• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran guru dalam pembentukan karakter peserta didik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peran guru dalam pembentukan karakter peserta didik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 4 PADANG

JURNAL

ELMIA SARI NIM. 10060137

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2014

(2)

Peran Guru dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di SMA Negeri 4 Padang

Oleh : Elmia Sari

Program Studi Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

This research has point of departure at less optimally student’s character development in school environment like toward the teachers and their friends. The purpose of estabilishing this research is lescribing teacher’s role toward student’s character at SMA Negeri 4 Padang, with limitation of the problem is the teacher’s role as effective lovers, model and instructor who have ethic in estabilishing studen’s character. Kinds of research is descriptive qualitative. Populasi is all of students at SMA Negeri 4 Padang. With 853 students. The technique of sampling is stratified random sampling. The total sample is 89 students. Then, the instrument which used question naire.

Moreover, to analyze the data, the reseacher use percentage technique. The result of the research show that most of student state teachers have a lot of role toward estabilishing student’s character.

The result of the research based on the sub variable are 1) the teacher’s role as effektive lover, the students say that the teacher have a lot of role in establishing student’s character, 2) the student’s perception about teacher’s role as a model also show the same result is the teachers have a lot of role in establishing student’s character, 3) the student’s also say that the teacher’s have a lot of role in establishing student’s character in their role as a instructor. Therefore, student’s character will be good if teacher’s have more frequent role establishing student’s character.

Keywords: teachers, character building students A. Pendahuluan

Komitmen Nasional tentang perlunya pendidikan karakter, secara imperatif tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam pasal 3 UU tersebut menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Aqib (2012:26) “Karakter adalah ciri-ciri yang unik, baik dan terpatri dalam diri seseorang yang terlihat dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang dilaksanakan secara konsisten dalam merespon berbagai situasi. Karakter yang baik menerapkan nilai-nilai kebijakan, kemauan berbuat produktif, dan kebermaknaan dalam mengisi kehidupan”.

Selanjutnya Lickonal (2012:85) mengemukakan bahwa “Karakter yang baik memiliki tiga komponen yang saling berhubungan yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan Moral

Terdapat banyak jenis pengetahuan moral berbeda yang perlu dipahami seiring individu berbubungan dengan perubahan moral kehidupan.

2. Perasaan Moral

Perasaan moral adalah aspek lain yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral.

3. Perilaku Moral

Tindakan moral adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata.

Menurut Lickona (2012:112) menanamkan nilai-nilai dan karakter pada peserta didik dapat dilakukan guru dengan cara sebagai berikut:

1. Guru menjadi penyayang yang efektif, menyayangi dan menghormati, peserta didik membantu mereka meraih sukses di sekolah, membangun kepercayaan

(3)

diri mereka dan membuat mereka mengerti apa itu karakter dengan melihat cara guru memperlakukan mereka dengan etika yang baik.

2. Guru menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang beretika yang menunjukkan guru yang berkarakter, baik di dalam maupun di luar kelas serta dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan karakter beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan etikanya dalam bertindak di sekolah dan lingkungannya.

3. Guru dapat menjadi mentor yang bertika, memberikan instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi kelas, bercerita, pemberian motivasi, dan memberikan umpan balik.

Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar saja yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan harus mampu menjadi fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik. Dengan demikian guru dituntut untuk berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai, karakter, keterampilan, dan sikap- sikap positif dalam menghadapi segala bentuk persoalan nyata kehidupan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki peran yang penting dan bersifat kompleks dalam pembentukan karakter peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi peneliti selama melaksanakan PPLBK pada tanggal 2 September sampai 30 November 2013, masih ditemukan beberapa peserta didik yang melakukan tindakan yang kurang beretika seperti tidak mendengarkan guru saat pembelajaran, sibuk bermain handpone saat jam pelajaran, tidak mematuhi tata tertib sekolah, tidak menghormati guru, berbohong dan mencontek saat ujian, sering mengejek teman, sering mengobrol dengan teman, tidak tenang pada saat proses pembelajaran berlangsung, membolos saat jam pembelajaran, merokok di lingkungan sekolah, berpacaran tanpa rasa segan.

Berdasakan fenomena tersebut maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Peran Guru dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di SMAN 4 Padang

Adapun judul penelitian ini adalah

“Guru dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di SMA Negeri 4 Padang”. Adapun

batasan masalah dalam penelitian ini adalah a) peran guru sebagai penyayang yang efektif dalam pembentukan karakter, b) peran guru sebagai model dalam pembentukan karakter peserta didik, c) peran guru sebagai mentor yang beretika dalam pembentukan karakter peserta didik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: a) a) peran guru sebagai penyayang yang efektif dalam pembentukan karakter, b) peran guru sebagai model dalam pembentukan karakter peserta didik, c) peran guru sebagai mentor yang beretika dalam pembentukan karakter peserta didik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

bagaimana peran guru dalam pembentukan karakter peserta didik?

