PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
THE USE OF REMOTE SENSING TECHNOLOGY FOR SUPPORTING SYSTMATIC LAND CADASTRE
HADI ARNOWO
Pusat Pendidikan dan Pelatinan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Jalan Haji Agus Salim Nomor 58, Jakarta Pusat
ABSTRAK
Upaya percepatan pendaftaran tanah seluruh Indonesia adalah melalui kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Pelaksanaan PTSL memerlukan peta dasar dengan cakupan wilayah yang luas. Untuk memenuhi peta dasar tersebut diperlukan teknologi penginderaan jauh berupa citra satelit beresolusi tinggi, foto udara atau foto drone.Citra satelit, foto udaraatau foto drone harus meliputi wilayah kegiatan PTSL dan batas pengambilan data tidak lebih dari 3 tahun. Selain itu ketiga bahan pembuatan peta tersebut telah terkoreksi secara geometri dan memiliki sistem koordinat TM3. Data spasial yang berasal dari citra satelit, foto udara atau foto drone digunakan sebagai peta dasar dan peta kerja untuk plotting bidang – bidang tanah hasil pengukuran kadastral. Peta dasar citra satelit atau foto udara merupakan basis pembuatan peta bidang tanah dan peta pendaftaran tanah. Sedangkan peta kerja citra satelit atau foto udara dapat digunakan untuk pembuatan Gambar Ukur.Penyimpanan data citra satelit, foto udara atau foto drone di dalam sistem komputer terintegrasi yang dikenal dengan Geo-KKP. Tantangan masa depan adalah penyediaan citra satelit, foto udara atau foto drone untuk wilayah – wilayah yang akan dijadikan lokasi kegiatan PTSL.
Kata kunci :Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, peta dasar, peta kerja
ABSTRACT
Effort to accelerate land registration throughout Indonesia is through the activities of Complete Systematic Land Registration (PTSL). The implementation of the PTSL requires a base map with a wide coverage area. To meet the base map is required remote sensing technology in the form of high resolution satellite imagery, aerial photographs or drone photos. Satellite images, aerial photographs or drone photographs shall cover the territory of the PTSL activities and the limits of data retrieval not exceeding 3 years. In addition, the three mapping materials have been geometrically corrected and have a TM3 coordinate system. Spatial data derived from satellite imagery, aerial photographs or drone photographs are used as a base map and a working map for plotting the cadastral measurement plots. The basic map of satellite imagery or aerial photographs is the basis for making land parcels and land registration maps. While a satellite image or aerial photography map can be used for drawing measure.. Satellite image data storage, aerial photographs or drone photos in an integrated computer system known as Geo-KKP. Future challenges are the provision of satellite imagery, aerial photographs or drone photographs for the areas to be used for the activities of the PTSL.
Keywords: Complete Systematic Land Registry, base map, work map
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki wilayah daratan seluas 1.922.570 Km2 dengan bidang tanah sebanyak 126 juta bidang. Jumlah bidang tanah yang telah terdaftar sebanyak 47 juta bidang tanah, sehingga masih tersisa sebanyak 79 juta bidang tanah. Sisa bidang tanah yang belum terdaftar tersebut ditargetkan oleh Pemerintah diselesaikan hingga tahun 2025. Pada tahun 2017 target pensertipikatan tanah sebanyak 5 juta bidang telah berhasil dicapai. Selanjutnya pada tahun 2018 kegiatan pendaftaran tanah ditargetkan 7 juta bidang tanah dan pada tahun 2019 target pendaftaran tanah bertambah menjadi 9 juta bidang tanah. Untuk mencapai target yang tinggi tersebut diperlukan strategi khusus yaitu dengan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran tanah dalam satu wilayah desa/kelurahan.Dasar hukum kegiatan PTSL adalah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN No. 6 Tahun 2018 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2018 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh Wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan peraturan tersebut, kegiatan PTSL menjadi program andalan pemerintah untuk mewujudkan pendaftaran tanah di Indonesia. Diharapkan melalui program PTS, maka target penyelesaian 79 juta bidang tanah akan selesai pada tahun 2025 (Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional., 2018).
