• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI PERSOALAAN BULLYING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI PERSOALAAN BULLYING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Andragogi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam http://riset.unisma.ac.id/index.php/ja/issue/view /1332

Volume 4 Nomor 2 Tahun 2022 e-ISSN: 2655-948X

http://u.lipi.go.id/1548306171

This work is licensed under Creative Commons Attribution Non Commercial 4.0 International License Available online on: http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/index

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI PERSOALAAN BULLYING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Ernawati

Universitas Singaperbangsa Karawang e-mail: [email protected]

Diterima: 12 Oktober 2022 | Direvisi: 21 November 2022 | Disetujui: 30 November 2022

© 2018 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang

Abstract

This study examines the role of Islamic Religious Education (PAI) teachers to overcome problems related to bullying that occurs in Indonesia. Descriptive research is the research used by researchers in this study. Researchers describe facts, data, and information obtained from literature studies such as books, and journals to research results related to the topic of research. In this study, it is explained that bullying is a vital problem and must be resolved immediately in the realm of education in Indonesia.

This is because there are no positive benefits derived from this bullying behavior. From this research, it is also known that there are several types, factors, and impacts or effects felt by students as a result of bullying behavior carried out. These three aspects can be a guide for teachers to analyze and formulate strategies to solve this problem.

One of the subject teachers who have a big role is the PAI teacher at school considering that this subject teaches students to have good morals, personality, and character by Islamic law. In making it happen, PAI teachers must make various efforts in the process, such as teachers need to include religious values in the bullying that occurs so that students understand and know that this action is wrong and very detrimental. In addition, teachers also need to provide role models in cleaning and behaving, teachers can also provide Islamic guidance and counseling to students in need. Finally, there is a need for cooperation between parties to overcome this problem, both from the school and parents as the family to provide monitoring and examples to continue to implement the values of goodness in Islam in the daily lives of students.

Keywords: bullying, teacher, PAI

Abstrak

Peneliti mendeskripsikan fakta, data dan insormasi yang diperoleh dari kajian kepustakaan seperti buku, jurnal hingga hasil penelitian yang berhubungan denga topik , penelitian. Pada penelitian ini dijelaskan bahwasannya bullying mnejadi salah satu masalah yang vital dan harus segera diselesaikan di ranah Pendidikan di

(2)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

84 Indonesia. Hal ini dikarenakan tidak adanya manfaat positif yang didapat dari perilaku bullying ini. Dari penelitian ini juga diketahui ada beberapa jenis, faktor dan dampak atau efek yang dirasakan oleh siswa akibat dari perilaku bullyng yang dilakukan. Ketiga aspek ini bisa menjadi pedoman bagi guru untuk melakukan analisa dan perumusan strategi untuk menyelesaikan permasalahn ini. Salah satu guru mata pelajaran yang mempunyai peran besar adalah guru PAI di sekolah mengingat mata pelajaran ini mengajarkan para siswa agar mempunyai akhlak, kepribadian serta karakter yang baik sesuai dengan syariat Islam. Dalam mewujudkannya guru PAI harus melakukan berbagai upaya dalam prosesnya seperti guru perlu memasukkan nilai nilai agama pada tindakan bullying yang terjadi sehingga siswa paham dan mengetahui bahawa tindakan ini adalah tindakan yang salah dan sangat merugikan.

Selain itu guru juga perlu memberikan suru tauladan dalam bersikan dan berperilaku, guru juga bisa memberikan bimbingan serta konseling islami kepada siswa yang membutuhkan. Terakhir perlu adanya kerjasama antar pihak untuk mengatasi masalah ini baik dari pihak sekolah maupun orang tua sebagai pihak keluarga guna memberikan pantauan dan contoh untuk terus mengimplemntasikan nilai-nilai kebaikan dalam Islam dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Kata Kunci: bullying, guru, PAI Pendahuluan

Kekerasan remaja adalah masalah kesehatan masyarakat global. Ini mencakup berbagai tindakan mulai dari intimidasi dan perkelahian fisik hingga serangan seksual dan fisik yang lebih parah, dan pembunuhan (Slee, 2017). Data menunjukkan bahwa 32% siswa diintimidasi dalam beberapa bentuk oleh rekan- rekan mereka di sekolah pada satu hari atau lebih selama periode tersebut. dari satu bulan. Secara khusus, bullying di sekolah merupakan fenomena yang tersebar luas di banyak negara dan telah dikaitkan dengan peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja (Gov UK, 2017). Bullying dapat mengakibatkan cedera fisik, tekanan sosial dan emosional, dan bahkan kematian. Remaja yang menjadi korban berada pada peningkatan risiko depresi, kecemasan, kesulitan tidur, rasa tidak aman, kesepian, ketidakbahagiaan, gejala fisik dan mental, harga diri rendah, dan sekolah yang buruk (Noboru et al., 2021).

