ANALISIS TEKS PANTUN HEMPANG PINTU PADA ACARA
PERNIKAHAN MASYARAKAT MELAYU DESA UJUNG
KUBU KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN
BATUBARA: KAJIAN SEMIOTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
MARIATUN
NIM 2122210005
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i
ABSTRAK
Mariatun. NIM 2122210005. Analisis Teks Pantun Hempang Pintu pada Acara Pernikahan Masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Kajian Semiotik. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teks pantun hempang pintu pada pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dengan menggunakan teori semiotik yang membahas tentang makna denotasi, konotasi dan mitos (pesan). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah penggunaan pantun dalam acara hempang pintu pada pernikahan masyarakat Melayu, makna denotasi dan konotasi yang terdapat pada teks pantun hempang pintu, dan mitos (pesan) yang terkadung teks hempang pintu.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Analisis yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menguraikan makna-makna yang terdapat pada teks pantun hempang pintu. Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara. Observasi langsung dilakukan di sebuah acara pernikahan yang dilaksanakan pada tanggal 16 april 2016. Narasumber dalam penelitian ini yaitu Bapak Muhammad Sofyan, Bapak Ali Banan, dan Ibu Zainab. Ketiga narasumber tersebut berprofesi sebagai pemantun pada acara-acara pernikahan.
Temuan akhir dalam penelitian ini adalah terdapat makna-makna denotasi dan konotasi pada setiap bait pantun. Dari makna konotasi tersebut, terdapat beberapa mitos (pesan) yang ditujukan kepada kedua pengantin, dan keluarga dari keduanya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Teks Pantun Hempang Pintu pada Acara Pernikahan Masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Kajian Semiotik”, selesai dilaksanakan dengan baik.
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan. (2) Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
(3) Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, dan seluruh Staf dan Pegawai Tata Usaha Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
(4) Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan selaku Dosen Pengarah I yang telah memberikan masukan kepada penulis.
iii
(6) Hendra K. Pulungan, S.sos, M.I.Kom. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
(7) Fitriani Lubis, S.Pd, M,Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
(8) Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya melalui perkuliahan dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
(9) Kedua orang tua yang turut membantu dalam pengumpulan data penelitian.
(10) Ketiga informan yang bersedia memberikan informasi berupa data yang bersangkutan dalam penelitian.
Medan, Juli 2016 Penulis,
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
AKATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoretis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN 8 A. Kerangka Teoretis ... 8
1. Pantun ... 8
a. Struktur teks pantun ... 9
b. Kaidah teks pantun ... 11
v
d. Ciri-ciri, Klasifikasi dan Fungsi Pantun ... 12
2. Adat dalam Masyarakat Melayu ... 15
a. Upacara-upacara ... 18
b. Upacara adat pernikahan masyarkat Melayu Batubara ... 19
3. Semiotik ... 23
a. Definisi semiotik ... 23
b. Semiotik Roland Barthes ... 25
c. Denotasi dan konotasi ... 27
d. Mitos ... 29
e. Ciri-ciri mitos Roland Barthes ... 31
f. Membaca dan mendeteksi motis ... 32
4. Fungsi Sastra Lisan ... 35
B. Pertanyaan Penelitian ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Metodologi Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Sumber Data ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Observasi ... 41
2. Wawancara ... 41
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 44
1. Penggunaan Pantun Hempang Pintu pada Pernikahan Masyarakat Melayu ... 44
2. Makna Denotasi dan Konotasi yang Terdapat pada Pantun Hempang Pintu ... 48
3. Mitos (pesan) Pantun Hempang Pintu ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Melayu kaya akan upacara-upacara tradisional. Adat kebiasaan
yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu
hingga sekarang walaupun tidak secara keseluruhan. Kehidupan masyarakat
Melayu masih kental dengan adat-istiadat dan kesenian. Kesenian tersebut
dapat dilihat dari tarian, syair-syair dan pantun-pantun Melayu. Sedangkan
adat istiadat masyarakat Melayu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mulai
dari adat perkawinan, kelahiran, khitanan, turun tanah bagi bayi yang baru
dilahirkan, dan pemotongan rambut.
