71 PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) IPS DALAM
MENYUSUN SOAL HOTS
Rudiansyah SMPN 1 Bumi Makmur Email: [email protected]
Abstract
The success of learning is achieved through the role of the teacher in increasing his competence by forming the Subject Teachers' Conference. Quality social studies learning that is assessment of measurement oriented to Higher Order Thinking Skills (HOTS). Social Studies Learning combines the concepts of geography, economics, sociology, and history with the application of developing nationalism, can work together in a plural society, as citizens are able to strengthen the attitude of nationality, citizens and citizens of the world. IPS Subject Teachers' Conference of Social Studies are expected to have the ability and skills to make questions and learning assessment with Higher Order Thinking Skill (HOTS) orientation, in order to improve the quality of assessment and improve the quality of students.
Keywords: Subject Teachers' Conference, Social Studies, HOTS Questions.
Abstrak
Keberhasilan pembelajaran tercapai melalui peran guru dalam meningkatkan kompetensinya dengan membentuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pembelajaran IPS yang berkualitas yaitu pengukuran penilaian dengan berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memadukan konsep geografi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah dengan penerapan mengembangkan nasionalisme, bisa bekerjasama pada masyarakat majemuk, selaku warga masyarakat mampu memperkokoh sikap kebangsaan, warga negara dan warga dunia. MGMP IPS diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan membuat soal serta penilaian pembelajaran dengan orientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS), guna meningkatkan kualitas penilaian serta meningkatkan kualitas peserta didik.
Kata Kunci: Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), IPS, Soal HOTS.
PENDAHULUAN
Guru sebagai profesi dalam pembelajaran sangat menentukan terhadap tercapainya keberhasilan pembelajaran serta mengahasilkan lulusan yang berkualitas, dan merupakan generator pengembang proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Komponen utama yang menjadi fokus pemerintah daerah maupun pemerintah pusat guna meningkatkan mutu pendidikan yaitu pembaharuan proses pembelajaran.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan konsep geografi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Pembelajaran IPS
72 dibentuk dengan berbagai pendekatan yaitu interdisipliner, multidisipliner atau transdisipliner, yang bersumber dari ilmu Sosial, Humaniora, dan Psikologi sesuai perkembangan sekarang.
IPS mencakup pemahaman masyarakat serta lingkungan dalam lingkup nasional maupun internasional guna mengembangkan pengetahuan, sikap, berpikir logis, kritis, analitis, sistematis, dan berketerampilan sosial. Penerapan dikehidupan berupa memperkokoh sikap kebangsaan, mengembangkan nasionalisme, meningkatkan pemahaman potensi di Indonesia, dan mampu bekerjasama pada masyarakat majemuk dengan hubungan warga negara maupun warga dunia.
Guru IPS diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan penilaian pembelajaran dengan orientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi ini harapannya agar kualitas penilaian guru terhadap peserta didik meningkat sekaligus pula untuk peningkatan kualitas lulusan.
Mengingat pentingnya peran guru IPS dalam proses penilaian, maka langkah tepat untuk meningkatkan kompetensi mereka dengan membentuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
MGMP berperan penting dalam keberhasilan peserta didik. Proses penilaian telah dilakukan untuk meningkatkan kompetensi mereka antara lain melalui sosialisasi, pelatihan- pelatihan, workshop, maupun penyusunan soal. Kegiatan MGMP yang sering dilakukan yaitu penyusunan soal untuk diujikan kepada peserta didik berdasarkan kisi-kisi yang ditetapkan oleh pusat dengan berorientasi pada Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Peserta didik diharapkan bisa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka melalui penilaian hasil belajar berorientasi pada Higher Order Thinking Skill (HOTS), karena berpikir tingkat tinggi merujuk pada berpikir secara mendalam, detail, dan luas tentang materi pelajaran (Setiawati,et al, 2018). Higher Order Thinking Skill (HOTS) telah diwacanakan oleh para ahli antara lain Bloom tahun (1956) dan Resnick (1987) dalam (Widana, 2017).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah suatu tempat pembinaan bagi guru dengan mata pelajaran yang sama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dengan berdiskusi atau bermusyawarah demi peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas (Abdullah, 2018). Definisi tersebut dapat dimengerti suatu wadah atau forum kegiatan guru mata pelajaran pada SMP/MTs, SMPLB/MTsLB, SMA/MA, SMA/MAK, SMALB/MALB
73 dengan ruang lingkup wilayah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sanggar, ataupun gugus sekolah.