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Lehman (Yusuf, 2005:83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mengambarkan fenomena secara detail”.

Waktu dan tempat penelitian ini adalah Agustus sampai September 2014. Tempat penelitian di SMA Negeri 4 Padang dengan populasi sebanyak 853 peserta didik dan teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling, jumlah sampel sebanyak 89 peserta didik. Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval, sumber data yang digunakan data primer yaitu dari peserta didik dan data sekunder dari lapangan.

Teknik pengumpulan data adalah angket.

Teknik analisis data dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2010:43) sebagai berikut:

P = x 100 Keterangan:

P = Tingkat persentase jawaban F = Frekuensi jawaban

n = Jumlah angka mutlak

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

a. Peran Guru sebagai Penyayang yang Efektif dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

1) Penyayang yang Efektif terkait dengan Aspek Pengetahuan Moral

(4)

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai penyayang yang efektif dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek pengetahuan moral yaitu diketahui bahwa , 17 dari 89 peserta didik (19,10%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 48 dari 89 peserta didik (53,93%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 24 dari 98 peserta didik (26,77%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

2) Penyayang yang Efektif terkait dengan Aspek Perasaan Moral

Berdasarkan hasil analisis data tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai penyayang yang efektif dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek perasaan moral yaitu diketahui bahwa, 2 dari 89 peserta didik (2,25%) menyatakan bahwa guru berperan kurang banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 7 dari 89 peserta didik (7,87%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik , 30 dari 89 peserta didik (33,71%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 50 dari 89 peserta didik (56,18%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

3) Penyayang yang Efektif terkait dengan Aspek Tindakan Moral

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai penyayang yang efektif dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek tindakan moral yaitu diketahui bahwa, 3 dari 89 peserta didik (3,37%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 46 dari 89 peserta didik (51,69%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 40 dari 89 peserta didik (44,94%)

menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

b. Peran Guru sebagai Model dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik 1) Model terkait dengan Aspek

Pengetahuan Moral

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai model dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek pengetahuan moral yaitu diketahui bahwa, 12 dari 89 peserta didik (13,48%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 50 dari 89 peserta didik (56,18%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 27 dari 89 peserta didik (30,34%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

2) Model terkait dengan Aspek Perasaan Moral

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai model dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek perasaan moral yaitu diketahui bahwa, 20 dari 89 peserta didik (22,47%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 46 dari 89 peserta didik (51,69%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 23 dari 89 peserta didik (25,84%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

3) Model terkait dengan Aspek Tindakan Moral

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai model dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek tindakan moral yaitu diketahui bahwa, 1 dari 89 peserta didik (1,12%) menyatakan bahwa guru berperan kurang banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 20 dari 89 peserta didik

(5)

(22,47%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 39 dari 89 peserta didik (43,82%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 29 dari 89 peserta didik (32,58%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

c. Peran Guru sebagai Mentor yang Beretika dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

1) Mentor yang Beretika terkait dengan Aspek Pengetahuan Moral

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai mentor yang beretika dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek perasaan moral yaitu diketahui bahwa, 8 dari 89 peserta didik (8,99%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 32 dari 89 peserta didik (35,96%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 49 dari 89 peserta didik (55,06%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut dapat

2) Mentor yang Beretika terkait dengan Aspek Tindakan Moral

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui peran guru sebagai mentor yang beretika dalam pembentukan karakter peserta didik dilihat dari aspek tindakan moral yaitu diketahui bahwa, 44 dari 89 peserta didik (49,44%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 45 dari 89 peserta didik (50,56%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

2. Pembahasan

a. Peran Guru sebagai Penyayang yang Efektif dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang peran guru dalam

pembentukan karakter peserta didik terkait dengan pengetahuan moral terdapat 24 dari 89 peserta didik (26,97%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 48 dari 89 peserta didik (53,93%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, meskipun secara umum guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, tetapi 17 dari 89 peserta didik (19,10%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai penyayang yang efektif terkait dengan pengetahuan moral belum maksimal dan perlu ditingkatkan lagi.

