• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Fitri Nasution *

* STAI Muara Bulian Jambi fitrinassution21@gmail.com

Abstract

The presence of teens as young generation has its own meaning and significance in the eyes of society and the nation of Indonesia. Each of their achievements have resonance sizable and appreciated quite extensive, so wherever he is always getting a room for expression. The enthusiasm of the young people receive at least motivated by several things. First, teens have a role and value of strategic and significant in determining the future of the nation. Second, the existence of adolescence as a symbol of progressiveness, pioneer, and determines the direction of the dynamics of a nation. Third, teenagers a prototype (prototype) is ideal as the next generation. Because he still has the passion, determination ideals, assertiveness, as well as consistency and a clear vision. For that teens should always be directed to things that are positive, taught to be responsible and be a private firm, teenagers who know and understand about the negative and positive of each technology, so as to take positive and has a filter to abstain from taking things -things negative of each service provided. Education is one of the vehicles is the right to shape the character of the child / adolescent more specifically on Islamic Education. With the education of values in adolescents being taught in schools, it is expected to be able to give birth to generations of intelligent and berakhlkul karimah so that it can be self-defense for young people to not commit acts that are contrary to law and religion.

(2)

cukup besar dan dihargai cukup luas, sehingga di mana pun ia selalu mendapatkan ruang untuk berekspresi. Antusiasme anak muda menerima setidaknya termotivasi oleh beberapa hal. Pertama, remaja memiliki peran dan nilai strategis dan signifikan dalam menentukan masa depan bangsa. Kedua, keberadaan remaja sebagai simbol progresif, pelopor, dan menentukan arah dinamika bangsa. Ketiga, remaja prototipe (prototype) sangat ideal sebagai generasi penerus. Karena ia masih memiliki gairah, tekad cita-cita, ketegasan, serta konsistensi dan visi yang jelas. Untuk itu remaja harus selalu diarahkan ke hal-hal yang positif, diajarkan untuk bertanggung jawab dan menjadi perusahaan swasta, remaja yang tahu dan mengerti tentang negatif dan positif dari setiap teknologi, sehingga dapat mengambil positif dan memiliki filter untuk menjauhkan diri dari mengambil hal -hal negatif dari setiap layanan yang disediakan. Pendidikan merupakan salah satu kendaraan adalah hak untuk membentuk karakter anak / remaja lebih khusus pada pendidikan Islam. Dengan pendidikan nilai-nilai pada remaja yang diajarkan di sekolah-sekolah, diharapkan dapat melahirkan generasi karimah cerdas dan berakhlkul sehingga dapat membela diri bagi orang-orang muda untuk tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum dan agama .

Keywords: Pendidikan Agama Islam, Kenakalan Remaja

Pendahuluan

Di era globalisasi atau pada millennium ke-3 (Tiga) dari proses kehidupan manusia, tepatnya berada pada abad ke-21, yang bukan saja merupakan abad baru, melainkan juga juga peradaban baru. Hal ini dikarenakan betapapun bangsa kita mengalami krisis moneter, ketidakstabilan politik, bangsa Indonesia telah mengalami restrukturisme global dunia yang sedang berjalan yang ditandai dengan berbagai perubahan dalam semua aspek kehidupan, baik di Negara maju apalagi di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Hal ini senada dengan pendapat Hamzah B Uno sebagai berikut.

“Masalah krisis yang amat kompleks dan membawa

(3)

yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di masyarakat kita, pembantaian, pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan perampasan hak milik orang lain terjadi dimana-mana. Apakah ini ciri peradaban global? Dari sudut pendidikan, tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas, menandakan

belum berhasilnya lembaga pendidikan.”1

Pendidikan Agama Islam menempati posisi yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, khususnya dalam upaya pembangunan karakter bangsa. Pendidikan agama Islam dapat menjadi sarana pendidikan keimanan, ketakwaan yang tercermin dalam ketaatan beribadah dan tingkah laku atau akhlak karimah dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Namun fakta dilapangan sampai saat ini ternyata kekerasan yang melibatkan para pelajar masih saja marak, yang sadis adalah tawuran antara siswa SMP 79 dengan SMP 269 Jakarta yang menelan korban jiwa terjadi pada tanggal 12 september 2011 kemarin. Belum lagi siswa yang telah terjerumus dalam dunia hitam narkoba dan seks bebas. Ini bukti bahwa Pendidikan Agama Islam yang seharusnya menciptakan generasi penerus bangsa yang shaleh baik personal maupun social masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan beberapa indikator seperti yang terjadi di sekitar lingkungan kita semakin maraknya kenakalan remaja.

