• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

PERSPEKTIF

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021

di Provinsi Sumatera Utara

The Role of the Civil Service Police Unit of North Sumatra Province in Enforcing Regional Regulation Number 1 of 2021

in North Sumatra Province

Binsar Limbong, Humaizi* & Hatta Ridho Magister Studi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara, Indonesia

Diterima: 09 Februari 2023; Direview: 23 Maret 2023; Disetujui: 05 April 2023 Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk menganalisis kedudukan, peranan dan hambatan yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan penegakan peraturan daerah No. 1 Tahun 2021 Tentang Penegakan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid- 19 di Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data-data didapatkan melalau data primer (hasil wawancara di lapangan dengan informan) dan data sekunder (literatur buku dan peraturan perundang-undangan). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021 Tentang Penegakan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pembina dan pengawas. Kedudukan ini memberikan wewenang kepada Satpol PP untuk melakukan sosialisasi terkait penerapan Protokol kesehatan dan memberikan sangsi kepada pelanggarnya. Peranannya sebagai perpanjangan tangan Gubernur Sumatera Utara untuk menjalankan instruksi Peraturan khususnya pada pasal 11-13. Faktor-faktor yang menjadi hambatan, antara lain penerapan sanksi yang lemah disebabkan adanya nilai-nilai kemanusiaan yang muncul dalam diri petugas serta tumpang tindih wewenang dengan penegak hukum lain dan secara tidak langsung mengaburkan peran Satpol PP yang tercantum dalam pasal 11-13.

Kata Kunci: Peranan; Satuan Polisi Pamong Praja; Penegakan Disiplin; Penegakan Hukum; Covid 19.

Abstract

The purpose of this study is: to analyze the position, role and obstacles faced by the Civil Service Police Unit in enforcing regional regulation no. 1 of 2021 concerning Enforcement of Discipline and Law Enforcement of Health Protocols in the Prevention and Control of Covid 19 in North Sumatra Province. The method used is descriptive with a qualitative approach. The data were obtained through primary data (results of field interviews with informants) and secondary data (literature, books and laws and regulations). The results of the study concluded that the position of the Civil Service Police Unit in Enforcing Regional Regulation No. 1 of 2021 concerning Enforcement of Discipline and Law Enforcement of Health Protocols in the Prevention and Control of Covid 19 in North Sumatra Province. This position authorizes Satpol PP to carry out outreach regarding the implementation of the health protocol and impose sanctions on violators. Its role is as an extension of the Governor of North Sumatra to carry out the instructions of the Regulations, especially in articles 11-13. Factors that become obstacles include the weak application of sanctions due to human values that emerge in officers and overlapping authorities with other law enforcers and indirectly obscuring the role of Satpol PP as stated in Articles 11-13.

Keywords: Role; Civil service police Unit; Enforcement of discipline; Law enforcement; Covid 19.

How to Cite: Limbong, B. Humaizi & Ridho, H. (2023). Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara, PERSPEKTIF, 12(2): 665-676,

*Corresponding author:

E-mail: humaizi@usu.ac.id ISSN 2085-0328 (Print)

ISSN 2684-9305(Online)

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu instansi yang sangat berperan dalam mendukung terciptanya prinsip pemerintahan yang baik di lingkungan Pemerintahan Daerah adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Angkasawati & Rinawati, 2020;

Saputra et al., 2022). Berkaitan dengan eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan hukum (represif), sebagai perangkat pemerintah daerah, kontribusi satuan Polisi Pamong Praja sangat diperlukan untuk mendukung suksesnya pelaksanaan Otonomi Daerah dalam penegakan Peraturan Daerah guna menciptakan pemerintahan yang baik. Dengan demikian aparat Satuan Polisi Pamong Praja sebagai garda terdepan dalam hal motivator dalam menjamin kepastian pelaksanaan peraturan daerah dan upaya menegakkannya ditengah-tengah masyarakat, sekaligus membantu kepala daerah dalam menindak segala bentuk penyelewengan dan penegakan hukum produk daerah (Wahyono, 2019).

Dalam melaksanakan tugas sebagai Penegak Peraturan daerah, tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih dalam melaksanakan kewenangan ini Polisi Pamong Praja dibatasi oleh kewenangan represif yang sifatnya non yustisia (Hasrul, 2019; Yeria, Fitrah, & Daud, 2020). Aparat Polisi Pamong Praja seringkali harus menghadapi berbagai kendala ketika harus berhadapan dengan masyarakat yang memiliki kepentingan tertentu dalam memperjuangkan kehidupannya, yang akhirnya bermuara pada munculnya konflik (bentrokan) (Suhendi, 2019).

Dalam menghadapi situasi seperti ini Polisi Pamong Praja harus dapat mengambil sikap yang tepat dan bijaksana, sesuai dengan paradigma baru Polisi Pamong Praja yaitu menjadi aparat yang ramah, humanis, bersahabat, dapat menciptakan nuansa kesejukan bagi masyarakat, namun tetap tegas dalam bertindak demi tegaknya peraturan yang berlaku (Rofiyanti, Arofah, Agustina, & Sukandi, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ilham (2020) menyatakan bahwa Peran yang dilakukan Satpol PP dalam menegakkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dilakukan melalui: peran deteksi dan cegah dini, pembinaan, penyuluhan, patroli, pengamanan, pengawalan, penertiban dan penanganan unjuk rasa serta kerusuhan

massa sudah terlaksana dalam artian bahwa peran-peran tersebut terlaksana, namun tidak maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi Satpol PP dalam menjalankan perannya masih memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun non fisik sehingga berpengaruh terhadap penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat (Ilham, 2020).

Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Subagiarta (2020) yang menyatakan bahwa dalam peraturan, Satuan Polisi Pamong Praja tidak bisa bertindak sepenuhnya dalam penegakan hukum peraturan kawasan jalur hijau di Kabupaten Klungkung. Hal ini karena Satuan Polisi Pamong Praja hanya memiliki fungsi pengendalian dan pembinaan, tetapi tidak untuk menindaklanjuti secara hukum. Kendala lainnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan peraturan yang berkaitan dengan daerah jalur hijau dan kurangnya personil yang melakukan kegiatan permukiman, pembinaan dan penertiban sehingga terkadang hasil yang diperoleh kurang maksimal (Subagiarta, 2020).

Penelitian di atas juga memiliki akar permasalahan yang sama dengan penelitian yang dilakukan Sepriyani & Rusli (2021) yang menyatakan bahwa dalam menjalankan perannya, Satuan Polisi Pamong Praja Kota mengalami hambatan seperti kekurangan personil Satpol PP dan juga sarana prasarana untuk menjalankan tugas di lapangan. Selain itu, hambatan yang dihadapi Satpol PP dalam menjalankan tugas di lapangan ialah masyarakat itu sendiri. Masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Sepriyani & Rusli, 2021).

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja di Provinsi Sumatera Utara khususnya dalam menjalankan tugasnya diatur di dalam Peraturan Gubernur No. 31 Tahun 2017 Tentang Tugas, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara (Peraturan Daerah (PERDA) Tentang Penegakan Disiplin Dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Provinsi Sumatera Utara, 2021).

Sehubungan dengan permasalahan yang timbul dalam penegakan peraturan daerah di Provinsi Sumatera Utara menunjuk aparat yang bertugas untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat dan penegakan peraturan daerah

(3)

dan keputusan kepala daerah adalah Satuan Polisi Pamong Praja. Polisi Pamong Praja Provsu dalam peranannya menjaga ketenteraman dan ketertiban umum sangatlah membantu, terutama yang berkaitan dengan pembinaan keamanan, penyuluhan, dan penggalangan masyarakat. Sikap Satpol PP dalam menghadapi masyarakat secara umum dapat mengambil sikap dengan tepat dan bijaksana, sehingga tercipta aparat yang ramah dan bersahabat namun tetap tegas dalam bertindak sesuai peraturan yang berlaku, sehingga dapat menciptakan pemerintah yang baik (Utoyo, Absi, & Sherly, 2021).

Pada bulan Februari tahun 2020 pandemi covid-19 masuk pertama kali di Indonesia di Pulau Jawa. Dengan belajar dari negara-negara lainnya di dunia yang sudah terlebih dahulu terkena dampak, pemerintah Indonesia langsung merumuskan peraturan guna untuk menanggulangi ancaman covid-19 yang cepat tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dari sabang sampai Merauke. Pemerintah pusat dalam hal ini diwakilkan kementerian kesehatan membuat sebuah peraturan yang tertuang di dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor

HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (Muhyiddin, 2020; Tawai et al., 2021).

Kemudian ada juga Presiden Republik Indonesia mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Pencegahan Hukum Protokol Kesehatan dalam pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Instruksi Presiden (INPRES) Tentang Peningkatan Disiplin Dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019, 2020). Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat ini disebarkan ke seluruh pemerintahan sub nasional di Indonesia.

Berlandaskan peraturan yang sudah dibuat dan diedarkan oleh pemerintah pusat, masing-masing pemerintah daerah selanjutnya merumuskannya ke dalam Peraturan Daerah guna mempercepat implementasi, yang pada tujuan akhirnya, masyarakat dapat terbebas dari penyebaran virus covid-19. Untuk provinsi Sumatera Utara sendiri dalam hal ini pemerintahan Sumatera Utara (Gubernur) dan DPRD Sumatera Utara merumuskan sebuah kebijakan publik yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021

tentang Penegakan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Provinsi Sumatera Utara.

Di Provinsi Sumatera Utara sendiri sampai saat ini pandemi Covid-19 sudah menyebar di seluruh Kabupaten/Kota.

Terdapat 33 Kabupaten/Kota yang terkena dampak pandemi Covid-19 (“Kabupaten Kota Yang Terdampak Covid-19,” 2020). Masing- masing Kabupaten/Kota menjalankan Peraturan Daerah yang dibuat berlandaskan peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

Dengan wilayah demografi yang berbeda-beda, kemudian jumlah penduduk yang berbeda juga, membuat peraturan daerah yang dibuat menjadi tidak terimplementasikan dengan maksimal.

Perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia dari bulan Mei ke bulan Juli tahun 2021 sangat mengkhawatirkan banyak pihak, secara khusus perkembangan di Provinsi Sumatera Utara yang dapat kita lihat bersama pada tabel di bawah ini, dari tabel 1.1 kita dapat melihat bagaimana perkembangan virus Covid- 19 di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Salah satu wilayah penyumbang terbesar pasien Covid-19 untuk Indonesia adalah kota Medan (Darmawan, 2022). Dalam hal ini Perda Nomor 1 Tahun 2021 tentang penanganan pandemi Covid-19 di wilayah daerah Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis bagaimana peranan Satpol PP Provinsi Sumatera Utara dalam penegakan Perda Nomor 1 Tahun 2021. Peranan Satpol PP Provinsi Sumatera Utara merupakan faktor penentu keberhasilan sebuah kebijakan yang telah disusun, karena peranan Satpol PP merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan yang dilakukan, sehingga dalam tahapan implementasi kebijakan perlu untuk disesuaikan dengan aturan kebijakan yang telah disusun sebelumnya (agenda setting).

Implementasi kebijakan adalah aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan , dalam hal ini peranan Satpol PP sebab proses kebijakan implementasi sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari perumusan kebijakan (Sulhan

& Sasongko, 2017).

Menurut Chandler dan Plano dalam Indiahono (2004), kebijakan publik adalah pemanfaatan strategis terhadap sumber- sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah. Chandler dan Plano beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan bentuk investasi yang

(4)

berkelanjutan oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan (Indiahono, 2004). Kemudian menurut Nugroho (2003) mendefinisikan kebijakan publik sebagai ilmu yang mempelajari tentang proses pembuatan keputusan atau proses memilih dan mengevaluasi informasi yang tersedia untuk memecahkan suatu masalah (Nugroho, 2003).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

untuk menganalisis kedudukan, peranan hambatan yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan penegakan peraturan daerah No. 1 Tahun 2021 di Provinsi Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nawawi, metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat (Nawawi, 1983).

Tahap awal metode deskriptif tidak lebih dari pada penemuan yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya. Selanjutnya pemikiran dikembangkan dengan memberi penafsiran yang memadai terhadap fakta-fakta yang ditemukan. Jadi metode deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan menyusun data, tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti data itu.

Sesuai dengan karakteristik data, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan (Moleong, 2018).

Penelitian kualitatif merupakan metode- metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell,

2015). Dengan demikian Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yang bertujuan menggambarkan peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2021 di Provinsi Sumatera Utara.

Informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive (bertujuan). Purposive adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2013).

Berdasarkan pendapat di atas, maka informan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Informan Kunci adalah orang yang terlibat secara langsung di Satuan Polisi Pamong Praja Provsu, yaitu Kepala Satpol PP Provsu, Sekretaris Satpol PP Provsu, Kabid Ketertiban umum dan Ketenteraman Masyarakat, Kabid Penegakan Peraturan dan Perundang-undangan, Kabid Perlindungan Masyarakat dan Staf ASN serta Non ASN Satpol PP Provsu.

2. Informan pangkal adalah orang-orang yang tidak terlibat secara langsung tetapi menguasai informasi mengenai Peran Satuan Polisi Pamong Praja Provsu yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Satgas Covid-19.

3. Informan Tambahan adalah orang-orang yang tidak terlibat secara langsung, namun mengetahui Peran Satuan Polisi Pamong Praja Provsu yaitu masyarakat di Provinsi Sumatera Utara. Dalam aspek ini masyarakat yang menjadi sasaran atau yang pernah berhadapan dengan Satpol PP Provsu.

Dari penyempurnaan penyusunannya, sangat diperlukan data-data yang lengkap sebagai perbandingan dan mampu mendukung serta melengkapi suatu analisa yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini antara lain dipergunakan data primer dan data sekunder.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Wawancara mendalam terhadap informan penelitian yang dipilih melalui purposive.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan semi terstruktur dan mendalam digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai Peran Satpol PP dalam penegakan Perda No. 1 Tahun 2021 di Provinsi Sumatera Utara.

2. Observasi lapangan, pengamatan yang

(5)

didasarkan pada topik penelitian dan realita di lapangan yang ditemukan mengenai Peran Satpol PP dalam penegakan Perda No.

1 Tahun 2021di Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan Data sekunder dilakukan dengan mengkaji studi literatur dan dokumentasi dari berbagai jurnal, buku, hasil penelitian dan media lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian. Menurut Arikunto (2006) metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006).

Materi penelitian yang dipergunakan bersumber dari data sekunder, yakni dengan melakukan pengumpulan referensi yang berkaitan dengan objek atau materi penelitian yang meliputi:

a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 16. Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja dan Peraturan Daerah Nomor. 1 Tahun 2021 tentang Penegakan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Provinsi Sumatera Utara;

b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti;

c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum dan kamus Bahasa Indonesia.

Analisa data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang berupa teks atau gambar. Pada dasarnya proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data dari berbagai sumber data. Peneliti membuat langkah- langkah pengolahan data dengan membuat kategori-kategori atas informasi yang diperoleh (Open Coding), memilih salah satu kategori dengan menempatkannya dalam satu model teoritis (axial Coding), lalu merangkai sebuat cerita dari hubungan antar kategori (selectiv coding) (Creswell, 2015).

Kegiatan analisis dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap yaitu penggelaran hasil observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian pemilihan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

selanjutnya menemukan elemen-elemen kontras Peran Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara dalam Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, bahwa dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, Satpol PP berwenang: a. Melakukan tindakan penertiban non yustisia terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada;

Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; c. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan / atau Perkada; d. Dan melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan / atau Perkada.

