng 7 dan 8 (Depokrejo), bedeng 11 (Simbarwaringin), bedeng 12 (Tempuran), bedeng 13 (Purwodadi), dll.

Nama Trimurjo diambil dari bahasa Jawa yang berarti Tri: tiga dan Rejo: kemakmuran. Hal ini didasarkan pada adanya saluran irigasi bercabang tiga di Trimurjo yang menyebarkan air ke wilayah Lampung Tengah dan sekitarnya. Saluran irigasi menandakan kemakmuran karena padi dan pertanian dapat tumbuh subur dengan air yang tercukupi. Saluran irigasi pertama ke arah bedeng 4 sampai ke Kota Gajah, saluran irigasi ke dua ke arah bedeng 6 sampai Bantul, dan di Sekampung (Lampung Timur), saluran air ketiga lurus ke arah Kota Metro. Masyarakat banyak suku Jawa dan mayoritas penceharian adalah sebagai petani dan peternak.

(49)

Tabel 1

Denah Lokasi Kecamatan Trimurjo

Profil: Kecamatan Trimurjo Tahun 2019

(50)

2. Kondisi Demokrafis a. Struktur Organisasi

Tabel 2

Struktur Organisasi Kecamatan Trimurjo

No Nama Jabatan

1. Wanda Rusli, S.Sos Kepala Camat 2. Husnul Karomi, S.Stp. Sekertaris

3. Sigit Budi Santoso, S.Ip Kepala Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan

4. Adnan Kepala Sub Bagian Umum dan

Kepagawaian

5. Heri Wibowo Kepala Seksi Pemerintahan 6. Hermono, Sh Kepala Seksi Ketentraman dan

Ketertiban

7. T. Isnirita Kepala Seksi Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat

8. Suwarto,S.Ip Kepala Seksi Pembangunan Potensi

& Pendapatan

9. Sugarti, S.Ip Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat

10. Sagimin Staf

11. Riki Adityawan Staf 12. Dewi Suastina Staf

13. Qudsi Nia A Staf

14. Seswati B Staf

15. Yohanda A Staf

16. Yuliawati Staf

17. Panca Yudana Staf

18. Okmanto Staf

19. Beri Harisono Staf

20. Albert Wahyu Staf

21. Fani Reza P Staf

22. Eko Priyanto Staf

(51)

23. Maya R Sari Staf

24. Basromi Ali Staf

25. Candra Deparesta Staf 26. Ladi Santriaki Staf 27. Drs. Alamsyah Staf

28. Eva Riani Staf

29. Antonius. HS Staf

30. Supiyati Staf

31. Dian Yuli Staf

32. Andri Gunawan, Se Staf

33. Sardi Staf

34. Yoyoh Rohimah Staf

35. Ahmad Rozali Staf

36. Yenny Setiawati, Sh Staf

Profil: Kecamatan Trimurjo Tahun 2019 b. Visi Misi Kecamatan Trimurjo

Visi Kecamatan Trimurjo adalah mewujudkan Pelayanan terbaik kepada Masyarakat Kecamatan Trimurjo dan meningkat manajemen pemerintah Kecamatan secara efektif dan evisien untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.

Misi Kecamatan Trimurjo adalah;

1) meningkatkan penyelenggaraan administrasi,

2) meningkatkan kualitas pemerintahan umum dan desa,

3) meningkatkan perekonomian masyarakat melalui optimalisasi pemberdayaan masyarakat,

4) meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pelayanan umum di bidang kesejahteraan sosial, dan

Referensi

Dokumen terkait

Data dari penelitian ini diambil dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sejahtera dan Dokumen – Dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan

Hasil penelitian ini didapat dari data sekunder yang terkait dengan penelitian peneliti yaitu literasi, peran keluarga dan anak usia dini. Adapun Data yang di peroleh