Maka wajar kemudian jika banyak kritik yang bermunculan kepada pendidikan Islam. Diantara kritiknya menganggap Pendidikan Agama Islam hanya berkutat pada masalah kognitif yang menggiring pelajar masuk dalam pusaran ruang hampa tanpa makna.

Para pelajar hanya “dicekokin” arti kejujuran tapi tidak bersikap jujur

dalam kehidupan sehari-hari, mereka hanya diajari arti perdamaian tapi suka tindak kekerasan. Dunia pendidikan belum sampai pada ranah psikomotorik dan afektif.

Maka untuk menjawab segala persoalan yang mencuat kepermukaan tersebut perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh di dalam Pendidikan Agama Islam agar dapat mengidentifikasi segala penyakit dan tentu nantinya tepat dalam memberikan obat. 2

Upaya-upaya yang selama ini hampir seluruhnya diarahkan dalam meningkatkan standar akademis, pada akhir-akhir ini semakin dirasakan kepincangannya. Kecemasannya yang sangat mendalam terhadap diperolehnya nilai-nilai buruk anak-anak dalam sejumlah mata pelajaran, dikejutkan lagi oleh kecemasan lain yang lebih besar

1

Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 31.

2

(4)

lantaran banyak kasus siswa yang justru tidak berkaitan dengan nilai-nilai akademis tersebut, misalnya bagaimana seorang siswa dengan mudah tega membunuh teman dekatnya sendiri. Kekurangan lain yang menimbulkan kecemasan lebih besar tersebut adalah tingginya emosi dari pelajar. Kekurangan baru berupa tingginya emosi yang dapat menimbulkan akses-akses negatif lebih besar ketimbang rendahnya standar akademis justru belum dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang baku.

Tanda-tanda kekurangan perhatian terhadap emosi terlihat dari banyaknya peristiwa-peristiwa kekerasan dikalangan siswa, meningkatnya kekacauan masa remaja dan beberapa akses prilaku negatif lainnya. Seperti penahanan kaum remaja karena terlibat kasus narkoba, laju pembunuhan anak muda meningkat, laju bunuh diri kaum remaja. Masih banyak kecenderungan meningkatnya perilaku-prilaku negatif dan kriminal yang meresahkan.3

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah masyarakat hanya akan berhasil apabila ada kerja sama dan dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga. Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu di sekolah bergabung dalam bagian-bagian yang melakukan hubungan yang harmonis. Terutama hubungan antara guru dan orang tua siswa.4

Melalui permasalahan tersebut diambil beberapa permasalahan yang sekaligus menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini. Adapun rumusan masalahnya meliputi : Pertama apakah yang dimaksud dengan kenakalan remaja? Kedua, apakah yang dimaksud dengan pendidikan, apakah upaya yang dapat dilakukand dalam mengatasi kenakalan remaja? Dengan ketiga rumusan masalah ini maka diharapkan dapat memberi jawaban secara umum terhadap permasalahan-permasalahan lain yang berada di sekitar tema tersebut.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analitis, maksudnya menggambarkan atau melukiskan tentang kenakalan remaja sebagai dampak dari kegagalan pendidikan, melalui berbagai peraturan dan literature. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, yang tidak membutuhkan angka-angka.

3

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Al-Fabeta, 2009), hlm.98.

4

(5)

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Berkenaan dengan tanggung jawab ini, maka pendidikan agama di sekolah berarti : Suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama. Pemberian pengaruh pendidikan agama disini mempunyai arti ganda, yaitu pertama sebagai salah satu sarana agama (dakwah Islamiah) yang diperlukan bagai pengembangan kehidupan keagamaan, kedua sebagai salah satu sarana pendidikan nasional untuk meningkatkan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. 5

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan lingkungan dan sepanjang hayat. Pada hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan. Pendidikan agama adalah merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan pesatuan nasional. Sedangkan Pendidikan Agama Islam mempunyai pengertian sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujutkan persatuan nasional.