Isu bullying ini telah menjadi salah satu bidang terpenting yang menarik banyak perhatian dari para pemangku kepentingan, seperti pemerintah, guru, dan masyarakat, terutama karena efek perilaku intimidasi mungkin terhadap keadaan akademik, sosial dan emosional korban. Peristiwa kekerasan fisik dan non fisik yang melibatkan peserta didik di lingkungan pendidikan cukup menyita perhatian (Salmia et al., 2022).Dalam konteks kelas, bullying sering kali tidak diperhatikan.

Sebagian besar siswa tidak menyadari bahwa komentar, lelucon, dan bahasa tubuh

(3)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

85 mereka terkadang dapat dimasukkan ke dalam kategori bullying. Situasi ini membuka ruang untuk insiden bullying (Muluk et al., 2021).

Perilaku bullying paling mungkin terjadi di setiap lembaga pendidikan salah satunya adalah dilingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengaruh lingkungan sedemikian rupa sehingga siswa saling bersaing untuk menjadi penguasa (Tambak et al., 2021). Tidak hanya itu, kondisi psikologis yang dimiliki oleh setiap orang tentu berbeda-beda sehingga dapat memberka pengaruh yang berbeda pula pada kehidupan sehari-harinya (Taufik, 2020).

Kondisi psikologis ini dapat mempengaruhi seseorang berdasarkan perasaan, fungsi dari kesadaran hingga motivasi seseorang. Anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki rentang usia anatara 13-15tahun mempunyai karakteristik yang cenderung lebih labil karena berada pada masa pubertas dan akan memasuki fase dewasa (Rahma et al., 2021). Adanya perilaku bullying di sekolah dapat mencoreng citra Pendidikan lembaga sebagai tempat siswa berusaha memahami diri sendiri dan lingkungannya.

Lingkungan sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi siswa untuk belajar dalam transformasi ke arah yang lebih positif baik dari segi akademik maupun moral dan karakter pribadi (Hadisi et al., 2019).

Berbagai kajian tersebut mengarah pada pengembangan akhlak siswa dengan berbagai solusi yang ditawarkan salah satunya adalah melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah.Pembelajaran agama hari ini tidak hanya tentang ibadah, sopan santun tetapi juga untuk memahami dan menyadari pentingnya kesadaran sosial dalam kaitannya kasus bullying di sekolah (Erawati, 2021). Salah satu materi yang diajarkan dalam mata pelajaran PAI adalah materi Al- Qur'an-Hadits. Melalui materi Al-Qur'an-Hadits, manusia sebagai muslim yang baik harus dapat menerapkan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam dua pedoman muslim tersebut agar memiliki akhlak yang baik (Aziz et al., 2021). Sejalan dengan itu, output mata pelajaran PAI bukanlah menjadikan siswa ahli agama, tetapi tujuan utamanya adalah membentuk akhlak mulia yang tertanam dalam diri siswa (Estrada et al., 2019). Oleh karena itu diperlukan berbabai peran dan upaya guru PAI dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam mengembangkan akhlak siswa yang sebenarnya di sekolah sehingga bisa menekan angka bullying di sekolah.

Metode

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kajian literatur. Selain itu, penelitian ini akan melakukan pengkajian dan pengkritisian gagasan, temuan ilmiah, pengetahuan serta peneluan yang sifatnya ilmiah dan mempunyai kontribusi pada orientasi akademik. Tidak hanya itu, melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara metodologi dan teori

(4)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

86 pada topik yang telah dipilih oleh peneliti. Kajian yang telah dilakukan akan dilakukan Analisa yang sifatnya deskriptif yakni dengan mendeskripsikan fenomena, isu, data dan fakta yang berkembang di masyarakat. Data inilah yang akan dioleh dan dikembangkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan topik penelitina yang dipilih oleh peneliti. Penelitian ini akan mendeskripsikan serta menjelaskan mengenai bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi permasaahan terkait tindakan bully di lingkungan SMP.

