• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN SISWA YANG KURANG BERPRESTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN SISWA YANG KURANG BERPRESTASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN SISWA YANG KURANG BERPRESTASI

Amir1*, Hady AS2, A Jaya Alam3, Harfinah Faramitha4

1,2,3,4STKIP Muhammadiyah Barru, Indonesia

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa peran guru Bk dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa yang kurang prestasi. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sedangkan populasinya adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Tanete Riaja dengan jumlah sampelnya sebanyak 60 siswa responden. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data kuesioner/angket, observasi dan wawancara. Berdasarkan Hasil analisis persentase berdasarkan jawaban responden secara kolektif menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling memiliki peranan yang cukup baik dalam meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa yang kurang berprestasi di SMP Negeri 1 Tanete Riaja, karena guru selalu melaksanakan tugasnya dengan baik dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mengatasi setiap masalah yang dihadapi oleh siswa. Guru selalu membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa hal ini ditunjukkan oleh data bahwa dari 60 responden sebanyak 58 orang (96,67%), sering tidak ada (0%), kadang-kadang sebanyak 2 orang (3,33%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa sangat tinggi.

Kata Kunci: Peran Guru, kepercayaan diri, siswa

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang terarah menuju tercapainya pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 2 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bimbingan bidang pelayanan yang perlu dilaksanakan di dalam bidang pendidikan, kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling berlatar belakang pada beberapa aspek yaitu aspek psikologi sosiologi kultural dan pedagogis.

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

14

(2)

Di antara latar belakang psikologis, dalam proses pendidikan di sekolah siswa-siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristik perkembangannya.

Sebagai pribadi yang unik terdapat perbedaan individual antara siswa satu dengan siswa lainnya.

Disamping itu siswa sebagai pelajar mempunyai masalah-masalah psikologis yang menuntut adanya upaya pemecahan melalui layanan bimbingan dan konseling.

Salah satu masalah psikologis tersebut adalah kurangnya rasa kepercayaan diri siswa di sekolah, khususnya siswa yang kurang berprestasi. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian khusus dari seluruh tenaga pengajar yang ada di sekolahnya, khususnya guru bimbingan dan konseling, agar mereka dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan prestasinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Bimbingan seringkali diartikan secara salah dan kadang-kadang juga dirumuskan secara kurang tepat. Menurut Kusmintardjo, dalam materi diklat Manajemen Layanan Khusus di Sekolah (2007:5) “Salah satu sebabnya adalah bimbingan ini dimulai dengan pekerjaan Frank Parson, dimana ia hanya menekankan pada aspek vokasional saja”. Oleh karena itu, banyak anggapan bahwa seolah-olah pekerjaan bimbingan itu hanya berhubungan dengan hal yang berkenaan dengan usaha mencari pekerjaan dan menempatkan orang-orang dalam pekerjaan yang cocok dengan bakat dan kemampuannya.

Definisi yang diungkapkan oleh Jones dalam materi diklat Manajemen Layanan Khusus Sekolah (2007:7) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa “Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat”.

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti

“dengan” atau “bersama” yang dirangkai “menerima” atau “memahami”. Menurut Bimo Walgito dalam buku Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir) (2010:8) “Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.

Sedangkan menurut ASCA (American School Counselor Association) dalam buku Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (2008:8) mengemukakan bahwa:

“Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, perlu dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya”.

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

15

(3)

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan seperti lingkungan sekolah yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar peranan peserta didik di lingkungan yang baru itu.

Prayitno dan Erman Amti,(2004:255) menguraikan bahwa : Layanan orientasi adalan layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru datang ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta”; buta tentang arah yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan, dan buta tentang ini dan itu. Akibat dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dan tidak mencapai apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal lingkungan yang baru dimasukinya.

Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Menurut Prayitno dan Erman Amti dalam buku Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (2004:260) ada tiga alasan mengapa layanan informasi perlu diselenggarakan : Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya. Kedua, memungkinkan individu menentukan kemana arah hidupnya ‘kemana dia ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu. Ketiga, setiap individu adalah unik.