Adat tidaklah sempurna apabila tidak diiringi dengan kesenian yang akan
membuat sebuah acara jadi lebih menarik terutama pada upacara pernikahan.
Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi
petuah-petuah orang terdahulu. Syair dan pantun-pantun yang digunakan pada upacara
pernikahan mengandung pesan-pesan baik yang ditujukan kepada kedua
pengantin.
Sejak tahun 1985 hingga 2016 adat berbalas pantun pada acara
pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung
Tiram Kabupaten Batubara tidak banyak lagi digunakan. Masuknya budaya
2
lain seperti kibot dan band di lingkungan masyarakat menyebabkan adat
berbalas pantun semakin terkikis.
Beberapa tahap acara pernikahan adat Melayu yang menggunakan
pantun sebagai sarana berkomunikasi yaitu:
(1)berbisik
(2)merisik
(3)meminang
(4)hempang batang
(5)hempang pintu
(6)hempang kipas
(7)tempung tawar
(8)makan nasi hadap-hadapan
(9)mandi berhias
Upacara pernikahan adat Melayu tidak lepas dari pantun maupun bebalas
pantun, seperti yang dikatakan bahwa :
3
Oleh karena itu, berpantun merupakan ciri khas masyarakat Melayu
khususnya Melayu di Desa Ujung Kubu Kabupaten Batubara. Pantun yang
diucapkan pada acara pernikahan dilakukan dengan cara berbalas-balasan
antara pihak pengantin laki-laki dan pihak pengantin perempuan. Salah
satunya yaitu pada acara hempang pintu.
Acara hempang pintu adalah acara yang dilaksanakan ketika pengantin
laki-laki di arak menuju menuju rumah pengantin perempuan. Sebelum
pengantin laki-laki sampai ke rumah pengantin perempuan, pihak pengantin
perempuan harus menutup pintu rumah dengan sehelai kain panjang
melintang. Kain tersebut dapat di buka setelah dilakukan acara berbalas
pantun dan menyerahkan sejumlah uang yang digunakan sebagai syarat adat.
Contoh pantun yang diucapkan pada acara hempang pintu yaitu:
Pihak mempelai laki-laki
Hari gelap cuaca mendung Hujan pun reda cuaca terang Kami yang datang menjadi bingung Kenapa dipintu kami di halang?
Pihak mempelai wanita
Hempang pintu resam Melayu Kain panjang di pegang erat Begitulah resam dahulu
Pintu di hempang menurut adat
Pihak mempelai laki-laki
Kalau tuan ke Tanjung Balai
4
Pengantin nak masuk mengapa ditahan?
Pihak mempelai wanita
Pengawal pintu tegak berdiri Lengkap pula dengan senjata Jika nak masuk sediakan kunci Barulah pintu adat dibuka
Pantun di atas memiliki makna dan pesan yang terdapat pada acara
hempang pintu. Secara umum makna yang terdapat pada acara hempang pintu
ialah bentuk izin untuk memasuki rumah pengantin perempuan dan adab sopan
santun pengantin laki-laki memasuki kehidupan pengantin perempuan. Pesan
yang terdapat pada acara hempang pintu ialah proses mendapatkan seorang
gadis untuk dijadikan istri tidaklah mudah, begitu juga kehidupan rumah
tangga yang akan dijalani.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik meneliti makna yang terdapat
dalam teks pantun hempang pintu yang digunakan pada upacara pernikahan
masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batubara dengan salah satu ilmu bahasa yaitu semiotik.
Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda dalam kehidupan
manusia. Semua yang hadir dalam kehidupan manusia dilihat sebagai tanda
yang bisa dimaknai. Tanda-tanda atau simbol yang terdapat dalam teks pantun
pada acara pernikahan saling berkaitan, tidak terlepas dari makna. Makna yang
terdapat pada pantun-pantun tersebut memiliki maksud dan fungsi yang
ditujukan kepada masyarakat Melayu. berdasarkan uaraian diatas, penulis
5
Hempang Pintu pada Acara Pernikahan Masyarakat Melayu Desa Ujung
Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Kajian Semiotik”
Teori yang digunakan yaitu teori semiotik Roland Barthes yang
mempelajari tentang makna denotasi, konotasi dan mitos (pesan) yang
terdapat pada buku Petualangan Semiologi. Adapun metodologi yang
digunakan dalam penelitiannya yaitu dengan menggunakan metodologi
deskriptif kualitatif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat dua identifikasi masalah yaitu:
(1)Masyarakat Melayu kurang memahami makna yang terkandung di
dalam teks pantun.
