• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA ADAT MELAYU KOTA JAMBI DALAM MELESTARIKAN PROSESI PERNIKAHAN DI SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 1950-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERAN LEMBAGA ADAT MELAYU KOTA JAMBI DALAM MELESTARIKAN PROSESI PERNIKAHAN DI SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 1950-2020"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN LEMBAGA ADAT MELAYU KOTA JAMBI DALAM MELESTARIKAN PROSESI PERNIKAHAN DI SEBERANG KOTA

JAMBI TAHUN 1950-2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Batanghari

OLEH :

Nama : Aulia Mawaddah

Nim 1900887201008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BATANGHARI TAHUN AJARAN 2023

(2)
(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Motto : “Orang yang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata”.

– Dahlan Iskan

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat taufik dan hidayah-Nya dalam kelacaran penulisan skripsi ini.

Skripsi ini saya persembahkan sepenuhnya kepada kedua orang tua saya, Ayah (Muhammad Safi’i) Ibu (Ratumas Mursila) dan seluruh keluarga. Terima kasih atas segala do’a, kasih sayang, dan kesabaran dalam mendidik saya hingga bisa sampai sekarang. Pengorbanan dan perjuangan yang tidak pernah terhenti sampai saat ini, dan kini anakmu telah menjadi apa yang ayah dan ibu harapkan. Semoga anak perempuan pertama dan satu-satunya ini bisa selalu membanggakan ayah dan ibu serta keluarga. Saat ini hanya ucapan terima kasih serta do’a yang bisa saya berikan kepada ayah dan ibu, dan saya sadar bahwa apa yang saya berikan ini tidak sepadan dengan jasa-jasa ayah dan ibu dalam mendidikan dan membesarkan saya. Tanpa ayah dan ibu saya bukanlah apa-apa, dan karena jasa kalian berua saya bisa sampai di titik ini.

Untuk adik-adikku (M. Paris Abqori dan M. Zhafran Nabihan) tetaplah semangat belajar untuk mencapai cita-cita kalian dan selalu patuh terhadap orang tua.

Terimakasih telah mensupport kakak, dan kakak do’akan untuk kesuksesan kalian adik-adikku.

Untuk teman baikku di bangku perkuliahan (Kak Ira, Kak Niken, Anggi, Maya) yang selalu setia menemani dan memberi semangat dukungan serta kebahagiaan dari awal pertemanan sampai sekarang dan saya harap selamanya. Juga teruntuk sahabat dari kecil (Dessy Qomariah) yang cantik dan rela kapanpun menemani saya.

(6)

Untuk kakak sepupu saya (Diah Ayu Ramadhani) dan teman lelaki terbaik (Mawardi Alfarisi), terima kasih telah menjadi kakak dan pendamping yang mensupport segala yang saya lakukan dan mendukung serta menemani saya dalam melakukan penelitian ini hingga selesai dengan tepat waktu. Dan terakhir untuk teman-teman angkatan 2019 Program Studi Pendidikan Sejarah yang hampir 4 tahun bersama dan semoga kita semua bisa mencapai kesuksesan.

Kalian semua orang-orang hebat yang menyaksikan proses saya dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

ABSTRAK

Mawaddah, Aulia. 2023. Skripsi. Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestrarikan Prosesi Pernikahan di Seberang Kota Jambi Tahun 1950-2020. Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Batanghari.

Pembimbing I: Ulul Azmi, S.Pd., M.Hum. Pembimbing II:

Drs. Ujang Hariadi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prosesi pernikahan adat melayu serta peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam melestarikan Pernikahan di Seberang Kota Jambi dari tahun 1950 hingga tahun 2020. Adapun latar belakang dari penelitian ini, peneliti menemukan adanya proses yang unik dalam prosesi adat pernikahan di Seberang Kota Jambi yang berbeda dengan di pusat Kota, namun seiring berjalannya waktu prosesi pernikahan ini mulai luntur dan didominasi oleh kebudayaan luar, sehingga membutuhkan peran masyarakat, tokoh adat serta Lembaga Adat untuk melestarikan hal tersebut. Penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu Heuristik, Verifikasi atau Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosesi pernikahan adat melayu di Seberang sama dengan yang diterapkan di Bumi Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi, namun yang membedakan yaitu beberapa kegiatan dan kebiasaan masyarakat di Seberang yang tidak termasuk dalam acara dan upacara adat, kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat Pra perkawinan, Pelaksanaan Perkawinan, dan Pasca Perkawinan. Terlepas dari hal tersebut, Lembaga Adat Melayu Kota Jambi juga memiliki peran dalam pelaksanaan prosesi adat pernikahan di Seberang Kota Jambi.

Kata Kunci : prosesi pernikahan, adat melayu, Seberang Kota Jambi

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, nikmat dan kesehatan serta kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestarikan Prosesi Pernikaha di Seberang Kota Jambi Tahun 1950-2020”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari.

Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Batanghari Jambi.

2. Bapak Dr. H. Abdoel Gafar, S.Pd., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi.

3. Ibu Siti Heidi Karmela, SS, MA. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi.

4. Bapak Ulul Azmi, S.Pd., M.Hum. selaku Pembimbing Skripsi I dan Bapak Drs. Ujang Hariadi selaku Pembimbing Skripsi II, yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh Staff Administrasi dan Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi.

7. Datuk Datin dan Ninik Mamak Lembaga Adat Melayu Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi .

8. Bapak Muhammad Safi’I dan Ibu Ratumas Mursila selaku orang tua penulis yang selalu memberikan do’a, cinta, kasih sayang, dukungan, dan motivasi yang sangat luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

(9)

9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Sejarah angkatan 2019 dan semua pihak yang telah berjuang bersama-sama dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Jambi, Juni 2023

Aulia Mawaddah

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kecamatan Danau Teluk ...

Gambar 2 Peta Kecamatann Pelayangan...

Gambar 3 Tradisi Makan Beidangan ...

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Struktur Kepengurusan Bamus Kecamatan Danau Teluk 2017-2022 ...

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 penduduk Seberang Kota Jambi...

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kerangka Teori... 5

1.5 Metode Penelitian... 8

1.6 Penelitian Relevan ... 12

1.7 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM SEBERANG KOTA JAMBI ... 14

2.1 Keadaan Geografis ... 14

2.2 Keadaan Penduduk ... 16

2.3 Keadaan Ekonomi ... 17

2.4 Keadaan Sosial dan Budaya ... 18

BAB III PERNIKAHAN ADAT MELAYU DI SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 1950-2020 ... 22

3.1 Sejarah Lembaga Adat Seberang ... 22

3.2 Peran Adat dalam Kehidupan ... 23

3.1.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Adat ... 23

3.1.2 Pembagian Adat dan Istilah dalam Adat ... 26

3.1.3 Hukum Adat ... 27

(14)

3.3 Prosesi Pernikahan Adat Melayu di Seberang Tahun 1950-2020 ... 32

3.4 Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan Adat Melayu di Seberang ... 46

BAB IV PENUTUP ... 49

4.1 Kesimpulan ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 52

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Suatu cara hidup yang dimiliki bersama dan berkembang dalam sebuah kelompok itu dinamakan budaya. Budaya terbentuk dari banyak unsur diantaranya bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan ekonomi, mata pencaharian, religi serta kesenian (Supian, dkk, 2017:191). Cara hidup yang berubah dan berkembang dari masa ke masa dan hal yang bersangkutan dengan akal biasanya juga diartikan sebagai budaya. Dan Indonesia adalah salah satu Negara yang kaya akan budaya dari setiap provinsinya, sehingga keberagaman budaya menjadi ciri dari Indonesia unik serta menjadi salah satu faktor dalam pemersatu kemerdekaan bangsa ini.

Ada dua hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu budaya dan masyarakat.

Karena budaya adalah sesuatu yang lahir dari sekelompok masyarakat dengan ciri khasnya masing-masing dan itulah yang menjadi identitas dan pembeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya (Supian, dkk, 2017:191-192). Kebudayaan atau budaya adalah kumpulan dari ilmu pengetahuan, adat istiadat, tradisi dan perilaku sehari-hari yang terdapat pada suatu masyarakat. Kebudayaan mengandung unsur-unsur yang menjadi syarat agar dapat dinyatakan sebuah kebudayaan diantaranya memiliki sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian (Kusuma & Aman, 2021:241).

Kota Jambi merupakan salah satu kawasan yang didiami oleh masyarakat yang heterogen, penduduknya yang berasal dari berbagai suku dan etnis diantaranya Melayu, Batin, Jawa, Cina, Arab dll (Lindayanti & Zubir, 2013:57).

Masing-masing kelompok masyarakat tersebut memiliki budaya dan tradisi yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berakulturasi sehingga melahirkan budaya yang baru. Salah satu budaya yang mendominasi budaya tersebut sehingga mampu bertahan hingga hari ini adalah budaya melayu Jambi yang merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Provinsi Jambi.

(16)

Pada masa kesultanan jambi, orang melayu adalah masyarakat yang menempati daerah kawasan teras kerajaan, daerahnya tersebar di sepanjang aliran sungai Batanghari dari Muara Tebo sampai Muara Sabak (Lindayanti & Zubir, 2013:57). Salah satu kawasan pemukiman orang melayu adalah Seberang Kota Jambi, yang berada di pinggiran aliran sungai Batanghari. Seberang Kota Jambi atau biasa dikenal dengan singkatan Sekoja berada di bagian utara Kota Jambi yang dipisahkan oleh sungai Batanghari. Perbedaan kondisi sosial budaya yang signifikan sangat nampak antara pusat kota dengan Seberang Kota Jambi sekalipun hanya dibatasi oleh sungai Batangahari.

Seberang Kota Jambi ini juga dikenal sebagai kota santri dan serambi Mekah-nya Jambi. Karena terdapat banyak pesantren-pesantren sehingga juga berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat sekitar yang sangat erat dengan keagamaan (Kusuma & Aman, 2021:246). Wajah Kota Jambi sebenarnya yaitu Seberang Kota Jambi, tempat peninggalan benda sejarah yang masih bertahan dan terjaga baik dari gerusan zaman, juga tempat warga asli melayu jambi tinggal beserta adat istiadatnya.

Terdapat banyak keunikan budaya yang ada di Seberang Kota Jambi yang telah turun-temurun dan masih dilakukan sampai sekarang. Masyarakat seberang yang selalu mengedepankan etika dalam bertata krama serta sopan santun dalam bermasyarakat. Tradisi yang mencerminkan kehidupan masyarakat lokal baik itu yang berhubungan dengan kehidupan sosial keagamaan maupun kehidupan sosial kemasyarakatan. Tradisi dalam kehidupan sosial keagamaan (seperti nisfu sya’ban, assura, burdah, pembacaan kulhu dll), bercorak sosial kemasyarakatan (seperti makan beidangan, nuak, nyukur bayi dll) (Karmela & Yanto,2022:341), sedangkan bercorak tradisi adat seperti hukum adat dan tradisi pernikahan yang masih diterapkan dalam kehidupan masyarakat di Seberang, sekalipun demikian terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada prosesi pernikahan baik adat maupun tradisi masyarakat tempatan.

Upacara pernikahan merupakan suatu sistem nilai budaya yang memberi arah dan pandangan untuk mempertahankan nilai-nilai hidup, terutama dalam hal mempertahankan dan melestarikan keturunan dan juga menyatukan dua rumpun

(17)

keluarga yang lebih besar yaitu keluarga dari pihak mempelai laki-laki dan keluarga dari pihak mempelai perempuan. Bagi orang tua yang berhasil menikahkan anaknya baik laki-laki maupun wanita, mereka merasa gembira dan beruntung karena sudah terlepas dari tanggung jawab sebagainya sebagai orang tua (Kartika, 2019:8).

Dalam adat Jambi pernikahan lebih sering disebut dengan perkawinan.

Menurut adat Jambi perkawinan bukanlah hanya sekedar urusan kedua calon mempelai, tetapi merupakan kewajiban kedua belah pihak orang tua, tuo-tuo tengganai, nenek mamak, cerdik pandai, pimpinan formal, serta tokoh-tokoh adat yang diatur oleh hukum adat berdasarkan kebudayaan masyarakat, agamar, dan undang-undnag perkawinan. Selain itu, perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin yang sakral yang mengikat antara kedua belah pihak suami istri dalam kehidupan rumah tangga baik di dunia maupun di akhirat.

Adapun prosesi upacara adat pernikahan masyarakat seberang Kota Jambi dimulai dari beghusik sirih begurau pinang, tegak batuik duduk betanyo, meletak tando, ulur adat serah terimo adat lembago, akad nikah, adat penuh (suruh serayo, kompangan, pencak silat, bersyair, kato bejawab di halaman, cuci kaki santan bemanis, serah terimo pengantin, buka lanse, memijak kepala kerbau, duduk dirumah begonjong, betimbang, iwa/pengumuman, tunjuk ajar tegur sapo, penyuapan nasi sapat dan pembacaan do’a). Upacara adat perkawinan masyarakat Jambi merupakan peristiwa yang sangat penting bagi setiap anggota masyarakat (Gafar, 2012:45).

Keseluruhan proses upacara adat dalam pernikahan masyarakat seberang masing-masing memiliki nilai budaya yang terkandung didalamnya. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, banyak budaya luar yang masuk ke Indonesia hingga berkembang sampai ke wilayah Seberang. Termasuk juga prosesi pernikahan yang sudah mulai di dominasi oleh budaya luar sehingga banyak budaya asli daerah yang mulai tergeser dan hilang. Maka dari itu lembaga adat sangat berperan penting dalam mempertahankan dan melestarikan kebudayaan adat istiadat asli di daerahnya masing-masing.

(18)

Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan yang terjadi pada prosesi pernikahan yaitu masuknya islam ke Jambi sehingga terjadi akulturasi antara budaya Arab dengan budaya Jambi, faktor selanjutnya yaitu beridirnya lembaga adat dimana perubahan terjadi saat sebelum dan sesudah berdirinya Lembaga Adat Melayu Kota Jambi. Lembaga Adat Melayu Kota Jambi berperan dalam melestarikan prosesi pernikahan adat melayu di Seberang Kota Jambi . Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan di Seberang Kota Jambi Tahun 1950- 2020“.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan judul yang diteliti dalam penelitian ini maka peneliti perlu membatasi batasan agar tidak meluas kemana-mana. Adapun batasan temporal dalam penelitian ini yaitu meliputi tahun 1950-2020. Tahun 1950 dijadikan sebagai batasan awal karena pada tahun itu tradisi adat dalam perkawinan di Seberang Kota Jambi sudah dilaksanakan namun masih seadanya karena lembaga adat belum dibentuk pada masa itu, sehingga banyak kegiatan adat yang belum diatur secara resmi. Sementara batasan akhirnya pada tahun 2020 yang mana Lembaga adat sudah terbentuk dan menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tugas dari Lembaga adat itu sendiri termasuk dalam melestarikan adat pernikahan di seberang Kota Jambi. Selama rentang waktu tersebut itu akan dilihat bagaimana perang Lembaga Adat Kota Jambi dalam melestarikan prosesi pernikahan di seberang Kota Jambi.

Batasan spesial kajian ini adalah seberang Kota Jambi. Perbedaan kondisi sosial budaya yang signifikan sangat nampak antara pusat Kota dengan Seberang Kota Jambi walaupun hanya dipishkan oleh sungai Batanghari, tidak adanya gedung tinggi seperti di pusat kota apalagi mall, yang ada hanya rumah panggung serta banyaknya pesantren. Kemudian Seberang Kota Jambi berada didalam ruang lingkup Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.

(19)

Untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan, bertitik tolak pada latar belakang masalah, sehingga dirumuskan pertanyaan yaitu :

1. Bagaimana prosesi pernikahan adat Melayu Jambi di Seberang Kota Jambi tahun 1950-2020?

2. Bagaimana peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam melestarikan prosesi pernikahan di seberang Kota Jambi tahun 1950-2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah diketahui permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti dapat menguraikan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui prosesi pernikahan adat Melayu Jambi di Seberang Kota Jambi tahun 1950-2020.

2. Mengetahui peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam melestarikan prosesi pernikahan di seberang Kota Jambi tahun 1950-2020.

1.4. Kerangka Teori

Kerangka teori dibutuhkan oleh peneliti untuk menelaah permasalahan penelitian dengan lebih terperinci. Selain itu kerangka teori juga berguna bagi peneliti untuk menyimpulkan hasil penelitian.

Pendekatan teori yang dipakai oleh penulis ialah teori peran. Menurut Soejono Soekanto dalam buku yang berjudul sosiologi suatu pengantar (2012:212), menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan (Markus, 2018:4-5).

Selanjutnya menurut (Veitzal Rivai, 2004: 148), peranan diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin sedikit keterampilan teknis yang diperlukan. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu heirarki organisasi, semakin penting keterampilan teknis yang diperlukan, (Siswanto, 2012:21).

(20)

Kelompok kepentingan merupakan kelompok yang berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik, kelompok ini tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Kelompok kepentingan berbeda beda antara lain dalam struktur, gaya, sumber pembiayaan, dan basis dukungannya. Perbedaan-perbedaan tersebut sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi, politik, dan sosial suatu bangsa (Elvi Juliansyah, 2013:81-83).

Menurut Soejono Soekanto (2012:213) peranan mencakup dalam tiga hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Norma-norma tersebut secara sosial di kenal ada 4 meliputi :

a. Cara (Usage), lebih menonjol di dalam hubungan antarindividu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya.

b. Kebiasaan (folkways), sebagai perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.

c. Tata kelakuan (mores), merupakan cerminan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

d. Adat istiadat (custom), merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat. Soejono Soekanto (2012:174).

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

(21)

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Didalam melestarikan prosesi pernikahan adat melayu di Seberang Kota Jambi terdapat peran dari Lembaga Adat Melayu Kota Jambi untuk mempertahankan serta melestarikan adat pernikahan yang mulai hilang oleh gerusan zaman.

Lembaga adat adalah suatu organisasi atau lembaga kemasyarakatan yang dibentuk untuk membantu pemerintah daerah dan merupakan mitra dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat yang dapat mendukung pembangunan. Lembaga adat dibentuk bertujuan untuk merencanakan, me ngarahkan, mensinergikan program pembangunan agar sesuai dengan tata nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat demi terwujudnya keselarasan, keserasian, keseimbangan, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat.

Lembaga Adat Melayu Kota Jambi merupakan sebuah lembaga yang sangat berperan penting dalam membina dan menjaga eksistensi adat istiadat Melayu Jambi. Buku profil Adat Melayu Daerah Kota Jambi (2019:33) menyebutkan bahwa Lembaga Adat Melayu Kota Jambi telah banyak memiliki peran dalam perkembangan dan pelestarian adat Melayu Jambi. Lembaga Adat Melayu Kota Jambi berada di bawah naungan Lembaga Adat Melayu Provinsi Jambi, dan Seberang Kota Jambi menjadi salah satu wilayah yang berada dalam kawasan Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.

Lembaga adat kemudian menjadi tempat bernaung dan berhimpun orang- orang yang mengerti dan memahami adat istiadat yang mengakar di Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi sehingga mereka menjadi figur keteladanan dalam masyarakat. Oleh karena itu Lembaga Adat Melayu Kota Jambi memiliki peran dalam menjaga serta melestarikan adat istiadat termasuk juga adat pernikahan yang ada di Seberang Kota Jambi.

(22)

1.5 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2013;2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu (Darmadi, 2013:153). Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa medote penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Sementara itu menurut Louis Gottschalk (1975:32) yang dimaksud dengan metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalam masa lampau. Metode penelitian sejarah meliputi heuristik, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Heuristik (Pengumpulan sumber)

Pengumpulan sumber (Heuristik) merupakan langkah pertama dalam penelitian ini. Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana kualitas masa lalu manusia bisa dipahami oleh orang lain. Adapun sumber sejarah dalam penelitian ini yaitu ada dua sumber, diantaranya sumber sejarah primer dan sekunder. Sumber sejarah primer merupakan sumber sejarah yang direkam dan dilaporkan oleh para saksi mata, kemudian data-datanya dicatat lalu dilaporkan oleh yang mengamati dan menyaksikan peristiwa sejarah tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan sumber sejarah mengenai peran lembaga adat melayu Kota Jambi dalam melestarikan prosesi pernikahan adat melayu di seberang Kota Jambi tahun 1950-2020 yang berupa catatan sejarah yang menjelaskan tentang tradisi adat pernikahan setelah dibentuknya Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.

(23)

Kemudian sumber sejarah sekunder merupakan sumber sejarah yang disampaikan bukan oleh orang yang menyaksikan peristiwa sejarah melainkan ia melaporkan peristiwa sejarah yang terjadi berdasarkan kesaksian orang lain.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa sumber sejarah sekunder diantaranya, buku dan jurnal mengenai Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan pengurus lembaga adat untuk memperoleh informasi mengenai Tradisi adat pernikahan di Seberang Kota Jambi.

Terdapat beberapa hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pengumpulan data diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Sugiyono (2018:229). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan atau observasi secara langsung untuk melihat bagaimana adat pernikahan di seberang Kota Jambi.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan tokoh pengurus lembaga adat melayu dan masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan Adat Melayu di Seberang Kota Jambi Tahun 1950-2020.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti berhasil menemukan catatan sejarah mengenai Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam melestarikan prosesi adat pernikahan di Seberang Kota Jambi.

2. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber yaitu tahapan atau kegiatan meneliti sumber, informasi, jejak tersebut secara kritis, yang terdiri atas kritik eksternal dan kritik internal.

Menurut Sumargono dalam buku Metodologi Penelitian Sejarah (2021), kritik sumber dilakukan dengan mengumpulkan serta menguji keabsahan sumber atau data yang digunakan.

(24)

Terdapat dua jenis kritik sumber yaitu eksternal dan internal. Kritik eksternal dilakukan untuk menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber supaya diperoleh sumber yang asli atau sungguh-sungguh dan bukan yang palsu atau tiruan. Sumber asli artinya sumber yang tidak palsu, sedangkan sumber otentik ialah sumber yang melaporkan dengan benar mengenai suatu subjek yang tampaknya benar.

Dalam melakukan kritik eksternal pada penelitian peran lembaga adat melayu kota jambi dalam melestarikan prosesi pernikahan adat melayu di seberang tahun 1950-2020, peneliti membedakan 2 sumber sejarah yaitu yang berupa keterangan lisan hasil wawancara dan juga keterangan tertulis.

Dilakukan dengan cara menilai dan membandingkan data dari sumber sejarah yang mana yang layak untuk dijadikan sumber sejarah yang valid berdasarkan pada latar belakang penulis buku, jurnal ataupun karya ilmiah lainnya, kemudian juga melihat jabatan atau peran narasumber dalam lembaga adta melayu Kota Jambi.

Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji kredibilitas dan reliabilitas suatu sumber. Setelah menguji otentisitas atau keaslian sumber, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji kredibilitas atau disebut juga dengan uji reliabilitas. Artinya seorang peneliti harus menentukan seberapa besar sumber tersebut dapat dipercaya kebenaran informasi dari sumber sejarah. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melakukan verifikasi terhadap sumber sejarah yang berupa data-data sejarah yang berhubungan dengan sejarah lembaga adat melayu Kota Jambi terutama dalam aspek tradisi adat pernikahan, untuk melihat kredibilitas dan keaslian sumber sejarah tersebut dengan mempertimbangkan isi dari data sejarah dengan kejadian yang sesungguhnya dengan membandingkan beberapa data sejarah mengenai sejarah lembaga adat melayu Kota Jambi.

3. Interpretasi (Penafsiran)

Langkah selanjutnya yaitu interpretasi. Interpretasi adalah tahapan atau kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menetapkan makna dan saling hubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh. Bagi Kuntowijoyo secara operasional interpretasi atau penafsiran dibagi menjadi dua, yaitu analisis dan sintesis.

(25)

Analisis adalah menguraikan fakta-fakta yang telah dipastikan menjadi fakta sejarah. Sedangkan sintesis adalah menyatukan atau mengelompokkan data-data menjadi satu yang selanjutnya dilakkan penyimpulan. Kegiatan analisis dan sintesis telah berlangsung sejak melakukan kritik sumber yaitu kritik eksternal dan internal. Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan dan menyatukan data yang di peroleh dari sumber sejarah mengenai peran lembaga adat melayu Kota Jambi dalam meestarikan prosesi pernikahan adat melayu di Seberang Kota Jambi tahun 1950-2020.

4. Historigrafi (Penulisan Sejarah)

Langkah akhir dalam penelitian sejarah yaitu Historiografi atau sering disebut dengan penulisan sejarah. Historigrafi yaitu tahapan atau kegiatan menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imaginative masa lampau itu sesuai dengan jejak-jejaknya. Dengan perkataan lain, tagapan historigrafi itu iadlah tahapan penulisan. Dalam penulisan sejarah akan dikemukakan dari setiap periode para penulis sejarah dan sebab-sebab penulisan sejarah mengalami perubahan (Kuntowijoyo, 62). Penulisan sejarah (Historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (A.Daliman, 2012:100). Adapun strategi dalam penulisan sejarah diantaranya adalah audiens/pembaca yang ingin dituju, apa yang harus ditulis, bentuk atau kategori penulisan, gaya penulisan, struktur penulisan.

