• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data- data penelitian. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian penulis sebagai berikut:

4 Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, (Yogyakarta:

Andi, 2006), hlm. 8-9.

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta, 2013), hlm. 137.

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya dan jawab lisan antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara langsung. Wawancara dalam pengumpulan data berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama dan menjadi pelengkap untuk data yang sudah dikumpulkan. Tujuan utama wawancara adalah untuk mendapatkan informasi secara valid (sah atau shahih).6

Wawancara adalah teknik mendapatkan informasi secara langsung dari responden. Dalam penelitian yang dilakukan ini, penulis menggunakan metode “wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan cara membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan teperinci”7mengenai peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara ini dilakukan terhadap ustad Fahmi selaku da‟i, remaja dan masyarakat yang berada di Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Pengamatan ini merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.8

6 Dewi Sadiah, MetodePenelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif, hlm. 88.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm,. 138.

8 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 63.

Obvservasi dapat dilakukan dengan langsung dan tidak langsung.

Karena diperlukan kecermatan dan ketelitian, dalam prateknya observasi membutuhkan alat seperti, daftar catatan dan alat-alat elektronik, kamera dan sebagainnya. Keuntungan yang didapatkan dari observasi adalah adanya pengalaman yang mendalam, karena peneliti berhubungan secara langsung dengan subjek penelititan.9

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide dan rangkaian foto.10

Penulis menggunakan observasi langsung dalam penelitian yang dilakukan di Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

3. Dokumentasi

Proses pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen berupa buku, catatan, arsip, surat-surat, majalah, surat kabar, jurnal, laporan penelitian, dan lain-lain. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen sesuai dengan tujuan

9 Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif., hlm.

87.

10Ibid., hlm. 88.

penelitian, menerangkan dan mencatat serta menafsirkannya serta menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain.11

Dalam penelitian yang dilakukan ini, penulis mengumpulkan data berupa catatan atau gambar kegiatan yang menerangkan peran da‟i dalam meminimalisir pernikahan dini Desa Trimurjo Bd IV Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

D. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Demi terjaminnya keakuratan data, maka penulis akan melakukan keabsahan data. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Tantangan bagi segala jenis penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang valid, sahih, benar dan beretika.

Kebenaran atau validitas harus dirasakan merupakan tuntutan yang terdiri dari tiga yakni: deskriptif, interpretasi, dan teori dalam penelitian kualitatif. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu yaitu:

1. Derajat kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya uji derajat kepercayaan memiliki berbagai cara diantaranya, perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan membercheck.12 Fungsinya untuk melaksanakan validasi sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-

11Ibid., hlm. 91.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 270.

hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan merupakan validasi eksternal dalam penelitian kualitatif yaitu cara untuk menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.13

3. Kebergantungan (Dependabiliy)

Kebergantungan merupakan substitusi istilah realibilitas dalam penelitian non kualitatif, yaitu bila ditiadakan dua atau beberapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama.Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang benar-benar sama. Faktor manusia sebagai instrumen, faktor kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh dalam penelitian. Dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.14 4. Kepastian (Confirmability)

Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas hendaknya harus menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyak orang. Menguji dengan metode ini berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian.15

Untuk menjamin keabsahan data penelitian yang dilakukan, penulis mengunakan teknik trianggulasi data. Teknik ini adalah salah satu cara untuk mengukur derajat kepercayaan (Credibility) yang biasa digunakan dalam

13Ibid., hlm. 276.

14Ibid., hlm. 277.

15Ibid,.

penelitian.16 Triangulasi data digunakan untuk mengukur derajat kepercayaan dengan membandingkan:

a. Membandingkan data dari metode yang sama dengan sumber yang berbeda dengan memanfaatkan teori lain untuk memeriksa data dengan tujuan penjelasan banding.

b. Membandingkan sumber data yang sama dengan observasi dengan data dari wawancara.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk meluruskan dalam pengumpulan data.

