N AGARI L AW R EVIEW
ISSN (Print) : 2581-2971 | ISSN (Online) : 2597-7245 Available at : http://nalrev.fhuk.unand.ac.id/
Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak: Analisis Undang- Undang tentang Perlindungan Anak dalam Perspektif Hukum Islam
Zaitun Erfin1*, M. Iqbal Irham2
1,2 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
* Corresponding author’s e-mail : [email protected]
ARTICLE INFO ABSTRACT Keywords :
Child Education; Child Protection;
National Education System; The Role of Parents.
How To Cite :
Erfin, Z., & Irham, M. (2023). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak:
Analisis Undang-Undang tentang Perlindungan Anak dalam Perspektif Hukum Islam. Nagari Law Review, 7(1), 39-48.
DOI :
10.25077/nalrev.v.7.i.1.p.39-48.2023
This study aims to explain parents' role in educating children by analyzing Law No. 20 of 2003 on the national education system and Law No. 35 of 2014 on child protection. This research employs a qualitative descriptive method and literature review. Data collection involves gathering information from various sources, such as books, magazines, and online news, followed by reading and recording the information. The research data is analyzed descriptively. The findings indicate that Law No. 20 of 2003 and Law No. 35 of 2014 can be divided into two parts:
(1) fundamentals, functions, and objectives of the national education system;
rights and obligations of citizens, parents, society, and government; learners; and types of education; (2) the role of parents in raising children includes nurturing, caring, educating, protecting, fostering the child's development according to their abilities, talents, and interests, preventing child marriage, imparting character education, and instilling moral values in children. In the context of fiqh siyasah, both Law No. 20 of 2003 and Law No. 35 of 2014 mandate parents to provide education to their children because education is the child's right, ensuring their well-being and guaranteeing fundamental rights stipulated in Islamic law.
1. Introduction
Setiap orang tua yang hidup berkeluarga mempunyai peranan besar dalam pendidikan anak mereka.
Orang tua selain harus bertanggung jawab dalam mencukupi kebutuhan dasar anak seperti makan, minum, dan pakaian, juga harus memperhatikan, membimbing, memotivasi dan mendidik anak.
Ayah dan ibu adalah wali utama bagi seorang anak. Sejak awal, anak mendapat perhatian dan bimbingan dari keluarganya.1
Keberhasilan anak dalam memahami pendidikan agama sangat ditentukan oleh peran keluarga. Bagi orang tua hendaknya dapat meningkatkan ketangkasan yang ada pada anak, memberi keteladanan dan memberikan pengajaran agama. Namun jika melihat kondisi saat ini, orang tua belum sepenuhnya menyadari peran penting dalam membesarkan anak. Masalah ini disebabkan oleh banyak hal seperti kesalahpahaman orang tua tentang pendidikan anak, rendahnya tingkat pendidikan orang tua, atau keterbatasan fisik orang tua. Pendidikan adalah proses yang sangat penting bagi kebutuhan manusia karena tanpanya manusia tidak akan mengetahui tujuan hidup dan
1 Abdul Wahib. (2015). “Konsep Orangtua Dalam Membentuk Kepribadian Anak,” Majalah Paradigma 2, (1), p.
3.
40
mengetahui bahwa pendidikan ialah suatu proses yang membentuk suatu perilaku serta kepribadian individu.2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan mengembangkan kepribadian anak serta menjadikan peradaban bangsa yang bermartabat. Jadi, pendidikan nasional bertujuan untuk menciptakan kepribadian anak agar bisa menjadi seseorang yang beragama, sehat, berpengetahuan, cerdas serta kemandirian yang tinggi. Melalui pendidikan seseorang berusaha memperoleh keterampilannya untuk digunakan sebagai alat menunaikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin di muka bumi ini.3
Menurut Ayat (2) Pasal 7 UU Nomor 20 Tahun 2003, orang tua mempunyai kewajiban dalam memberikan pendidikan dasar di ruang lingkup keluarganya dengan mengutamakan pertumbuhan serta perkembangan anak mereka. Orang tua tidak hanya harus memenuhi kebutuhan hidup anak, tetapi juga harus membantu anak mereka belajar.
Menurut UU No. 35 Tahun 2014 anak adalah semua penduduk yang berumur dibawah 18 tahun dan yang masih di dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala hal yang menjamin, melindungi anak dan haknya dalam menjalani hidup agar bisa tumbuh dan berkembang agar dapat berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian serta terlindungi dari kekerasan dan diskriminasi.