Yang pertama adalah Audiens atau pembaca yang dituju, dalam penelitian ini Audiens atau pembaca yang dituju adalah peneliti sendiri, para mahasiswa sejarah, para sejarawan, dan audiens umum lainnya atau semua semua orang non sejarah yang menaruh minat membaca karya-karya sejarah. Selan jutnya yang kedua, hal yang harus ditulis mengenai Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan Adat Melayu di Seberang Kota Jambi Tahun 19050-2020.

Kemudian yang ketiga bentuk dan kategori penulisan. Penulisan sejarah dikembangkan dengan tiga kategori yaitu naratif, deskriptif, dan aanalitik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penulisan naratif yang mana dipergunakan untuk mengisahkan suatu cerita atau alur peristiwa-peristiwa

(26)

sejarah menurut sekuensi waktu. Selanjutnya yang keempat adalah gaya penulisan, gaya penulisan sejarah ditulis dengan gaya dan bahasa resmi (formal). Dan yang terakhir yaitu struktur penulisan, dalam penulisan sejarah menggunakan struktur yang seimbang yang artinya subjek kalimat beserta keterangannya di satu pihak, dan predikat beserta pula keterangannya di lain pihak perlu seimbang keduanya.

1.6 Penelitian Relevan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis terlebih dahulu mencari penelitian- penelitian sekarang ini. Adapun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian sekarang ini, antara lain:

1. Supian, Selfi Mahat Putri, Fatonah (2017), yang berjudul Peranan Lembaga Adat dalam Melestarikan Budaya Melayu Jambi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti sama-sama mengkaji tentang Melestarikan Budaya Melayu Jambi. Adapun perbedaannya adalah penulis lebih memfokuskan tentang Peran Lembaga Adat dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan adat Melayu Jambi tahun 1950-2020, sedangkan penelitian yang diteliti oleh Supian memfokuskan dalam menggali sejarah dan peranan lembaga adat melayu Jambi dalam membantu pemerintahan guna melestarikan budaya melayu Jambi.

2. Hidayat Iman (2011) yang berjudul, Eksistensi Lembaga Adat Kota Jambi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh penulis sendiri yaitu sama-sama mengkaji tentang Lembaga Adat Kota Jambi. Perbedaannya adalah peneliti lebih memfokuskan tentang Peran Lembaga Adat dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan adat Melayu Jambi tahun 1950-2020, sedangkan penelitian yang ditulis oleh Hidayat Iman lebih memfokuskan tentang peran dan fungsi Lembaga Adat Kota jambi bagi kehidupan masyarakat di Kota Jambi.

3. Saputra Doni (2019) yang berjudul, Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi Dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti

(27)

sendiri yaitu sama-sama mengkaji tentang Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi terhdapat Budaya Melayu jambi. Sedangkan perbedaannya adalah peneliti lebih memfokuskan tentang tentang Peran Lembaga Adat dalam Melestarikan Prosesi Pernikahan adat Melayu Jambi tahun 1950-2020, sedangkan penelitian yang ditulis oleh Saputra Dodi lebih memfokuskan tentang peran lembaga adat dalam mempertahankan nilai lokal budaya Melayu kota Jambi.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini guna untuk mengetahui gambaran secara umum isi dari penulisan skripsi ini, dapat disimak sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, dan metode penelitian. Bab ini merupkan dasar bagi bab-bab selanjutnya dan juga merupakan bab permasalahan.

Bab II Gambaran Umum, bab ini meliputi keadaan Seberang Kota Jambi. Keadaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan dari berbagai sisi, baik dari segi gambaran umum keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan sosial dan kebudayaan masyarakat di Seberang Kota Jambi yang termasuk dalam lingkup Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.

Bab III Hasil dan Pembahasan, bab ini merupakan inti dari penulisan skripsi, yang mana peneliti membahas, mengulas, mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian yaitu, menjawab tentang Prosesi Pernikahan Adat Melayu di Seberang Kota Jambi Tahun 1050-2020 dan Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam Melestraikan Prosesi Pernikahan di Seberang Kota Jambi tahun 1950-2020.

Bab IV Penutup, merupakan kesimpulan keseluruhan dari hasil penelitian dalam skripsi ini.

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM SEBERANG KOTA JAMBI

2.1 Keadaan Geografis

Gambar 1 Peta Kecamatan Danau Teluk

Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Jambi

Secara geografis Kota Jambi terletak antara 00.45° Lintang Utara 02.45°

Lintang Selatan, 101,10° Bujur Timur. Seberang kota Jambi merupakan kawasan tertua di Kota jambi, letak kawasan ini berada di bagian utara Kota Jambi yang hanya dipisahkan oleh sungai Batanghari (Kusuma & Aman, 2021:240). Seberang Kota Jambi dan pusat Kota hanya berjarak beberapa ratus meter, namun terlihat sangat jelas perbedaan antara dua bagian wilayah tersebut. Terdapat dua kecamatan yang berada di wilayah Seberang Kota Jambi yaitu Kecamatan Danau Teluk dengan luas 15,70 Km2 dan Kecamatan Pelayangan seluas 15,29 Km2 (RPJMD Kota Jambi, 2013-2018). Bagian barat dan utara Kecamatan Danau Teluk berbatasan langsung dengan Kabupaten Muara Jambi, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Pelayangan, dan bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Telanipura. Daerah ini memiliki ketinggian 0-10 meter dari permukaan laut, sehingga daerah ini termasuk dataran rendah dan setiap tahun mengalami kebanjiran. Danau Teluk merupakan suatu kecamatan yang cukup tua,

(29)

secara bahasa “danau” berarti genangan air yang amat luas dikelilingi daratan, dan

“teluk” berarti bagian laut yang menjorok ke darat. Sehingga dapat disimpulkan mengapa daerah ini disebut Danau Teluk karena memiliki genangan air yang sangat luas dan jika ditelusuri akan terhubung langsung dengan sungai Batanghari. Di Kota Jambi hanya terdapat dua danau yang tegolong luas, yaitu Danau Sipin dan Danau Teluk, dan Danau Teluk adalah salah satu dari 621 danau yang berukuran kecil yang tersebar diseluruh Indonesia, ini menjadi salah satu keunikan geografis Kecamatan Danau Teluk (Muttaqin, 2015).

Keunikan geografis lainnya yaitu terdapat suatu pulau di tengah-tengah Danau Teluk, pulau ini biasa disebut dengan Pulau Pabe, ada pula yang menyebutnya Pulau Babe. Keterangan sejarah menyebutkan bahwa dahulu pulau ini menjadi pusat pengendalian dan pengawasan administrasi perdagangan yang dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan ekonomi khususnya perniagaan (Muttaqin, 2015). Kecamatan Danau Teluk memiliki 5 kelurahan diantaranya:

• Kelurahan Pasir Panjang

• Kelurahan Tanjung Raden

• Kelurahan Tanjung Pasir

• Kelurahan Olak Kemang

• Kelurahan Ulu Gedong

Gambar 2 Peta Kecamatan Pelayangan

Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Jambi

(30)

Dijelaskan sebelumnya bahwa bagian timur Kecamatan Danau Teluk berbatasan langsung dengan Kecamatan Pelayangan, dan masih dalam satu kawasan wilayah Seberang Kota Jambi sehingga keadaan geografis antara dua kecamatan ini tidak jauh berbeda. Pelayangan juga termasuk daerah dataran rendah sehingga setiap tahun kemungkinan terjadi banjir. Secara administratif kecamatan pelayangan dibatasi oleh beberapa bagian, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasar Jambi, bagian utara berbatasan dengan Kecamatan muaro Sebo Kabupaten Muara Jambi, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Danau Teluk. Kecamatan Pelayangan memiliki 6 kelurahan diantaranya:

• Kelurahan Kampung Tengah

• Kelurahan Kampung Jelmu

• Kelurahan Mudung Laut

• Kelurahan Arab Melayu

• Kelurahan Tahtul Yaman

• Kelurahan Tanjung Johor 2.2 Keadaan Penduduk

Wilayah Seberang Kota Jambi atau yang biasa disingkat dengan “sekoja”

ini dihuni oleh masyarakat pribumi melayu yang bercampur dengan keturunan Arab melalui pernikahan. Pada masa lalu banyak para pedagang dari Arab yang melakukan perdagangan di kawasan Seberang Kota Jambi (Kusuma & Aman, 2021:241). Secara keseluruhan masyarakat Seberang Kota Jambi memeluk agama islam, ada sebagian yang memeluk agama lainnya namun biasanya hanya pendatang dan tidak menetap tinggal di Seberang Kota Jambi. Masyarakat Seberang Kota Jambi juga bersifat majemuk dan heterogen, pada masa kependudukan kolonial Belanda masyarakat Seberang Kota Jambi terdiri dari bangsa Eropa, Cina, Arab, dan Melayu Jambi (Kusuma & Ari, 2021:247). Pada saat sekarang masyarakat Seberang Kota Jambi terdiri dari masyarakat asli Melayu (keturunan dari orang Melayu yang menikah dengan orang Melayu), Arab Melayu (keturunan dari orang Arab yang menikah dengan Melayu), Cina Melayu

(31)

(keturunan dari orang Cina/Tionghoa yang menikah dengan Melayu), dan banyak pendatang seperti orang Jawa, Minang, batak, Banjar, Bugis dan lain-lainnya.