(2)Penggunaan pantun pada upacara pernikahan masyarakat Melayu sudah
semakin berkurang.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus pada satu kajian dan tidak terjadi
kesimpangsiuran, maka penelitian ini dibatasi dengan “Analisis makna
denotasi dan konotasi yang terpadat dalam teks pantun hempang pintu pada
acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kabupaten Batubara”.
Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk mengarahkan penulis pada
6
D. Rumusan Masalah
(1)Bagaimanakan penggunaan pantun dalam acara hempang pintu pada
pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tiram
Kabupaten Batubara?
(2)Makna denotasi dan konotasi apakah yang terdapat dalam teks pantun
hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung
Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Barubara?
(3)Apakah mitos (pesan) yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu
pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Barubara?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
(1)mengetahui tentang penggunaan pantun hempang pintu yang
terdapat pada acara pernikahan masyarakat melayu
(2)mengetahui makna denotasi dan konotasi yang terdapat dalam teks
pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu
(3)mengetahui mitos (pesan) yang terkadung dalam teks pantun
hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini meliputi manfaat praktis dan manfaat
7
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mengatahui tentang adat istiadat
dalam upacara pernikahan masyarakat Melayu pada umumnya, dan dapat
memahami isi pesan yang terkandung dalam acara pernikahan tersebut.
Dengan tercapainya tujuan penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian
ini memiliki manfaat yaitu:
(a) memberikan wawasan luas dan ilmu pengetahuan tentang
upacara pernikahan adat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten Batubara,
(b)sebagai bahan tambahan terhadap perkembangan sastra itu
sendiri di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran
tentang makna-makna serta pesan yang terdapat dalam teks pantun
hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Terdapat dua jenis ujaran yang digunakan pada acara hempang pintu.
Ujaran pertama berbentuk syair dan kedua ujaran berbentuk pantun. Pada
penelitian ini terdapat 3 ujaran berbentuk syair dan 8 ujaran berbentuk pantun,
4 pantun yang diucapkan oleh utusan pengantin laki-laki dan 4 pantun lainnya
diucapkan oleh utusan pengantin perempuan. Syair digunakan sebagai
pembuka kata dan pantun digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan.
Pantun hempang pintu digunakan sebagai sarana berkomunikasi bagi
utusan pengantin laki-laki dan utusan pengantin perempuan. Di dalam pantun
tersebut terdapat makna-makna (denotasi dan konotasi) serta mitos (pesan)
yang ditujukan kepada pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.
Mitos (pesan) yang terdapat pada acara hempang pintu yaitu:
1. Utusan pengantin laki-laki meminta penjelasan kepada utusan pengantin perempuan mengenai ketidakterimaan utusan pengantin perempuan terhadap maksud baik pengantin laki-laki.
2. Utusan pengantin perempuan menjelaskan tentang adat budaya Melayu yang harus dipatuhi sebelum memasuki rumah keluarga perempuan.
67
3. Pihak pengantin perempuan mengharuskan pengantin laki-laki memahami adat istiadat yang telah dipatuhi oleh masyatakat Melayu sejak dahulu.
4. Pengantin laki-laki bermaksud untuk melanjutkan prosesi pernikahan yaitu pada acara bersanding.
5. Pengantin laki-laki datang menepati janji yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Utusan pengantin perempuan memastikan benarkah laki-laki yang dimaksud adalah suami dari penantin perempuan
6. Pengantin laki-laki sudah melakukan semua tahap sebelum
pelaksanaan pernikahan dan pengantin laki-laki ingin disandingkan. 7. Pihak laki-laki harus memuhi syarat yang diinginkan oleh pihak
perempuan dengan membayar sejumlah uang kepada hulubalang dari pihak pengantin perempuan.
8. Pihak pengantin perempuan telah merima dan memberi izin kepada
pihak pengantin laki-laki untuk memasuki rumah pengantin
perempuan.
Secara keseluruhan, Mitos (pesan) yang terdapat pada pantun hempang
pintu ialah proses mendapatkan seorang gadis untuk dijadikan istri tidaklah
mudah begitu juga kehidupan dalam rumah tangga yang akan dijalani, pasti
ada hambatan-hambatan yang datang menghamiri. Kedua mempelai harus
68
rumah rangga akan bahagia. Mitos (pesan) tersebut dapat dilihat dari bagian
acara mengarayak pengantin yaitu pada tahap hempang pintu.
B. Saran
Saran-saran yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian pantun dalam adat pernikahan masyarakat Melayu di Desa
Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dapat
ditingkatkan kembali dengan bentuk, tujuan maupun jenis pantun yang
lain dan lebih bervariasi
2. Aspek yang dikaji dalam menelitian tentang pantun hempang pintu
pada acara pernikahan masyarakat adat Melayu dapat dilanjutkan
dengan kajian yang berbeda dan lebih mendalam agar hasil penelitian
akan lebih berkembang.
3. Kepada masyarakat Melayu Batubara khususnya pemuka adat, setiap
acara adat pernikahan dilaksanakan hendaknya makna-makna dan
mitos (pesan) yang terkandung di dalamnya dijelaskan kepada kedua
69
DAFTAR PUSTAKA
Andri. 2011. Jurnal Analisis Puisi “Jika pada Akhirnya” Karya Husni
Djamaluddin dengan Pendekatan Semiotika. Balai Bahasa Ujung
Pandang. Makasar.
Arifin, Zainal. 2012. Kumpulan Pantun Melayu. Mitra Medan
Astika, Made dan Nyoman Yasa. 2014. Sastra Lisan Teori dan Penerapan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Asshiddiqie, Jimly. 2009. Peranan Adat Melayu dalam Membangun Identitas Budaya dan Dalam Upaya Pembinaan Karakter Bangsa. Universitas
Sumatera Utara.
Barthes, Roland. 2007. Petualangan Semiologi. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.
Chaer. Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Damanik, Ramlan. 2002. Jurnal Fungsi dan Peranan Upacara Adat
Perkawainan Masyarakat Melayu Deli. Universitas Sumatera Utara.
Dja’far, Fadlin bin Muhammad. 2005. Jurnal Budaya Sumatera Utara dan
Enkulturasinya. Universitas Sumatera Utara.
Eldi, Uray Firmansyah. 2010. Jurnal Medan Makna Peralatan Prosesi Adat
Perkawinan Melayu Sambas. FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Filklor: Konsep, Teori dan
Aplikasi. Media Pressindo. Yogyakarta.
Iswary, Ery. 2013. Jurnal Analisis Kultural Pantun Bahasa
Indonesia-Makasar: dari Bilingualisme ke Multikulturalisme. Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Hasanuddin.
70
Kaelan. 2012. Metode Kualitatif Interdisipliner. Paradigma. Yogyakarta.
Laitami, 1998. Kumpulan Pantun Pernikahan Adat Melayu Nibung Hangus. (Tidak diterbitkan).
Ganie, Tajuddin Noor. 2015. Buku Induk Bahasa Indonesia: Pantun, Puisi,
Syair, Peribahasa, Gurindam dan Majas. Araska. Yokyakarta.
Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Nusa indah.
Rusmana, Dadan. 2005. Tokoh dan Pemikiran Semiotik. Tazkiya Press.
Sembiring, Dermawan. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Unimed Press Medan.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Rosdakarya. Bandung.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan
terapannya dalam penelitian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Taufik, Muhammad Ishak, dan Mohammad Mochsen. 2005. Jurnal
Pembacaan Kode Semiotika Roland Barthes Terhadap Bangunan Arsitektur Katedral Evry di Prancis Karya Mario Botta. Vol 2 No.1.
Rona Jurnal Arsitektur FT-Unhas