Dari Tinjauan fiqih siyasah tentang UU No. 20 Tahun 2003 dan UU No. 35 Tahun 2014 peran orang tua dalam pendidikan anak sangat mempengaruhi kemaslahatan anak untuk mendekatkan kepada syari’at dan kemaslahatannya. Perlindungan anak dalam pandangan hukum Islam adalah pemenuhan hak-hak anak dan perlindungannya dari hal-hal yang dapat membahayakan diri, jiwa, dan hartanya, yang mencakup aspek fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti mengenai peran orang tua dalam pendidikan anak menurut UU No. 20 tahun 2003 dan UU No. 35 Tahun 2014 dalam perspektif fiqih siyasah.
2. Method
Penelitian ini menggunakan metode juridis normatif dan deskriptif kualitatif,4 dan studi literatur.
Pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun informasi dari literatur yang berbeda kemudian membaca dan mencatat informasi yang diperoleh dari buku, majalah dan berita online.5 Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif.6
3. Analysis and Results 3.1.Pengertian Orang Tua
Orang tua juga dapat disebut keluarga atau orang yang menjaga anak di rumah. Terlepas dari kenyataan bahwa orang tua biasanya terbagi menjadi 3 kategori: orang tua kandung, orang tua angkat, dan orang tua tiri.7 Namun, semua yang dibahas dalam bab ini disebut dengan keluarga.
2 Muhammad ’Ainul Yakin, “Peran Orang Tua Dalam Mendidik Moralitas Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang (Perspektif Kepemimpinan Islam)” (Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015), 2.
3 RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). (Bandung: Bandung, 2015), 11.
5 Suprapto Agus, “Metode Pengumpulan Dan Analisis Data: Langkah Vital Proses Penelitian” 23 No. 1 (2005):
54.
6 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 20.
7 Rahmadani Putri, “Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua Uzur Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Gunung Baringin Kecamatan Penyambung Timur Kabupaten Mandailing Natal),” 2018, 43.
41
Keluarga yang dapat dibentuk oleh perkawinan yang meliputi ayah dan ibu.8 Pengertian orang tua terkait dengan konsep keluarga dikarenakan orang tua ialah bagian keluarga yang lebih besar, yang sebagian besar diganti oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.9
Orang tua mempunyai kewajiban dalam merawat serta mendidik anak mereka sebagaimana mestinya, orang tua khususnya kepala keluarga yang menjadi pemimpin keluarga mempunyai hak dan kewajiban dalam memberikan pendidikan pada semua anggota keluarga.10
Tiap individu mempunyai peranan yang berbeda yang timbul dari adanya pola interaksi sosial di lingkungannya. Hal ini juga menjelaskan bahwa suatu peran bisa menjadi penentu bagaimana ia bertindak ketika berinteraksi sosial serta peluang apa yang ada dari interaksi tersebut kepadanya.11 Peran orang tua harus ikut serta membimbing dan meninjau kembali pilihan-pilihan yang diambil anak untuk mencapai keberhasilan. Orang tua juga harus mencukupi kebutuhan anak mereka dalam meraih cita-cita mereka serta kebutuhan terkait pendidikannya, termasuk les bila dipandang perlu oleh anaknya.12
Dalam Undang-undang Repubulik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan, pasal 26 ayat 1 terdapat tanggung jawab dan kewajiban orang tua yaitu: a) Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, b) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya, c) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak, d) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.13
3.2. Definisi Pendidikan
Hakekatnya konsep pengajaran bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran dengan cara yang sadar dan terencana sehingga siswa secara aktif mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan, kemandirian, kepribadian, akal budi yang luhur, serta kompetensi yang dibutuhkan bagi mereka serta masyarakat.14
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia, mengatakan bahwa pendidikan penting untuk pertumbuhan anak. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan mempunyai tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aktif dalam meningkatkan keterampilannya, keagamaan, kontrol diri, karakteristik, intelektual, berakhkak mulia serta kompetensi lainnya yang menjadi kebutuhan bagi individu, bangsa serta negara.15
Dalam QS. at-Taubah ayat 122 untuk menjamin kelangsungan hidup manusia. Dengan ilmu, manusia dapat memahami moralitas, kebenaran, dan manfaat. Ditambah Al-Qur'an menunjukkan orang-orang yang berilmu tertinggi. Surah al-Mujadilah/58, ayat 11 dalam al-Quran.16 Konsep pendidikan atau pengertiannya menurut para ahli:
a) Prof. dr. MJ Langeveld mengatakan bahwa pendidikan adalah tentang memberikan bimbingan spiritual dan membantu mereka yang masih membutuhkannya;
8 Sivi Puji Astuti and Santi Khandayani, “Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Akademik Fisika,” Jurnal SAP 2, no. 1 (2017): 3.