Pelaksanaan PTSL secara garis besar meliputi tahapan penyuluhan, pendataan, pengukuran, Sidang Panitia A, Pengumuman dan pengesahan, serta penerbitan sertipikat. Kementerian ATR/BPN juga memastikan seluruh proses tersebut dilakukan secara mudah, transparan, dan efisien. Pengumpulan data dalam rangka PTSL terdiri dari pengumpulan data yuridis dan data fisik. Pengumpulan data fisik meliputi kegiatan yang terkait dengan pengukuran dan pemetaan sehingga menghasilkan peta dan dokumen hasil pengukran.
Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilakukan dengan menggunakan teknologi survei dan pemetaan terdiri dari metode terestris, metode fotogrametris, metode satelit, atau metode kombinasi dari ketiga metode dimaksud1.
Produk kegiatan dalam rangka pengambilan data fisik tersebut adalah2
- Peta Pendaftaran : peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah.
- Peta Bidang Tanah :gambar hasil pemetaan satu bidang tanah atau lebih pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman data fisik
- Gambar Ukur dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik berupa jarak, sudut, azimuth ataupun sudut jurusan dan koordinat baik dalam bentuk elektronik atau non elektronik
- Surat Ukur dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian
Perkembangan teknologi penginderaan jauh salah satunya adalah kemampuan menampilkan resolusi tinggi sehingga dapat digunakan untuk pemetaan berbasis bidang tanah. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk kepentingan pendaftaran tanah sangat penting sebagai orientasi kegiatan pengukuran dan sebagai dasar plotting bidang tanah hasil pengukuran. Oleh karena itu ketelitian secara geometris pada citra satelit sangat penting agar bidang tanah hasil pengukuran dapat diplotkan secara akurat.
Pemanfaatan citra satelit di dalam kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)sangat penting yaitu :
- Sebagai dasar pembuatan peta kerja yang akan digunakan sebagai orientasi kegiatan pengukuran di lapang
- Sebagai informasi awal untuk pengumpulan data fisik
- Sebagai dasar untuk plotting peta pendaftaran tanah, peta bidang tanah dan gambar ukur
Syarat – syarat agar citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah sebagai berikut :
- Ketersediaan citra di areal yang diinginkan (area of interest) - Waktu pengambilan citra
- Cakupan wilayah yang terhalang awan
Sedangkan syarat teknis citra satelit yang dapat digunakan dalam kegiatan PTSL adalah sebagai berikut : - Resolusi satelit mendukung pembuatan peta bidang tanah dengan skala 1 : 2.500 atau lebih detail
- Koreksi geometri sesuai ketentuan teknis
- Level kejelasan gambar yang memadai untuk identifikasi bidang tanah - Cakupan wilayah kerja
Mengingat kegiatan PTSL selalu diselenggarakan setiap tahun, maka ketersediaan citra satelit harus tersedia dengan waktu pengambilan gambar terbaru. Keterbaharuan citra diupayakan tidak lebih dari 5 tahun. Hal tersebut karena kondisi di lapangan yang cepat berubah terutama sekitar perkotaan.
1 Pasal 19 Ayat 3 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN No. 06 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
2 Definisi berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN No. 06 Tahun 2018
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui jenis citra satelit yang tepat untuk kegiatan pendaftaran tanah
2. Mengetahui pemanfaatan citra satelit di dalam kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
2. METODE
Tulisan ini merupakan bentuk paparan dan analisis mengenai pemanfaatan citra untuk kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Metode kajian bersifat deskriptif atau narasi yang dimulai dari gambaran umum pemetaan untuk kegiatan pendaftaran tanah dan kajian tentang bagaimana citra satelit dimanfaatkan untuk berbagai wilayah geografis di Indonesia.
Referensi yang digunakan dalam analisis adalah berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap bertujuan untuk mewujudkan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat. Salah satu kegiatan yang diselenggarakan di dalam PTSL adalah pengumpulan data fisik. Pengumpulan data fisik dilakukan oleh satuan tugas Fisik.
Satgas Fisik terdiri dari unsur Aparatur Sipil Negara Kementerian, Pegawai Tidak Tetap/Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Kementerian, Surveyor Kadaster Berlisensi, Asisten Surveyor Kadaster Berlisensi dan/atau KJSKB yang diketuai oleh Wakil Ketua bidang fisik Panitia Ajudikasi PTSL
SatgasFisik melakukan kegiatan meliputi :
a. Pengukuran batas bidang tanah secara kadastral yang dituangkan pada Gambar Ukur, atas penunjukan pemilik tanah atau kuasanya
b. Melaksanakan pemetaan bidang tanah pada Peta Pendaftaran dan membuat Peta Bidang Tanah
c. Menjalankan prosedur dan memasukkan data dan informasi yang berkaitan dengan data fisik bidang tanah pada aplikasi KKP
d. Menandatangani Gambar Ukur dan dokumen terkait
e. Dalam hal pelaksana kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah oleh pihak ketiga, maka Surveyor Kadaster Berlisensi menandatangani peta bidang tanah untuk pembuatannya
f. Menyampaikan peta bidang tanah kepada Ketua Panitia Ajudikasi PTSL
Pengambilan data fisik berupa bentuk, luas dan posisi bidang tanah dilakukan dengan menggunakan metode terestris, metode fotogrametris, metode satelit, atau metode kombinasi dari ketiga metode tersebut.
Metode pengambilan data fisik yang secara dilakukan adalah menggunakan metode terestris dan metode satelit serta kombinasi kedua metode tersebut. Metode fotogrametris tidak digunakan sendiri, tetapi dikombinasikan dengan metode terestris dan metode satelit. Hal tersebut karena untuk penentuan batas kepemilikan bidang tanah harus dilakukan penetapan batas terlebih dahulu kemudian dilakukan pengukuran dan pemetaan. Batas kepemilikan bidang tanah tidak selalu sama seperti batas fisik bidang tanah seperti yang tampak secara visual di citra satelit atau foto udara.
Teknologi citra satelit terkini untuk kepentingan pemetaan meliputi kemampuan : 1. Resolusi spasial yang tinggi
2. Jumlah kanal yang memungkinkan menghasilkan informasi kebumian yang detail 3. Penggunaan sensor aktif untuk mengatasi halangan pandangan visual
Kemampuan satelit penginderaan jauh yang sesuai untuk kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah sebagai berikut :
1. Resolusi spasial : sangat berpengaruh terhadap visualisasi batas - batas bidang tanah
2. Resolusi spektral : tidak berpengaruh besar karena tidak memerlukan informasi mengenai perbedaan spektral dari pantulan atau pancaran elektromagnetik
3. Resolusi radiometrik : tidak berpengaruh besar karena tidak memerlukan informasi mengenai radiansi spektral
4. Resolusi temporal : sangat berpengaruh karena keperluan cakupan wilayah yang harus tersedia pada waktu tertentu
Resolusi spasial yang menjadi salah satu tolok ukur kemampuan satelit adalah kemampuan sensor untuk merekam ukuran terkecil obyek di atas permukaan bumi Resolusi spasial yang dapat merekam obyek secara detail disebut dengan resolusi tinggi atau halus. Sedangkan yang hanya menampilkan obyek yang agak besar atau besar sehingga kurang detail disebut dengan resolusi kasar atau rendah hingga menengah.
Ukuran interval dari resolusi spasial, menurut Suwargana (2013) secara umum terbagi atas : a. Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m.
b. Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m c. Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 - > 1000 m
Untuk mengetahui kemampuan menghasilkan skala peta dari resolusi spasial citra adalah dengan menggunakan rumusan dari Tobler yaitu sebagai berikut :
- Kesesuaian skala peta dengan resolusi spasial. Bilangan penyebut skala peta dibagi dengan angka 1000 kemudian dibagi dua. Sebagai contoh adalah untuk menghasilkan peta skala 1 : 25.000, maka resolusi citra yang diperlukan adalah minimal (50.000/ 1.000) : 2 menghasilkan angka 25. Dengan demikian resolusi satelit tersebut adalah paling rendah 25 m
- Kesesuaian resolusi spasial ke skala peta. Resolusi spasial (dalam satuan meter) * 2 * 1.000. Sebagai contoh resolusi satelit 25 m sesuai untuk pembuatan peta skala 1 : 50.000
(Gandharum, 2014)
Skala peta yang digunakan untuk kepentingan pendaftaran tanah menyesuaikan dengan ukuran luas bidang. Semakin kecil bidang tanah, dibutuhkan skala peta yang lebih besar. Penggunaan skala peta digunakan untuk Peta Pendaftaran Tanah dan Peta Bidang Tanah. Sedangkan di dalam Gambar Ukur dan Surat Ukur hanya mencantumkan gambar bidang tanah beserta data hasil ukuran. Besaran skala peta yang umum digunakan adalah 1 : 2.500, 1 : 1.000, 1 : 500 dan 1 : 250. Penggunaan skala 1 : 2.500 adalah untuk tanah pertanian dan skala 1 : 1.000 atau lebih besar untuk tanah pemukiman3.
Jenis satelit, kemampuan resolusi dan kemampuan menghasilkan peta dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Jenis Satelit Penginderaan Jauh
Jenis Satelit
Resolusi
Revisit Interval
Kesesuaian Skala Peta
Luas Minimal Obyek**)
Kesesuaian Untuk PTSL Multispektral Pankromatik
Landsat 7 30 m 15 m 16 hari 1 : 30.000 2,25 Ha Tidak sesuai
Landsat 8 30 m 15 m 16 hari 1 : 30.000 2,25 Ha Tidak sesuai
SPOT 5 10 m 2,5 m 2-3 hari 1 : 5.000 625 m2 Tidak sesuai
SPOT 6 6 m 1,5 m 1 hari 1 : 3.000 225 m2 Tidak sesuai
SPOT 7 6 m 1,5 m 1 hari 1 : 30.000 2,25 Ha Tidak sesuai
Quickbird 2,44 m 0,61 m 2-6 hari 1 : 1.500 56,25 m2 Sesuai
Ikonos 3,2 m 0,82 m 3 hari 1 : 1.700 72,25 m2 Sesuai
GeoEye-1 1,65 m 0,41 m 1 hari 1 : 800 16 m2 Sesuai
GeoEye-2 (WorldView-4*)
1,36 m 0,34 m 1 hari 1 : 600 9 m2 Sesuai
Worldview-1 - 0,5 m 2-6 hari 1 : 1.000 25 m2 Sesuai
Worldview-2 1,8 m 0,5 m 1-4 hari 1 : 1.000 25 m2 Sesuai
Worldview-3 : Visible Light SWIR CAVIS
1,24 m 3,7 m 30 m
0,31 m - -
1-4 hari 1-4 hari 1-4 hari
1 : 600 1 : 7.400 1 : 60.000
9 m2 1.370 m2
4,50 Ha
Sesuai Sesuai Tidak sesuai
ASTER 15 m - 16 hari 1 : 30.000 2,25 Ha Tidak Sesuai
ALOS 10 m 2,5 m 4-6 hari 1 : 5.000 625 m2 Tidak Sesuai
IRS-Cartosat-1 - 2,5 m 15 hari 1 : 5.000 625 m2 Tidak Sesuai
IRS-Cartosat-2 - 1 m 4 hari 1 : 2.000 100 m2 Sesuai
Formosat 2 8 m 2 m 1 hari 1 : 4.000 400 m2 Tidak Sesuai
Orbiview-3 4 m 1 m 3 hari 1 : 2.000 100 m2 Sesuai
Pleiades 1A 2 m 0,5 m 1 hari 1 : 1.000 25 m2 Sesuai
Pleiades 1B 2 m 0,5 m 1 hari 1 : 1.000 25 m2 Sesuai
KOMPSAT-3 2,8 m 0,7 m 2-5 hari 1 : 1.400 49 m2 Sesuai
KOMPSAT-3A 2,2 m 0,55 m 2-5 hari 1 : 1.100 30,25 m2 Sesuai
*) Penggantian nama setelah merger perusahaan GeoEye and DigitalGlobe
**) Secara teoritis ukuran obyek yang dapat dilihat berdasarkan perhitungan ½ cm x ½ cm skala peta
Berdasarkan data di atas, jenis satelit yang dapat digunakan untuk kegiatan PTSL adalah satelit yang mempunyai sensor untuk menghasilkan tingkat resolusi 1 m atau di bawahnya. Citra satelit dengan tingkat resolusi tersebut dapat menghasilkan peta skala di bawah 1 : 2.500 sehingga sesuai untuk kebutuhan pembuatan peta bidang tanah. Semakin besar skala peta akan semakin detail obyek yang dapat dipetakan.
Untuk wilayah perkotaan dengan ukuran bidang tanah relatif kecil, maka pemanfaatan citra satelit yang ideal adalah yang memiliki resolusi spasial sebesar 1 m atau di bawah itu.
3Pasal 13 Ayat 1 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Selain citra satelit resolusi tinggi, sarana visual lain untuk kepentingan pemetaan bidang tanah adalah foto udara. Foto udara dapat diperoleh menggunakan berbagai wahana seperti pesawat terbang, pesawat tanpa awak/ drone, helikopter dan balon udara. Dengan ketinggian yang lebih rendah, resolusi spasial yang diperoleh cukup detail. Meskipun demikian untuk menghasilkan foto udara yang detail masih diperlukan kriteria kamera dengan spesifikasi teknis tertentu.
Skala peta yang dihasilkan dari foto udara adalah dengan perhitungan, yaitu skala = f/H. Dimana f adalah panjang fokus dan H adalah jarak dari pusat lensa ke permukaan bumi. Faktor penentu lainnya adalah resolusi spasial yang dinyatakan sebagai banyaknya pasangan garis (line pairs) yang dapat terdeteksi pada interval 1 mm. Semakin banyak line pairs berarti resolusi spasial semakin tinggi dan obyek akan semakin detail terlihat. Kombinasi antara faktor skala dengan faktor resolusi spasial berpengaruh terhadap kualitas citra yang dinyatakan dalam Ground Resolving Distance (GRD). Seperti halnya resolusi spasial pada citra satelit, semakin kecil nilai GRD dari suatu foto udara maka akan semakin detail obyek yang dapat ditampilkan (Danoedoro, 2012).
Resolusi temporal menunjukkan kemampuan satelit untuk merekam ulang di daerah semula (revisit interval). Terkait dengan resolusi temporal adalah ketersediaan citra satelit yang menampilkan kondisi eksisting terbaru. Menurut ketentuan di dalam Petunjuk Teknis Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Sistmatis Lengkap, usia citra satelit atau foto udara untuk pemetaan berusia paling lama 2 tahun sebelum pelaksanan PTSL.
Dalam satu hamparan wilayah kemungkinan terdapat beberapa jalur pengambilan data pada waktu pengambilan data yang berbeda sehingga tidak memungkinkan memiliki keseragaman data. Oleh karena itu untuk menutup ketersediaan citra dalam satu hamparan, maka dilakukan penggabungan dengan citra dari satelit yang berbeda atau dari satelit yang sama tetapi beda waktu pengambilan data. Pekerjaan penggabungan tersebut atau dikenal dengan istilah mosaicking untuk kepentingan pemetaan bidang tanah harus memenuhi persyaratan teknis terutama koreksi geometri.
Gambar 1. Pemanfaatan Citra Satelit/ Foto Udara Dalam Kegiatan PTSL
Data citra yang akan digunakan dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan disimpan dalam sistem komputer Kantor Pertanahan yang disebut dengan GeoKKP. Selanjutnya data citra serta berbagai data spasial dasar dipadukan untuk menghasilkan peta kerja. Peta kerja kemudian di-share kepada Tim Pengumpul Data Fisik dan digunakan sebagai bahan plotting hasil pengukuran. Hasil ukuran kemudian diolah dan dientri ke dalam sistem komputer. Data hasil olahan tersebut dengan aplikasi di dalam GeoKKP
Cdtra satelit/foto
udara
Pembuatan Peta Kerja
Data spasial dasar : peta
PBB, peta RBI, peta
kawasan hutan, dll
Pengambilan data fisik
Pengolahan data
Penyajian data Gambar Situasi, Peta Bidang Tanah
dan Surat Ukur Proses Penerbitan
Sertipikat Tanah
Peta Pendaftaran
Tanah Sebagai referensi plotting data
Sebagai referensi plotting data
kemudian menjadi produk dalam bentuk cetak dan digital sebagai bagian dari proses penerbitan sertipikat.
Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan data hasil ukuran yaitu Peta Pendaftaran Tanah, Peta Bidang Tanah, Gambar Situasi dan Surat Ukur.
Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap bergulir setiap tahun untuk memenuhi target terwujudnya pendaftaran tanah secara menyeluruh di wilayah teritorial Republik Indonesia. Persiapan teknis yang dibutuhkan adalah berbagai sarana dan bahan untuk kegiatan pengukuran dan pemetaan berupa persiapan peralatan, bahan kerja dan berbagai form isian. Citra satelit/ foto udara sebagai bahan kerja harus direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan.
Perencanaan penyediaan citra satelit meliputi :
1. Delineasi Area of Interest yang akan dijadikan sebagai batas areal kerja. Sesuai dengan ketentuan batas area kerja adalah wilayah administrasi desa.
2. Penyediaan citra satelit/ foto udara yang memenuhi ketentuan teknis. Ketentuan teknis tersebut berupa resolusi citra/foto udara mendukung untuk pembuatan peta berbasis bidang tanah, berada dalam sistem koordinat TM3 serta secara geometrik tidak mengandung kesalahan.
3. Pembuatan peta kerja dengan menggabungkan unsur – unsur dasar peta
Citra satelit/ foto udara yang digunakan sebagai peta kerja, juga digunakan sebagai bagian dari Peta Pendaftaran Tanah. Data citra satelit/ foto udara menjadi latar belakang dari Peta Pendaftaran Tanah.
Pemanfaatan lainnya adalah untuk pembuatan peta tematik berbasis bidang tanah sebagai peta dasar atau peta plotting data/ informasi tematik.
4. KESIMPULAN
Citra satelit telah berkembang sangat pesat yang salah satu bentuknya adalah semakin tingginya resolusi spasial yang menghasilkan detail obyek yang lebih baik. Salah satu penggunaan citra satelit resolusi tinggi/
foto udara adalah untuk kegiatan pengukuran dan pemetaan dalam rangka kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Kegiatan PTSL merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan terdaftarnya seluruh tanah di wlayah Indonesia. Target kegiatan PTSL sangat besar sehingga membutuhkan strategi pemanfaatan citra satelit/
foto udara untuk mendukung kegiatan PTSL.
Pemanfaatan citra satelit/ foto udara di dalam PTSL ssebagai bahan untuk peta kerja yang akan dibawa ke lapang dan sebagai latar belakang visual serta plotting data hasil pengukuran. Citra satelit/ foto udara yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan teknis berupa resolusi citra/foto udara mendukung untuk pembuatan peta berbasis bidang tanah, dalam sistem koordinat TM3 serta secara geometrik tidak mengandung kesalahan.
Perencanaan penyediaan citra satelit/ foto udara harus dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan PTSL.
Hal tersebut disebabkan citra satelit/ foto udara merupakan bahan penyiapan peta kerja.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian karya tulis ini tidak terlepas dari kontribusi bahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan di Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.
6. DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. (2012). Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit CV Andi Offset (Penerbit Andi), Yogyakarta.
Direktur Jendral Infrastruktur Keagrariaan. (2018). Petunjuk Teknis Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Sistematik Lengkap. Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
Gandharum, L. (2014). Kesepadanan Skala Peta dan Resolusi Spasial Citra, diakses tanggal 28 Mei 2018 dari https://lajugandharum.wordpress.com/2011/01/07/kesepadanan-skala-peta-dan-resolusi-spasial-citra/
Indarto, (2014), Teori dan Praktek Penginderaan Jauh. Penerbit CV Andi Offset (Penerbit Andi), Yogyakarta.
Soenarmo, S.H., (2009), Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian, Penerbit ITB Bandung
Suwargana, N. (2013). Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit Landsat, SPOT dan IKONOS (Vol. 1 Nomor 2, pp 167-74). Jakarta: Jurnal Ilmiah WIDYA
Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap