• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PANTUN PADA TRADISI MAKAN NASI HADAP-HADAPAN ADAT PERNIKAHAN MELAYU PESISIR DI KECAMATAN TANJUNGBALAI SELATAN KOTA TANJUNGBALAI (KAJIAN SEMIOTIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PANTUN PADA TRADISI MAKAN NASI HADAP-HADAPAN ADAT PERNIKAHAN MELAYU PESISIR DI KECAMATAN TANJUNGBALAI SELATAN KOTA TANJUNGBALAI (KAJIAN SEMIOTIK)."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PANTUN PADA TRADISI MAKAN NASI HADAP-HADAPAN

ADAT PERNIKAHAN MELAYU PESISIR DI KECAMATAN

TANJUNGBALAI SELATAN KOTA TANJUNGBALAI

(KAJIAN SEMIOTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

PUTRI NADIA

NIM 2123210015

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Putri Nadia, Nim. 2123210015, Analisis Pantun Pada Tradisi Makan Nasi Hadap-Hadapan Adat Pernikahan Melayu Pesisir di Kecamatan Tanjungbalai Selatan Kota Tanjungbalai (Kajian Semiotik). Skripsi, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menemukan ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada pantun tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan melayu pesisir yang merupakan kajian ilmu semiotik serta memaknai pantun-pantun yang digunakan pada tradisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik triangulasi dengan menggunakan studi pustaka, observasi dan wawancara. Teknik analisis data adalah mempersiapkan objek kajian, mengelompokkan dan mendeskripsikan pantun, verifikasi, melakukan analisis dan membuat simpulan. Dari hasil penelitian ditemukan lima acara yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan melayu pesisir yaitu perkenalan, memetik bunga, istirahat minum, makan bersama dan merebut ayam panggang serta memakai pantun dalam kelima acara tersebut. Hasil penelitian akan menentukan dan memaknai ikon, indeks, simbol pada pantun yang terdapat didalam kelima acara tersebut.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas segala nikmat iman, islam, kesempatan serta kekuatan

yang telah diberikan Allah SWT, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “ANALISIS PANTUN PADA TRADISI MAKAN NASI

HADAP-HADAPAN ADAT PERNIKAHAN MELAYU PESISIR DI

KECAMATAN TANJUNGBALAI SELATAN KOTA TANJUNGBALAI

(KAJIAN SEMIOTIK)”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia

6. Dra. Rosmaini, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi.

7. Drs. Malan Lubis, M.Hum ., Dosen Pembimbing Akademik.

8. Fitriani Lubis, S.Pd.,M.Pd., Dosen Penguji

9. Hendra K. Pulungan, S.Sos., M.I.Kom., Dosen Penguji

(8)

iii

11. Bapak/Ibu serta Pegawai di lokasi penelitian Kecamatan Tanjungbalai Selatan

Kota Tanjungbalai.

12. Kedua orang tua penulis Ayahanda Nursal Yusuf dan Ibunda Syarifah Yusrani

yang senantiasa mendukung dan menyemangati peneliti. Saudara-saudara

peneliti Abang Nuskan Hidayat dan Ahmad Fauzi yang turut menyemangati

serta Desi Salvira terima kasih atas dukungannya.

13. Teman-teman seperjuangan penulis di Kamar Kos 8A al bayan .

14. Teman-teman terdekat seperjuangan Nondik 2012 yang telah mendukung dan

memberikan semangat kepada penulis.

15. Teman-teman satu PS yang telah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan

Skripsi dan saling memotivasi.

16. Teman-teman KKN 2015 Kabupaten Asahan yang tak lupa memberi

dukungan kepada penulis.

17. Semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi

pembacanya.