Seberang Kota Jambi terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Kemudian jumlah populasi penduduk menurut Badan Pusat Statistik Kota Jambi sampai tahun 2018, di Kecamatan Danau Teluk jumlah laki-laki sebanyak 7.111, perempuan 6.583, dan jika ditotalkan penduduk di Kecamatan Danau Teluk berjumlah 13.694 jiwa. Sedangkan di Kecamatan Pelayangan jumlah laki-laki sebanyak 6.020, perempuan 6.103, dan jika ditotalkan penduduk di Kecamtan Pelayangan berjumlah 12.123 jiwa. Sehingga total secara keseluruhan pupulasi penduduk di Seberang Kota Jambi sebanyak 25.817 jiwa, untuk lebih lengkapnya dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Kecamatan

Laki-laki Perempuan

Jumlah

2018 2018

Danau Teluk 7.111 6.583 13.694

Pelayangan 6.020 6.103 12.123

Total 25.817

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi

2.3 Keadaan Ekonomi

Bertani dan nelayan adalah mata pencarian masyarakat Seberang Kota Jambi. Menanam padi biasanya dilakukan oleh petani pada saat datangnya musim hujan dengan tujuan hasil panen yang melimpah, disamping menanam padi ada juga yang menanam jagung, cabai, serta ubi-ubi an. Wilayah Seberang Kota Jambi yang berada di pinggir aliran sungai Batanghari menyebabkan sebagian penduduk bekerja sebagai nelayan, hasil ikan yang diperoleh nelayan biasanya dijual langsung kepasar, namun ada juga yang memproduksi langsung ikan tersebut menjadi kerupuk lalu dijual di pasar. Kemudian ada juga yang bekerja sebagai pedagang kecil, tukang ojek, tukang perahu ketek, tukang bangunan, serta buruh pabrik. Kawasan Seberang ini juga dikenal sebagai daerah pembuat speedboat, perahu dan ketek. (Kusuma & Aman, 2021:246).

(32)

Selain itu, terdapat masyarakat yang bekerja di sektor industri rumah tangga seperti memproduksi batik, sulam, kerupuk ikan, tepek ikan, kue tradisional, dan lain-lainnya. Batik khas Jambi yang banyak di produksi langsung oleh masyarakat Seberang Kota Jambi, usaha batik ini membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Seberang karena prosesnya yang banyak dan terbilag rumit sehingga membutuhkan banyak tangan-tangan pengrajin yang kreatif dalam pengerjaannya. Oleh karena batik Jambi ini sudah terkenal kualitasnya yang sangat baik dan diperjual belikan, sehingga banyak peminat baik dari masyarakat lokal maupun luar. Seberang Kota Jambi juga mempunyai olahan makanan khas yang terkenal yaitu kerupuk ikan panggang dan tepek ikan. Kedua olahan ini biasanya hanya ditemui di Seberang Kota Jambi dan merupakan industri rumah tangga yang dijalankan oleh masyarakat Seberang Kota Jambi.

Industri rumah tangga ini menjadi salah satu penghasilan tambahan bagi masyarakat Seberang Kota Jambi. Hasil industri rumah tangga ini biasanya dipasarkan di Sanggar Batik Selaras Putri Pinang Masak yang berada di kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan, letak sanggar batik ini berada langsung di tepi sungai Batanghari dan tempat pelabuhan ketek sehingga membuat wisatawan lokal dan asing yang datang ke Seberang mengunjungi sanggar batik dan membeli produk industri rumah tangga ini (Kusuma & Aman, 2021:247).

2.4 Keadaan Sosial dan Budaya

Masyarakat yang mendiami wilayah Seberang Kota Jambi selalu memegang teguh ajaran islam, terlihat jelas dalam kehidupan penduduknya yang kental dengan nuansa keislamannya. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat kondisi di Seberang Kota Jambi menjadi wilayah yang tenang dan damai untuk ditempati. Seberang Kota Jambi hanya berjarak beberapa ratus meter dari pusat kota dan dipisahkan oleh aliran sungai Batanghari, namun kondisi sosialnya terlihat jauh lebih sederhana dibandingkan dengan pusat Kota Jambi. Rumah- rumah panggung khas tradisional yang masih berdiri kokoh menjadi tempat tinggal masyarakat di wilayah Seberang. Sungai Batanghari sebagai tempat mata pencarian masyarakat membuat wilayah ini terlihat menjadi pedesaan yang asri.

Masyarakat Seberang Kota Jambi yang masih hidup dalam tradisi keagamaan menjadikan kawasan ini terlihat nuansa tradisionalnya, ditambah dengan tidak

(33)

adanya gedung-gedung tinggi, di kawasan ini yang terlihat hanya rumah panggung khas Jambi, masjid-masjid, madrasah-madrasah, serta banyak pondok pesantren (Kusuma & Aman, 2021:246-247).

Adanya madrasah menjadi tempat belajar mengaji bagi anak-anak di wilayah Seberang, bagi orang tua terdahulu sekolah madrasah wajib untuk anaknya karena ilmu agama sangat penting terutama untuk sholat dan mengaji.

Selain itu juga banyak pesantren-pesantren, salah satu pesantren tertua di Kota Jambi dan terletak di wilayah Seberang Kota Jambi yaitu pondok pesantren Sa’adatuddaren dan disusul dengan pesantren yang lain seperti Nurul Iman, Nurul Islam, As’ad dan lain-lainnya, ini juga menjadi faktor dalam kehidupan sosial keagamaan yang kental di Seberang Kota Jambi.

Danau Teluk dan Pelayangan merupakan dua kecamatan yang berada di Seberang Kota Jambi, wilayah ini merupakan perpaduan antara tiga kebudayaan yaitu Melayu, Arab dan Tionghoa, dimana ketiga budaya ini berakulturasi dengan perpaduannya sehingga memiliki kearifan lokal budaya yang berkembang sampai sekarang. Masyarakat Seberang Kota Jambi terkenal dengan adat istiadatnya yang masih sangat terjaga. Menurut Jalaludin Tunsam adat istiadat adalah suatu kebiasaan atau cara hidup yang mengandung nilai kebudayaan, hukum serta norma yang sudah lazim dilakukan di suatu daerah (Novitasari, 2019:7). Hal yang menarik yaitu banyak kearifan lokal yang masih dilakukan hingga saat ini.

Dalam tradisi sosial keagamaan contohnya seperti ziarah kubur, tradisi ini biasanya dilakukan bersama-sama untuk mendo’akan arwah orang yang telah meninggal agar tenang di sisi Allah SWT. tradisi ini juga dimaksudkan untuk manusia yang masih hidup ingat bahwa makhluk yang bernyawa pasti akan mati.

Tradisi ini dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadhan dan pada saat Hari Raya Idul fitri dan Idul Adha (Karmela & Yanto, 2022:344). Tradisi sosial keagamaan lain seperti Burdah, burdah biasanya dilakukan untuk megusir penyakt yang telah lama diderita oleh seseorang. Burdah biasanya juga dilakukan masyarakat Seberang Kota Jambi ketika terjadi peristiwa aneh, dengan cara pembacaan do’a puji syukur kepada Allah SWT., sholawat-sholawat yang dibacakan secara bersamaan oleh masyarakat dan tokoh ulama (Kusuma & Aman,

(34)

2021:3). Banyak tradisi keagamaan lainnya seperti tradisi perayaan nisfu sya’ban, perayaan hari assyura, pembacaan kulhu dan tahlil, dan lain-lainnya.