Keunikan itu akan membawa pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.

Layanan Bimbingan Penempatan dan Penyaluran: Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya penempatan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program khusus), sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. Prayitno dan Erman Amti dalam buku Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (2004:272) berpendapat bahwa : Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan, minat, serta hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

16

(4)

Layanan pembelajaran adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Menurut Alex Sobur dalam buku Psikologi Umum (2003:235) mengenai belajar, yaitu: Pada hakikatnya, belajar adalah suatu proses kejiwaan atau peristiwa pribadi yang terjadi didalam diri setiap individu. Proses belajar itu sendiri, apabila berjalan dengan baik, kelak akan memberi hasil, yang kita sebut “hasil belajar”. Hasil belajar itu tidak akan bisa kita capai jika dalam diri kita sendiri tidak terjadi proses belajar. Jadi, kita tidak usah heran apabila kita merasa tidak mencapai hasil apa-apa jika memang dalam diri kita tidak pernah terjadi proses belajar itu. Kalau proses itu berlangsung kurang mantap hasilnya pun tidak akan memuaskan.

Layanan Konseling Perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka secara individual dengan guru dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

Layanan Bimbingan Kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu terutama dari guru dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan tertentu.

Layanan Konseling Kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Larrabe dan Terres dalam buku Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (2004:307) meramalkan bahwa : Pada tahun 2004 Layanan Konseling kelompok mendominasi segenap upaya pelayanan bimbingan dan konseling. Pada waktu itu dunia dan masyarakat sudah sangat terbuka, lembaga-lembaga kemasyarakatan, sekolah, dan keluarga sudah sangat terbuka; arus informasi dan mobilitas penduduk semakin deras; segala macam kebutuhan semakin meningkat baik jenis maupun intensitasnya, hal itu semua mengakibatkan semakin banyak orang memerlukan bimbingan dan konseling yang tepat dalam waktu yang relatif cepat. Jawaban terhadap tantangan itu ialah konseling kelompok.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, atau dengan kata lain “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN:

2443-0870 17

(5)

memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling, (2005:87) “Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri”.

Menurut Hakim (2005:6) rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

Sedangkan Luxori (2004:4) menyatakan bahwa, percaya diri adalah hasil dari percampuran antara pikiran dan perasaan yang melahirkan perasaan rela terhadap diri sendiri. Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan selalu merasa baik, rela dengan kondisi dirinya, akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang berkualitas dalam berbagai bidang kehidupan, pekerjaan, kekeluargaan, dan kemasyarakatan, sehingga dengan sendirinya seseorang yang percaya diri akan selalu merasakan bahwa dirinya adalah sosok yang berguna dan memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan masyarakat lainnya dalam berbagai bidang. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang akan mendorongnya untuk menyelesaikan setiap aktivitas dengan baik.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran individu akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, meyakini adanya rasa percaya dalam dirinya, merasa puas terhadap dirinya baik yang bersifat batiniah maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya. Atau dengan kata lain, bahwa kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Prestasi dari bahasa Belanda “ Prestatie” dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi dalam literatur selalu di hubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne dalam buku Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

18

(6)

(2010:55) bahwa “Dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang”.

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Menurut Hasibuan dan Mujiono dalam buku Proses Belajar Mengajar (2006:5) bahwa :

“Prestasi adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seorang siswa”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah pencapaian seorang siswa terhadap materi yang telah diterima dengan hasil yang menyenangkan dan dapat disajikan dengan angka-angka setelah melalui serangkaian tes. Dari keseluruhan pendapat sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang dapat membawa perubahan bagi dirinya. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf.

Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik, dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar.

Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tanete Riaja yang berlokasi di Jl. Poros Ralla- Soppeng, Kabupaten Barru. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sedangkan populasinya adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Tanete Riaja dengan jumlah 601 siswa dan yang menjadi sampelnya sebanyak 60 siswa responden. Dalam

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

19

(7)

penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner/angket, observasi dan wawancara.adapun analisis datanya digunakan analisis deskriptif, artinya seluruh data yang sudah terkumpul diolah secara non- statistik untuk menggambarkan situasi hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBEHASAN

Rasa keperayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Hasil analisis persentase berdasarkan jawaban responden secara kolektif menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling memiliki peranan yang cukup baik dalam meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa yang kurang berprestasi di SMP Negeri 1 Tanete Riaja, karena guru selalu melaksanakan tugasnya dengan baik dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mengatasi setiap masalah yang dihadapi oleh siswa.

Guru selalu membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa hal ini ditunjukkan oleh data bahwa dari 60 responden sebanyak 58 orang (96,67%), sering tidak ada (0%), kadang- kadang sebanyak 2 orang (3,33%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa sangat tinggi. Hal itu sangatlah berperan dalam membantu siswa agar lebih percaya diri dan mampu meningkatkan prestasi, terutama dalam masalah pelajaran.

Guru selalu membimbing siswa di saat mendapat kesulitan belajar. Pemberian bimbingan bagi anak yang mengalami kesulitan belajar memang harus lebih daripada siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar terutama anak yang kurang berpretasi agar lebih percaya diri.

Sebanyak 44 orang (73,33%), sering sebanyak 14 orang (32,33%), kadang-kadang sebanyak 2 orang (3,34%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu membantu siswa dalam memahami pelajaran sekolah sebanyak 40 orang (66,67%), sering sebanyak 20 orang (33,33%), kadang-kadang tidak ada (0%) dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan koseling dalam hal ini guru selalu membantu siswa dalam memahami pelajaran sekolah berada dalam kategori tinggi. Peran bimbingan dan konseling dalam hal memahami pelajaran sekolah sangatlah penting terutama anak yang kurang berprestasi agar siswa tersebut memiliki rasa percaya diri sehingga mampu meningkatkan prestasi belajarnya.

Kerjasama guru dengan orang tua siswa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menangani masalah yang dihadapi siswa. Terutama siswa yang kurang berprestasi, kerja sama guru dan orang tua sangatlah diperlukan untuk membangkitkan rasa percaya dirinya agar mampu

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

20

(8)

meningkatkan prestasinya. Data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa dapat diperoleh dari orang tuanya. Dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu bekerja sama dengan orang tua menyelesaikan masalah siswa di sekolah sebanyak 12 orang (20%), sering sebanyak 14 orang (23,33%), kadang-kadang sebanyak 14 orang (23,33%), dan tidak pernah sebanyak 20 orang (33,34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru selalu bekerja sama dengan orang tua menyelesaikan masalah siswa sangat rendah.

Frekuensi tidak pernah lebih banyak disebabkan siswa jarang melakukan kesalahan di sekolah yang penyelesaiannya harus melibatkan orang tua tetapi hanya diselesaikan oleh guru kelas.

Selanjutnya yang mejadi acuan adalah sesering apa guru berkunjung ke rumah siswa, dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu berkunjung ke rumah dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa sebanyak 2 orang (3,33%), sering sebanyak 12 orang (20%), kadang- kadang sebanyak 28 orang (46,67%), dan tidak pernah sebanyak 18 orang (30%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru selalu berkunjung kerumah dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa sangat rendah. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan yang dihadapi siswa lebih sering diselesaikan di sekolah.

Perhatian guru terhadap perilaku siswa juga menjadi keharusan yang utama karena, dengan adanya perhatian tersebut siswa tidak akan merasa diabaikan. Dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu menasehati siswa ketika melakukan kesalahan sebanyak 40 orang (66,67%), sering sebanyak 18 orang (30%), kadang-kadang sebanyak 2 orang (3,33%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru menasehati siswa ketika melakukan kesalahan berada dalam kategori tinggi.

Bimbingan individu dilakukan bagai sebuah bentuk perhatian khusus kepada siswa.hal ini bertujuan untuk lebih dekat kepada siswa dan sekaligus membuat bimbingan yang dilakukan lebih terarah. Dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu memberikan bimbingan secara individu dalam menyelesaikan masalah siswa sebanyak 26 orang (43,33%), sering sebanyak 24 orang (40%), kadang-kadang sebanyak 10 orang (16,67%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru selalu memberikan bimbingan secara individu dalam menyelesaikan masalah siswa berada dalam kategori cukup baik.

Maksud dari pemberian bimbingan kelompok adalah agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya melalui dinamika kelompok. Dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu memberikan layanan bimbingan secara kelompok dikelas sebanyak 30 orang (50%), sering sebanyak 24 orang (40%), kadang-kadang sebanyak 6 orang (10%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

21

(9)

peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru memberikan layanan bimbingan secara kelompok di kelas berada dalam kategori cukup baik. Pelaksanaan bimbingan kelompok juga mengajarkan kepada siswa untuk belajar saling terbuka dan saling menerima.

Dari 60 orang siswa, siswa yang menjawab guru selalu memberikan bimbingan mengenai etika pergaulan sesama teman di sekolah sebanyak 28 orang (46,67%), sering sebanyak 24 orang (40%), kadang-kadang sebanyak 8 orang (13,33%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru selalu memberikan bimbingan mengenai etika pergaulan sesama teman di sekolah berada dalam kategori cukup baik. Pemberian pemahaman tentang etika pergaulan yang baik mengajarkan kepada siswa untuk bisa saling menghargai dan menghormati .

Berikutnya dari 60 orang siswa yang menjawab guru selalu memberikan motivasi pada siswa dalam kegiatan belajar mengajar sebanyak 44 orang (73,33%), sering sebanyak 10 orang (16,67%), kadang-kadang sebanyak 6 orang (10%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam hal ini guru selalu memberikan motivasi pada siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat tinggi.

Motivasi dari guru menjadikan siswa lebih bersemangat dan selalu memiliki rasa optimis dalam menjalani setiap aktivitasnya

Dari motivasi yang diberikan akan terlihat sejauhmana motivasi itu dikerjakan oleh siswa.

Dari 60 orang siswa yang menjawab selalu mendengarkan dan menjalankan nasehat guru sebanyak 52 orang (86,67%), sering sebanyak 2 orang (3,33%), kadang-kadang sebanyak 6 orang (10%) dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa sangat tinggi dengan mendengarkan dan menjalankan nasehat guru.

Salah satu tolak ukur tingkat kepercayaan diri siswa adalah sesering apa seorang siswa mengikuti kegiatan perlombaan antar sekolah. Dari 60 orang siswa yang menjawab selalu mengikuti perlombaan antar sekolah sebanyak 14 orang (23,33%), sering sebanyak 30 orang (50%), kadang-kadang sebanyak 12 orang (20%), dan tidak pernah sebanyak 4 orang (6,67%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan sering mengikuti perlombaan antar sekolah adalah cukup.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah sebuah media bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dan mengaktualisasikan psiko motoriknya. Dari 60 orang siswa yang menjawab selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (seperti : perkemahan, olahraga, kesenian) sebanyak 14 orang (23,33%), sering sebanyak 20 orang (33,33%), kadang-kadang sebanyak 22 orang (36,67%), dan tidak pernah sebanyak 4 orang (6,67%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

22

(10)

rasa kepercayaan diri siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (seperti : perkemahan, olahraga, kesenian) adalah rendah. Hal ini dimungkinkan karena mereka lebih fokus pada kegiatan belajar mengajar. Di samping itu kegiatan ekstrakurikler di sekolah dasar tidak sama dengan kegiatan ekstrkurikuler di sekolah lanjutan.

Kejujuran yang dimiliki seorang siswa merupakan gambaran kepribadian siswa tersebut.

Rasa hormat siswa dan kejujurannya mengindikasikan keberhasilan mendidik dari gurunya. Dari 60 orang siswa yang menjawab selalu menghormati dan jujur kepada guru sebanyak 52 orang (86,66%). Sering sebanyak 4 orang (6,67%), kadang-kadang sebanyak 4 orang (6,67%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan selalu menghormati dan jujur kepada guru sangat tinggi.