Dasar Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam didasarkan pada falsafah hidup ummat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu Negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ada tiga kategori pendidikan Islam yaitu dasar pokok, dasar tambahan dan dasar operasional. Dasar pokok pendidikan Islam yaitu

Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dasar tambahan yaitu meliputi perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat serta ijtihad maslahah mursalah, sedangkan dasar operasional pendidikan Islam yaitu dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dasar ideal. Yang terdiri dari enam dasar yaitu dasar historis, dasar sosial, dasar ekonomi, dasar politik, dasar psikologis, dan dasar fisiologis.

Dasar ideal pendidikan Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan Sunnah Rasullulah SAW. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan, Al-Quran dan Hadistlah yang menjadi

5

(6)

fundamennya. Al-Qur'an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Al-Quran dijadikan sebagai dasar Pendidikan Agama Islam yang pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT

menciptakan manusia”. 6

Dasar pendidikan Islam harus bersumber kepada Al-Qur’an dan hadist, hal ini untuk mencegah atau mengantisipasi agar tidak terjadi penyimpangan materi pelajaran yang diajarkan pada Pendidikan Agama Islam.

Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan memiliki kesamaan arti dengan ghayaf, andaf, maqasid (dalam bahasa Arab) dan goal, purpose, aim (dalam bahasa Inggris) yang berarti arah atau maksud yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan yaitu arah yang ingin dicapai oleh suatu instansi pendidikan. Tahap-tahap tujuan pendidikan Islam yaitu menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah di bumi Allah untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat baik individu maupun masyarakat. Tujuan umumnya adalah pendidikan diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional. Perasaan dan penghayatan lahir. Sedangkan tujuan khususnya adalah memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakan dengan betul, menanamkan rasa cinta Al-Qur’an, membersihkan jiwa dari sifat tercela dan lainnya. Tujuan sementara pendidikan Islam yaitu tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Aspek tujuan pendidikan Islam yaitu ranah kognitif, afektif, performance, psikomotorik, dan ranah konatif.7

Ditinjau dari segi pengajaran agama Islam bahwa tujuan pengajaran agama Islam ialah agar anak didik memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan agama dan kebudayaan Islam sehingga dapat membentuk dirinya menjadi hamba Allah untuk mencapai keridhaan Allah swt dalam kehidupan dunia dan akhirat.8

Fungsi Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai suatu usaha pasti mengalami permulaan dan mengalami kesudahannya, Ada pula usaha terhenti karena

6

Ramayulis, Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2007),hlm.12

7

Ibid .hlm.132

8

(7)

sesuatu kendala sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha itu belum dapat disebut berakhir. Pada umumnya suatu usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah tercapai.

Sebagai sebuah bidang studi di sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu : pertama, untuk menumbuh kembangkan rasa keimanan yang kuat, kedua, menanamkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, dan ketiga, menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah swt.9

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, maka pengajaran Agama Islam, sebenarnya harus berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di di dunia dan untuk menyiapkan kehidupan sejahtera dunia dan akhirat. Dengan demikian berarti bahwa ruang lingkup pengajaran agama Islam itu luas sekali yang meliputi seluruh aspek kehidupan.

Apabila dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya pendidikan agama Islam yang umum dilaksanakan terdiri dari sejumlah mata pelajaran. Adapun mata pelajaran tersebut adalah a) Pengajaran keimanan, b) Pengajaran akhlak, c) Pengajaran ibadat, d) Pengajaran fiqih, e)Pengajaran ushlul fiqih, f) Pengajaran qira’at

Qur’an, g) Pengajaran ilmu tafsir, h) Pengajaran hadist”.10

Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata kenakalan

berasal dari kata “nakal” yang artinya adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu dan suka tidak menurut. Sedangkan pengertian kenakalan adalah sifat nakal, perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.11 Remaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial dan emosional.12 Dapat diketahui bahwa kenakalan siswa adalah tindakan atau prilaku menyimpang yang dilakukan oleh peserta didik.

9

Ibid.hlm.174

10

Zakiah Daradjat, Op.Cit.hlm 68

11

Anonim, Jakarta : Balai Pustaka, 1987, hlm.980

12 Jamal Ma’mur Asmani, Kiat mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah,(

(8)

Penyebab Terjadinya Kenakalan remaja

Sebagaimana kita ketahui bahwa kanakalan merupakan penyimpangan yang bersifat sosial, dan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral, nilai-nilai-nilai-nilai sosial, nilai-nilai-nilai-nilai lihur agama, dan beberapa segi penting yang terkandung di dalamnya, serta norma-norma hukum yang hidup dan tumbuh di dalamnya baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Semua prilaku yang menyimpang bagi siswa itu akan menimbulkan dampak pada pembentukan citra diri siswa dan aktualisasi potensinya.

Menurut Zakiah Darajat sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja yang paling menonjol antara lain:

a. Kurangnya Pendidikan Agama, Yang dimaksud dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik.

b. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan. Alangkah banyaknya orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Mereka menyangka bahwa apabila telah memberikan makanan, pakaian dan perawatan kesehatan yang cukup kepada si anak, telah selesai tugas mereka. Dan ada pula yang menyangka bahwa mendidik anak dengan keras, akan menjadikannya orang baik dan sebagaianya. Sesungguhnya yang terpenting dalam pendidikan si anak, adalah kesuluruhan perlakuan-perlakuan yang diterima oleh si anak dari orang tuanya, di mana dia merasa disayangi, diperhatikan dan diindahkan dalam keluarganya. Disamping itu ia harus merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang tua ia diperlakukan adil diantara saudara-saudaanya, ia merasa aman dan tentram, tanpa rasa ketakutan akan dimarahi, diolok atau dibanding-bandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa.Komunikasi antara guru dan siswa sangat mempengaruhi prilaku siswa, siswa yang merasa nyaman pada guru, pasti akan merasa betah di sekolah dan berpikir untuk melakukan tindakan yang menyimpang.

c. Kurangnya pemahaman tentang peserta didik dan kebutuhan

peserta didik”.13

13

(9)

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Adapun jenis kenakalan remaja menurut Zakiah Daradjat adalah :

a. Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru. Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan siswa, dia tidak segan-segan menentang apa yang dikatakan oleh orang tua dan gurunya bila tidak sesuai dengan jalan pikirannya. Lari atau bolos dari sekolah.

b. Sering berkelahi.Sering berkelahi merupakan salah satu dari gejala kenakalan siswa. Siswa yang perkembangan emosinya tidak stabil yang hanya mengikuti kehendaknya tanpa memperdulikan orang lain, yang menghalanginya itulah musuhnya.

c. Cara berpakaian. Meniru pada dasarnya sifat yang di miliki oleh para siswa, meniru orang lain atau bintang pujaannya yang sering di lihat di TV atau pada iklan-iklan baik dalam hal berpakaian atau tingkah laku, walaupun itu tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang penting baginya adalah mengikuti mode zaman sekarang.

d. Membolos pada jam sekolah.

e. Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan orang lain. Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat di golongkan pada pelanggaran hukum sebab kenakalan ini menganggu ketentraman dan keamanan masyarakat di antaranya adalah: mencuri, menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalah gunaan narkotika, membaca buku-buku porno”.14

Kenakalan atau kerusakan yang bersifat a-moral dan asosial tersebut diatas merupakan kelakuan siswa yang menggelisahkan para orang tua, guru dan masyarakat secara umum. Yang menjadi tanggung jawab kita selaku pendidik sekarang adalah bagaimana cara mengarahkan para siswa dan dengan jalan apa serta mampukah kita bertanggung jawab atas semua hal tersebut.

Prosedur-Prosedur Pengendalian atau Upaya Perbaikan Tingkah Laku

Untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang telah menyimpang dari peraturan atau tata tertib sekolah maka harus ada usaha yang sistematis dan terencana, dalam hal ini ada beberapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut :

a. Memperkuat tingkah laku bersaing.Dalam usaha mengubah tingkah laku yang tak diinginkan, diadakan penguatan

14

(10)

tingkah laku yang diinginkan misalnya dengan kegiatan-kegiatan kerjasama, membaca dan bekerja disatu meja untuk mengatasi kelakuan-kelakuan menentang, melamun dan hilir mudik.

b. Ekstingsi. Ekstingsi dilakukan dengan meniadakan peristiwa-peristiwa penguat tingkah laku.

c. Satiasi. Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan berulang-ulang sehingga siswa menjadi lelah atau jera

d. Perubahan Lingkungan Stimuli.Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimuli yang mempengaruhi tingkah laku.

e. Hukuman. Untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman

hendaknya di terapkan di kelas dengan bijaksana”.15

Dari prosedur-prosedur diatas tidak akan lengkap atau sempurna tanpa adanya penanaman nilai-nilai agama pada diri siswa, dan guru harus dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi siswa-siswi sehingga siswa merasa ada figur yang pantas untuk ditiru.

Tata tertib sekolah adalah keniscayaan, namun tata tertib ini harus dibuat untuk ditegakkan secara disiplin dan konsisten. Menurut Prof Agus Soejanto, adanya peraturan-peraturan itu tiada lain untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga kelangsungan hidup social itu dapat dicapai. Kewajiban anggota baru bagi kelompok social adalah menyesuaikan diri terhadap peraturan-peraturan tersebut. Sehingga setiap pelanggaran akan menyakibatkan gangguan bagi anggota kelompok. Diharapkan dari upaya penegakan tata tertib sekolah ini, dalam diri remaja akan lahir kesadaran untuk kembali ke jalur yang benar, jalur yang mengantarkan kepada kesuksesan lahir dan batin dunia dan akhirat.16

Kiat-kiat dalam Menangani Kenakalan Remaja di Sekolah a. Keteladanan,

b. Pendekatan Agama dan Kesehatan c. Optimalisasi Pendidikan Moral dan Budi

d. Pendekatan Psikologi yang humanis dan persuasive e. Bimbingan dan Konseling

f. Tata tertib sekolah g. Komisi disiplin

h. Kerjasama sekolah, orang tua, dan lingkungan

15

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.216

(11)

i. Pembekalan aspek hukum

j. Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang menyenangkan

k. Menggunakan tindakan-tindakan prefentif

l. Mengisi waktu luang remaja dengan tindakan yang

posisitif”.17

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan disekolah perlu dukungan dan bantuan guru-guru lain. Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru harus melaksanakan kegiatan bimbingan yaitu sebagai berikut :

a. Proses belajar menjadi lebih efektif, apabila bahan-bahan yang dipelajari siswa dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa

b. guru memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa

c. guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata. Karena guru mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan para siswa, maka guru akan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa yang menyangkut masalah pribadi

siswa”. 18

Hubungan Kerja Sama Guru PAI dengan Orang Tua

Dalam dunia pendidikan guru PAI memiliki peran penting dalam membimbing siswa untuk menjadi siswa yang baik, siswa yang patuh terhadap aturan, yang suka mengukir prestasi, Namun peran ini tidak mudah untuk dilaksanakan dan merupakan beban yang berat karena tidak semua siswa bisa atau mau menjadi yang seperti yang diharapkan, contohnya ada siswa yang tidak mau belajar dengan aktif, dan yang merokok. Ketika hal ini terjadi guru harus bekerjasama dengan orang tua untuk memberikan bantuan bimbingan kepada siswa, karena guru bukanlah satu-satunya pembimbing siswa, dan bukanlah orang yang harus disalahkan ketika siswa menjadi nakal. Orang tua dan guru harus memiliki hubungan dalam konteks antara lain :

17

Ibid, Hlm.178

18

(12)

a. Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orang tua/wali anak didik dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan pribadi anak

b. segala kesalahfahaman yang terjadi antara guru dan orang tua/wali anak didik, hendaknya diselesaikan dengan

musyawarah dan mufakat”.19

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mutlak harus mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa, karena siswa berada disekolah waktunya sangat terbatas, untuk memantau perkembangan siswa. Baik dari segi pengetahuan, maupun sikap guru harus lebih aktif untuk bertanya kepada orang tua tentang bagaimana kehidupan siswa di luar sekolah namun guru juga berkewajiban untuk memberikan laporan dan penjelasan kepada orang tua tentang perkembangan yang dialami oleh siswa sehingga jika ada permasalahan yang dialami oleh siswa akan lebih mudah untuk mencari solusinya.

Keterlibatan Keluarga atau Orang tua dengan Pendidikan Anak dalam mengatasi Kenakalan Remaja.

Peranan seorang ibu dan ayah dalam hubungan dengan putera-puterinya tidak terbatas hanya mengasihi, melindungi dan membesarkan secara fisik dan ekonomis, melainkan bersama-sama ayah dan ibu juga sebagai pendidik yang harus membimbing dan mengarahkan anak kepada kehidupan dewasa. Ayah bersama ibu berperan sebagai jembatan yang menghubungkan dunia anak dan dunia dewasa, menghubungkan anak dengan dunia nilai dan dengan masyarakatnya. Sehingga dengan pendidikan yang diberikan orang tua, akan terbiasa dengan kehidupan yang penuh dengan aturan. Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Dalam pelaksanaan perannya sebagai pendidik, ayah dan ibu tidak sendiri. Karena tersedia berbagai lembaga pendidikan. Namun orang tua tetap tidak kehilangan fungsi sebagai pendidik yang harus tetap mengawasi kelangsungan pendidikan tersebut. Hal ini disebutkan dalam Undang-undang yang dijelaskan di dalam buku yang dikutip oleh Sulaiman bahwa

Dalam Undang-undang tentang Sistim Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa keluarga merupakan salah satu penanggung jawab pendidikan dasar, disamping masyarakat dan pemerintah. Disebutkan pula di dalamnya bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memberikan pendidikan dasar berkenaan dengan keagamaan dan budaya , dengan demikian diharapkan pendidikan tersebut dapat

19

(13)

dipandang sebagai peletak dasar pembinaan pribadi anak. Oleh karena itu kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan sangatlah vital, bagi kelangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pembinaan bangsa pada umumnya.20

Penutup

Hubungan kerjasama antara guru Pendidikan Agama Islam dengan orang tua dalam mengatasi kenakalan siswa sangatlah dibutuhkan. Kendala yang dialami oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa adalah kurangnya partisipasi dan kerjasama dari sebagian orang tua siswa, lemahnya motivasi dari dalam diri siswa dan rendahnya minat belajar, kurangnya bantuan dari masyarakat sekitar, mudah dan murahnya akses tehnologi, lemahnya pengawasan orang tua.

Upaya yang dilakukan oleh guru PAI dan Kepala Sekolah dalam mengatasi kenakalan siswa adalah dengan memberikan keteladanan, memberikan pendidikan agama, melakukan pendekatan psikologis, membuat tata tertib dan memperkecil peluang siswa untuk melakukan pelanggaran tata tertib, melakukan kerjasama dengan semua masyarakat sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar, mengadakan pengawasan lebih ketat, dan menciptakan lingkungan kelas dan sekolah yang menyenangkan sehingga membuat siswa betah dan nyaman ketika berada di kelas dan di lingkungan sekolah.

Bibliografi

---, (2011), Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara.

Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Al-fabeta.

Daradjat Zakiah, (1992), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.

Iskandar, (2009), Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta : Gaung Persada Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1987), Jakarta : Balai Pustaka

Ma’mur Jamal Asmani, (2011), Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, Jokjakarta : Diva Press.

Ramayulis, (2007), Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.

20

(14)

Soelaeman, (2001), Pendidikan Dalam Keluarga, Bandung : Al-Fabeta

Soemanto Wasty, (2006), Psikologi Pendidikan Landasan Pemimpin Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Syafrizal, (2011), Smart kids Media Komunikasi Guru PAI SD,

Jakarta : Kementrian Agama RI.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja (Studi Kasus di SMK PGRI 2 Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan tujuan untuk mengetahui bentuk kenakalan yang dilakukan peserta didiknya, peran guru PAI dalam mengataisi kenakalan remaja peserta didiknya, dan faktor

Siswa saat ini jauh dari perilaku kenakalan siswa sebab dengan upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam selalu memberikan bimbingan atau nasehat perilaku

Dari beberapa poin di atas, indikator yang peneliti gunakan untuk melihat kompetensi sosial guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa hanya tiga poin, yaitu :

Untuk mengatasi kenakalan yang terjadi di SMAN 1 Ngadirojo, guru agama melakukan berbagai upaya baik yang dilakukan dalam kegiatan pem- belajaran maupun di luar

Tinjauan tentang Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Peserta Didik .... Kajian Penelitian terdahulu

Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa beberapa peran keluarga dalam mengatasi kenakalan remaja yaitu bisa dengan menciptakan keluarga yang harmonis, Memberikan kebebasan

Beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan bullying ini adalah melakukan pengembangan kepribadian siswa yang mencerminkan