Sedangkan tradisi sosial kemasyarakatan contohnya mencukur rambut bayi atau nyukur bayi, kegiatan ini biasa dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi, prosesi acara ini biasanya dilakukan pembacaan berzanji marhaban serta sholawat Nabi Muhammad SAW. dan yang mencukur rambut bayi biasanya dilakukan oleh tujuh orang yang dianggap penting, biasanya masyarakat dan tokoh agama (Kusuma & Aman, 2021:255-256). Contoh selanjutnya yaitu makan beidangan, makan beidangan ini merupakan makan bersama menggunakan nampan (ceper) yang berisikan nasi serta lauk pauknya. Makan beidangan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Seberang jika ada acara sedekah atau perayaan hari besar. Tradisi sosial kemasyarakatan lainnya seperti nginau (tujuh bulanan kehamilan), tradisi tudung lingkup, kesenian gambus, hadrah dan yang lainnya.

Gambar 3 Tradisi Makan Beidangan

Selain itu ada juga tradisi adat seperti hukum adat dan adat pernikahan.

Tradisi adat pernikahan melayu di Seberang Kota Jambi memiliki nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Khususnya di wilayah Seebrang, prosesi pernikahan Melayu ini masih mengikuti adat maupun tradisi masyarakat yang biasanya diatur langsung oleh lembaga adat setempat. Begitu melekat keadaan

(35)

sosial budaya di wilayah Seberang Kota Jambi yang masih dijaga dan dijalankan oleh masyarakat sampai sekarang.

Selanjutnya mengenai bahasa, bahasa termasuk kedalam unsur kebudayaan, tanpa bahasa manusia tidak dapat berhubungan satu sama lain.

Bahasa harian yang digunakan oleh masyarakat Seberang Kota Jambi adalah bahasa Seberang. Bahasa seberang ini berasal dari bahasa melayu yang diterima secara turun-temurun oleh masyarakat Seberang. Bahasa ini berdialek O dan identik dengan penyebutan huruf R yang lebih tebal. Seperti kata siapa menjadi

“siapo”, kata saya menjadi “sayo” dan banyak pula yang lainnya. Namun juga banyak kata yang sangat berbeda dengan Pusat Kota, seperti kata “Kenyok/nyok”

yang berarti bukan, kata “Belambun” yang artinya banyak, kata “Tekucil” yang artinya terjatuh dan banyak yang lainnya.

(36)

BAB III

PERNIKAHAN ADAT MELAYU DI SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 1950-2020

3.1 Sejarah Lembaga Adat di Seberang

Adat merupakan suatu aturan yang dibuat oleh manusia yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang dipandang baik dalam kehidupan bermasyarakat (Ikhtisar Adat Melayu LAM Kota Jambi, 2019:17). Adat dan budaya Jambi umumnya kental dengan nilai-nilai islami dimana seluruh penududuk Melayu Jambi beragama Islam, hal ini dimulai sejak masuknya pengaruh Islam ke Jambi pada abad ke 14 sampai 15 Masehi (Buku Profil Adat Melayu Daerah Kota Jambi, 2019:24). Terutama di Seberang Kota Jambi yang merupakan kawasan Islami yang terjaga sampai sekarang serta memiliki adat istiadat yang kental.

Dalam wawancara bersama Datuk Raden Ahyar (2023) ia menjelaskan bahwa lembaga adat di Seberang sudah ada sejak zaman penjajahan namun belum terstruktur. Lembaga adat tersebut hanya berkembang di kawasan-kawasan tertentu saja terutama di lingkungan pedesaan salah satunya termasuk kawasan Seberang Kota Jambi. Dulunya terdapat petugas-petugas adat di setiap desa dan petugas adat tersebut dikenal dengan Pemangku. Pemangku ini bertugas dalam mengatur masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Semntara untuk tingkat Kecamatan atau Bamus (Badan Musyawarah) Adat Kecamatan mulai berkembang sejak tahun 80 an.

Lembaga Adat di Seberang Kota Jambi memiliki peran dan fungsinya terhadap keberlangsungan hidup masyarakatdi Seberang. Lembaga Adat ini memiliki peran dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat istiadat Melayu khususnya dalam melestarikan dan mengembangkan budaya di Seberang Kota Jambi. Lembaga adat juga menjaga, memelihara serta memanfaatkan ketentuan-ketentuan adat yang hidup dan berekembang dalam masyarakat di wilayah Seberang Kota Jambi (Wawancara Datuk Raden Ahyar, 2023). Berikut struktur kepengurusan Lembaga Adat Melayu di Seberang:

(37)

Wakil 2 H.A.Sukri Wakil 2

M. Sukri Usman

Wakil 1 Nurul Hilal, S.Ag

Wakil 1 A. Sargawi

Bendahara Benny Dwi Putra

Sekretaris Ahmad Nasri

Wakil ketua 5 M. Yunus. AR Wakil ketua 4

H. Sakroni H.

Abdullah Wakil ketua 3

A. Rafani Arifin Wakil ketua 2

Rd. Hasan Husin Wakil Ketua 1

Sulaiman, MZ

Ketua Rd. Ahyar, SH

Bagan 1

Struktur Kepengurusan Bamus Kec. Danau Teluk 2017-2022

3.2 Peran Adat dalam Kehidupan

3.2.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Adat

Dilihat dari segi bahasa, Adat berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti “Kebiasaan”, secara harfiah adat mempunyai arti suatu kebiasaan yang terjadi berulang kali tetapi tidak mengalami perubahan pada sifat dan zatnya. Sedangkan adat menurut istilah adalah suatu aturan yang dibuat manusia yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang dipandang baik untuk mengatur cara hidup, berfikir, berbuat dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat (Ikhtisar Adat Melayu LAM Kota Jambi, 2022:17). Adat istiadat adalah seperangkat nilai-nilai, kaedah-kaedah, norma dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang telah dikenal dan dihayati serta diamalkan oleh warga masyarakat secara berulang dan terus-menerus. Adat yang tumbuh dan berkembang sepanjang masa itu telah memberikan ciri khas bagi suatu daerah dan dalam skala besar telah memberikan identitas bagi bangsa Indonesia (Himpunan Materi LAM Provinsi Jambi, 2012:1). Didalam bermasyarakat, berkampung dan bersuku bangsa mempunyai adat dan kebiasaan, terutama diwilayah perkotaan adat mempunyai legalitas yang

(38)

merupakan suatu kesatuan yang berisikan tata krama, nilai-nilai luhur dan tata susila yang dapat mengatur hubungan seseorang dengan orang lain.

Lembaga Adat Melayu Kota Jambi atau biasa disingkat dengan sebutan LAM Kota Jambi ini memiliki tujuan Adat yaitu untuk menciptakan masyarakat yang damai, tentram dan patuh, sebagaiamana pantun seloko mengatakan :

Kedarat memikat burung Jangan ditebang kayu berdiri Adat umpamo paying

Untuk memayungi anak negeri

Dari pantun seloko diatas jelas bahwa adat melayu di Kota Jambi bertujuan untuk memberi perlindungan kepada masyarakat dari segala godaan baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam (Ikhtisar Adat Melayu LAM Kota Jambi, 2022:19). Sesuai dengan masyarakat yang diinginkan oleh adat bersendi syara’ dan syara’ bersendi kitabullah. Hal yang diakui bersama oleh masyarakat, dan diperjelas oleh seloko adat Jambi mengatakan “elok kampung dek nan tuo, rame negeri de nan mudo” yang memiliki maksud menciptakan kehidupan yang tentram dan kerja sama antar masyarakat baik yang tua dan yang muda (Saputra, 2019:45-46).

Lembaga Adat Melayu Kota Jambi memegang peranan penting dalam mengatur sistem dan tata nilai masyarakat Kota Jambi. Lembaga adat merupakan mitra pemerintah yang menjaga eksistensi adat dan budaya daerah setempat. Masyarakat perkotaan yang majemuk terdiri dari berbagai suku, agama dan kepentingan, yang biasanya menimbulkan gejolak sosial yang membawa dalam kehancuran, maka dari itu Adat menjadi salah satu pedoman dalam pergaulan sehari-hari disamping pedoman yang lain seperti peraturan pemerintah dan ajaran agama (Saputra, 2019:45)

Menurut Perda Tingkat I Jambi Nomor 11 Tahun 1991, tentang pembinaan dan pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat desa/kelurahan dalam provinsi daerah tingkat I Jambi, Lembaga Adat Kotamadya Jambi berkedudukan di Kotamadya Jambi,

(39)

Lembaga Adat Kecamatan berkedudukan di tiap-tiap Kecamatan dalam Kotamadya Jambi, dan Lembaga Adat Kelurahan/Desa berkedudukan pada tiap-tiap Kelurahan/Desa dalam Kotamadya Jambi, sedangkan pada tiap-tiap RW dan RT dibentuk pula lembaga adatnya masing-masing (Saputra, 2019:

46). Setiap lembaga baik itu milik pemerintah ataupun swasta memiliki fungsi di masyarakat, adapun fungsi dari Lembaga Adat Kota Jambi yaitu:

1. Membantu usaha pemerintah dalam melancarkan pembangunan di segala bidang, terutama dalam kemasyarakatan dan sosial budaya.

2. Memberi kedudukan hukum menurut hukum adat baik itu yang menyangkut masalah harta kekayaan masyarakat ataupun dalam hal persengketaan dan perkara perdata adat serta terkait adat di tiap tingkatan lembaga adat.

3. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat istiadat yang bertujuan untuk memperkaya dan melestarikan kebudayaan di Kota Jambi.

4. Memelihara, menjaga serta memanfaatkan ketentuan-ketentuan adat istiadat yang hidup dalam masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, ada pula tugas dan kewajiban lembaga adat, diantaranya:

1. Mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan adat istiadat di Kota Jambi dan menggali serta mengembangkan adat istiadat untuk melestarikan budaya Kota Jambi.

2. Menyelesaikan perkara perdata adat istiadat selama tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku di Kota Jambi.

3. Menggunakan, memelihara, memanfaakan, mengurus serta menginventarisir sumber kekayaan yang dimiliki oleh Lembaga Adat untuk kepentingan bersama (Himpunan Materi LAM Jambi 2012,6).

Dapat dilihat bahwa adat istiadat memiliki fungsi dan manfaat yang menjadi acuan sistem norma atau tata kelakuan dalam bermasyarakat, adat istiadat juga menjadi media dalam kehidupan masyarakat yang rukun dan menjunjung tinggi kebersamaan sehingga menjadikan masyarakat yang saling

(40)

menghargai, serta menjadi pemersatu dalam perbedaan golongan dalam masyarakat (Novitasari, 2019:8).

Dalam pergantian kepengurusan Lembaga Adat Melayu Kota Jambi menerapkan sistem musyawarah mufakat dan tidak ada perubahan sistem pemilihan dari dulu sampai dengan sekarang. Terdapat tingkatan dan sebutan lembaga adat di Kota Jambi dari tingkat paling bawah sampai dengan tertinggi.

1. Pada tingkat Kota disebut dengan Lembaga Adat Melayu Kota Jambi (LAM Kota Jambi).

2. Pada tingkat Kecamatan disebut dengan Badan Musyawarah (Bamus) Adat Kecamatan.

3. Setingkat kelurahan disebut dengan Lembaga Adat Melayu kelurahan (LAM Kelurahan).

4. Pada setingkat RT disebut dengan Badan LIT 3.2.2 Pembagian Adat dan Istilah dalam Adat

Secara garis besar adat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Adat Secara Umum, memiliki tujuan untuk membina peradaban masyarakat umum, hal ini sering disebut dengan istilah “ico pakai dalam negeri”. Adat umum ini membina, menyusun, serta membentuk semua perdaban dalam hidup bermasyarakat, hidup berumah tangga, hidup berhalaman tepian, hidup berkarang berkampung, hidup beranak bernegeri dan hidup bernegara.

2. Adat Perdata, biasanya dikenal dengan sebutan “Silang Sengketo”

yang maksudnya perselisihan dalam masyarakat. Adat perdata takluk pada undang-undang Hak Kullah atau Kuasa Pemerintah dan tunduk pada undang-undang hak milik yaitu tentang harta benda sesuai dengan seloko adat “Hak Bermilik, Hak Berempunyo” yang tentunya ada bukti-bukti konkrit baik itu dari segi historis maupun bukti lain yang sah.

3. Adat Pidana, adalah melakukan suatu perbuatan kejahatan dan pelanggaran (perbuatan salah). Adat pidana tunduk pada:

a. Undang-undang Hukum Adat (Hukum adat nan 20)

(41)

b. Hukum Islam (Undang-undang Syara’) c. Undang-undang Pemerintah

Ada pula istilah adat yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, ada 4 macam sebutan dalam adat diantaranya:

1. Adat Yang Teradat, yaitu suatu kebiasaan yang tidak dapat dihindari atau ditinggalkan sebab “lah lapuk dek memakai, lah using dek menyesah, lah kumal dek kareno lamo dari zaman ke zaman”, sebagai contoh yaitu aturan yang sudah dibuat oleh pemimpin yang lalu masih tetap dipakai sampai sekarang.

2. Adat Yang di Adatkan, yaitu suatu kebiasaan yang berjalan menurut masanya, kemudian kebiasaan tersebut di teliti oleh cerdik pandai alim ulama, mana yang cocok dan baik itu tetap dipakai, dan mana yang tidak baik dibuang.

3. Adat Istiadat, menurut R.H Ahmad Syarif Dewan Lembaga Adat Sumateran Tengah, Adat Istiadat terdiri dari dua suku kata yaitu

“setia” dan “adat” yang dijadikan satu kalimat dengan istilah istiadat, secara harfiah diartikan suatu kebiasaan yang telah dipakai dari nenek moyang kita terdahulu dan masih dipakai sampai sekarang.

4. Adat Yang Sebenar Adat, yaitu adat yang “idak lapuk dek hujan, idak lekang dek panas” dengan maksud adat yang berpedoman dengan Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang disebut dengan hukum syara’ (Ikhtisar Adat Melayu LAM Kota Jambi, 2022:19-21).

3.2.3 Hukum Adat

Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis dan tidak diundang- undangkan oleh penguasa tetapi ia hidup dan berkembang dalam masyarakat sebagai keyakinan yang ditimbulkan oleh masyarakat dan dipakai serta dipatuhi oleh untuk dijadikan nilai hukum yang berlaku. Menurut hukum adat, untuk menentukan benar atau salahnya suatu perbuatan itu diteliti atau disimak dari ungkapan dalam pepatah dan petitih serta seloko adat yang akitannya dengan perbuatan seperti yang disebutkan dalm seloko adat berikut:

(42)

• Tepijak dibenang arang hitam tapak, tersuruk digunung kapur putih tengkuk

• Tepekik terpingkau, tekejar telelah, tetando tebeliti

• Tetukik pijak lalu naik, terseloso (tegelenso) pijak lalu turun

• Ayam putih terbang siang, hinggap dikayu meranti, talinyo tejelo- jelo bekukuk pulo dio, artinya terlihat oleh orang banyak kemudian mengaku pulai ia.

Ungkapan-ungkapan diatas menjadi pedoman dalam hukum adat yang bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah. Hukum adat adalah berdasarkan petatah-petitih serta seloko-seloko sebagaimana yang disebutkan diatas (Ikhtisar Adat Melayu LAM Kota Jambi, 2019:22). Ketua Lembaga Adat Melayu Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi H.Nawawi Ismail yang bergelar Mangku Setio Pengembiro menjelaskan terdapat dasar-dasar hukum adat atau aturan yang bersumber dari nilai-nilai adat yaitu undang-undang.

1. Induk Udang nan 5

a. Titian teras betanggo batu. Titian teras adalah ketentuan- ketentuan yang bersumber dari Hadist Nabi Muhammad SAW, sedangkan betanggo batu adalah ketentuan yang bersumber dari Al-Qur’an.

b. Cermin yang idak kabur dan sering juga dusebut jalan berambah yang kito tempuh, baju bejait yang kito pakai, bersesap berjerami, betunggul berprasmanan. Maksudnya adalah berdasarkan kepada ketentuan yang sudah berlaku atau yang sudah ada atau sederhananya tidak boleh dilupakan dan tetap harus dipakai.

c. Lantak yang idak goyah, yaitu adil dalam menentukan hukuman, jujur, tidak pilih kasih sesuai dengan seloko “beruk dirimbo disusun anak dipangku diletakkan, yang benar diasak idak, jangan tibo dimato dipicingkan, tibo diperut dikempiskan”, yang artinya siapa saja manusianya jika didepan hukum adat adalah sama.