E. Teknik Analisa Data

Setelah data-data yang di perlukan dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut akan dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data adalah proses pengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17

Penulis menggunakan cara pertahapan secara berurutan dan interaksionis dalam menganalisa data, yang terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan yaitu:

pengumpulan data, reduksi data dan mengambil kesimpulan atau verifikasi.18

16Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet.1, hlm. 40.

17Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 280.

18 Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif., hlm.

93-94.

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabtrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan- catatan lapangan.19 Reduksi data digunakan untuk memilih data mana yang menjadi obyek formil dari teori yang dipakai untuk membedah fenomena tersebut.

Tujuan reduksi data adalah untuk menyederhanakan data dan juga memastikan data tersebut benar.20 Setelah reduksi data, penyajian data kemudian penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Penelitian yang dilakukan ini hanya menampilkan data-data kualitatif, maka penulis akan menggunakan analisis data induktif. Metode induktif adalah jalan berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus, kemudian ditarik kesimpulan data yang bersifat umum.21

Berdasarkan pengertian tersebut, metode ini diharapkan dapat mempermudah penulis dalam menganalisa data penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh kesimpulan yang tepat sesuai dengan hasil penelitian.

19 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif., hlm. 100.

20 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Yogyakarta: UIN- Maliki Perss, 2010), hlm. 368.

21Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hlm. 430.

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Trimurjo 1. Letak Geografis

Kecamatan Trimurjo merupakan salah satu dari 28 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kecamatan Trimurjo memiliki batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Punggur; sebelah timur dengan Kota Metro; sebelah selatan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran; dan sebelah barat dengan Kecamatan Bumi Ratu Nuban.

Kecamatan Trimurjo memiliki luas wilayah 68,43 km2 dengan jumlah penduduk 50.843 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya mencapai 743 jiwa per km2. Kecamatan Trimujo merupakan kawasan dengan jumlah penduduk paling padat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Trimurjo meliputi 14 desa/kelurahan dengan kisaran jumlah penduduk antara 1.000 - 6.000 jiwa, dengan peringkat jumlah penduduk paling banyak berturut-turut Adipuro, Simbar Waringin, Purwodadi, Tempuran dan Trimurjo.

Trimurjo merupakan nama salah satu kecamatan di Lampung Tengah.

Kecamatan Trimurjo terbagai atas 14 desa/kelurahan. Berikut daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Trimurjo: Kelurahan/Desa Simbar Waringin - Kelurahan/Desa Adipuro - Kelurahan/Desa Depok Rejo - Kelurahan/Desa Leman/Liman Benawi - Kelurahan/Desa Notoharjo - Kelurahan/Desa Pujo

Basuki - Kelurahan/Desa Pujoasri - Kelurahan/Desa Pujodadi - Kelurahan/Desa Pujokerto - Kelurahan/Desa Purwoadi - Kelurahan/Desa Purwodadi - Kelurahan/Desa Tempuran - Kelurahan/Desa Trimurjo - Kelurahan/Desa Untoro. Kecamatan Trimurjo adalah lokasi pertama tempat transmigrasi pada zaman Belanda pada tahun 1939. Oleh karena itu penamaan dengan sistem bedeng masih populer sampai sekarang. Dimulai dari Bedeng 1 di Desa Trumurjo, bedeng 2 di lingkungan Tegalrejo dan Adirejo (Kelurahan Adipuro), bedeng 3 di lingkungan Widorokandang (Kelurahan Adipuro), bedeng 4, 5, 10 (kelurahan Trimurjo), bedeng 6, 7 (kelurahan Liman Benawi), bedeng 7 dan 8 (Depokrejo), bedeng 11 (Simbarwaringin), bedeng 12 (Tempuran), bedeng 13 (Purwodadi), dll.

Nama Trimurjo diambil dari bahasa Jawa yang berarti Tri: tiga dan Rejo: kemakmuran. Hal ini didasarkan pada adanya saluran irigasi bercabang tiga di Trimurjo yang menyebarkan air ke wilayah Lampung Tengah dan sekitarnya. Saluran irigasi menandakan kemakmuran karena padi dan pertanian dapat tumbuh subur dengan air yang tercukupi. Saluran irigasi pertama ke arah bedeng 4 sampai ke Kota Gajah, saluran irigasi ke dua ke arah bedeng 6 sampai Bantul, dan di Sekampung (Lampung Timur), saluran air ketiga lurus ke arah Kota Metro. Masyarakat banyak suku Jawa dan mayoritas penceharian adalah sebagai petani dan peternak.

Tabel 1

Denah Lokasi Kecamatan Trimurjo

Profil: Kecamatan Trimurjo Tahun 2019

2. Kondisi Demokrafis a. Struktur Organisasi

Tabel 2

Struktur Organisasi Kecamatan Trimurjo

No Nama Jabatan

1. Wanda Rusli, S.Sos Kepala Camat 2. Husnul Karomi, S.Stp. Sekertaris

3. Sigit Budi Santoso, S.Ip Kepala Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan

4. Adnan Kepala Sub Bagian Umum dan

Kepagawaian

5. Heri Wibowo Kepala Seksi Pemerintahan 6. Hermono, Sh Kepala Seksi Ketentraman dan

Ketertiban

7. T. Isnirita Kepala Seksi Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat

8. Suwarto,S.Ip Kepala Seksi Pembangunan Potensi

& Pendapatan

9. Sugarti, S.Ip Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat

10. Sagimin Staf

11. Riki Adityawan Staf 12. Dewi Suastina Staf

13. Qudsi Nia A Staf

14. Seswati B Staf

15. Yohanda A Staf

16. Yuliawati Staf

17. Panca Yudana Staf

18. Okmanto Staf

19. Beri Harisono Staf

20. Albert Wahyu Staf

21. Fani Reza P Staf

22. Eko Priyanto Staf

23. Maya R Sari Staf

24. Basromi Ali Staf

25. Candra Deparesta Staf 26. Ladi Santriaki Staf 27. Drs. Alamsyah Staf

28. Eva Riani Staf

29. Antonius. HS Staf

30. Supiyati Staf

31. Dian Yuli Staf

32. Andri Gunawan, Se Staf

33. Sardi Staf

34. Yoyoh Rohimah Staf

35. Ahmad Rozali Staf

36. Yenny Setiawati, Sh Staf

Profil: Kecamatan Trimurjo Tahun 2019 b. Visi Misi Kecamatan Trimurjo

Visi Kecamatan Trimurjo adalah mewujudkan Pelayanan terbaik kepada Masyarakat Kecamatan Trimurjo dan meningkat manajemen pemerintah Kecamatan secara efektif dan evisien untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.

Misi Kecamatan Trimurjo adalah;

1) meningkatkan penyelenggaraan administrasi,

2) meningkatkan kualitas pemerintahan umum dan desa,

3) meningkatkan perekonomian masyarakat melalui optimalisasi pemberdayaan masyarakat,

4) meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pelayanan umum di bidang kesejahteraan sosial, dan

5) meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Agama

Sebaran penduduk berdasarkan agamanya di Kecamatan Trimurjo adalah agama Islam, Hindu dan Kristen. Masyarakat hidup dengan saling menghormati dan berorientasi antar sesama. Kondisi masyarakat di Desa ini sangat erat berkaitan dengan nuansa Islam. Hal tersebut terlihat dari kegiatan-kegiatan yang ada dan dilaksanakan, seperti pengajian rutin, peringatan hari besar Islam dan yang lainnya. Selain itu berdiri Masjid di setiap Dusun.

Tabel 3

Banyaknya Agama di Kecamatan Trimurjo Tahun 2019

No Jenis Agama Jumlah

1. Islam 944.639 Jiwa

2. Khatolik 1,507 Jiwa

3. Kristen 914 Jiwa

4. Hindu 504 Jiwa

5. Budha 102 Jiwa

Profil: Kecamatan Trimurjo Tahun 2019 d. Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kecamatan Trimurjo ini bisa dibilang cukup, akan tetapi banyak anak yang putus sekolah dikarenakan membutuhkan fasilitas pendidikan. Kurangnya fasilitas pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap minat sekolah, banyak siswa yang putus sekolah sebelum tamat SMA.

e. Keadaan Sosial Budaya

Seiring dengan pertumbuhan yang semakin pesat maka perlu diimbangi dengan pembangunan fasilitas baik fisik maupun nonfisik, fasilitas jalan, kesehatan sosial, penerangan, air bersih, dan di Kecamatan Trimurjo juga terdapat fasilitas umum seperti tempat peribadatan, sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.

Tabel 4

Banyaknya Sarana Umum di Kecamatan Trimurjo Tahun 2019

No Jenis Sarana Jumlah

1. Masjid 90

2. Musholla 169

3. Pura 4

4. Gereja 9

5. Taman Kanak-kanak 21

6. Sekolah Dasar 41

7. Madrasah Ibtidaiyah 1

8. Sekolah Menengah Pertama 6

9. MTS 4

10. Sekolah Menengah Atas 3

11. Sekolah Menengah Kejuruan 1

12. Lapangan Sepak Bola 8

13. Posyandu 62

14. Puskesmas 2

15. BRI 1

16. Pasar Umum 4

17. Foto Copy 8

18. Studio Foto 2

Profil: Kecamatan Trimurjo Tahun 2019

f. Keadaan Ekonomi

Masyarakat Kecamatan Trimurjo sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai petani, sedangkan yang lainnya sebagai pedagang, peternakan, buruh bangunan dan pegawai negeri/swasta dan sebagainya.

Kondisi ekonomi Masyarakat Kecamatan Trimurjo bisa dikatakan cukup. sebagian besar perekonomian masyarakat ditopong oleh hasil pertanian, di samping itu kondisi ekonomi masyarakat Kecamatan Trimurjo ditopong oleh sumber lain seperti pedagang, peternak, pegawai negeri, penjahit, guru swasta, dan sebagainya. Untuk mengaktifkan perekonomian Desa Trimurjo pemerintah melakukan langkah-langkah berikut:

1) Dalam bidang pertanian

a. Mengaktifkan kelompok-kelompok tani pertanian agar lebih maju dibanding dari tahun-tahun sebelumnya.

b. Meningkatkan produksi pangan dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan terhadap kelompok tani agar memahami cara menanam tanaman pangan intensifikasi pertanian.

c. Pengadaan air untuk tanam petani dibantu oleh dinas terkait.

2) Dalam bidang industri

a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan terhadap kelompok- kelompok industri kecil dan industri rumah tangga untuk meningkatkan hasil yang berkualitas dan berkuantitas.

b. Memanfaatkan industri rumah tangga seperti pembuatan makanan ringan burupa kripik kentang, ubi kayu dan talas.

Kawasan perdagangan hadir di Jalan Adipuro-Metro yaitu minimarket (Indomaret, Alfamart, Multi M), Pusat Foto copy dan cetak foto Natar Baru, pasar Trimurjo, pasar Simbarwaringin, pasar Welit, dan lain-lain. Fasilitas prasarana umum yaitu kantor Pos Kantor (kode pos 34172), Polsek Trimurjo, BRI Simbarwaringin, dan Puskesmas yang ber- operasi 24 jam.

Kegiatan masyarakat Trimurjo pun semakin gampang ke Metro dibanding ke ibukota Lampung Tengah. Untuk ke Metro cukup waktu 15 menit, sedangkan ke Gunung Sugih menempuh 60 menit. Untuk akses kesehatan, warga akan semakin gampang ke RS di kota Metro, sebut saja RSU Ahmad Yani, RS Mardi Waluyo atau RS Muhammadiyah menjadi langganan warga berobat. Lebih-lebih kegiatan perekonomian, masyarakat suka berbelanja dan jualan ke Metro.

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah

Adapun penulis akan menjabarkan beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini baik dengan penjelasan secara singkat maupun secara

detail dari beberapa referensi dan hasil wawancara alasan sehingga terjadi pernikahan dini. Beberapa faktor terjadinya pernikahan dini sangat bervariasi diantaranya adalah karena faktor ekonomi, faktor dijodohkan orang tua dan faktor yang sebenarnya tidak di kehendaki yaitu MBA (married by accident) menikah karena kecelakaan. Dalam hal ini, sepasang laki-laki dan perempuan terpaksa menikah di usia muda karena perempuan telah hamil duluan di luar nikah. Dalam rangka memperjelas status anak yang dikandung, maka dilakukan pernikahan antar keduanya, meskipun hal ini akan berdampak negatif bagi keduanya. Faktor- faktor terjadinya pernikahan dini menurut penulis yaitu:

1. Faktor Ekonomi dan Pendidikan

Kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan dini, karena orang tua tidak bisa membiayai hidup dan sekolah sehingga membuat sang anak memutuskan untuk menikah dini. Pernikahan ini diharapkan menjadi solusi bagi kesulitan ekonomi keluarga, dengan menikah diharapkan akan mengurangi beban ekonomi dalam keluarganya.

Reni Puspita Sari anak yang menikah saat usia 15 tahun, ia mengatakan bahwa dia mengiakan keputusan orang tua untuk menikahkannya segera karena keadaan ekonomi orang tua yang tidak mampu untuk mebiayai sekolahnya, karena orang tuanya hanya sebagai buruh tani.”1

1 Reni Puspita Sari (15) anak yang menikah dini “wawancara di Desa Trimurjo pada tanggal 19 September 2019

Berdasarkan hasil wawancara informan di atas dia dinikahkan segera karena orang tuanya tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk menyekolahkan anaknya, ini disebabkan kerena orang tuanya hanya sebagai buruh tani. Sejuta harapan sudah terbayangkan apabila ia memutuskan untuk menikah dini, maka beban orang tuanya akan berkurang dan hidupnya akan tercukupi secara meteri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tekanan ekonomi atau kemiskinan yang menjadi faktor pendorong terjadinya pernikahan di usia dini yang menyebabkan terputusnya pendidikan anak.

2. Faktor Orang Tua

Pada sisi lain, terjadinya pernikahan dini juga dapat disebabkan karena pengaruh bahkan paksaan orang tua. Ada beberapa alasan orang tua menikahkan anaknya secara dini, karena khawatir anaknya terjerumus dengan pergaulan bebas.

Berikut beberapa informan penulis wawancarai dalam hal faktor yang menekan dia untuk menikah di usia dini karena paksaan orang tua. Siti Maysaroh mengatakan bahwa dia menikah dini karena orang tua yang memaksanya menikah dengan sepupu sendiri, para orang tua sudah sepakat menikahkan mereka berdua sementara dia sendiri sudah tidak sekolah lagi jadi dia selaku anak menurut saja.2

Berdasarkan kutipan di atas Siti Maysaroh menikah dini karena dia dipaksa orang tuanya menikah dengan sepupunya sendiri,

2 Siti Maysaroh (17) anak yang menikah dini “wawancara di Desa Trimurjo pada tanggal 20 September 2019

perjodohan yang diterimanya dengan keterpaksaan untuk mengiakan menikah, karena dia tidak punya alasan untuk menolak karena dia tidak sekolah. Hal serupa juga dialami oleh informan lainnya, Eka Saputri melakukan pernikahan dini sebab pihak laki-laki sudah meminang sementara pihak keluarga ingin mempererat kekeluargaan yang secara geografis mereka berjauhan. Serta, Kekhawatiran orang tua anaknya akan melakukan aib, sebagai berikut penuturannya:

Menurut Eka sebagai seorang anak mengatakan bahwa pernikahan dini dilakukan sebab keluarga pihak laki-laki sudah datang melamar, dan kondisi tempat kami berjauhan, kaluarganya tidak ingin hubungan kekeluargaan kami juga semakin jauh, dan orang tua saya takut kalau saya akan melakukan aib, jadi saya terpaksa berhenti sekolah dan dinikahkan saja.3

Berdasarkan uraian hasil wawancara penulis kepada informan, orang tua menyetujui untuk menikahkan anak mereka dengan landasan ketakutan anaknya akan melakukan aib. Orang tua beranggapan menikahkan anak mereka berarti suatu bentuk perlindungan terhadap sang anak. Namun, hal ini justru menyebabkan hilangnya kesempatan anak untuk berkembang, tumbuh sehat, dan kehilangan kebabasan dalam memilih. Penulis menganalisa terkait masalah pernikahan dini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini yaitu kasus perjodohan

3 Eka Saputri (15) anak yang menikah dini “wawancara di Desa Trimurjo pada tanggal 19 September 2019

kedua belah pihak keluarga kepada para calon suami istri hanya mengiakannya.

Sama halnya pendapat salah satu tokoh Agama yaitu ustad Fahmi yang mengatakan bahwa: Orang tua banyak menikahkan anak mereka karena hanya ingin memenuhi tuntutan sosial dalam keluarga dan masyarakat. Sehingga jika anak perempuan mereka dilamar mereka langsung saja menerimanya daripada anak perempuannya menjadi perawan tua tanpa berpikir panjang kalau anak remaja mereka akan hilang waktu bermain dan belajar mereka untuk menggali minat dan bakat yang dimilikinya.4

Berdasarkan hasil wawancara di atas beberapa orang tua mereka menikahkan anaknya hanya untuk memenuhi tuntutan sosial dalam keluarga dan maasyarakat. Sehingga jika ada yang melamar anak perempuan mereka dia langsung saja menerimanya dari pada menjadi perawan tua yang membebani mental keluarga dan orang tua.

Meskipun terkadang tujuan perkawinan menjadi salah satu bentuk kesalahan di dalam pernikahan karena membuat anaknya memilih pasangan hidup secara sembarangan.

Orang tua sangat berpengaruh dalam terjadinya pernikahan usia dini. Misalnya, kekhawatiran anaknya melakukan aib karena berpacaran, atau orang tua menikahkan anaknya karena tidak enak menolak lamaran laki-laki tersebut sehubungan karena adanya ikatan

4 Muhammad Fahmi (54) Tokoh Agama/Ustad “wawancara di Desa Trimurjo pada tanggal 24 September 2019

keluarga sehingga dia tidak ingin hubungan kekerabatan yang mereka miliki jadi rusak karena menolak lamarannya atau hanya ingin melanggengkan hubungan kekerabatan, serta penyebab yang lain karena rasa khawatir orang tua tidak akan ada lagi laki-laki yang melamar anaknya sehinngga anaknya akan menjadi perawan tua.

Maka, tidak sedikit orang tua yang menikahkan anaknya yang baru beranjak remaja.

3. Kecelakaan (marride by accident)

Terjadinya hamil di luar nikah, karena anak-anak melakukan hubungan yang melanggar norma, memaksa mereka untuk melakukan pernikahan dini, guna memperjelas status anak yang dikandung.

4. Faktor Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Pergaulan bebas juga merupakan sisi paling menakutkan bagi orang tua terhadap anak remaja mereka. Dorongan seksual rasa ingin tahu yang besar, namun tidak disertai pengetahuan dan pengalaman yang menandai penyebab banyak remaja terjerumus melakukan seks bebas.

Akibat pergaulan bebas dan gaya pacaran yang melewati batas- batas norma yang ada mendorong orang tua untuk segera menikahkan anaknya agar sah di mata hukum. Sama halnya yang dialami oleh

Dokumen terkait