• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Metode dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Pendidikan Dasar

N/A
N/A
Nurul Ulum Welahan

Academic year: 2024

Membagikan " Peran Metode dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Pendidikan Dasar"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang dipakai harus sesuai dengan kemampuan dan keterampilan peserta didik. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik. e. Penggunaan model talking stick dapat meningkatkan kekatifan mengeluarkan pendapat dan hasil peserta didik pada pembelajaran PPKn materi nilai-nilai pancasila kelas IV SD Negeri Rejosari 3 Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran.

Sedangankan menurut Djoko Santoso dkk (2007) menjelaskan bahwa pembelajaran yang berkualitas adalah terlibatnya peserta didik secara aktif dalam pebelajaran.

Keaktifan Siswa Berpendapat

(3) kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian materi, mendengarkan percakapan dalam diskusi kelompok; (4) kegiatan menulis: menulis bahan materi, merangkum bahan materi, mengerjakan tes;.

Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar

Agus Supriyono (2011) mengungkapkan bahwa, "hasil belajar adalah pola-polaperbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi danketerampilan". Secara umum Abdurrahman (2009) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar menurutnya juga anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam driri antara lain perubahan tingkah laku diharapkan kearah positif dan kedepan.

Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat dan lain sebagainya. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono, Dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan suatu proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan. Dari beberapa teori di atas tentang pengertian hasil belajar, maka hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar (perubahan tingkah laku: kognitif, afektif dan psikomotorik) setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran information search dan metode resitasi yang dibuktikan dengan hasil evaluasi berupa nilai.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor jasmani dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan siswa baik kondisi fisiknya secara umum, sedangkan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak faktor-faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

Manfaat Hasil Belajar

Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik, sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b) lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih mengembangkan keterampilannya, (d) memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan perubahan dari siswa sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan keterampilan. Berdasarkan pemaparan kajian teori diatas, peneliti dalam hal ini sangat tertarik dengan judul tesis ini dikarenakan peneliti akan mencoba meneliti strategi dan metode pembelajaran tersebut.

Peneliti berpendapat bahwa apakah strategi pembelajaran information search dan metode resitasi ini sangat cocok dengan pembelajaran Alquran Hadis dan apakah hasil belajar dapat meningkat.

Model Talking Stick

Pengertian Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku- suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Adapun metode ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak. Jadi, Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi peserta didik dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Tujuan Model Talking Stick

Sebab pencapaian pembelajaran khusus erat sekali kaitannya dengan tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuannya adalah untuk memandirikan murid dalam berpikir dan memperoleh pengetahuan, serta mengolahnya hingga murid benar-benar paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Perkembangan tujuan pendidikan ini berupa peningkatan pada teknik dan metode yang lebih variatif dan inovatif, dan partisipatif, yang berguna bagi perkembangan hasil belajar siswa.

Dan tujuan dari inovasi pendidikan menurut Fuad Ihsan adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan efektifitas. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar Cooperative Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling. Menurut Eggen and Kauchak, Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Dengan sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah metode penguasaan haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan di atas, yaitu partisipasi murid untuk membangun kemandirian dalam memahami materi pelajaran. Begitu pula dengan metode Talking Stick, bagaimanapun juga harus sesuai dengan tujuan pendidikan di atas. Adapun tujuan dari dirumuskannya metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang didalamnya memperhatikan partisipasi siswa dalam memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya, karena metode Talking Stick merupakan salah satu metode dalam Cooperative Learnig, maka tujuan pada metode talking stick adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bias terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai.

Kerangka Berpikir

1. Peserta didik

Hipotesis Tindakan

  • Subjek Penelitian
  • Tempat Penelitian
  • Waktu Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran talking stick keaktifan mengeluarkan pendapat dan hasil belajar dapat meningkatkan dalam memahami materi nilai-nilai pancasila peserta didik kelas 4 SD N Rejosari 3 Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2023/2024. Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas IV SD N Rejosari 3 Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Jumlah peserta didik kelas IV di Sekolah tersebut yaitu 18 peserta didik yang terdiri dari 7 peserta didik laki-laki dan 11 peserta didik perempuan.