(43)

d. Nan idak lapuk keno hujan, idak lekang dek panas. Yang maksudnya hukum yang berpegang pada kebenaran yang tidak boleh berubah seperti yang dikehendaki dalam seloko adat

“diasak layu diangguk mati”.

e. Kato nan seiyo maksudnya adalah sesuai dengan seloko adat mengatakan “bulat aek dek palung, bulat kato dek mufakat, bulat boleh digulingkan, pipih boleh dilayangkan”. Artinya segala sesuatu persoalan yang terjadi yang membutuhkan penyelesain harus dengan musyawarah, hasil musyawarah ini dapat dijadikan pegangan bersama.

Lima prinsip dasar diatas sesuai dengan ajaran islam sebagai sumber hukum yang pertama dalam islam untuk mencapai keadilan dalam berpendapat harus diputuskan dalam bermusyawarah. Datuk H.Nawawi Ismail juga menjelaskan bahwa hukum adat di Jambi keras ditunjukkan dengan induk undang nan 5 yaitu pada empat point pertama, namun kuncinya pada poin ke lima yaitu Kato nan seiyo yang maksudnya segala persoalan dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Misalnya pada kasus zina yang menurut adat hukumnya membayar dengan kambing, namun orang tersebut tidak mampu untuk membayar dengan kambing, maka dari kambing tersebut bisa berubah menjadi ayam sesuai kesepakatan bersama. Contoh lain seperti syarat hantaran dalam pernikahan yaitu 3,5 tail emas tetapi pihak laki- laki tidak menyanggupi, maka dari itu bisa diganti sesuai kesepakatan bersama antara kedua belah pihak.

2. Pucuk Undang Nan Delapan

Pucuk Undang nan Delapan adalah ketentuan mengenai macam- macam kejahatan atau disebut dengan hukum pidana. Hukum pidana yang berasal dari nenek moyang dahulu adalah sesuai dengan Pucuk Undang nan Delapan yaitu delapan ketentuan yang terdiri dari empat diatas dan empat dibawah. Yang dimaksud dengan empat diatas adalah kesalahan yang sangat besar seperti:

(44)

a. Menikahi Bumi, artinya seorang laki-laki menzinahi ibu kandungnya sendiri. Hukumannya yaitu beras 100 gantang, kerbau seekor, kain delapan kayu dan bisa jadi menjalani hukum Negara.

b. Mencarak Telur, maksudnya seorang bapak menzinahi anak kandungnya sendiri. Hukumannya sama dengan menikahi bumi.

c. Mandi di Pancuran Ganding, artinya menzinahi seorang istri raja atau istri atasan. Hukumannya sama dengan menikahi bumi dan mencarak telur apabila perempuan mengaku mau sama mau maka hukumannya boelh didenda dengan beras 20 gantang, kambing seekor kain 9 kayu.

d. Menyunting Bungo Setangkai, maksudnya berzinah dengan adik istri (adik ipar) dan adik beradik. Hukumannya sama dengan menikahi bumi.

Sedangkan empat yang dibawah adalah:

a. Bak Pukau Bertabung Sayak, maksudnya adalah menubo ikan selubuk-lubuk seorang diri. Hukumannya beras 20 gantang, kambing seekor, dengan catatan apabila tubo tersebut sampai kelubuk yang lain maka hukumannya lebih besar.

b. Upas Racun Siso Makanan, yaitu meracuni orang lain.

Hukumannya beras 20 gantang, kambing seekor dengan denda harus dilihat dahulu perkembangan dipenderita, jika korban meninggal dunia, maka hukumannya beras 100 gantang kerbau seekor.

c. Siur Bakar Berpuntung Suluh, maksudnya adalah salah satu yang membakar dan terkena hak orang banyak. Hukumannya beras 20 gantang, kambing seekor dengan catatan kalau kerugiannya bertambah besar makan hukuman beras 100 gantang , kerbau seekor dan selemak semanis seas am segaram.

d. Dago Dagi, artinya menentang atasan mencaci orang besar.

Hukumannya beras 20 gantang, kambing seekor dan selemak semanis seas am segaram.

(45)

3. Anak Undang Nan Duo Belas

a. Lebam Balu, maksudnya adalah orang yang menyakti fisik orang lain sampai meninggalkan bekas. Hukumannya ditepung tawar (wajib mengobati).

b. Luko Lukis, maksudya adalah orang yang melukai orang lain wajib membayar pampas.

c. Mati dibangun, maksudnya adalah seseorang membunuh orang lain wajib membayar bangun (sama dengan diyat).

d. Samun, yang dimaksud adalah perampokan kejahatan.

e. Salah Makan diluahkan, artinya salah bawa dikembalikan, salah pakai dilepaskan.

f. Hutang Kecil Dilunasi, Hutang Besar dibayar Angsur.

Maksudnya segala jenis hutang wajib dilunaskan.

g. Golok Gadai, Timbang Lalu, maksudnya adalah harta yang digadaikan akan menjadi hak pemegang gadai apabilan telah jatuh temponya.

h. Tegak Mengintai Lengang, Duduk Mengintai Kelam, Tegak Dua Bergandeng Tangan, Salah Bujang dengan Gadis Dikawinkan. Maksudnya pergaulan laki-laki dan perempuan melanggar kesepakatan, contonya berduaan ditempat gelap dan sepi.

i. Memekik Mengentam Tanah, Menggulung Lengan Baju Menyingsing Kaki Celana. Maksudnya untuk menantang atau mengajak orang berkelahi. Jika orang yang menantang tersebut orang biasa maka hukumannya seekor ayam dan segantang beras, dan setali kelapa, namun jika orang itu mempunyai kedudukan tinggi maka hukumannya seekor kambing dan 20 gantang beras serta selemak semanis seasam segaram, dan denda tersebut diserahkan kepada tuo tengganai kampung.

j. Menempuh yang Bersawa, Memanjat yang Berebo. Maksudnya yaitu memasuki tempat orang yang tidak boleh dimasuki.

(46)

Dendanya seekor ayam, segantang beras dan setali kelapa serta selemak semanis seasam segaram.

k. Meminang diatas Pinang, Menawar diatas Tawar. Maksudnya adalah meminang pinangan orang lain. Hukumannya yaitu seekor kambing, beras 20 gantang dan selemak semanis seasam segaram.

l. Berpagar Siang Berkandang Malam, maksudnya adalah orang berladang atau berkebun haruslah memagari menjaga isi kebunnya, sedangkan orang yang mempunyai binatang ternak wajib mengurung ternaknya pada malam hari. Apabila sipemilik kebun tidak melakukan kewajibannya maka tidak berhak menuntut ganti rugi, sebaliknya apabila yang punya binatang ternak tidak melakukan kewajibannya dia harus mengganti segala kerugian (Ikhtisar Adat Melayu LAM Kota jambi, 2019:26-29).

3.3 Prosesi Pernikahan Adat Melayu di Seberang tahun 1950-2020

Di Seberang Kota Jambi pernikahan biasa disebut dengan perkawinan.

Perkawinan sah apabila dilakkan dengan bersendikan syara’ serta tidak betentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di tempat tersebut. Perkawinan bukan pula semata persoalan pribadi calon pengantin, melainkan juga melibatkan tanggung jawab orang tua, tengganai dan nenek mamak (Sejarah Adat Jambi LAM Jambi, 2021:16). Disamping itu dalam pandangan masyarakat adat Jambi, Perkawinan adalah suatu ikatan yang sakral (suci) mengikat kedua belah pihak suami dan istri secara lahir dan batin dengan jalan memenuhi ketentuan adat, syarak da

Gambar

Gambar 1 Peta Kecamatan Danau Teluk ..................................................................
Tabel 1 penduduk Seberang Kota Jambi...................................................................
Gambar 1 Peta Kecamatan Danau Teluk
Gambar 2 Peta Kecamatan Pelayangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menemukan ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada pantun tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan melayu

Hasil: penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai adat melayu Jambi dalam mewujudkan good governance di lingkungan pemerintah kota Jambi sudah dilakukan dengan

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan, maka Istilah Budaya dalam Ritual Antar Tumpang Adat Pernikahan pada Masyarakat Melayu Di Ngabang Dusun Belimbing

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran dari Lembaga Adat Melayu Riau Pelalawan dalam pembentukan Peraturan daerah di Kabupaten Pelalawan berdasarkan