Medan, Juli 2016 Penulis,

(9)

iv

BAB II. LANDASAN TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 10

A. Landasan Teoretis ... 10

1. Pengertian Pantun ... 10

a. Unsur-unsur dan Syarat Pantun ... 12

b. Ciri-ciri Pantun ... 13

2. Pengertian Tradisi Makan Nasi Hadap-Hadapan ... 14

(10)

v

1. Ikon, indeks dan simbol pantun dalam acara perkenalan ... 47

2. Ikon, indeks dan simbol pantun dalam acara memetik bunga .... 52

3. Ikon, indeks dan simbol pantun dalam acara istirahat minum ... 54

4. Ikon, indeks dan simbol pantun dalam acara makan bersama ... 57

(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkip Hasil Rekaman Pantun... 70

Lampiran 2 Foto-Foto Tradisi Makan Nasi Hadap-Hadapan ... 74

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 79

Lampiran 4 Balasan Surat Izin Penelitian ... 80

(12)

vii

DAFTAR TABEL

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat

perkawinan atau hajatan. Dalam suatu masyarakat ritual tradisional atau tradisi

dianggap sebagai kegiatan yang dapat mengaktifkan muatan kebudayaan yang

dimantapkan lewat pewarisan tradisi. Sistem nilai budaya merupakan tingkat

yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan

karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang

mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat

berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada

kehidupan para warga masyarakat tadi. (Koentjaraningrat, 1990: 190)

Karena itu, pernikahan yang mengandung adat-istiadat atau tradisi

didalam pelaksanaannya merupakan salah satu proses kehidupan yang sangat

penting dalam kehidupan manusia dan akan mengubah status bukan hanya

dari kedua mempelai namun juga akan mengubah sistem kekerabatan yang

mempengaruhi sifat hubungan kekeluargaan, bahkan dapat pula menggeser

hak serta kewajiban untuk sementara anggota kerabat lainnya. Maka dari itu

setiap upacara pernikahan sangat penting baik bagi yang bersangkutan

(14)

2

Sesuai dengan penulis amati dilapangan, proses pernikahan adat

Melayu Pesisir memiliki suatu tradisi didalam pelaksanaan proses pernikahan

tersebut yaitu tradisi makan nasi hadap-hadapan. Tradisi ini tidak hanya

berlaku untuk pernikahan adat Melayu pesisir lainnya melainkan keseluruhan

dari suku bangsa Melayu, namun yang membedakan tradisi makan nasi

hadap-hadapan adat Melayu pesisir dengan Melayu lainnya adalah dari segi

bahasanya dimana masyarakat Melayu Pesisir menggunakan dialek melayu

berakhiran “o” begitu pula halnya dalam berpantun yang digunakan pada

tradisi makan nasi hadap-hadapan ini tetapi kondisinya pada saat ini

khususnya di Kecamatan Tanjungbalai Selatan tidak lagi menggunakan dialek

melayu pesisir dalam berpantun.

Tradisi makan nasi hadap-hadapan merupakan suatu proses awal

makan bersama antara suami istri yang baru menikah. Makan nasi

hadap-hadapan ini adalah bagian dari upacara adat pernikahan melayu. Bahwa

dilingkungan orang melayu tempo dulu sebagian besar pernikahan banyak

dilakukan melalui perjodohan, sebab itu kedua pasangan belum saling

mengenal. Dalam upaya menjalin komunikasi atau hubungan antara

suami-istri agar lebih menimbulkan keintiman, menghilangkan rasa kekakuan maka

dilaksanakanlah makan nasi hadapan. Disamping itu makan nasi

hadap-hadapan juga merupakan media komunikasi bagi keluarga besar kedua belah

pihak sehingga lebih terjalinnya hubungan silaturrahmi yang lebih akrab,

karena makan nasi hadap-hadapan ini harus dihadiri oleh keluarga besar kedua

(15)

3

mempunyai tata cara dan urutan acara yang diawali dengan berpantun, dimana

Pantun adalah puisi melayu asli yang sudah mengakar lama di budaya

masyarakat melayu. Menurut Zainal Arifin (2009: 66) urutan dalam tradisi

makan nasi hadap-hadapan yaitu: perkenalan, memetik bunga, istirahat

minum, makan bersama dan merebut ayam panggang. Tradisi makan nasi

hadap-hadapan dibawakan oleh seseorang yang dituakan atau seseorang yang

ahli berpantun (telengkai).

Pantun pada tradisi makan nasi hadap-hadapan dapat dikaji dengan

semiotik. Pierce memaknai semiotik sebagai studi tentang tanda dan segala

yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan

tanda-tanda lain, serta pengirim dan penerimanya oleh mereka yang

menggunakannya Zoest ( dalam Rusmana, 2014: 107). Charles Sanders Pierce

memfokuskas pada tiga aspek tanda yaitu ikon,indeks dan simbol. Ikon adalah

sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan

obyeknya misalnya seperti yang terlihat pada gambar atau lukisan. Indeks

adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang

mengisyaratkan petandanya atau terjadi hubungan sebab akibat antara penanda

dan petanda, sedangkan simbol adalah penanda yang melaksanakan funsi

sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan

dalam masyarakat, simbol bersifat konvensional artinya makna dari simbol

ditentukan berdasarkan kesepakatan mayarakat. Salah satu contoh pantun

makan nasi hadap-hadapan pada upacara pernikahan masyarakat melayu

(16)

4

Batang buluh dibelah-belah

Bunga pagar bunga kemuning

Raja dan ratu jangan mau kalah

Cabut bunga warna kuning

Ikon, indeks dan simbol pantun di atas adalah batang buluh (semiotik

simbol) artinya adalah batang bambu yang bermakna kokoh dan kuat, bunga

kemuning (semiotik ikon) artinya bunga kemuning yang bermakna

keindahan, raja dan ratu (semiotik indeks) artinya seorang pemimpin yang

tinggal dalam istana, diibaratkan kedua mempelai merupakan raja dan ratu di

dalam kehidupan berumah tangga. Makna pantun diatas adalah jangan ada

yang meyerah dalam memperebutkan sesuatu (berusaha), tunjukkan bahwa

kita bisa dan tidak lupa untuk saling berbagi apalagi dalam kehidupan

berumah tangga.

Budaya melayu sangat menjunjung tinggi kebudayaannya, terutama

berpantun merupakan hal yang sangat menonjol dalam kebudayaan melayu

namun tidak di masa sekarang ini. Menurut Tenas Effendi (2010) dalam

artikelnya, di kehidupan masa kini, walaupun pantun masih dikenal dan

dipakai orang, tetapi isinya tidak lagi berpuncak kepada nilai-nilai luhur

budaya asalnya, misalnya isinya bersifat senda gurau atau ajuk mengajuk

antara pemuda dengan pujaannya. Akibatnya, pantun sudah menjadi barang

mainan, sudah kehilangan fungsi dan maknanya yang hakiki, yakni sebagai

media untuk memberikan pengajaran serta pewarisan nilai-nilai luhur budaya

(17)

5

Begitu pula seperti penulis amati dilapangan, pada pelakasanaan

tradisi makan nasi hadap-hadapan di Kecamatan Tanjungbalai Selatan,

telengkai pada kenyataannya menggunakan teks dalam berpantun serta tidak

mengungkapkan makna dari isi pantun tersebut, dimana seharusnya telengkai

adalah seorang yang ahli dalam berpantun tanpa harus melihat teks dan juga

harus menjelaskan makna dari isi pantun. Dari kejadian tersebut penulis dapat

menyimpulkan bahwa kondisi penggunaan pantun pada tradisi makan nasi

hadap-hadapan pada saat ini khususnya di Kecamatan Tanjungbalai Selatan

hanya dijadikan sebagai formalitas dan kehilangan fungsi dan makna yang

sebenarnya.

Didukung oleh fakta sebelumnya dimana Hodidjah dalam jurnalnya

yang berjudul “Pantun Sastra Lisan Yang Mati Suri” mengungkapkan pantun

yang merupakan tradisi lisan yang masih bertahan di beberapa daerah di

Indonesia, khususnya daerah yang berbudaya Melayu. Namun seiring

berkembangnya zaman yang dipengaruhi oleh perubahan dalam era globalisasi

kebiasaan berpantun dalam masyarakat mulai hilang. Saat ini pantun hanya

dibaca sebagai pelengkap acara, agar sebuah acara mempunyai nuansa

Melayu. Fenomena tersebut merupakan realitas yang cukup memprihatinkan

karena pantun hanya menjadi sekedar permainan kata-kata dan hiburan

penyemarak suasana. Inilah kondisi pantun saat ini. Walaupun pengguna

pantun hingga kini masih marak, tetapi penggunanya tidak lebih sekedar

formalitas belaka. Banyak masyarakat yang hanya pandai dan tahu berpantun

(18)

6

Hal lain juga dikemukakan dalam jurnal penelitian Suwira Putra

(2014) “Makna Acara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat Melayu

Riau” ia mengungkapkan adat dalam pernikahan budaya Melayu terkesan

rumit dan cukup menyita waktu dan memerlukan banyak biaya, begitu pula

yang terlihat di masyarakat sesuai peneliti amati terhadap pelaksanaan tradisi

makan nasi hadap-hadapan di masyarakat melayu pesisir di kota Tanjungbalai,

tradisi ini masih dipakai pada upacara pernikahan tetapi prosesnya cukup

menyita waktu, Namun, yang menjadi permasalahan utama masih banyak

diantaranya masyarakat Melayu khususnya masyarakat Melayu Pesisir di

Kecamatan Tanjungbalai Selatan kota Tanjungbalai memakai pantun dalam

tradisi makan nasi hadap-hadapan tetapi tidak disertai pemahaman makna

yang terdapat pada pantun dalam tradisi tersebut, padahal begitu banyak tanda

(ikon,indeks dan simbol) yang terdapat pada pantun dalam tradisi ini tetapi

kurang memahami makna yang terkandung didalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menganalisis pantun

dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan Melayu Pesisir di

kecamatan Tanjungbalai Selatan kota Tanjungbalai kajian semiotik dan

penelitian ini difokuskan pada teori Pierce yaitu ikon, indeks dan simbol

pantun yang terdapat pada tradisi makan nasi hadap-hadapan.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi masalah yaitu :

(19)

7

2. penggunaan pantun pada acara adat masyarakat melayu hanya sebagai

formalitas .

3. penggunaan pantun pada tradisi masyarakat melayu pesisir tidak

disertai pemahaman makna.

4. Ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada pantun khususnya

pantun-pantun yang terdapat pada tradisi makan nasi hadap-hadapan.

C. Batasan Masalah

1. Ikon, indeks dan simbol apa saja yang terdapat pada pantun dalam

tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan melayu pesisir.

2. Makna ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada pantun dalam

tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan melayu pesisir.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian seperti dikemukakan oleh Zainal

Arifin (2009: 66), “ada lima tata cara dan urutan dalam tradisi makan nasi

hadap-hadapan pada adat pernikahan melayu pesisir”. Rumusan masalah

penelitian ini adalah ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada pantun tradisi

makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan melayu pesisir di kecamatan

(20)

8

1. bagaimana ikon, indeks dan simbol pantun pada acara perkenalan ?

2. bagaimana ikon, indeks dan simbol pantun pada acara memetik bunga?

3. bagaimana ikon, indeks dan simbol pantun pada acara istirahat

minum?

4. bagaimana ikon, indeks dan simbol pantun pada acara makan bersama?

5. bagaimana ikon, indeks dan simbol pantun pada acara merebut ayam

panggang ?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui, mendeskripsikan dan memaknai ikon, indeks dan

simbol pada pantun acara perkenalan

2. untuk mengetahui, mendeskripsikan dan memaknai ikon, indeks dan

simbol pada pantun acara memetik bunga

3. untuk mengetahui, mendeskripsikan dan memaknai ikon, indeks dan

simbol pada pantun acara istirihat minum

4. untuk mengetahui, mendeskripsikan dan memaknai ikon, indeks dan

simbol pada pantun acara makan bersama

5. untuk, mengetahui, mendeskripsikan dan memaknai ikon, indeks dan

(21)

9

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khasanah penelitian

sastra Indonesia khususnya mengenai kearifan lokal yag bercerita tentang

ikon, indeks dan simbol, dan juga sebagai upaya memelihara dan

meletarikan budaya lokal, adat-istiadat dan bahasa daerah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini untuk mengetahui dan memaknai ikon, indeks dan

simbol apa yang terdapat pada pantun dalam tradisi makan nasi

hadap-hadapan yang dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan kecintaan

(22)

65 BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sesuai dengan hasil penelitian terdapat empat pantun yang digunakan pada

acara perkenalan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan, dari semua

pantun tersebut dapat ditemukan ikon, indeks dan simbol. Pada acara

perkenalan dipantun pertama terdapat kata asam lakum dan kalam sebagai

semiotik simbol dan kata nasi hias sebagai semiotik ikon. Pada pantun

keduayang digunakan dalam acara perkenalan terdapat kata sanak saudara

sebagai semiotik indeks dan nasi hias sebagai semiotik ikon. Pantun ketiga

terdapat kata resam dan tepung tawar sebagai semiotik simbol dan kata

nasi hadapan sebagai semiotik ikon, terakhir pada pantun keempat hanya

terdapat semiotik simbol.

2. Pada acara memetik bunga hanya ditemukan semiotik simbol yang

digunakan pada kedua pantun yaitu pada kata bunga, melati, bunga

kenanga, dan bunga.

3. Pada acara istirahat minum terdapat dua pantun yang digunakan dan

ditemukan semiotik simbol , ikon dan indeks pada kedua pantun tersebut.

Pada pantun pertama terdapat kata kayu cempedak dan tekak sebagai

(23)

66

bunga selasih dan bunga mawar sebagai semiotik simbol, kata kekasih

sebagai semiotik indeks dan kata air sebagai semiotik ikon

4. Pada acara makan bersama terdapat empat pantun yang digunakan, dan

ditemukan ikon, indeks dan simbol pada pantun yang digunakan pada

acara tersebut yaitu terdapat pada kata anak raja, nasi hadap-hadapan dan

suami istri sebagai semiotik indeks, kata nasi pada pantun pertama sebagai

semiotik ikon dan kata nasi pada pantun kedua dan ketiga termasuk

kedalam semiotik simbol serta kata lambang dan piring juga termasuk

kedalam semiotik simbol

5. Terakhir pada acara merebut ayam panggang hanya dua pantun yang

digunakan dan hanya ditemukan semiotik simbol dan indeks pada kedua

pantun tersebut yaitu pada kata anak raja, ikan paitan dan bidan pengantin.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dilapangan, kemudian diperoleh

data-data serta informasi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam tujuan penelitian

maka peneliti ingin memberi suatu gambaran berupa saran dan semoga dapat

berguna bagi perkembangan pemikiran demi lancarnya suatu proses persatuan

dan kesatuan bangsa. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :

1. Bagi masyarakat Melayu Pesisir

Kebudayaan merupakan sebuah warisan yang di berikan serta

diajarkan oleh nenek moyang kita. Baik itu berbentuk upacara adat, tarian

(24)

67

pewaris dari kebudayaan tersebut untuk mempertahankan dan melestarikan

kebudayaan yang kita miliki. Walaupun terkadang kebudayaan tersebut

bertentangan dengan ajaran Agama yang kita anut. Yang terpenting adalah

bagaimana kita menyikapi kebudayaan itu.