Hasil dan Pembahasan

1. Permasalahan Bullying di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia

Dalam menganalisis kesiapan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam penerapan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di masa new normal, dilakukan pemberian angket kepada guru dengan meliputi aspek responsibility, flexibility, skills, communication, self-view, serta healthy and safety. Selain itu, dilakukan pengecekan kelengkapan dokumen terkait persiapan pembelajaran guru seperti menyiapkan kurikulum instruksional, pengembangan silabus pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja peserta didik, lembar evaluasi pembelajaran serta lembar aktivitas peserta didik. Data yang diperoleh dari angket kesiapan guru PAI dalam melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) pada masa new normal pada SMA Negeri se-Kabupaten Muara Enim dikumpulkan melalui google form. Data pada indikator responsibility dengan 8 item soal yang diberikan kepada 46 Orang guru PAI diperoleh data yang disajikan pada tabel berikut.

Bullying adalah perilaku agresif yang ditunjukkan dengan pengulangan dan ketidakseimbangan kekuatan. Ini melibatkan penyalahgunaan kekuasaan yang berulang di mana seseorang berulang kali menyalahgunakan kekuasaan mereka.

Orang yang di-bully yang menjadi korban tidak dapat membela dirinya karena berbagai alasan seperti kekuatan fisik yang kurang dan ketahanan psikologis yang kurang dari si pelaku. Secara alami, intimidasi cenderung memiliki ciri-ciri khusus, seperti ketakutan korban untuk melaporkan, dan sebagian besar hasil termasuk depresi dan pengembangan harga rendah pada korban. Karena korban sebagian besar tidak berdaya, itu menyiratkan bahwa orang lain memiliki kewajiban mengingat korban memiliki hak demokratis. Bullying terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah dan tempat kerja. Konvensi PBB tentang Hak Anak menganggap serius perlindungan dari pelecehan sebagai prasyarat kualitas hidup anak, dan itu adalah hak anak (Mohan & Bakar, 2021).

(5)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

87 Berdasarkan data dari UNICEF tahun 2020 diketahui bahwasannya 2 dari 3 anak yang mempunyai umur 13-17 tahun pernah mengalami Tindakan kekerasan selama hidupnya. Dengan 3 dari 4 anak yang telah mengalami kekerasan setidaknya adalah satu jenis kekerasan dengan pelakunya adalah teman maupun sebayanya (UNICEF Indonesia, 2020). Latar belaknga dari tingginya angka bullying yang terjadi pada masa remaja ini adalah karena dimasa ini remaja berada pada fase perkembangan yakni dengan mempunyai berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikanya (Yanti, 2021). Tugas perkembangan yang dimaksud ini berkaitan dengan perkembangan kapasitas intelektual, stre serta adanya berbagai kondisi yang dialami oleh remaja terkait perasaan sedih, stress, cema, ragu, kesepian hingga perilaku yang sifatnya agresif. Sehingga banyak remaja yang mengambil risiko dengan berperilaku nakal. Perilaku nakal yang agresif inilah yang menyebabkan terjadinya Tindakan bullying yang terjadi di Indonesia (Pribadi et al., 2019). Berikut merupakan beberapa aspek yang berkaitan dengan Bullying yang terjadi di Indonesia.

Tabel 1. Aspek-Aspek yang Berkaitan dengan Bullying di Linngkungan Sekolah di Indonesia

Aspek Hasil

Jenis Bullying Jenis-jenis bullying yang dilakukan siswa adalah:

1. Verbal Bullying. Verbal Bullying adalah perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa untuk mengolok-olok siswa lain dengan panggilan yang tidak pantas, hal ini terjadi pada teman sekelas dan juga terjadi antara senior dengan junior. Selain itu, ada beberapa siswa yang dengan sengaja mengeluarkan teman lain dari pergaulan dengan membentuk kelompok sendiri.

2. Bullying fisik yang terjadi antara senior dan juniornya, bullying yang melibatkan sentuhan fisik dengan memukul atau berkelahi. Bullying fisik ini dapat dideteksi oleh guru setelah orang tua yang menjadi korban mengadu ke pihak sekolah.

3. Cyberbullying menggunakan media sosial. Cyberbullying terjadi dengan cara siswa menciptakan sosial

Faktor yang

menyebabkan Bullying siswa terjadi karena beberapa faktor:

1. Siswa bullying karena senioritas, kelas yang lebih tua merasa lebih kuat dan lebih kuat dan dapat menggertak junior.

Senioritas ini akan terus terjadi dimana siswa yang menjadi korban bullying berpotensi membalas dengan melakukan tindakan bullying yang sama kepada juniornya.