Perhatian dan ketekunan siswa dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya menunjukkan tingkat keperibadian siswa tersebut. Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa dari 60 orang siswa yang menjawab selalu memerhatikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sebanyak 52 orang (86,67%), sering sebanyak 8 orang (13,33%), tidak ada yang menjawab kadang-kadang (0%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan selalu memerhatikan tugas- tugas yang diberikan oleh guru sangat tinggi.

Salah satu bentuk kepercayaan diri dari seorang siswa adalah dari kebetahannya dalam mengikuti pelajaran di kelas sampai selesai. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa dari 60 orang siswa yang menjawab selalu mengikuti pelajaran di kelas sampai selesai sebanyak 52 orang (86,67%), sering sebanyak 6 orang (10%), tidak ada yang menjawab kadang-kadang (0%), dan tidak pernah sebanyak 2 orang (3,33%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan selalu mengikuti pelajaran di kelas sampai selesai sangat tinggi.

Demikian pula dengan kejujuran siswa dalam mengakui kesalahannya. Bahwa dari 60 orang siswa yang menjawab selalu mengakui kesalahan apabila bersalah sebanyak 20 orang (33,33%), sering sebanyak 34 orang (56,67%), kadang-kadang sebnyak 6 orang (10%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan sering mengakui kesalahan apabila bersalah adalah cukup.

Mengulangi kembali pelajaran dari sekolah akan lebih menambah pemahaman siswa tentang pelajaran yang diterimanya di sekolah. Dari 60 orang siswa yang menjawab selalu membaca kembali pelajaran setelah pulang dari sekolah sebanyak 36 orang (60%), sering sebanyak 14 orang (23,33%), kadang-kadang sebanyak 10 orang (16,67%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan selalu membaca kembali pelajaran setelah pulang dari sekolah adalah cukup.

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

23

(11)

Kedisiplinan siswa terutama dalam hal ketepatan waktu mencerminkan siswa tersebut memiliki kepercayaan diri yang baik. Dari 60 orang siswa yang menjawab selalu datang ke sekolah tepat waktu sebanyak 32 orang (53,33%), sering sebanyak 26 orang (43,33%), kadang-kadang sebanyak 2 orang (3,33%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernahang (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan selalu datang ke sekolah tepat waktu adalah cukup.

Tingkat kepercayaan diri siswa juga dapat diukur dari kecakapannya dan keinginannya bertanya kepada guru terhadap pelajaran yang sulit. Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa dari 60 orang siswa yang menjawab selalu bertanya kepada guru tentang pelajaran yang sulit sebanyak 38 orang (63,33%), sering sebanyak 20 orang (33,33%), kadang-kadang sebanyak 2 orang (3,33%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasa kepercayaan diri siswa dengan selalu bertanya kepada guru tentang pelajaan yang sulit adalah tinggi.

Dari wawancara dengan guru kelas di SMP Negeri 1 Tanete Riaja yang telah dikumpulkan, maka peneliti dapat menganalisa hasil wawancara tersebut dan menyimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa yang kurang berprestasi di SMP Negeri 1 Tanete Riaja Kabupaten Barru yaitu sebagai berikut: 1). Guru mengadakan penelitian terhadap peserta didik yang mengalami masalah mengenai latar belakangnya dengan maksud unttuk memperoleh pemahaman yang sebaik-baiknya tentang masalah atau kesulitan yang dihadapi sebenarnya sehingga dapat ditetapkan jenis bantuan apa yang dapat diberikan untuk menolongnya. 2). Guru melakukan wawancara atau intervieu dengan siswa yang dianggap kurang memiliki rasa kepercayaan diri. 3). Pada keadaan atau kondisi tertentu guru berkunjung ke rumah siswa untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif. 4). Orang tua sebagai orang terdekat siswa dilibatkan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis angket di dalam persentase yang telah dijawab oleh responden, maka dapat disimpulkan bahwa antara hasil wawancara dengan hasil angket terdapat sinkronisasi peranan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa yang kurang berprestasi di SMP Negeri 1 Tanete Riaja Kabupeten barru. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis persentase berdasarkan jawaban responden secara kolektif yaitu sebesar 57,17% yang selanjutnya akan dibaca dengan menggunakan pedoman penafsiran persentase.