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Somantri dalam Endayani (2017) mengungkapkan IPS merupakan penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tercapainya tujuan pendidikan. IPS dapat diartikan sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
National Council for the Sosial Studies (NCSS) tahun 1994 dalam Abbas, E.W., (2014) melansir tentang prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran IPS, yaitu: 1) Meaningful, mempelajari jaringan yang terhubung antara pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan sikap untuk pemahaman dan apresiasi; 2) Integratif, mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, nilai-nilai, dan sikap untuk bertindak; 3) Value-based, pengajaran yang kuat mempertimbangkan dimensi etis, topik dan membahas masalah konvensional, menyediakan arena untuk pengembangan reflektif kepedulian terhadap kebaikan bersama dan pengaplikasian nilai-nilai sosial, peserta didik disadarkan akan potensi implikasi kebijakan sosial dan pemikiran untuk berpikir kritis dan membuat nilai keputusan berbasis tentang masalah sosial terkait; 4) Challenging, peserta didik diharapkan berusaha untuk mencapai tujuan instruksional, baik sebagai individu maupun keanggota kelompok, guru mencontoh keseriusan tujuan dan pendekatan yang bijaksana untuk penyelidikan dan menggunakan strategi pengajaran yang dirancang untuk memperoleh dan mendukung kualitas serupa dari peserta didik, guru menunjukkan minat dan rasa hormat untuk pemikiran peserta didik, tetapi menuntut argumen yang beralasan daripada pendapat yang disuarakan tanpa pemikiran atau komitmen yang memadai; 5) Active, Pengajaran IPS aktif membutuhkan pemikiran reflektif dan pengambilan keputusan ketika berbagai peristiwa berlangsung selama pengajaran.
C. Penilaian Pembelajaran IPS
Pengumpulan informasi tertuju melalui berbagai proses penilaian, memakai berbagai instrumen, bermula dari berbagai sumber dan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan, dengan tujuan mengevaluasi dan memantau proses, perbaikan hasil dan kemajuan hasil belajar pada peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara berkesinambungan
74 dengan berbagai upaya, informasi yang dikumpulkan tidak hanya lengkap dalam memberikan gambaran, akan tetapi harus tepat dan akurat guna menghasilkan keputusan (Kemendikbud, 2017; Setiawati, et al, 2018).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 dalam Kemendikbud (2017) tentang standar penilaian dengan penilaian pada prinsipnya dapat menjaga agar tujuan dan orientasi penilaian tetap pada rel atau framework yang telah dirumuskan yaitu: 1) Sahih;
2) Objektif; 3) Adil; 4) Terpadu; 5) Terbuka; 6) Berkesinambungan dan Menyeluruh; 7) Sistematis; 8) Beracuan kriteria; 9) Akuntabel. Hasil penilaian akan tepat dan akurat apabila penggunaan instrumen untuk menilai, analisis hasil penilaian, proses penilaian, dan objektivitas penilai dapat dipertanggungjawabkan.
Kurikulum 2013 oleh Kemendikbud (2017) adalah kurikulum yang berbasis kompetensi dengan komponen penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penilaian IPS berupa predikat, KKM, remedial dan pengayaan. Bentuk penilaian hasil belajar pada Kurikulum 2013 oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), Ujian Sekolah (US), dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
D. Pengembangan Soal HOTS
Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kompetensi abad ke-21, penyajian soal-soal HOTS dalam Penilaian dapat melatih peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (creative thinking and doing), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan seharihari (problem-solving). (Widana, 2017).
Kemendikbud (2017) menyebutkan dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing- C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
75 Anderson dan Krathwohl (2001) dalam Kemendikbud (2017) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir, mengelompokkan level kognitif tersebut yaitu: 1) Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1), ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural, namun soal pada level 1 bukan merupakan soal HOTS; 2) Aplikasi (Level 2), ciri soal level 2 merupakan soal kategori sedang, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu, menyelesaikan permasalahan kontekstual, namun soal level 2 bukan merupakan soal HOTS; 3) Penalaran (Level 3), level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual.
Penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran, maka penulisan soal HOTS dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS, yaitu: 1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS; 2) Menyusun kisi-kisi soal; 3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual; 4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal; 5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban (Setiawati, et al, 2018).
Soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Guru melakukan penilaian dapat menyisipkan beberapa butir soal HOTS, yang berperan untuk: 1) Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21; 2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah; 3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik; 4) Meningkatkan mutu Penilaian (Widana, 2017).
SIMPULAN
Penyusunan soal-soal HOTS yang dilakukan guru dalam Penilaian berguna untuk melatih dan mengasah kemampuan dan keterampilan peserta didik sesuai dengan perkembangan sekarang yaitu pada kompetensi pendidikan abad ke-21. Penilaian berbasis
76 soal-soal HOTS, yaitu kreativitas (creativity), keterampilan berpikir kritis (creative thinking and doing), dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibentuk melalui langkah latihan penyelesaian berbagai masalah yang nyata dalam kehidupan (problem-solving).
MGMP di daerah masing-masing berperan penting dalam penyusunan soal terutama dalam Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), Ujian Sekolah (US), dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Penyusunan soal-soal tersebut diharuskan mencantumkan soal HOTS dengan ranah kognitif level 3. Peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, E.W., et al. (2014). Mewacanakan Pendidikan IPS (Cetakan Ke). Banjarmasin: FKIP UNLAM PRESS.
Abdullah, W. (2018). Manajemen Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru Fikih Mts Se-Kabupaten Klaten Tahun 2017.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Depdiknas. (2008). Standar Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Depdiknas.
Depdiknas. (2008). DEPDIKNAS. In Panduan Pengembangan Bahan Ajar (pp. 14–15).
Endayani, H. (2017). Pengembangan materi ajar ilmu pengetahuan sosial. Jurnal Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1), 92–110. Retrieved from http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ijtimaiyah/article/download/1158/922
Kemendikbud. (2017). Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Atas. Jakarta:
Kemendikbud.
Setiawati, et al. (2018). Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills: Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi.
Widana, I. W. (2017). Modul Penyusunan Higher Order Thingking Skill (HOTS). In Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan 2017.