9 Ephrianus Rouli, “Tanggung Jawab Dan Peran Orang Tua Dalam Membesarkan Anak,” Jurnal Pendidikan Informal 1, no. 1 (2017): 144.
10 Singgi D. Gunars, “Psikologi Perkembangan: Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak Melaksanakan Sholat Lima Waktu Di Lingkungannya” (IAIN Jurusan Pendidikan Agama Islam Palangka Raya, 2016), 19.
11 WJS Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1986), 735.
12 Soerjono Sekanto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 212–213.
13 RI, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, 2014.
14 RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, 2003.
15 Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah (Yogyakarta: Gava Media., 2013), 30.
16 Kementerian Agama RI, Alquran Dan Terjemahnya Edisi Tajwid (Jakarta: Tiga Serangkai, 2014).
42
b) Prof. Zaharai Idris mengatakan bahwa pendidikan adalah kumpulan interaksi yang bermaksud untuk membantu anak-anak berkembang secara utuh dengan berinteraksi dengan orang dewasa secara tatap muka atau melalui media;
c) H. Horn mengatakan bahwa pendidikan adalah proses adaptasi yang berkelanjutan menjadi pribadi yang lebih tinggi yang berkembang secara fisik dan spiritual, bebas dan sadar akan Tuhan, yang diwujudkan dalam sifat intelektual, emosional, dan manusia.
3.3. Dasar - Dasar Pendidikan
1) Siswa, adalah posisi siswa dalam pendidikan. Siswa ialah individu yang penuh dengan potensi fisik dan psikis, dengan kepribadian yang tumbuh, serta mereka sangat perlu adanya perawatan dan bimbingan yang manusiawi.
2) Pendidik ialah seseorang yang mempunyai tanggung jawab terkait pendidikan kepada anak didik sasarannya. Pendidik bisa berasal dari berbagai latar belakang pendidikan seperti kondisi keluarga, sekolah serta sosialnya.
3) Komunikasi pendidikan adalah komunikasi timbal balik antara siswa dan guru, yang tujuannya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
4) Tujuan pendidikan tujuan pendidikan ialah suatu target yang harus didapatkan melalui proroes pembelajaran. Umumnya, tujuan pendidikan sifatnya abstrak.
5) Materi pembelajaran bahan kajian adalah bahan-bahan pelatihan dalam bidang pendidikan dan mempunyai pengaruh yang diberikan dalam pedoman.
6) Instrument pembelajaran adalah suatu alat serta metode pembelajaran agar bisa memperoleh tujuan pendidikkan. Alat pelatihan itu unik, sedangkan metode pelatihan melihat keefektifan dan efisiensinya.
7) Lingkungan pendidikan lingkungan belajar adalah tempat terjadinya pembelajaran.
3.4.Klasifikasi UU No. 20 Tahun 2003 1) Pendidikan Dasar Nasional
Pondasi mengacu pada dasar di mana seseorang dapat berdiri atau bersandar untuk aktivitas yang dilakukan. Karenanya, hal apapun yang dijadikan dasar atas suatu tindakan tentunya memiliki kepastian hukum. Dengan demikian, tidak tepat untuk dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan/usaha yang berdasarkan alasan yang dicari-cari alasan yang berkaitan dengan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok.
Mengenai rumusan konsep pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara selaku toko pendidikan nasional Indonesia atau yang dikenal bapak pendidikan, berpendapat bahwa: “Pendidikan nasional ialah pendidikan yang berdasarkan dengan pandangan hidup masyarakat serta berusaha memenuhi kebutuhan hidup (Maatschap pelijk), yang bisa mengangkat martabat bangsa untuk bekerja sama dengan “bangsa-bangsa lain demi kehormatan seluruh bangsa di seluruh dunia”. Berdasarkan hal itu, terdapatnya ikatan yang sangat erat antara nasionalis dengan kepercayaan hidup berbangsa. Ini hendak dipelajari oleh orang- orang yang mengekspresikan dirinya dalam kehidupan bangsanya serta merasa terikat oleh benang sutra cinta, halus serta suci dengan bangsanya.17
TAP MPR No.II/MPR/1978 tentang GBHN tentang pendidikan menyatakan: “pendidikan nasioan dengan berlandaskan Pancasila bermaksud untuk menciptakan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akal budi, karya, kesempurnaan akhlak, penguatan kepribadian dan penguatan jiwa kebangsaan
17 I. G. N Santika, “Kepala Sekolah Dalam Konsep Kepemimpinan Pendidikan,” Suatu Kajian Teoritis. Widya Accarya 7 (1) (2017): 13.
43
agar ia bisa tumbuh. rakyat.-mengembangkan manusia yang dapat mengembangkan diri dan secara dalam tanggung jawab bersama untuk pembangunan negara.18
2) Pancasila Merupakan Landasan Ideal bagi Pendidikan Nasional.
Pancasila ialah dasar negara serta sudah ditetapkan dari hasil kesepakatan antara para negarawan bangsa Indonesia ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945. Dengan demikian, upaya-upaya untuk semua warga negara juga harus berlandaskan Pancasila, dan di bidang pendidikan, yaitu upaya menciptakan kepribadian individu yang nasionalis, yang meliputi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) persatuan Indonesia; 4) Demokrasi berdasarkan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.19
3) Dasar konstitusional pendidikan nasional yaitu UUD 1945.
UUD 1945 merupakan dasar negara Indonesia serta menjadi landasan dari segala hukum, sehingga UUD 1945 juga merupakan sumber hukum bagi segala kegiatan warga negaranya, khususnya di bidang pendidikan. Dikarenakan UUD 1945 merupakan sumber hukum, maka peraturan lainnya harus menyesuaikan/berlandaskan UUD 1945. Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 31 ayat 1 dan 2 BAB XIII UUD 1945: Setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan sebagaimana yang diatur pada peraturan perundang-undangan, yaitu UU No. 4 Tahun 1950 yang digabung dengan UU No. 2 Tahun 1954. ayat (Pasal 29 ayat 1) mengacu pada keimanan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.5. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan Nasional
Prinsip pengelolaan edukasi kewarganegaraanisme di Indonesia telah diatur bagian dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 ihwal SISDIKNAS BAB III Pasal 4 yang membunyikan bahwa ketentuan pengelolaan edukasi kewarganegaraanisme meliputi:
Pendidikan diselenggarakan dalam sistem yang terbuka dan pluralistik dan menghargai HAM, agama, budaya serta perbedaan. Sistem ini juga demokratis, berkeadilan, dan tidak diskriminatif.
Pendidikan dianggap sebagai proses pengembangan dan pemberdayaan siswa sepanjang hidup mereka. Metode pendidikan yang luar biasa menumbuhkan keinginan siswa dan membantu mereka menjadi lebih kreatif. Untuk pengembangan budaya baca tulis dan olah data diselenggarakan pelatihan-pelatihan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan diselenggarakan sedemikian rupa sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengelola dan mengawasi kualitas layanan pendidikan.20
Ayat 1 menyebutkan bahwa tiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan tidak terbatas pada kelompok tertentu. Setiap warga negara dapat dididik berdasarkan pluralisme, hak asasi manusia, budaya, dan agama. Pendidikan tampaknya sangat menentang diskriminasi dan perpecahan masyarakat.21
Dalam undang-undang ini dianut beberapadasar pendidikan yang demokratis, berkeadilan, dan tidak diskriminatif, termasuk HAM, agama, budaya serta perbedaan bangsa dalam sistem terbuka dan pluralisme. Tambahan pula pelaksanaannya juga harus mencakup pembelajaran sepanjang hayat dan memberdayakan siswa, memberi teladan, membangkitkan hasrat dan mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar melalui pengembangan budaya membaca, menulis, dan berhitung.
18 RI, Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 Tentang GBHN, 1978.
19 Dea Fanny Utari, “Analisis Fiqh Siyasah Mengenai Negara Hukum Pancasila” (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), 28.
20 Abdul Gaffar Ruskhan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Diambil Dari Aplikasi KBBI Edisi V (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016), 11.
21 Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Dari UUD 1945 Sampai Dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 22.
44
Memberdayakan semua warga masyarakat pada semua lapisan masyarakat untuk ikut andil dalam menyelenggarakan serta mengendalikan mutu pendidikan.
3.6.Hak dan kewajiban warga negara, masyarakat dan orang tua
Seperti yang kita ketahui, UU Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun 1999 mengatur hak pendidikan selain hak-hak umum seperti hak dalam hal kelagsungan hidup dan hak untuk tidak diperbudak, pendidikan diri, pengembangan diri dan untuk menjadi orang yang beriman, bertakwa dan bahagia.
Jika menyangkut pendidikan, pemerintah tidak boleh membuat pengecualian bagi masyarakat;
Pemerintah juga tidak bisa pilih-pilih. Misalnya, kondisi ini harus diikuti. Apakah masuk akal atau tidak. Apakah masyarakat puas dengan hasil disiplin sekolah anaknya Hal ini terutama terjadi di sekolah dasar yang berada di daerah terpencil, di mana prioritas utama selalu menjadi masalah.
