JUDUL Skripsi : PERAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN OBYEK PENTING POLDA RIAU DALAM MELINDUNGI OBYEK WISATA DARI TINDAKAN PIDANA PENCURI DI KOTA PEKANBARU. Berdasarkan pengertian tersebut maka skripsi ini merumuskan tiga rumusan masalah yaitu: pertama, bagaimana peran Direktorat Pengamanan Sarana Vital dalam melindungi tempat wisata dari tindak pidana pencurian di kota Pekanbaru. Kedua, apa saja faktor penghambat Direktorat Pengamanan Sarana Vital dalam melindungi tempat wisata dari tindak pidana pencurian di Kota Pekanbaru?
Ketiga, upaya apa yang dilakukan direktorat pengamanan objek vital untuk mengatasi kendala pengamanan tempat wisata dari tindak pidana pencurian di kota Pekanbaru? Kedua, faktor penghambat Direktorat Pengamanan Objek Vital dalam mengamankan tempat wisata dari tindak pidana pencurian di Kota Pekanbaru antara lain faktor SDM/kurangnya pegawai dan kurangnya peran serta masyarakat/pengelola objek wisata. Dari tabel di atas, terdapat beberapa tempat wisata vital di Kota Pekanbaru yang rawan terhadap tindak pidana pencurian.
Tingginya angka kriminalitas pencurian yang terjadi di tempat-tempat wisata vital disebabkan kurangnya pengamanan yang dilakukan Direktorat Pengamanan Objek Vital. Bagaimana peran Direktorat Pengamanan Objek Vital Kepolisian Daerah Riau (Polda Riau) dalam mengamankan tempat wisata dari tindak pidana pencurian di kota Pekanbaru. Apa saja faktor penghambat Direktorat Pengamanan Objek Vital Kepolisian Daerah Riau (Polda Riau) dalam pengamanan tempat wisata terhadap tindak pidana pencurian di kota Pekanbaru?
Upaya apa yang dilakukan Direktorat Pengamanan Objek Vital di Wilayah Riau (Polda Riau) untuk mengatasi kendala pengamanan tempat wisata dari tindak pidana pencurian di Kota Pekanbaru?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1) Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini merupakan sumbangsih dan sarana untuk mendorong rekan-rekan mahasiswa melakukan penelitian lebih lanjut terkait peran direktorat keamanan objek vital dalam keamanan tempat wisata di Kota Pekanbaru.
Teori Penegakan Hukum
Peraturan perundang-undangan merupakan serangkaian tata cara untuk menafsirkan nilai-nilai, gagasan, dan cita-cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan peraturan perundang-undangan. Secara konseptual hakikat dan pentingnya penegakan hukum terletak pada kegiatan harmonisasi hubungan antar nilai, yang dijabarkan dalam aturan-aturan yang stabil dan hubungan tindakan sebagai serangkaian tahap akhir penerjemahan nilai-nilai, demi terciptanya, terpeliharanya, dan terpeliharanya tatanan sosial yang damai. kehidupan. Secara umum terdapat dua jenis penegakan hukum di masyarakat, yaitu penegakan hukum preventif dan penegakan hukum represif.
Penegakan hukum preventif adalah penegakan hukum yang dilakukan sebelum terjadinya suatu tindak pidana atau pelanggaran, yang berarti mengutamakan pencegahan agar tidak terjadi suatu kejahatan atau pelanggaran. Sedangkan penegakan hukum represif adalah penegakan hukum yang dilakukan setelah terjadinya suatu tindak pidana atau pelanggaran. Penegakan hukum yang represif ini bertujuan untuk memulihkan keadaan sebelum terjadinya kejahatan atau pelanggaran.
Hukum modern menjadikan dirinya bersifat esoterik, yang begitu saja tidak dapat dimasuki dan dipahami oleh orang awam.10 Dalam hukum acara pidana sebagai landasan bagi terselenggaranya peradilan pidana yang adil dan manusiawi dalam suatu negara hukum yang baik, permasalahan penerapan hukum baik secara abstrak maupun abstrak. inconcreto merupakan permasalahan kekinian yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian masyarakat.11. Artinya peraturan perundang-undangan tidak jelas, tidak lengkap, sehingga akan sulit menemukan pedoman hukum dan peraturan dasar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. 11 BardaNawawiArif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Pemberantasan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hal.
Artinya budaya hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai dasar peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu apa yang dianggap baik (agar ditaati) dan apa yang dianggap buruk (agar dihindari). Secara spesifik, kegagalan proses penegakan hukum bersumber dari substansi peraturan perundang-undangan yang tidak adil, aparat penegak hukum yang korup dan selektif, serta rendahnya budaya masyarakat, serta lemahnya lembaga hukum yang independen dan berwibawa. Peran adalah konsep tentang apa yang dilakukan individu penting dalam masyarakat sebagai sebuah organisasi.
Menurut pandangan David Berry, peran dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat, sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peran yang saling berhubungan.16 Menurut Poerwadarminta, peran adalah “tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok”. dilakukan oleh orang-orang dalam suatu acara." 17 Waspada Pendapat di atas menyatakan bahwa peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan yang dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat. Maka dalam hal ini kepolisian sebagai lembaga penegak hukum harus memainkan peran yang mempunyai kedudukan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatannya, sedangkan peran yang dilakukan adalah peran yang ideal dan tepat. Peran yang tepat dari aparat penegak hukum tertentu telah dirumuskan dalam berbagai undang-undang, serta peran yang ideal.
Promosi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan. Melakukan penyidikan dan penyidikan terhadap segala tindak pidana sesuai dengan KUHAP dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan atau sekumpulan objek penelitian yang mempunyai ciri-ciri yang sama 25 Atau dapat diartikan sebagai sekelompok objek yang mempunyai persamaan dalam berbagai hal yang menjadi permasalahan dalam suatu penelitian, misalnya untuk apa yang dijadikan populasi dalam penelitian ini. . adalah. Sampel adalah sebagian atau sebagian dari populasi yang dapat mewakili keseluruhan objek penelitian untuk memudahkan peneliti dalam menentukan penelitian 26 Penulis menggunakan metode Sensus dan Purposive Sampling. Sensus menentukan sampel berdasarkan populasi yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan metode Purposive Sampling adalah penentuan sejumlah sampel yang mewakili populasi yang ada, yang kategori pengambilan sampelnya telah ditentukan oleh penulis sendiri.
Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan sampel dalam penelitian ini, lihat uraian tabel berikut. Data yang diperoleh langsung dari responden oleh penulis dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner yang diberikan oleh penulis mengenai permasalahan yang diteliti. Bahan hukum primer yaitu bahan yang berasal dari penelitian kepustakaan yang diperoleh dari undang-undang antara lain KUHP, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : Buat / 244 / IV / 2004 tentang Pengumpulan Pedoman Kegiatan Fungsi Samapta. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan penelitian yang timbul dari kepustakaan dan hasil penelitian para ahli sarjana berupa buku-buku yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut. Bahan Hukum Tersier, data yang penulis peroleh dari kamus ensiklopedia dan internet atau media cetak lainnya yang dapat menunjang kesempurnaan dalam penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Berdasarkan rumusan dan pembahasan masalah, teknik analisis data penulis dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang diungkapkan responden secara tertulis atau lisan dan perilaku sebenarnya. Langkah terakhir dalam analisis data dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari permasalahan yang bersifat umum ke permasalahan yang bersifat khusus.
Buku
Nawawi Arif, Barda, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Peradilan Pidana dalam Pemberantasan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Zainal Abidin, Andi, 1987, Hukum Pidana (Pokok-pokok Hukum Pidana dan Beberapa Penjelasan Tindak Pidana Khusus), Prapanca, Jakarta.
Kamus
Peraturan Perundang-Undangan
Wawancara