2. Bagi Peneliti dan Insan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan

pembaca khususnya dibidang ilmu semiotik serta diharapkan dapat menambah

wawasan dan memperkaya khasanah serta menambah kecintaan terhadap

(25)

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Fatimah. 2009. Pantun Sebagai Perakam Norma: Penelitian Awal Terhadap Perkahwinan dan Keluarga Melayu. 43: 57

AKA, Zainal. 2009. Adat Budaya Resam Melayu Langkat. Mitra Medan. Medan

Asrofah. 2014. Semiotik Mitos Roland Barthes Dalam Analisis Iklan Di Media

Massa. Jurnal Sasindo. Vol. 2 No. 1 Januari

Djoko. Pradopo Rachmat. 1998. Semiotika: Teori, Metode, Dan Penerapannya. Humaniora No. 7. Januari- Maret

Effendi, Tennas. 2010. Tunjuk Ajar Dalam Pantun Melayu

Hatta, Bakar. 1984. Sastra Nusantara Suatu Pengantar Studi Sastra Melayu. Ghalia Indonesia. Jakarta

Hapsari, Wijayanti, Candrayani, Amalia, Ika Endang Sri dkk. 2013. Bahasa

Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Rajawali Pers.

Jakarta

Hermawan, Agus. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Anak

Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Media Kartu Warna Pada Siswa Kelas IVB SDN Sampangan 01 Semarang. Skripsi. UNNES

Hodidjah.2013 . Pantun Sastra Lisan Yang Mati Suri

Ishak, M. Taufik, M. Mochsen Sir. 2005. Pembacaan Kode Smiotika Roland

Barthes Terhadap Bangunan Arsitektur Katedral Evry di Perancis Karya Mario Botta. Rona Jurnal Arsitektur Ft- Unhas Volume 2 No. 1,

April 2005, Hal. 85-92 ISSN: 1412-8446

Iswidayati, Sri. 2014. Roland Barthes dan Mitologi. FBS UNNES Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2007. Balai Pustaka. Jakarta

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta

Kreidler, Charles W. 1998. Introducing English Semantics. Routledge. London

(26)

69

Multafifin. 2015. Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 52

Konawe Selatan. Jurnal Humaniora No. 15, Vol. 3, Desember 2015/

ISSN 1979- 8296

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Rineka Cipta. Jakarta

Pradopo, Rachmat Djoko, Soeratno, Siti Chamamah, Suminto A. Sayuti dkk. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Hanindita Graham Widya. Yogyakarta

Putra, Suwira. 2014. Makna Acara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat

Melayu Riau. FISIP. Vol 1. No. 2

Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika. CV Pustaka Setia. Bandung

Sahril. 2008. Simbol Dalam Teks Pantun Melayu,. Medan: Balai Bahasa Medan, Depdiknas

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Kedua. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Takari, Muhammad. 2013. Tradisi Lisan di Alam Melayu Arah dan

Pewarisannya. Fakultas Ilmu Budaya (FIB). USU

Gambar

Tabel  2.1 Pembagian sifat ikon, indeks dan simbol  .....................................

Referensi

Dokumen terkait

Temukan hubungan antara antarkomponen komunikasi pada upacara adat pernikahan suku melayu yang membangun peristiwa komunikasi, yang akan dikenal kemudian sebagai

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teks pantun hempang pintu pada pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahwa tradisi berbalas pantun selalu digunakan pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Kecamatan Meral

Tradisi yang di gunakan dalam upacara adat Suku Betawi dalam konteks ini adalah penggunaan Roti Buaya dalam pernikahan adat di kampung Petukangan Utara, Jakarta

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa tradisi ini mempunyai hubungan yang sangat berpengaruh dengan kehidupan sosial masyarakat Melayu Kualuh Hilir, dimana tradisi

antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) yang.

Lucman Sinar , Tuanku.2005 “ Adat Budaya Melayu Jati Diri Dan Kepribadian”.Medan : FORKALA Provinsi Sumatera Utara.. Lucman Sinar, Tuanku dan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa dalam upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Desa Pekaka, Kecamatan Lingga Timur, Kabupaten Lingga, tradisi