Peran guru sebagai penyayang yang efektif terkait dengan perasaan moral yaitu sebanyak 50 dari 89 peserta didik (56,18%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 30 dari 89 peserta didik (33,71%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, tetapi masih ada beberapa peserta didik yaitu 7 dari 89 peserta didik (7,81%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 2 dari 89 peserta didik (2,25%) menyatakan bahwa guru berperan kurang banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

Artinya belum semua peserta didik merasa peran guru dalam pembentukan karakter terkait dengan aspek perasaan moral berjalan semaksimal yang diinginkan.

Peran guru sebagai penyayang yang efektif terkait dengan tindakan moral terdapat 40 dari 89 peserta didik (44,94%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 46 dari 89 peserta didik (51,69%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 3 dari 89 peserta didik (3,37%) menyatakan bahwa guru

(6)

berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai penyayang yang efektif terkait dengan tindakan moral belum maksimal karena ada 3 dari 89 peserta didik yang menyatakan bahwa guru berperan cukup dalam pembentukan karakter.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasih sayang yang diberikan guru dalam pembentukan karakter yang tampak di lapangan belum maksimal hal itu dikarenakan belum seimbangnya antara pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral.

Seyokyanya ketika peserta didik memiliki pengetahuan moral yang baik maka ia akan merasakan perasaan moral yang baik pula dan diaplikasikan melalui tindakan yang bermoral. Artinya guru harus lebih mengarahkan dan meningkatkan lagi kasih sayangnya kepada peserta didik agar peserta didik memiliki karakter sesuai dengan yang diinginkan yaitu karakter mulia.

Sesuai dengan yang dikemukakan Waluyo, 2011 (Wibowo

& Hamrin, 2012:66) guru harus bisa menciptakan suasana penuh dengan kasih sayang, mau menerima peserta didik sebagaimana adanya dan menghargai segenap potensi yang dimilikinya. Guru juga harus memberikan aneka ragam rangsangan terhadap perkembangan peserta didik, baik secara kognitif, afektif, sosial, emosi, moral, agama, dan psikomotorik.

b. Peran Guru sebagai Model dalam Pembentukan Karakter

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang peran guru sebagai model terkait dengan aspek pengetahuan moral dapat dideskripsikan bahwa 27 dari 89 peserta didik (30,34%) menyatakan guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 50 dari 89 peserta didik (56,18%) menyatakan guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan sebanyak 12 dari 89 peserta didik (13,48%) menyatakan

bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan hasil uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun secara umum guru sebagai model berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan aspek pengetahuan moral, tetapi ada beberapa peserta didik yang masih merasa bahwa contoh atau peran tersebut belum maksimal karena masih ada peserta didik yang menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak.

Peran guru sebagai model terkait dengan perasaan moral yaitu sebanyak 23 dari 89 peserta didik (25,84%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 46 dari 89 peserta didik (51,69%) menyatakan guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 20 dari 89 peserta didik (22,47%) menyatakan guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai model atau contoh terkait dengan aspek perasaan moral belum dirasakan oleh semua peserta didik karena masih ada beberapa peserta didik yang merasa contoh yang ditampilkan guru belum menggambarkan karakter yang dapat dicontoh seperti guru membiarkan ketika peserta didik bersikap masa bodoh terhadap temannya.

Peran guru sebagai model terkait dengan tindakan moral yaitu sebanyak 29 dari 89 peserta didik (32,58%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 39 dari 89 peserta didik (43,82%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 20 dari 89 peserta didik (22,47%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 1 dari 89 peserta didik (1,12%) menyatakan bahwa guru kurang banyak berperan dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan

(7)

hasil dari uraian tersebut dapat disimpulkan meskipun secara umum guru sebagai model berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan tindakan moral, tetapi ada 1 peserta didik yang masih menyatakan peran tersebut kurang maksimal seperti guru membiarkan ketika peserta didik membuang sampah sembarangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara umum guru sebagai model berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik tetapi belum maksimal karena masih ada beberapa peserta didik yang belum merasakan peran tersebut secara keseluruhan. Artinya contoh atau peran model yang ditampilkan oleh guru baik di sekolah maupun di luar sekolah belum mampu membentuk karakter peserta didik secara keseluruhan. Jika hal tersebut terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menentukan tindakan yang benar untuk membentuk karakternya. Untuk itu guru perlu meningkatkan perannya sebagai model yang lebih baik lagi untuk menyeimbangkan antara pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral untuk membentuk karakter yang lebih baik pada peserta didik.

Sesuai dengan yang dikemukakan Gunawan (2012:91) dalam pembentukan karakater pada peserta didik di sekolah, teladan atau contoh merupakan metode yang lebih efektif dan efisien, karena peserta didik pada umumnya cenderung mencontoh atau meniru guru, oleh karena itu guru harus dapat menunjukkan karakternya dalam perilaku dan sikap yang ditampilkan dalam memberikan contoh tindakan- tindakan yang baik sehingga diharapkan dapat menjadi model yang baik bagi peserta didiknya untuk mencotoh perilaku tersebut.

c. Peran Guru sebagai Mentor yang Beretika dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai peran guru sebagai mentor yang beretika terkait dengan pengetahuan moral diketahui 51 dari 89 peserta didik (57,30%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 29 dari 89 peserta didik (32,58%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan 9 dari 89 peserta didik (10,11%) menyatakan bahwa guru cukup banyak berperan dalam pembentukan karakter peserta didik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum guru sebagai mentor yang beretika sudah berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan pengetahuan moral akan tetapi masih ada beberapa peserta didik yang merasa bimbingan yang diberikan guru untuk membentuk aspek pengetahuan moral belum maksimal karena masih ada beberapa peserta didik yanh menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak. Artinya peserta didik belum dapat merasakan peran guru sebagai mentor yang beretika terkait dengan pengetahuan moral secara keseluruhan.

Peran guru sebagai mentor terkait dengan perasaan moral yaitu 49 dari 89 peserta didik (55,06%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, 32 dari 89 peserta didik (35,96%) menyatakan bahwa guru berperan banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dan, 8 dari 89 peserta didik (8,99%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru sebagai mentor sangat banyak berperan dalam pembentukan karakter peserta didik terkait dengan perasaan moral tetapi kenyataan yang ada di lapangan ada beberapa peserta didik yang masih merasa peran guru tersebut belum maksimal dalam membentuk karakter peserta didiknya.

(8)

Peran guru sebagai mentor terkait dengan tindakan moral yaitu 45 dari 89 peserta didik (50,56%) menyatakan bahwa guru berperan sangat banyak dalam pembentukan karakter peserta didik, dimana guru sudah mengajarkan kepada peserta didik untuk memecahkan permasalahan dengan baik, mengajarkan peserta didik untuk berbagi pengalaman positif dan 44 dari 89 peserta didik (49,44%) menyatakan bahwa guru berperan cukup banyak dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik masih merasa peran guru sebagai mentor yang beretika terkait dengan tindakan moral belum terlaksana dengan baik, hal itu dikarenakan masih banyak peserta didik yang menyatakan guru cukup banyak berperan dalam pembentukan karakter.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik masih merasa peran guru sebagai mentor atau pembimbing belum mampu membentuk karakter peserta didik secara keseluruhan, oleh karena itu guru harus meningkatkan peranannya sebagai mentor yang beretika dengan baik sehingga dapat membentuk peserta didik yang lebih berkarakter seperti mengajarkan kepada peserta didik agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Sesuai dengan yang dikemukakan Lickona (2012:112) bahwa guru menjadi mentor yang beretika yaitu memberikan instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi kelas, bercerita, pemberian motivasi, dan memberikan umpan balik.

D. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai peran guru dalam pembentukan karakter peserta didik, yaitu:

1. Peran guru sebagai penyayang yang efektif dalam pembentukan karakter peserta didik termasuk pada kriteria banyak.

2. Peran guru sebagai model dalam pembentukan karakter peserta didik termasuk pada kriteria banyak.

3. Peran guru sebagai mentor yang beretika dalam pembentukan karakter peserta didik termasuk pada kategori sangat banyak.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, saran peneliti adalah bagi :

1. Guru, agar dapat meningkatkan perannya dalam pembentukan karakter peserta didik dan dapat mengembangkan karakter peserta didik lebih baik lagi kedepannya.

2. Peserta Didik, agar dapat mengaplikasikan pelajaran karakter yang diberikan guru dalam kehidupan sehari- hari, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

3. Kepala Sekolah, agar bisa membantu menanamkan karakter yang lebih baik sehingga peserta didik memiliki karakter yang mulia.

4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, agar dapat membentuk calon guru BK yang berkarakter sehingga bisa menjadi model dan teladan baik di sekolah maupun di masyarakat.

5. Peneliti selanjutnya, penulis mengharapkan skripsi ini bisa bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penelitiaan selanjutnya dengan meneliti berbagai variabel yang berbeda dengan variabel penelitian ini.

Kepustakaan

Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Yrama Widya.

Gunawan, Heri. 2012: Pendidikan Karakter.Bandung: Alfabeta.

Lickona, Thomas (Abdu Wamaungo Juma) 2012. Education For Character.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Agus & Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

PEMBENTUKAN KARAKTER DSIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB PESERTA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter pada peserta didik kelas X tata busana di SMKN 3 Metro, serta untuk