(6)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

88 2. Sebelumnya menjadi korban bully kakak kelas atau senior.

Hal ini terjadi karena para pengganggu merasa wajar untuk membalas dendam pada junior.

3. Merasa status ekonomi pelaku bullying lebih tinggi dari korban, hal inilah yang membuat mereka merasa bebas melakukan apa saja terhadap siswa yang status ekonominya lebih rendah.

4. Kesan kekerasan yang mereka lihat dari media sosial, acara televisi atau video game.

5. Faktor keluarga, keluarga yang kurang memperhatikan kegiatan anak di sekolah dan keluarga yang kurang harmonis seperti keluarga yang ayah dan ibunya sering melihat kekerasan verbal atau fisik di depan anak akan menjadikan anak wajar jika melakukan Kekerasan kepada orang lain.

6. Pengaruh teman sebaya, tidak sedikit pelaku bullying dalam kelompoknya melakukan bullying secara berkelompok dalam arti mengajak teman yang lain, serta tidak sedikit perilaku siswa yang dilihat oleh siswa lain dan dijadikan contoh.

Dampak yang

dirasakan Dampak dari perilaku bullying dapat dirasakan baik oleh korban bullying maupun pelaku bullying.

1. Dampak yang terjadi pada siswa yang menjadi korban bullying yaitu siswa merasa tidak aman berada di sekolah dan kelas bahkan siswa menjadi enggan untuk bersekolah karena menjadi korban bullying, pada diri korban akan timbul perasaan takut akan tindakan bullying. menjadi korban bullying lagi.

2. Untuk kejadian bullying fisik siswa harus melakukan treatment di rumah karena mengalami tawuran, hal ini menyebabkan siswa bolos pelajaran. Korban bullying di kemudian hari juga berpotensi menjadi pelaku bullying, dapat dilihat dari terjadinya senioritas di sekolah, korban bullying cenderung juga menjadi pelaku bullying ketika sudah senior.

3. Dampak perilaku bullying juga terjadi pada pelaku bullying.

Dari temuan tersebut dapat ditemukan siswa yang menjadi pelaku bullying yang terjadi secara fisik atau yang terlibat perkelahian berat akan putus sekolah. Hal ini dilakukan ketika guru BK, sekolah dan orang tua melakukan konferensi kasus Sumber: (Nurlia & Suardiman, 2020); (Safari, 2022); (Saputra & Nasution, 2021)

Remaja yang tidak berperilaku bullying dengan latar belakang pemahaman moral yang tinggi akan terlebih dahulu memikirkan apa yang akan mereka lakukan.

Pikirannya adalah apakah perbuatan itu akan menjadi suatu perbuatan yang dikatakan bernilai baik atau buruk (Rahmawati et al. , 2021). Siswa yang telah

(7)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

89 mempnyai pemahaman moral yang baik akan bisa menilai akibat dan dampak yang dihasilkan dari perilaku bullying. Sedangkan sebaliknya anak yang tidak mempunyai pemahaman tentang Tindakan bullying ini ttidak akan memahami bahwa bullying ini mengandung nilai-nilai yang buruk sehingga anak tersebut tidak mengetahui apakah Tindakan nnnya menyakiti temannya atau tidak (Asrul et al., 2021).

2. Peran Guru PAI dalam Mengatasi Permasalahan Bullying Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Ketika bullying terjadi di sekolah, siswa membutuhkan bimbingan dari guru melalui pendidikan dan konseling untuk meminimalisir bullying. Disinilah guru akan berperan untuk membantu meminimalisir terjadinya mengemudi di lingkungan sekolah, yaitu dengan cara guru harus memiliki pemahaman tentang kegiatan umum jiwa siswa, seperti: peduli, mengamati, mengingat, berpikir, akting, sikap, minat, dan imajinasi. Sehingga hal-hal yang tidak seharusnya terjadi akan berdampak kondusif di lingkungan sekolah dan kondusif di lingkungan teman sebaya (Subroto, 2021). Para ahli pun sepakat bahwa pendidikan karakter adalah tanggung jawab orang dewasa dalam hal ini konteksnya adalah guru dan sekolah.

Pendidikan merupakan upaya preventif karena proses dalam suatu sistem pendidikan dapat dilihat sebagai tahapan penting dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan memperkuat karakter generasi muda. tujuan pendidikan pada tingkat kelembagaan (sekolah) dapat menjadi representasi dari tujuan pendidikan nasional yang meliputi pendidikan karakter (Erihadiana, 2019). Salah satu guru mata pelajaran yang mempunyai andil besar dalam menumbuhkan karakter yang baik ini adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Dalam pendidikan Agama Islam nilai-nilai yang akan diinternalisasi meliputi nilai Al-Qur'an, keimanan, syariah, dan akhlak. Ranah PAI meliputi domain pendidikan akal (kognitif), pendidikan hati (afektif), dan pendidikan perilaku (konatif). (Taufik, 2020). Tujuan pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan peserta didik menjadi manusia sempurna atau insan kamil. Oleh karena itu, pendidikan Islam berupaya mendidik peserta didik secara holistik dalam setiap aspek pendidikan. Dengan menggunakan pendidikan holistik dalam segala aspek, peserta didik diharapkan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan hubungan persahabatan dengan sesama peserta didik (manusia) terjalin secara harmonis.

Harmonisasi kehidupan ini akan berdampak pada kesejahteraan seseorang (Ru’iya, 2019).

(8)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

90 Pembelajaran PAI disekolah tentu mengalami berbagai problematika dalam prosesnya. Permasalahan yang terjadi ini dapat dibagi menjadi dua dimensi yakni masalah yang terjadi pada dimensi siswa dan dimensi guru. Pada dimensi siswa permasalahan yang muncul berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki oleh siswa, minat, motivasi belajar, sikap belajar tingkat konsentrasi siswa dalam menerima informasi dan pengetahuan (Mukrandi, 2020). Sedangkan masalah yang timbul dari dimensi guru adalah masalah yang timbul ketika sebelum, saat terjadi proses belajar dan ketika melakukan evaluasi belajar. Permasalahan yang pasing sering terjadi berkaitan dengan sumber belajar dan bahan ajar yang akan digunakan.

Berdasarkan faktor yang dominan dalam mempengaruhi terjadinya permasalahan pembelajaran ini dapat dibagi menjadi dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal yang ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 2. Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI di Sekolah

Faktor yang

Mempengaruhi Penjelasan

Faktor Internal Intelegensi: kemampuan dasar yang dimilikisiswa untuk menerima pembelajaran.

Perhatian: keaktifan yang dimiliki siswa untuk memfokuskan diri pada suatu hal. Perhatian yang baik pada siswa akan sangat berpengaruh pada hasil belajar yang baik.

Minat: Dengan adanya minat yang sesuai akan berpengaruh terhadap kesungguhan belajar siswa.

Bakat: kecakapan potensial yang dimiliki oleh siswa.

Motivasi: Dorongan dasar yang memberi arah sesorang untuk mencapai tujuan yang dimilikinya.

Kesiapan: kesiapan yang dimiliki siswa akan berpengaruh pada tingkat transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa Faktor eksternal Keluarga: pada tingkat ini, siswan akan diajarkan hal hal dasar seperti keyakinan, nilai budaya, moral serta keterampilan. Keluarga sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Beberapa hal yang berpengaruh besar seperti suasana rumah dan tingkat ekonomi keluarga.

Sekolah: Beberapa hal yang memiliki pengaruh berkaitan dengan sekolah ini adalah metode pengajaran, hubungan yang terjalin antaraguru dan siswa, tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh sekolah, sarana dan prasarana hingga

(9)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

91 media pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih.

Masyarakat: Beberapa hal yang memmiliki pengaruh terhadap belajar siswa berkaitan dengan masyarakatini adalah bentuk kehidupan masyarakat hingga pengaruh dari teman bergaul yang ada di lingkungan masyarakat.

Sumber: (Mukrandi, 2020)

Guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik serta pemikiran yang positif dapat dikategorikan sebagai guru yang benar-benar professional. Ada beberapa pendekatan untuk mencegah bullying seperti kebijakan, kurikulum, mengatasi masalah kesenjangan, pelatihan motivasi dan pemantauan dan pemantauan siswa di luar kelas. Pelatihan bagi guru tentang rasa hormat diberikan untuk meningkatkan “sense of respect” yang tercermin dalam setiap perilaku guru baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Guru dapat melatih dan membiasakan perilaku anak untuk memiliki “rasa hormat” terhadap teman dan lingkungan.

lingkungan sehingga menjadi generasi yang mampu mengubah kekerasan menjadi perdamaian. Salah satu penyebab kurangnya penanganan yang dilakukan oleh guru adalah rendahnya pengetahuan guru tentang perilaku bullying. Pengetahuan guru tentang bullying berdampak pada frekuensi guru menghadapi bullying. Semakin guru memahami dan memiliki keterampilan, maka penanganannya akan semakin intensif (Nugroho et al., 2021).

Peran guru PAI dalam mengatasi bullying bisa dibagi menjadi 3 peran yakni peran konservatif, kritis/evaluatif dan kreatif. Faktor pendukung dari peran guru PAI ini adalah faktor kerjasama yang baik dari seluruh stakeholder sekolah, sumber daya manusia yang profesional, pelatihan dan evaluasi yang rutin dilakukan, sosialisasi dan kerjasama antara sekolah dan orang tua di rumah yang baik dan fasilitas yang baik dalam menunjang kegiatan. Pengembangan pribadi muslim dalam pembelajaran yaitu, guru perlu memasukkan materi anti bullying saat mengajar. Selain itu juga perlu dukungan yang baik dari orang tua, untuk melanjutkan dan mengontrol pembiasaan yang biasa dilakukan di sekolah, sehingga bisa dilakukan di rumah masing-masing (Muchlis et al., 2022). Guru juga harus melakukan komunikasi persuasif dengan siswa yang melakukan bully agar sadar dan tidak mengulangi perbuatannya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana dalam hadits bahwa manusia tidak boleh saling mendiamkan selama tiga hari. Dalam banyak tradisi, juga dianjurkan bagi sesama manusia untuk saling memaafkan untuk saling memaafkan (Herlina, 2020).

(10)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

92 Seorang guru PAI juga bisa memberika bimbingan berupa konseling islami kepada siswanya. Konseling Islami ini merupakan implementasi dari konsep konseling, termasuk konseling konvensional tetapi telah diberi muatan nilai-nilai Islami (Ru’iya, 2019). Dalam melaksanakan bimbingan pribadi ini, yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur agama yang menjadi dasar setiap tindakan muslim. Sebagai seorang muslim, pelaksanaan konseling harus berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Premis agama ini akan menjadi pendorong yang dapat diandalkan bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (Nurhayati et al., 2021). Bimbingan pribadi kepada siswa atau siswa menjadi sangat penting karena keinginan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku ada pada diri orang tersebut. Dalam melaksanakan bimbingan pribadi ini, yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur agama yang menjadi dasar setiap tindakan muslim (Ru’iya, 2019).

Simpulan

Hasil dari penelitian ini adalah bullying menjadi salah satu problematika yang sering terjadi di lingkungan sekolah salah satunya di lingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Angka bullying yang tinggi di Indonesia yakni di kalangan pelajar membuat semua pihak harus turut serta dalam memberikan perannya guna mengatasi hal ini. Salah satunya adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Sebagai mata pelajaran wajib yang berlandaskan pada religiusitas siswa, PAI menjadi salah satu mata pelajaran yang berfokus pada pembentukkan akhlak dan karakter siswa sesuai dengan syariat Islam. Akhlak dan karakter yang terkandung dalam syariat islam ini sarat akan nilai positif dan kebaikan sehingga akan sangat berperan dalam kehidupan siswa tidak hanya kehidupan beragama melainkan juga kehidupan sosial antar teman di lingkungannya. Berbagai jenis, faktor dan dampak yang dihasilkan dari bullying ini menjadi dasar betapa pentingnya penguatan karakter islam pada siswa SMP di Indonesia, mengingat rentang usia yang dimiliki siswa SMP merupakan usia yang sangat rentan dan labil karena berada pada fase pubertas. Beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan bullying ini adalah melakukan pengembangan kepribadian siswa yang mencerminkan sebagai muslim yang baik, memberikan contoh dan tauladan yang biak kepada siswa, melakukan bimbingan dan konseling islami bagi siswa yang membutuhkan serta melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik sekolah dan orang tua untuk ikut serta dalam mengawasi putra-putri mereka terkait implementasi akhlak dan perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Melalui upaya ini diharapkan kasus

(11)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

93 bullyng yang terjadi di lingkungan SMP di Indonesia bisa ditekan dan dikurangi angkanya.

Daftar Rujukan

Asrul, M., Arifuddin, T., & Nasir, S. (2021). Study of Verbal Bullying in Early Adolescents (Case Study of Pallangga 5 Junior High School and Sungguminasa 3 Junior High School). Medico-Legal Update, 21(1), 1553–1559.

https://doi.org/10.37506/mlu.v21i1.2543

Aziz, A. A., Supiana, Syah, M., & Siregar, H. (2021). Implementation of The Ibrah Mauidzah Method in Learning of the Quran-Hadith at MTS Muhammadiyah Bandung. Religio Education, 1(1), 15–24.

Erawati, D. (2021). Development of Local Wisdom-based Islamic Education Learning Material for Secondary School Students: A Design-based Research.

Jurnal Iqra" : Kajian Ilmu Pendidikan, 6(2), 148–165.

https://doi.org/10.25217/ji.v6i2.1601

Erihadiana, M. (2019). The Implementation of Islamic Local Content in Building Character Education at Junior High Shcool Al Amanah Bandung. Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 41–50. https://doi.org/10.15575/jpi.v4i2.3812

Estrada, C. A. M., Lomboy, M. F. T. C., Gregorio, E. R., Amalia, E., Leynes, C. R., Quizon, R. R., & Kobayashi, J. (2019). Religious Education can Contribute to Adolescent Mental Health in School Settings. International Journal of Mental Health Systems, 13(1), 1–6. https://doi.org/10.1186/s13033-019-0286-7

Gov UK. (2017). Preventing and Tackling Bullying Advice for Headteachers, Staff and Governing Bodies (Issue July). Department of Education.

https://www.gov.uk/government/publications/preventing-and-tackling- bullying

Hadisi, L., Sailan, Z., Momo, A. H., & Musthan, Z. (2019). Madrasas strategy to overcome bullying behaviour (The Study about Student Private Islamic Senior High School (MAS) in Kendari). International Journal of Innovation, Creativity and Change, 6(1), 314–345.

Herlina, L. (2020). Psychological Content in Islamic Education Textbook: a Requirement in Character Building Goals Achievement. Jurnal Tatsqif, 18(2), 207–222. https://doi.org/10.20414/jtq.v18i2.2800

Mohan, T. A. M., & Bakar, A. Y. A. (2021). A Systematic Literature Review on The Effects of Bullying at School. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 6(1), 35. https://doi.org/10.23916/08747011

Muchlis, M. M., Andiansyah, A., & Djubaedi, D. (2022). The Role of The Muslim Personal Deelopment Curriculum in Overcoming Bullying. European Journal of

(12)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

94 Research Development and Sustainability (EJRDS), 3(3), 31–40.

Mukrandi. (2020). Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Masa Pandemi COVID- 19 di MIN 1 Kotawaringain Timur. Jurnal Paedagogie STKIP Muhammadiyah Sampit, 8(2), 90–99.

Muluk, S., Habiburrahim, H., Dahliana, S., & Akmal, S. (2021). The Impact of Bullying on EFL Students’ Academic Achievement at State Islamic Universities in Indonesia. Englisia: Journal of Language, Education, and Humanities, 8(2), 120.

https://doi.org/10.22373/ej.v8i2.8996

Noboru, T., Amalia, E., Hernandez, P. M. R., Nurbaiti, L., Affarah, W. S., Nonaka, D., Takeuchi, R., Kadriyan, H., & Kobayashi, J. (2021). School-Based Education to Prevent Bullying in High Schools in Indonesia. Pediatrics International, 63(4), 459–468. https://doi.org/10.1111/ped.14475

Nugroho, S., Handoyo, S., & Hendriani, W. (2021). Psychological Dynamics In The Changing Of Bullying Victims Into Bullies At Student In Islamic Boarding School.

Psikis : Jurnal Psikologi Islami, 7(2), 151–160.

https://doi.org/10.19109/psikis.v7i2.7749

Nurhayati, R., Dwiningrum, S. I. A., & Efianingrum, A. (2021). School Policy Innovation to Reduce Bullying Effect. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3), 2675–2688. https://doi.org/10.35445/alishlah.v13i3.1235

Nurlia, A., & Suardiman, S. P. (2020). The Phenomenon of Bullying in Junior High School Students Nowadays. International Journal of Education and Learning, 2(1), 7–13. https://doi.org/10.31763/ijele.v2i1.62

Pribadi, T., Utami, S., & Marliyana, M. (2019). Bullying Behavior Among Teenagers At Junior High School Lampung -Indonesia. Malahayati International Journal of

Nursing and Health Science, 2(1), 32–40.

https://doi.org/10.33024/minh.v2i1.1139

Rahma, F. N., Wulandari, F., & Husna, D. U. (2021). Pengaruh Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 bagi Psikologis Siswa Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 2470–2477.

Rahmawati, A., Hartinah, D., & Ilya, F. (2021). English Achievement and Bullying In Junior High School Students. Eduvelop, 4(2), 71–78.

https://doi.org/10.31605/eduvelop.v4i2.977

Ru’iya, S. (2019). A Review of Research on Bullying Behavior in Indonesian Islamic Education Institutions: Analysis of Ecological Theory. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, January, 61–66.

https://doi.org/10.2991/adics-elssh-19.2019.14

Safari. (2022). Relationship of Class Size, School Status, and Bullying Behavior Based on PISA 2018. Indonesian Journal of Educational Assessment, July, 1–9.

(13)

Ernawati

Andragogi: Volume 4 Nomor 2, 2022

95 Salmia, Sudarmin, & A. Muhammad Yusri. (2022). the Efforts of Islamic Religious

Teachers in Improving the Ability To Read the Al-Qur’an Writing in Class IV Students Inprimary School. International Journal of Social Science, 1(5), 667–

674. https://doi.org/10.53625/ijss.v1i5.1309

Saputra, Y. N., & Nasution, M. F. (2021). Anticipating Bullying Against Ja ’ far Muslim Lingga Tiga Junior High School. International Journal Of Community Service, 191–197.

Slee, P. P. (2017). How to Prevent and Tackle Bullying and School Violence: Evidence and Practices for Strategies for Inclusive and Safe Schools. In International Journal of Emotional Education (Vol. 9, Issue 1). https://doi.org/10.2766/0799 Subroto, W. (2021). Prevention Acts towards Bullying in Indonesian Schools: A Systematic Review. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3).

http://www.journal.staihubbulwathan.id/index.php/alishlah/article/view/1 444%0Ahttp://www.journal.staihubbulwathan.id/index.php/alishlah/article /download/1444/610

Tambak, S., Hamzah, H., Sukenti, D., & Sabdin, M. (2021). Internalization of Islamic Values in Developing Students’ Actual Morals. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 10(4), 697–709. https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v10i4.30328

Taufik, M. (2020). Strategic Role of Islamic Religious Education in Strengthening Character Education in the Era of Industrial Revolution 4.0. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 20(1), 86. https://doi.org/10.22373/jiif.v20i1.5797

UNICEF Indonesia. (2020). Bullying in Indonesia: Key Facts, Solutions, and

Recommendations. In Unicef.

https://www.unicef.org/indonesia/media/5606/file/Bullying in Indonesia.pdf

Yanti, G. A. M. T. (2021). Teachers’ Role in Developing Indonesian Students’

Character Education at School. Journal of Educational Study, 1(2), 21–27.

https://doi.org/10.36663/joes.v1i2.148

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan model pemanfaatan model pendidikan untuk mengatasi bullying di sekolah menengah kejuruan di Yogyakarta;

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al- Qur’an dan kesulitan yang

Beberapa hal yang mendukung upaya guru PAI mengatasi kesulitan belajar siswa kelas IV dalam membaca al-Qur’an di SD Negeri Bissoloro adalah adanya

Pada realitanya pelaku bullying biasanya tidak memiliki kepribadian yang kuat, dimana mereka tidak bisa mengatasi problem dalam dirinya ketika menghadapi lingkungan

Upaya yang dilakukan humas dalam mengatasi hambatan sebagai komunikator, pembina hubungan, pembentuk citra dan mempromosikan SMP Nurul Jadid yaitu: 1 mengajak dan mengundang perwakilan

Upaya Mengatasi Bullying di SMP 6 Surakarta 244 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia JPKMI – Vol.3, No.2 Agustus 2023 tindakan yang agresif yang melukai dan dilakukan dengan

Berdasarkan observasi pra penelitian yang dilakukan peneliti pada 21 September 2022 untuk kasus bullying yang terjadi disekolah ini memang dikategorikan belum terlalu besar bullying

Upaya lain juga dilakukan guru PAI untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami siswa mengenai kurangnya pemahaman siswa terhadap memahami hukum-hukum tajwid pada