Berdasarkan ketentuan di atas diketahui bahwa di samping menegakkan Peraturan Daerah, Satpol PP juga dituntut untuk menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu Peraturan kepala daerah. Untuk mengoptimalkan kinerja Satpol PP, perlu dibangun kelembagaan Satpol PP yang mampu mendukung terwujudnya kondisi daerah yang tenteram, tertib, dan teratur. Penataan kelembagaan Satpol PP tidak hanya mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk di suatu daerah, tetapi juga beban tugas dan tanggung jawab yang diemban, budaya, sosiologi, serta risiko keselamatan Polisi Pamong Praja.

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai misi strategis dalam membantu Kepala Daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tenteram, tertib dan teratur sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tidak ada gangguan apa pun. Oleh karena itu, di samping menegakkan Peraturan Daerah, Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk menegakkan kebijakan Pemerintah Daerah lainnya yaitu

(6)

Peraturan Kepala Daerah. Azas legalitas sebagai aktualisasi supremasi hukum secara tegas dinyatakan dalam perincian wewenang Satuan Polisi Pamong Praja dalam menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Namun tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas tindakan preventif. Apabila terpaksa dilakukan tindakan represif yang terbatas hanya pada tindakan represif non yustisi karena Polisi Pamong Praja tidak memiliki kewenangan tindakan represif yustisi. Jika terjadi hal yang demikian, Polisi Pamong Praja menyampaikan tindakan lebih lanjut kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan atau Penyidik Polri.

Terkait kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja atau disingkat Satpol PP dalam pelaksanaan Perda No.1 Tahun 2021 tercantum dalam bab IV pasal 11 terkait pembinaan dan pengawasan. Dalam pasal tersebut diurai bahwa Satpol PP memiliki kedudukan sebagai perpanjangan tangan Gubernur Sumatera Utara untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan berjalannya protokol kesehatan.

Kewenangan inilah yang menjadi titik tolak Satpol PP untuk bekerja dalam memberi peringatan, memberi edukasi hingga menindak masyarakat yang melanggar protokol kesehatan yang telah diatur.

Ruang lingkup peraturan daerah ini adalah, meliputi : a. pelaksanaan; b. monitoring dan evaluasi; c. sanksi pelanggaran; d.

sosialisasi dan partisipasi; e. pendanaan.

Penegakan disiplin protokol kesehatan virus Covid-19 merupakan salah satu wujud untuk mengendalikan wabah virus Covid-19. Hal ini dilihat dari aspek keadaan yang masih belum bebas dari wabah virus, oleh karena itu Satuan Polisi Pamong Praja sebagai instansi yang memiliki peran untuk menyelenggarakan pelaksanaan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum. Dalam pelaksanaan penegakan disiplin protokol kesehatan virus Covid-19, yang merupakan salah satu tugas yang harus dijalankan oleh Satuan Polisi Pamong Praja. Sebagai bidang penegakan perundang-undangan di dalam Satuan Polisi Pamong Praja ada seksi penyelidikan dan penyidikan, dalam seksi ini melakukan tugas penyidikan dan penyelidikan terhadap segala bentuk pelanggaran peraturan daerah yang dilakukan oleh masyarakat,

aparatur, atau badan hukum dan tugas lainya yang diberikan oleh bidang penegakan perundang-undangan daerah. Dalam urusan penindakan perundang-undangan apalagi dalam urusan disiplin protokol kesehatan virus Covid-19 pada masyarakat.

Dalam bidang penegakan perundang- undangan Satuan Polisi Pamong Praja melaksanakan tata administrasi terhadap penindakan pelanggaran peraturan, bidang ini mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan teknis penyidikan penegakan perundang-undangan daerah, menyiapkan bahan fasilitasi penegakan perundang-undangan, menyiapkan bahan pemberdayaan mitra kerja Bidang Penegakan Perundang-undangan serta menyiapkan bahan koordinasi dan fasilitasi teknis kerja sama pembinaan dan penegakan perundang- undangan di daerah mengenai penegakan peraturan disiplin protokol kesehatan wabah Covid-19.

Penegakan hukum yang dikawal oleh aparat penegak hukum berupa sanksi kepada pelanggar kebijakan sangat penting untuk menekan penyebaran Covid-19. Selain itu, Perlu ada kebersamaan dan sinergitas semua pihak dalam upaya penegakan hukum ini.

Terlebih dalam seminggu terakhir telah dilakukan sosialisasi Perda No.1 Tahun 2021.

Satuan Tugas melalui Satpol PP juga telah membagikan puluhan ribu masker gratis bagi masyarakat di area publik. Hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah, tidak serta merta langsung menerapkan denda tapi diawali dengan sosialisasi yang humanis.

Pandangan tersebut dengan kata lain memberikan gambaran bahwa kedudukan Satpol PP terkait Perda No.1 Tahun 2021 adalah sebuah perwujudan dari perpanjangan tangan Gubernur untuk melakukan penertiban, pencegahan dan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat. Hal ini bukan semata- mata untuk kepentingan pribadi maupun institusi namun untuk kemaslahatan masyarakat Sumatera Utara yang rentan saat pandemi.

Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara

Penegakan hukum diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu

(7)

aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Hukum ditegakkan demi kepentingan masyarakat sehingga tercapainya masyarakat yang aman dan tenteram. Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 (1) Untuk menegakkan Perda dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman serta menyelenggarakan pelindungan masyarakat di setiap provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Satpol PP. (2) Pembentukan Satpol PP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Perda Provinsi dan Perda kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 menegaskan bahwa Satpol PP mempunyai tugas menegakkan Perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah termasuk penyelenggaraan perlindungan masyarakat.

Salah satu yang harus diketahui bahwa ketertiban dan ketenteraman yang dilaksanakan dewasa ini bertujuan untuk mencapai ketenteraman serta membina kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Termasuk di dalamnya pembentukan aparat pemerintah baik sebagai abdi negara maupun abdi masyarakat demi menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.

Untuk melaksanakan urusan ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat maka pemerintah daerah membentuk satuan polisi pamong praja. Pasal 255 ayat (1) UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan peraturan daerah, peraturan kepala daerah, menyelenggarakan ketertiban umum, dan ketenteraman, serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2021 tentang Penegakan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Penularan Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) di Provinsi Sumatera Utara dengan menyampaikan wajib mematuhi protokol kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat, keberadaan Satuan Polisi pamong Praja Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian satuan tugas Covid-19 memiliki peran yang cukup penting dalam mengawasi dan mengendalikan penyebaran virus Covid-19. Untuk mengawasi permasalahan ketidakteraturan aktivitas masyarakat, maka Satuan Polisi Pamong Praja bersama satuan gugus tugas Covid-19 berwenang untuk mengawasi aktivitas masyarakat bahkan memberikan tindakan sanksi sosial bagi masyarakat yang melanggar sesuai pada pasal 5 dalam Peraturan Daerah No.1 Tahun 2021 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penularan Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) di Provinsi Sumatera Utara.

Berkaitan dengan eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan hukum sebagai perangkat pemerintah daerah, kontribusi satuan Polisi Pamong Praja sangat diperlukan guna mendukung suksesnya pelaksanaan Otonomi Daerah dalam penegakan peraturan daerah menciptakan pemerintahan yang baik.

Dengan demikian aparat Polisi Pamong Praja merupakan garda terdepan dalam menjamin kepastian pelaksanaan Peraturan Daerah dan upaya menegakkannya di tengah -tengah masyarakat, sekaligus membantu dalam menindak segala bentuk penyelewengan dan penegakan hukum. Lingkup fungsi dan tugas Polisi Pamong Praja dalam pembinaan ketenteraman dan ketertiban umum pada dasarnya cukup luas, sehingga dituntut kesiapan aparat baik jumlah anggota, kualitas personil termasuk kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Polisi Pamong Praja sebagai lembaga dalam pemerintahan sipil harus tampil sebagai pamong masyarakat yang mampu menggalang dan dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan dan memelihara ketenteraman dan ketertiban sehingga dapat menciptakan iklim yang lebih kondusif di daerah.

Berkaitan dengan tugas dan fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja, maka mereka dituntut untuk memperbaiki dan menyelenggarakan berbagai sektor yang masih lemah dengan mempertahankan dan meningkatkan serta memelihara yang sudah mantap melalui suatu pola pembinaan yang

(8)

tepat dan lebih konkret bagi Satuan Polisi Pamong Praja, sehingga peranan Satuan Polisi Pamong Praja dapat lebih dirasakan manfaatnya di semua bidang termasuk pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan.

Adapun mengenai hal ini, maka Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan sebuah pengembangan atas program di dalam suatu manajemen untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, untuk itu di dalam melakukan suatu koordinasi harus berdasarkan prinsip ketaatan dan menjunjung tinggi asas peri kemanusiaan, keadilan dan juga kesamaan di muka hukum, Pemerintahan yang baik, keseimbangan, keselarasan, dan juga keserasian, ketertiban, serta asas kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan juga berbagai macam suatu pengetahuan serta teknologi. Mengenai hal tersebut, maka dalam melakukan penanggulangan masalah pandemi Covid-19 pada saat ini, menjadi suatu keharusan yang didasari pada prinsip-prinsip yang lebih praktis untuk tetap mengedepankan suatu percepatan dan juga ketepatan demi untuk penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.

Mengenai hal ini, adapun yang menjadi peran dan juga tugas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan penanggulangan atas risiko virus Covid-19 yang menyebarluas di wilayah Sumatera Utara, maka dilakukan dengan cara memberikan berbagai macam layanan kesehatan yang lebih baik dan juga Pemerintah Provinsi Sumatera Utara seperti selalu menjaga jarak saat bepergian dan juga selalu menggunakan masker. Disisi lain, adapun peran dan juga tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara langsung menurunkan para anggotanya ke lokasi di mana para korban yang terkena dan juga terpapar virus Covid-19 untuk dapat dilakukan evakuasi dalam memberikan layanan kesehatan kepada para korban yang terkena dan juga terpapar virus Covid-19.

Maka untuk itu di dalam penuturan yang tertera di atas, dilakukan suatu upaya untuk mengindikasikan terhadap peran dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan suatu tugasnya untuk bertindak yang sebagaimana yang seharusnya dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat yang

bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya. Untuk itu, dalam melaksanakan kegiatan dan upaya penanggulangan masalah Covid-19, diperlukan koordinasi dan juga kerja sama dari berbagai macam instansi yang ada di Provinsi Sumatera Utara seperti salah satunya berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam melakukan penetapan status darurat atas adanya suatu masalah.

Langkah-langkah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara selain melalui proses perencanaan dan pengorganisasian, dilanjutkan melalui proses pergerakan atau pengarahan. Penggerakan atau pengarahan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota regu berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan organisasi.

Pengendalian aktivitas masyarakat dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara dengan melaksanakan kegiatan patroli yang dilakukan secara rutin.

Patroli adalah kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang dilakukan oleh secara berkelompok dari 10 (sepuluh) orang atau lebih, menggunakan kendaraan roda empat (pick-up) ataupun truk dan juga langsung kelapangan dengan berjalan kaki masuk ke dalam wilayah yang tidak bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda empat.

Adapun tujuan melakukan patroli adalah untuk mengetahui sejauh mana pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan selama pandemi Covid-19 masih berlangsung untuk mengetahui kondisi aktivitas masyarakat.

Pantauan terhadap pengawasan dan pengendalian aktivitas dilakukan oleh tim patroli rutin Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara yang bertugas di Posko Satuan Tugas Covid-19 dan yang berpatroli. Kenyataan yang didapat di lapangan bahwa masyarakat masih banyak yang melanggar protokol kesehatan. Meskipun masih banyak yang melanggar protokol kesehatan, Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara bersama TNI/Polri serta dibantu instansi terkait lainya berusaha semaksimal mungkin untuk menegakkan protokol kesehatan dengan cara memberikan sosialisasi, edukasi dan penyuluhan tentang

(9)

bahaya virus Covid-19 serta pola hidup sehat guna memutus mata rantai Covid-19.

Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Yang Dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara

Mengingat besarnya peranan dari Satpol PP, seharusnya para kepala daerah benar- benar memaksimalkan fungsi Satpol PP di lapangan, bukan malah membiarkan para Pamong Praja tersebut bekerja tanpa tujuan yang jelas atau hanya menjadi pelengkap struktural dari SOTK di masing-masing pemerintah Provinsi semata. Ditambah lagi anggaran dan peningkatan kapasitas serta kualitas SDM yang sangat minim sehingga menjadi penghambat peran dan fungsi Satpol PP.

Persoalan yang tampak jelas terjadi, banyak Peraturan Daerah yang mandul dan dibiarkan menjadi macan kertas saja oleh Pemerintah Daerah, sebagai contoh dalam penegakan Perda Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Perda Air Permukaan Umum (APU), Perda IMB, Perda penanganan sampah, Perda kawasan larangan rokok, Perda larangan PKL di areal publik atau fasilitas umum, Perda penertiban parkir, serta peraturan atau keputusan kepala daerah lainnya. Padahal penegakan Perda tersebut adalah indikator utama dari janji/komitmen dan kualitas percepatan pembangunan serta pelayanan publik pemerintah di daerah lebih khusus para kepala daerah.

Belum lagi, berbicara kapasitas, kuantitas, kualitas dan profesionalitas petugas atau SDM Pamong Praja yang direkrut oleh pemerintah daerah, idealnya mampu mengemban tugas maha berat untuk benar- benar berani dan tegas mengambil tindakan juga dituntut humanis. Tapi lagi-lagi, terkadang

"tersandera" atau tidak berdaya dengan kebijakan instansi lainnya, ditambah terbatasnya jumlah PPNS selaku Pejabat yang berwenang mengusut dan menyelidiki telah terjadinya pelanggaran Perda. Mengingat beberapa kebijakan dan rekomendasi penertiban juga diperlukan dari instansi yang berkaitan serta penyidik dari ASN.

Masalah lainnya berupa dugaan bekerja tanpa mengindahkan Standar Operational Procedure (SOP) sehingga dalam melakukan penertiban juga masih tidak sesuai SOP. Hal ini juga menjadi faktor penghambat terciptanya

ketertiban umum, kenyamanan dan proses tegaknya satu Peraturan Daerah. Persoalan lain juga terkait dukungan anggaran yang rata – rata jauh dari kesan proporsional atau layak.

Akibatnya sebagian petugas Polisi Pamong Praja menjadi ogah-ogahan, tak bisa maksimal patroli, terlibat pungli atau bahkan terjun dalam sikap yang tak patut mengingat rendahnya gaji dan kesejahteraan yang diberikan. Akhirnya Aparat Satuan Polisi Pamong Praja saat melaksanakan investigasi di lapangan menjadi terhambat dan lambat, yang berujung persoalan kota semakin berkarat.

Mengingat pekerjaan rumah terberat adalah membangun mental masyarakat yang terkadang masih enggan berubah dan taat dengan aturan yang telah dibuat.

Faktor penyebab lain yang cukup menentukan yakni belum adanya pemahaman yang sejalan dan seirama oleh sejumlah kepala daerah akan tujuan bisnis Satpol PP itu sendiri.

Sehingga, perannya yang cukup besar khususnya dalam percepatan pelayanan publik tidak dirasakan langsung oleh publik, malah di sebagian kabupaten/kota opini yang berkembang perihal Satpol PP menjadi salah kaprah atau disalahgunakan seperti hanya sebagai penjaga malam pos di masing-masing instansi dan kediaman rumah dari pejabat daerah saja, atau yang lebih miris, hanya mengatur parkir di sejumlah kantor-kantor pemerintah daerah.

Belum lagi ketika berbicara tentang pelatihan induksi di internal Satpol PP.

Pemahaman materi dasar atau fundamental seperti berkaitan HAM, pelatihan komunikasi persuasif, teknik negosiasi, pendekatan berbasis keadilan serta kemampuan melakukan rekayasa sosial dan kultur hukum secara positif menjadi tantangan yang cukup berat bagi para Satpol PP.

Terkait hambatan dalam pelaksanaan Perda No. 1 Tahun 2021, adanya suatu persoalan terhadap suatu realisasi Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Daerah, maka dapat mencuatnya suatu penanganan di dalam menanggulangi Covid-19. Adapun mengenai suatu kegamangan yang terjadi untuk menjawab berbagai macam persoalan dan menjadi kewenangan dalam menindak lanjuti upaya pencegahan dan penyebaran Covid-19.

Dalam mengurusi urusan kesehatan terkait upaya menjalankan kewenangan desentralisasi, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menyusun suatu kebijakan yang sepihak, namun kewenangan

(10)

dalam hal penanganan pencegahan dan penyebaran Covid 19 tersebut diambil alih langsung oleh Pemerintah Pusat.

Maka terjadi upaya tarik menarik kewenangan dari Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang dalam hal ini sudah terlebih dahulu melakukan pengambilan langkah-langkah dalam melakukan upaya untuk mengantisipasi penanganan Covid-19, sehingga Pemerintah Daerah membentuk suatu kebijakan lockdown lokal yang diumumkan oleh Team Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Sumatera Utara sejak bulan Maret hingga bulan April Tahun 2020, yaitu dengan cara melakukan berbagai macam pemeriksaan secara ketat untuk masuk dan keluar wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Dengan demikian, suatu persoalan yang ditimbulkan tentang bagaimana cara melakukan pengaturan atas kewenangan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam urusan penanganan pandemi Covid-19, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam persoalan di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini sudah siap dan tanggap untuk melakukan suatu kebijakan yang akurat. Berdasarkan kewenangan Satpol PP untuk melaksanakan tugas pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum tidak saja berpijak pada Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002, tetapi juga amanat dari Pasal 12 ayat (1) huruf e, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada pokoknya menyebutkan bahwa urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar diantaranya meliputi ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat.

Dari ketentuan-ketentuan di atas sejatinya ada beberapa tugas pokok Polri yang diselenggarakan oleh Satpol PP, sekalipun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 ditegaskan bahwa tugas Satpol PP

diantaranya adalah menegakkan Perda dan Perkada. Terbitnya PP No 16 Tahun 2018 yang diharapkan menjadi pedoman bagi aparat Satpol PP dalam melaksanakan kewenangannya, ternyata dalam praktiknya masih belum mampu mencegah terjadinya tarik menarik kewenangan dalam pelaksanaan fungsi kepolisian antara aparat Satpol PP dan aparat Polri. Akibatnya sering dijumpai aparat Satpol PP yang melakukan tugas penertiban yang sejatinya merupakan wewenang dari Polri, demikian juga sebaliknya. Namun untuk menyiasati hal tersebut, tidak jarang antara Satpol PP dengan aparat Polri melakukan operasi bersama terkait penyakit masyarakat, seperti penertiban tempat kos, operasi minuman keras, pengamanan aksi unjuk rasa di instansi pemerintahan daerah.

Hambatan lain yang juga tidak kalah urgen adalah terkait sanksi yang diberikan untuk pelanggar protokol kesehatan.

Berdasarkan pasal 12 dinyatakan bahwa Sanksi administratif yang dikenakan terhadap pelanggar protokol kesehatan yang lain:

a. bagi perseorangan 1) Teguran lisan, 2) Teguran tertulis 3) Kerja sosial, dan

4) Denda berupa uang sebesar Rp 100.000 b. bagi pelaku usaha,

1) Teguran lisan, 2) Teguran tertulis,

3) Pencabutan izin usaha dan

4) Denda administratif sebesar Rp.

50.000.000,00

Fakta di lapangan tidak sejalan dengan kondisi yang diatur dalam undang-undang.

Pandangan di atas memberikan gambaran bahwa penegakan sanksi kepada pelaku pelanggaran protokol kesehatan sulit untuk dilakukan, beragam pertimbangan petugas dan rasa empati masih menjadi aspek yang dikedepankan. Namun tuduhan negatif kepada Satpol PP tetap saja menjadi image yang sulit dihilangkan.

SIMPULAN

Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021 Di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pembina dan pengawas.

Kedudukan ini memberikan wewenang kepada Satpol PP untuk melakukan sosialisasi terkait penerapan Protokol kesehatan dan memberikan sangsi kepada pelanggarnya

Peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No.

1 Tahun 2021 di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai perpanjangan tangan Gubernur Sumatera Utara untuk menjalankan instruksi Peraturan khususnya pada pasal 11-13. Faktor- faktor yang menjadi hambatan yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2021 di Provinsi Sumatera Utara antara lain

(11)

penerapan sanksi yang lemah disebabkan adanya nilai-nilai kemanusiaan yang muncul dalam diri petugas serta tumpang tindih wewenang dengan penegak hukum lain dan secara tidak langsung mengaburkan peran Satpol PP yang tercantum dalam pasal 11-13.

DAFTAR PUSTAKA

Angkasawati, & Rinawati. (2020). Peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pembinaan Kenakalan Remaja/Pelajar di Kabupaten Tulungagung. Publiciana: Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, 13(2).

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmawan, A. D. (2022, October 12). Jumlah Konfirmasi Positif Covid-19 Mingguan di Kota Medan Menjadi yang Terbanyak di Sumatera Utara. Retrieved March 26, 2023, from databoks.katadata.co.id website:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish /2022/10/12/jumlah-konfirmasi-positif- covid-19-mingguan-di-kota-medan-menjadi- yang-terbanyak-di-sumatera-utara-senin- 10-oktober-2022

Hasrul, M. (2019). Eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja Sebagai Penegak Hukum Peraturan Daerah. Amanna Gappa, 17(1).

Ilham, M. E. (2020). Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penyelenggaraan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Di Kabupaten Berau. E-Journal Ilmu Pemerintahan, 8(1).

Indiahono, D. (2004). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta: Gava Media.

Instruksi Presiden (INPRES) tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019., Pub. L. No. 6, peraturan.bpk.go.id (2020).

Indonesia: jdih.setneg.go.id: 9 hlm.

Kabupaten Kota yang Terdampak Covid-19. (2020, April 5). Retrieved March 26, 2023, from http://disbudpar.sumutprov.go.id/ website:

http://disbudpar.sumutprov.go.id/berita/20 20/04/05/kabupaten-kota-yang-terdampak- covid-19/

Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhyiddin. (2020). Covid-19, New Normal, dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia.

Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning,

4(2), 240–252.

https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.118

Nawawi, H. (1983). Metode Penelitian Deskriptif.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nugroho, R. (2003). Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Peraturan Daerah (PERDA) tentang Penegakan Disiplin Dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Provinsi Sumatera Utara., Pub.

L. No. 1, peraturan.bpk.go.id (2021).

Indonesia: LD.2021/No.1.

Rofiyanti, E., Arofah, E., Agustina, D., & Sukandi.

(2021). Analysis Of the Effectiveness Of Work Planning In Improving The Performance Of Civil Servise Police Unit/ Satpol PP. Ilomata International Journal of Social Science, 2(3), 181–189.

https://doi.org/10.52728/ijss.v2i3.294 Saputra, B. E., Hafiz, A., Rasyad, A., Murdi, L., Hadi, M.

S., & Triyanto, M. (2022). Peran Polisi Pamong Praja dalam Menangani Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2000-2020. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 11(1), 39–53.

https://doi.org/10.36706/jc.v11i1.14897 Sepriyani, A., & Rusli, Z. (2021). Peran Satuan Polisi

Pamong Praja Sebagai Tim Satuan Tugas Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Kota Pekanbaru. Jurnal JISIPOL, 5(3), 71–89.

Subagiarta, I. K. (2020). Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penegakan Kawasan Jalur Hijau di Kabupaten Klungkung. Jurnal Konstruksi

Hukum, 1(2), 393–398.

https://doi.org/10.22225/jkh.2.1.2540.393- 398

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhendi, D. (2019). Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penyelenggaraan Ketenteraman Dan Ketertiban Umum (Studi Terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur Ketenteraman Dan Ketertiban Umum Di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat).

Jurnal Tatapamong, 1(1), 35–47.

https://doi.org/10.33701/jurnaltatapamong .v1i1.1145

Sulhan, M., & Sasongko, T. (2017). Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Melalui Kartu Penjamin Sosial Dan Kartu Indonesia Pintar Pada Masyarakat (Studi Kasus Di Kelurahan Kauman Kota Malang). Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

(JISIP), 6(1).

https://doi.org/10.33366/JISIP.V6I1.365 Tawai, A., Suharyanto, A., Putranto, T. D., de Guzman,

B. M., & Prastowo, A. A. (2021). Indonesian covid-19 issue on media: review on spiral of

(12)

silence application theory. Jurnal Studi Komunikasi, 5(2), 286-301.

Utoyo, M., Absi, W. Z., & Sherly, G. (2021). Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penegakan Protokol Kesehatan Covid-19. Disiplin: Jurnal Ilmu Hukum, 27(2), 98–109.

https://doi.org/10.5281/zenodo.4979067 Wahyono, S. (2019). Perspektif Hukum Atas Peran

Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penegakan

Peraturan Daerah Dan Peraturan Kepala Daerah. Jurnal Yustitia, 20(2).

Yeria, D., Fitrah, N., & Daud, Y. (2020). Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Dalam Penegakan Peraturan Daerah Di Kabupaten Mamasa. Journal Peqguruang:

Conference Series, 2(2).

https://doi.org/10.35329/jp.v2i2.1163

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian Kualitatif Empiris dengan subjek Penelitian yaitu gugus tugas penanganan Covid-19, Satpol PP, Pemerintah Kabupaten Seluma serta

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis membatasi masalah untuk diteliti hanya pada Peran Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL-PP) Kota