Anak-anak di bawah umur masih mengalami pengabaian dari penguasa dalam hal pendidikan. Anak- anak muda yang tinggal di pinggiran jauh dari anak-anak yang bersekolah di sekolah dasar di kota.
Mereka sama sekali tidak mengetahui teknologi, peralatan, dan keterampilan yang tepat. Anak-anak yang tinggal di pinggiran masih memerlukan perhatian khusus dalam hal pendidikan dan pemerintah tidak boleh mendiskriminasi atau memperlakukan mereka secara tidak adil karena mereka merupakan generasi penerus bangsa. Pemerintah masih belum memperhatikan sistem pendidikan di banyak wilayah Indonesia, dan banyak sekolah sangat membutuhkan bantuan dan perhatian pemerintah. Bagaimana tidak, pemerintah seolah-olah hanya berkonsentrasi pada pendidikan di kota-kota besar Indonesia ini; mereka lupa bahwa banyak sekolah lain yang tidak memenuhi standar yang diperlukan untuk disebut sebagai institusi akademik pendidikan.22
3.7. Sekilas tentang isi UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
UU No. 20 Tahun 2003 adalah undang-undang yang pada dasarnya mengatur sistem pendidikan negara mengatur seluruh isi UU Sisdiknas yang disajikan dalam bab, pasal dan alinea menurut klasifikasinya yang secara jelas dibahas di bawah ini:
1. Perkenalan
Muatan administratif pertama dari UU Sisdiknas adalah pembukaan yang didalamnya terdapat UU No. Pada tahun 2003 itu. Pada pembukaannya, UU Nomor 20 Tahun 2003 dibuat karena beberapa alasan, antara lain: UUD 1945 yang memberikan wewenang kepada pemerintah negara Indonesia untuk menyelenggarakan pendidikan rakyat; UU Nomor 2 Tahun 1989, yang mengatur sistem pendidikan umum yang dianggap tidak memadai dan harus diganti; dan UU Nomor 20 Tahun 2003, yang mengatur pengganti sistem pendidikan umum yang dianggap tidak memadai. dan diperbaiki untuk memenuhi persyaratan konstitusi (1945) dan amandemen pasal 20 dan 21 konstitusi (1945) dan pasal 28 C (1).
2. Diskusi
Sesuai dengan isi UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu:
1) Siswa
Bagian umum dari bab ini membahas tentang hak dan kewajiban siswa, dimana siswa seharusnya memiliki hak dan kewajiban, yaitu apa yang siswa harus lakukan dan capai dalam lingkungan pendidikan.
2) Guru dan pendidik
Bab XI Pasal 39-44 menjelaskan bahwa tugas pendidik terutama menyelenggarakan pengajaran, sementara guru bertanggung jawab atas administrasi. Hak dan kewajiban guru dan pendidik juga dijelaskan,
22 Siahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan (Jakarta: Graha Ilmu, 2014), 2.
45 3) Layanan dan infrastruktur
Pasal 45 Bab XII yang terdiri dari dua alinea menjelaskan bahwa lembaga pendidikan harus menyediakan fasilitas dan perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
4) Pembiayaan pendidikan
Bagian 46-49 Bab XIII menjelaskan bahwa negara, kota, dan masyarakat bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan agar sumber-sumber pembiayaan pendidikan terjamin secara adil, memadai, dan berkelanjutan serta didistribusikan sesuai dengan hukum yang berlaku dan peraturan tentang pengelolaan dana pelatihan dan dana yang dialokasikan untuk pelatihan minimal 20% dari APBN, 20% dari APBD dan beasiswa dialokasikan dari dana pengelolaan pelatihan.
5) Kurikulum
Pasal 36-38 Bab X menjelaskan bahwa kurikulum dikembangkan menurut standar pendidikan nasional untuk mencapai tujuan pendidikan melalui diversifikasi yang disesuaikan dengan potensi lokal dan siswa.
6) Humas dan sekolah
Pasal 54-56 Bab XV membahas hubungan antara sekolah dan masyarakat, yang mencakup partisipasi individu, kelompok, keluarga, badan profesi, pengusaha, dan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan.
7) Penutup
Bagian terakhir adalah bagian terakhir dari undang-undang, yang mana bagian terakhir dari PP No.
20 Tahun 2003 mengandung beberapa ketentuan, antara lain:
a. Ketentuan tentang pidana yang memuat pidana penjara berganda atau pidana denda untuk setiap perbuatan yang melanggar peraturan yang mengatur tentang pengajaran berbagai jenis kegiatan terdapat dalam Pasal XX, Pasal 67-71.
b. Ketentuan peralihan tentang pengelolaan lembaga pendidikan yang belum berbadan hukum menurut UU Sisdiknas
c. Ketentuan terakhir, yang mencakup Pasal 75 sampai dengan Pasal 77 Bab 22 dari UU ini, menjelaskan peraturan yang berlaku setelah UU ini berlaku (Depdikbud, 2003).
3.8.UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Saat orang mungkin sudah tidak begitu percaya lagi dengan peran pendidikan, sementara kebijakan dan administrasi pendidikan semakin fokus pada isu-isu sepele daripada yang mendasar, kombinasi dari dua keadaan ini hanya memperjelas gerakan pengajaran yang berkembang jauh dari pelatihan kerja arus utama. Oleh karena itu, Kebijakan sistem pendidikan adalah upaya strategis yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan warga negara terhadap pendidikan yang berkualitas, yang tidak boleh secara implisit dianggap sebagai produk legitimasi, yang kemudian diterima secara universal dan tidak menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya, karena itu adalah pertemuan UU Sisdiknas 2003 UU. Selain itu, bab ini menjelaskan secara detail UU Sisdiknas 2003 melalui analisis kritis yaitu dengan memahami pasal-pasal yang terdapat dalam isi UU Sisdiknas 2003 dan pasal-pasal yang sangat penting sesuai dengan isi UU Sisdiknas.
3.9.UU NO. 35 Tahun 2014
Jika dilihat dari tujuan pernikahan, kehadiran anak dalam keluarga menandakan cinta antara laki-laki dan perempuan. Seorang anak mendapat perlindungan terbesar dari orang tuanya selama masa pertumbuhan hingga ia dapat berdiri sendiri. Orang tua baru dapat melepaskan perlindungan anak setelah anak tersebut diakui sebagai orang dewasa atau setelah anak tersebut menikah. Sebelumnya,
46
tanggung jawab perlindungan anak ada di tangan masing-masing orang tua. Hal ini juga berlaku bagi anak asuh, anak angkat, anak angkat dan anak angkat yang tinggal dalam keluarga.
Pasal 26 (1) UU 35/2014 menjelaskan bahwa orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab:
mengasuh, membesarkan, mendidik, dan melindungi anak; mengembangkan anak sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya; mencegah pernikahan dini; dan pendidikan karakter serta menanamkan nilai moral pada anak.
Dalam kasus kekerasan terhadap anak, bila pelakunya adalah orang tua, hukumannya lebih berat daripada hukuman yang dijatuhkan oleh orang lain untuk tindakan kekerasan yang sama. Hal ini memang benar karena seharusnya orang tua menjadi pilar utama perlindungan anak, bukan sebaliknya. Dapat dilihat bahwa baik bagi semua orang untuk mengetahui bahwa ayah dan ibu memiliki kewajiban hukum untuk mengetahui bagaimana membesarkan anak dan dalam hal membesarkan, mengasuh dan memahami anak.
Perkembangan karakter anak dipengaruhi oleh cara orang tua memperlakukannya di lingkungan keluarga. Pendidikan keluarga sangat penting dan merupakan pilar utama pembentukan karakter anak. Wajib belajar bukan hanya milik masyarakat perkotaan tetapi juga milik masyarakat pedesaan.
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi biasanya lebih dihargai, karena dianggap termasuk dalam kelas sosial yang tinggi. Kualitas seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia dapat memposisikan dirinya dalam berbagai situasi.23 Jika seorang anak tumbuh dalam keluarga pembunuh, dia menjadi seorang pembunuh, jika seorang anak dibesarkan dengan kekerasan, dia menjadi seorang pemberontak. Namun, jika seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak mulia. Keluarga sebagai tempat berlindung dan merupakan tempat penempatan atau pembentukan karakter anak.24
3.10. Tinjauan Fiqih Siyasah Tentang UU No.20 TAHUN 2003 dan UU No. 35 Tahun 2014
Perlindungan anak adalah perwujudan hak-hak anak menurut hukum Islam dan perlindungan terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri, jiwa dan harta bendanya, yang meliputi aspek fisik, mental, spiritual, dan sosial anak. Hak-hak anak diatur secara jelas dan terperinci dalam hukum Islam yang terlampir dalam ayat-ayat al-Qur‟an.25 Hak perlindungan (rights) terhadap penyalahgunaan kekuasaan diatur dalam Islam. Berabad-abad yang lalu, Islam mengakui bahwa semua keputusan, aturan dan prosedur dari semua tingkat pemerintahan tidak sah atau tidak mengikat secara hukum kecuali sesuai dengan hukum (syariah). Tentunya terkait dengan konsep “perlindungan hak”. Seperti dalam masyarakat mana pun yang didasarkan pada norma dan prosedur demokrasi, hukum Islam menyatakan bahwa tidak seorang pun dapat mengambil nyawa, kebebasan, atau harta benda mereka kecuali hukum yang sah.26 Jelas bahwa kita berbicara tentang kekhususan bagian hak anak yang menyangkut anak dan segala sesuatu yang ada dalam hukum Islam berupa kebutuhan dasar yang menjamin persamaan hak asasi manusia dan kebahagiaan dalam masyarakat Islam dan lainnya.27 Demikian pula hak perlindungan anak dalam hukum Islam mendorong nilai-nilai menarik yang meliputi unsur agama, ruh, jiwa, keturunan dan pelestarian harta benda, yang dapat dijelaskan dengan fakta bahwa hubungan penting hak perlindungan anak dalam agama menunjukkan bahwa perlindungan hak-hak anak dalam pengertian hukum Islam merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara dalam kaitannya dengan pendidikan agama dan mempunyai tanggung jawab
23 Dyah Satya, “Peran Keluarga Sangat Penting Dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak Serta Budi Pekerti Anak,” Jurnal Sosial Hukum 8, no. 1 (2015): 47.
24 dkk Efendi, Nofriza, “Implementasi Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah Dasar Lolong Belanti Padang.,”
Jurnal Komunikasi Pendidikan 4 (4) (2020): 11.
25 Sholihah Hani, “Perlindungan Anak Dalam Perspektif Hukum Islam,” Jurnal alAfkar 1, no. 1 (2018): 38.
26 Karmawan, “Respon Hukum Islam Terhadap Hak Perlindungan Anak Upaya Implementasi Sistem Perundang-Undangan Hukum Negara,” Kordinat XIX, (1_ (2020): 9.
27 Rafat Farid, Al-Islam Wa Huquq Al-Thifi (Kairo: dar Muhaysin, 2002), 9.
47
yang besar untuk bertaqwa dan ta'affuf. Menurut Islam, perlindungan anak merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tua berdasarkan arti ayat tersebut. “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.28
Jika kita telaah makna ayat ini, berarti manusia harus mampu melindungi dirinya dan orang yang dia andalkan dari perilaku salah yang pada akhirnya dapat merugikan dirinya, membuat hidupnya kacau dan tidak bahagia. Namun demikian, bukan berarti hanya orang tua atau keluarga yang harus melindungi anak, tetapi negara juga berkewajiban untuk melindunginya. Menurut Islam, tujuan perlindungan anak adalah keselamatan dan kesejahteraan anak, agar anak dapat selamat.
mengembangkan potensinya sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah, fil ardli, dan al ibadurrahman.
Dalam Siyasah terbagi menjadi beberapa bagian menurut bagiannya masing-masing yang berkaitan dengan kehidupan negara:29
a. Siyasah Dusturiyah Siyasah, yang mengurusi hukum dan peraturan, termasuk pembuatan undang-undang oleh parlemen, penyelenggaraan kekuasaan eksekutif negara, dan undang- undang peradilan,
b. Siyasah Dauliyah Siyasah Dauliyah mengatur antara warga negara dan lembaga negara dari tahun satu negara ke warga negara dan lembaga negara lainnya, kira-kira.
c. Siyasah Maliyah Siyasah maliyah adalah siyasah yang berurusan dengan masalah keuangan dan moneter, termasuk sumber pendapatan pemerintah, perpajakan pemerintah, perdagangan internasional, dll.
Jika dilihat dari tiga pokok bahasan fikih siyasah peran orang tua dalam mengasuh anak tertuang dalam UU Perlindungan Anak yang termasuk dalam lingkup siyasah dusturiyah, karena menyangkut hukum dan peraturan termasuk pendiria UU, lembaga, penyelenggaraan negara oleh eksekutif dan yudikatif oleh yudikatif dalam kajian siyasah fiqh, legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga al- sultha al-tasyri'iyah, yaitu kekuasaan pemerintahan Islam untuk membuat dan menegakkan hukum.30
4. Conclusion
Pendidikan adalah sumber daya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat, dan setiap orang berhak atas akses ke pendidikan, terutama bagi mereka yang hidup di daerah terpencil dan tertinggal yang tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan akses ke pendidikan. Tujuan Pencerahan tidak lain adalah untuk menciptakan akhlak mulia bagi diri kita sendiri dan bangsa ini secara turun-temurun. Oleh karena itu, tidaklah adil jika masih ada daerah-daerah terpencil dan tertinggal yang kurang diperhatikan oleh negara. Daerah secara langsung menyelidiki apakah nyaman untuk menyelenggarakan pelatihan dalam situasi tertentu dan dengan segala keterbatasan.
Oleh karena itu, tidak jarang orang rela mendapatkan pendidikan yang tinggi atau bahkan merantau ke luar negeri untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. Perlindungan anak menurut siyasah fiqh adalah perwujudan hak dan perlindungan anak dari hal-hal yang dapat merugikan diri, jiwa dan harta bendanya, termasuk aspek fisik, mental, spiritual dan sosial anak. Hak-hak anak secara jelas dan rinci diatur dalam hukum Islam yang tertuang dalam ayat-ayat Alquran. Hak pendidikan terhadap anak sudah tertera didalam UU No. 20 Tahun 2003 dan UU No. 35 Tahun 2014 tentang peran orang tua terhadap pendidikan anaknya dan ini dalam islam secara rinci dan juga hukum.
28 Chusniatun, “Perlindungan Anak Dalam Perspektif UU Negara RI Dan Islam,” SUHUF 28, no. 1 (2016): 58.
29 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Siyasah (Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2015), 55.
30 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstual Doktrin Politik Islam (Jakarta: Prenadia Group, 2014), 60.
48 References
Agus, Suprapto. (2005) “Metode Pengumpulan Dan Analisis Data: Langkah Vital Proses Penelitian”
23 (1), p-151-159.
Astuti, Sivi Puji, and Santi Khandayani.(2017) “Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Akademik Fisika.” Jurnal SAP 2 (1), p.1-11
Chusniatun. (2016). “Perlindungan Anak Dalam Perspektif UU Negara RI Dan Islam.” SUHUF, 28 (1), p.48-59
Daryanto dan Suryatri Darmiatun. (2013) Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Efendi, Nofriza, dkk. ( 2020). “Implementasi Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah Dasar Lolong Belanti Padang.” Jurnal Komunikasi Pendidikan 4 (4) (2020): 1-10.
El-Muhtaj, Majda. (2007). Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Dari UUD 1945 Sampai Dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Farid, Rafat. (2002). Al-Islam Wa Huquq Al-Thifi. Kairo: dar Muhaysin.
Gunars, Singgi D. (2016). “Psikologi Perkembangan: Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak Melaksanakan Sholat Lima Waktu Di Lingkungannya.” IAIN Jurusan Pendidikan Agama Islam Palangka Raya, 2016.
Hani, Sholihah. (2018) . "Perlindungan Anak Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal alAfkar 1, (1) . Iqbal, Muhammad. (2014). Fiqh Siyasah Kontekstual Doktrin Politik Islam. Jakarta: Prenadia Group, . Karmawan. (2020). “Respon Hukum Islam Terhadap Hak Perlindungan Anak Upaya Implementasi
Sistem Perundang-Undangan Hukum Negara.” Kordinat XIX, (1), p.
Poerwadarminto, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1986.
Putri, Rahmadani. “Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua Uzur Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Gunung Baringin Kecamatan Penyambung Timur Kabupaten Mandailing Natal),” 2018.
RI, Kementerian Agama. Alquran Dan Terjemahnya Edisi Tajwid. Jakarta: Tiga Serangkai, 2014.
Rouli, Ephrianus. (2017). “Tanggung Jawab Dan Peran Orang Tua Dalam Membesarkan Anak.” Jurnal Pendidikan Informal 1, no. 1
Ruskhan, Abdul Gaffar. (2016) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Diambil Dari Aplikasi KBBI Edisi V.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
Saebani, Beni Ahmad. (2015). Fiqh Siyasah. Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2015.
Santika, I. G. N. (2017). “Kepala Sekolah Dalam Konsep Kepemimpinan Pendidikan.” Suatu Kajian Teoritis. Widya Accarya 7 (1)
Satya, Dyah. (2105). “Peran Keluarga Sangat Penting Dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak Serta Budi Pekerti Anak.” Jurnal Sosial Hukum 8, no. 1 (2015).
Sekanto, Soerjono. (2013). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung:
Bandung.
Tambak, Siahraini. 2014). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu, 2014.
Wahib, Abdul. (2015). “Konsep Orangtua Dalam Membentuk Kepribadian Anak.” Majalah Paradigma 2, no. 1 (2015).
Yakin, Muhammad ’Ainul. “Peran Orang Tua Dalam Mendidik Moralitas Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang (Perspektif Kepemimpinan Islam).” Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015.
Zuriah, Nurul. (2006). Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.