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

24

(12)

Tabel 1. Analisis Persentase Berdasarkan Jawaban Responden

No Persen Keterangan

1 0% - 20% Sangat rendah

2 21% - 40% Rendah

3 41% - 60% Cukup

4 61% - 80% Tinggi

5 81% - 100% Sangat tinggi

Sumber Riduwan, (2010)

Maka, nilai dari hasil analisis persentase angket sebesar 57,17% ini berada pada rentang 41% - 60% sehingga secara kualitatif dinyatakan dalam kategori cukup. Dengan demikian, Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa yang Kurang Berprestasi di SMP Negeri 1 Tanete Riaja Kabupaten Barru cukup terlaksana dengan baik.

SIMPULAN

Dari data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis secara deskriptif maka dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa yang kurang berprestasi di SMP Negeri 1 Tanete Riaja adalah cukup. Ini dapat dibuktikan dari hasil analisa data secara kolektif yang menunjukkan nilai persentase sebesar 57,17 %. Adapun kegiatan yang dilakukan guru di SMP Negeri 1 Tanete Riaja sebagai bentuk pemberian layanan bimbingan dan konseling yang mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa diantaranya, membantu siswa dalam menyelesaikan masalah, membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran, memberikan motivasi kepada siswa dalam proses belajar, dan memberikan bimbingan dan pemahaman mengenai etika dalam pergaulan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur, 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung

Bimo Walgito, 2010. Bimbingan dan Konseling. (Studi dan Karir). Andi Offset Yogyakarta Dwi Lasitosari, 2007. Keefektifan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri

Siswa yang Tidak Naik Kelas. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Hasibuan, Moedjiono, 2006. Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

25

(13)

Kusmintardjo, 2007, Pendidikan Dan Pelatihan “Manajemen Layanan Khusus Sekolah. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Muhibbin Syah, 2009. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta Mustaqim, Abdul Wahib, 2003. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Prayitno, Erman Amti, 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta. Jakarta Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung

Stein Steven J, Book Howard E, 2002. Ledakan EQ ; 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Kaifa. Bandung

Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta Sukardi, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Sulaiman, Razak Daruma, 2008. Profesi Keguruan. FIP-UNM. Makassar

Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Remaja Rosdakarya. Bandung

Thantaway, 2005. Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta. Jakarta Yatim Riyanto, 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Prenada Media. Jakarta

Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 10 Nomor 1, Oktober 2023 ISSN: 2443-0870

26

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan konseling dalam peningkatan kualitas ibadah siswa di SMK Muhammadiyah

peranan layanan bimbingan konseling dengan prestasi belajar siswa. Apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi

Manajemen di dalam bimbingan dan konseling sangat penting dan memiliki peranan yang besar dalam membantu tercapainya tujuan bimbingan dan konseling disekolah. Manajemen merupakan

(2)apabila anggota belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh anggota lain, guru bimbingan dan konseling menyimpulkan menyimpulkan dari semua jawaban

Guru bimbingan dan konseling atau yang disebut konselor menurut Thantawy R (1995:27), adalah Tenaga kependidikan atau tenaga bimbingan di Sekolah LanjutanTingkat Pertama

Dalam membentuk kepribadian muslim peserta didik, sebagai muslim yang baik seorang guru bimbingan konseling memiliki peranan penting dalam lingkungan pendidikan

Konsep diri yang dimiliki oleh guru bimbingan konseling dalam menangani pelanggaran kedisiplinan pada siswa cukup baik, guru bimbingan konseling memiliki konsep yang diri yang berbeda

KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari deskripsi dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan ada beberapa strategi yang diberikan guru bimbingan dan konseling dalam