Tingkat kebisingan sekolah tidak terlalu tinggi, karena letak sekolah tidak langsung berseberangan dengan jalan raya dan tidak terdapat pusat keramaian seperti pabrik, pasar, atau yang lainnya sehingga kegiatan belajar mengajar tidak tertanggu. Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan 2 siklus, yaitu siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 03 Mei 2024 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2024, dengan waktu pelaksanaan sebagai tertera dalam tabel 3.1.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Untuk memperbaiki dan mengoptimalkan hasil belajar peserta didik, guru merencanakan perbaikan pembelajaran dengan dibantu Bapak Ibu Naimah, S.Pd., M.Pd. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan 1, peneliti melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui simulasi perbaikan pembelajaran 1. Peneliti melaksanakan tindakan 1 pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2024. Selanjutnya terkait dengan pengamatan selama proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini, peneliti melakukan kegiatan pengamatan selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung.

Dalam prosedur perbaikan pembelajaran ini sebagai langkah setelah melakukan refleksi tindakan 1 yang telah dilakukan peneliti. Untuk memperbaiki dan mengoptimalkan hasil belajar peserta didik, guru merencanakan perbaikan pembelajaran dengan dibantu Ibu Naimah, S.Pd., M.Pd. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan 2, peneliti melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui simulasi perbaikan pembelajaran 2. Peneliti melaksanakan tindakan 2 pada hari kamis tanggal 17 Mei 2024.

Selanjutnya terkait dengan pengamatan selama proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2, peneliti melakukan kegiatan pengamatan selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung. Adapun alat yang dapat digunakan adalah pedoman observasi dan catatan pengamatan dalam proses perbaikan pembelajaran. Adapun identifikasi masalah dalam kegiatan perbaikan pembelajaran 2 adalah masih ada siswa yang belum mencapai nilai KKM.

Teknik Analisis Data

  • Model observasi
  • Model dokumentasi
  • Model tes

Refleksi tindakan 2 dilakukan peneliti setelah peneliti melakukan praktik simulasi siklus 2 secara tatap muka kepada siswa kelas 4 SD N Rejosari 3. Data kuantitatif akan diolah melalui analisa deskriptif, yaitu dengan penyajian data yang biasanya disusun berupa angka-angka yang memberikan gambaran yang disajikan dalam sebuah tabel. Penelitian ini membedakan dengan 3 aspek kriteria keaktifan siswa berpendapat yang dapat dinilai, yaitu pada ranah kekatifan siswa mengelarkan pendapat yaiu aspek bertanya saat kegiatan belajar mengajar, aspek menajawab pertanyaan dan aspek menejelaskan atau memaparkan materi.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama, karena tanpa data dalam penelitian maka tidak mendapatkan hasil. Observasi dalam proses penelitian diamati oleh Observer ( teman sejawat), dan guru yang memberikan proses pembelajaran penelitian dilaksanakan oleh peneliti. Diakhir penelitian, peneliti mengobservasi kesan siswa dan observer penelitian terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan hasil evaluasi siswa yang didapatkan.

Pada penelitian ini peneliti mengunakan dokumentasi berbentuk catatan lapangan, hasil tes, lembar aktivitas siswa dan guru, silabus, RPP, bahan ajar, dan foto-foto kegiatan.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: Pertama Ketersediaan sumber belajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belum memadai

Pentingnya kemampuan pedagogik mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar bagi seorang calon guru Sekolah Dasar menjadi salah stau

Dokumen ini berisi daftar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Tunagrahita kelas X di

Implementasi pendidikan karakter di kelas pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan termasuk dalam kategori baik, sesuai dengan penyajian hasil penelitian yang di

Soal Ujian Harian Bersama UHB 1 mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di kelas VII semester 1 tentang Berkomitmen Terhadap Pokok Kaidah Negara

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas