• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Film Dokumenter Es Selendang Mayang sebagai Jajanan Kuliner Betawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Perancangan Film Dokumenter Es Selendang Mayang sebagai Jajanan Kuliner Betawi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER ES SELENDANG MAYANG SEBAGAI JAJANAN KULINER BETAWI

Irae Fiqi Risnanda1), Ahmad Faiz Muntazori*2), Ahmad Alberd3)

1,2,3 Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI

*Penulis korespondensi: faiz.muntazori@gmail.com, Jakarta, Indonesia

Abstrak. Es Selendang Mayang merupakan minuman khas Betawi yang menyegarkan. Di kalangan masyarakat Betawi minuman ini biasanya disajikan pada saat acara tertentu, seperti acara lebaran dan acara keluarga lainnya. Namun seiring perkembangan saat ini, es selendang mayang mulai tenggelam dan sudah jarang ditemui, karena banyak yang menganggap minuman ini merupakan minuman lawas atau kuno dan sudah jarang ditemukan pedaang yang menjual jajanan ini.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang film dokumenter tentang jajanan khas Betawi berjudul Es Selendang Mayang agar jajanan ini dapat diperkenalkan kembali sekaligus melestarikan jajanan tersebut. Hasil yang dicapai dari film dokumenter ini adalah sebagai media tontonan yang menarik dengan maksud dan tujuan untuk memperkenalkan kuliner atau jajanan khas Betawi es selendang mayang kepada masyarakat. Dengan dibuatnya perancangan film dokumenter ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat bahwa jajanan zaman dulu harus dilestarikan kembali serta diperkenalkan kepada anak cucunya agar tidak terlupakan, sehingga bisa tetap eksis bersaing dengan jajanan kekinian yang sedang ramai disukai di era sekarang ini.

Kata Kunci: Kuliner Betawi, Es Selendang Mayang, Film Dokumenter, Jajanan Jakarta

Abstract. Selendang Mayang is a refreshing drink from Betawi. Among the Betawi people, this drink is usually served during certain events, such as Eid events and other family events. However, along with current developments, selendang mayang has been rarely found, because many consider this drink to be an old or ancient drink and it is rare to find vendors selling this treat. This study aims to design a documentary film about a typical Betawi street food entitled Es Selendang Mayang so that this treat can be reintroduced while preserving the culture. The result achieved from this documentary film is as an interesting viewing medium with the intent and purpose of introducing Betawi culinary or snacks, es selendang mayang, to the public. By making the design of this documentary film, it is hoped that it will be able to provide clear and easy-to-understand information to the public that old snacks must be preserved and introduced to their children and grandchildren so that they can still exist to compete with contemporary snacks that are popular in today's era.

Keywords: Betawi Culinary, Es Selendang Mayang, Documentary Film, Jakarta Street Food

(2)

Pendahuluan

Es Selendang Mayang merupakan minuman tradisional Betawi yang menyegarkan. Di kalangan masyarakat Betawi minuman ini biasanya disajikan pada saat acara tertentu, seperti acara lebaran dan acara keluarga lainnya (Hubeis, 2019). Berdasarkan wawancara terhadap budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, Es Selendang Mayang ini dinamai dari cerita rakyat si Jampang Mayang Sari. Nama Mayang diartikan sebagai sesuatu yang cantik dan indah. Mayang Sari adalah tokoh yang terkenal akan kecantikannya. Ia mengatakan, jika diperhatikan minuman selendang mayang itu maka akan terpancar keindahan layaknya Mayang Sari.

Es Selendang Mayang terbuat dari adonan agar-agar yang terbuat dari sagu aren atau biasanya juga dibuat dari tepung tapioka dan tepung hunkwe yang diberi warna hijau dari daun suji yang harum, ada juga yang berwarna merah muda yang dicetak dalam loyang besar seperti tampah (Erwin, 2008). Warna itu yang membangkitkan selera orang untuk menikmati sajian ini (Wijaya, 2020). Namun seiring perkembangan saat ini, es selendang mayang mulai tenggelam dan sudah jarang ditemui, karena banyak yang menganggap minuman ini merupakan minuman lawas atau kuno (Teviningrum, dkk., 2016).

Meskipun dianggap lawas atau kuno, jajanan khas Betawi tersebut masih banyak dijajakan walaupun jumlah penjualnya sudah mulai berkurang. Umumnya para pedagang es ini menggunakan pikulan, yang berjualan keliling di sekitar pemukiman penduduk atau di pasar tradisional (Bagaskara, 2021). Dalam wawancara dengan salah satu pedagang yang masih bertahan berjualan di Kawasan Setu Babakan yaitu bang Hafidh, beliau menceritakan keluh kesahnya berjualan sambil melestarikan jajanan khas Betawi agar tidak terlupakan. Beliau adalah generasi kedua setelah orang tuanya yang berjualan sekitar tahun 1960an dan dilanjutkan oleh bang Hafidh yang sudah berjualan sekitar 13 tahun menjajakan Es Selendang Mayang. Dari yang menjajakan keliling kampung dan mangkal dikawasan setu babakan dengan pikulan hingga yang modern saat ini keliling berjualan menggunakan motor listrik pemberian dari BUMN PLN yang berkerja sama dengan UMKM atau pedagang seperti bang Hafidh.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk merancang film dokumenter tentang jajanan khas Betawi berjudul Es Selendang Mayang. Permasalahan saat ini es selendang mayang sudah sangat sulit ditemukan, bahkan bisa dikatakan hampir dilupakan oleh masyarakat. Perancangan film dokumenter ini diharapkan dapat memperkenalkan kembali jajanan khas Betawi es selendang mayang kepada masyarakat sekaligus melestarikan jajanan tersebut.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui studi literatur, observasi, dan wawancara. Studi literatur disini ialah menelusuri dan mengumpulkan data - data dari berbagai tulisan seperti jurnal, artikel dan buku yang membahas tentang es selendang mayang. Dari beberapa sumber literatur tersebut, peneliti mendapatkan informasi yang berkaitan dengan es selendang mayang. Kemudian peneliti melakukan observasi ke beberapa wilayah di sekitar JABODETABEK untuk mencari keberadaan penjual Es Selendang Mayang. Peneliti melakukan wawancara terhadap pedagang es selendang mayang yaitu bang Hafidh yang asli berasal dari Jakarta yang setia menjajakan sekaligus melestarikan jajanan khas Betawi yaitu Es Selendang Mayang. Tujuan dari wawancara tersebut adalah mencari informasi terkait penjualan dan keberadaan Es Selendang Mayang saat ini.

Peneliti melakukan perancangan sebuah media berupa Film Dokumenter untuk memberikan daya tarik kembali kepada masyarakat melalui media tontonan yang menarik.

Terutama pada generasi milenial yang dimana mereka banyak yang tidak tahu apa itu es

(3)

selendang mayang karena zaman sekarang ini lebih banyak jajanan atau minuman yang bernuansa modern yang jika tidak dilakukan tindakan bisa menyebabkan jajanan tradisional bisa terpinggirkan. Dalam penelitian ini peneliti juga merancang media pendukung sebagai platform untuk menyebarkan atau menginformasikan media tersebut melalui poster, youtube, Instagram dan tiktok. Dengan dibuatnya perancangan film dokumenter ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat bahwa jajanan zaman dulu harus dilestarikan kembali serta diperkenalkan kepada anak cucunya agar tidak terlupakan, sehingga bisa tetap eksis bersaing dengan jajanan kekinian yang sedang ramai disukai di era sekarang ini.

Metode Perancangan

Konsep Media

Film Dokumenter adalah sebuah garapan film yang berisikan kejadian-kejadian sebenarnya atau tidak fiktif dan dipresentasikan lagi dangan menarik secara objektif yang mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan argumentasi (Rikarno, 2015). Analisis Khalayak kemudian dilakukan untuk mengetahui dan menentukan target sasaran sesuai dengan keinginan yang sudah ditentukan. Analisis Khalayak dilakukan semata – mata untuk meyakinkan khalayak bahwa media yang ditampilkan akan sesuai dengan kebutuhan segmentasi, targeting dan positioning (Muslimin, 2020).

Target utama dalam perancangan film documenter yang memperkenalkan minuman khas Betawi ini ditujukan pada rentang usia anak-anak dan remaja. Karena dari hasil survei wawancara secara langsung, rata -rata pada usia tersebut banyak yang tidak mengetahui bahwa ada jajanan lawas atau kuno dengan rasa nikmat, segar dan mengenyangkan. Judul Film Dokumenter yang akan dibuat adalah “Es Selendang Mayang” untuk langsung fokus terhadap objek yang akan dimunculkan dalam film. Film ini akan ditayangkan dalam ukuran frame size 16:9, resolusi video 1920 x 1080 px dan dengan format output video HD/FHD.

Film dimulai dengan scene dari beberapa video di sekitaran setu babakan dan beberapa makanan khas Betawi sebagai opening sebelum masuk ke opening title, kemudian muncul scene opening title Es Selendang Mayang dengan tampilan FO Tapal Kuda Lenteng Agung. Pada scene selanjutnya adalah wawancara dan tertimoni dari beberapa masyarakat tentang Es Selendang Mayang. Selanjutnya menampilkan scene budayawan Betawi yaitu Yahya Andi Saputra yang menjelaskan asal-usul dan sejarah dari jajanan khas Betawi Es Selendang Mayang, scene selanjutnya yaitu menampilkan wawancara pedagang Es Selendang Mayang yang bernama bang Hafidh dengan konteks yang berkaitan dengan keadaan, perkembangan dan harapan dari jajanan khas Betawi Es Selendang Mayang untuk ke depannya, scene terakhir adalah scene penutup yaitu credit title.

Konsep Perancangan

Film dokumenter bertujuan untuk menyebarkan informasi melalui rekaman video aau gambar. Adapun Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada film dokumenter ini adalah Mid Shot, Close Up, Top Angle, Low Angle, Over Shoulder, Full Shoot dan Low Shoot. Peralatan yang digunakan antara lain adalah kamera Nikon D5100 dengan lensa sigma 18-200mm untuk beberapa shoot wawancara masyarakat dan narasumber, kamera canon EOS 250D dengan lensa kit 18-55mm untuk shoot beberapa footage tambahan, drone dji mavic mini untuk shoot footage opening title, dan 1 buah tripod sebagai stand kamera saat shoot.

(4)

Skema Warna

Warna dapat didefinisikan sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis dari pengalaman indra penglihatan. Warna menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena warna membangkitkan perasaan yang spontan kepada orang yang melihatnya (Monica & Luzar, 2011). Dalam perancangan film dokumenter ini terdapat kombinasi 3 warna yang diambil dari warna adonan Selendang Mayang serta warna putih dan hitam sebagai backround yang kemudian keseluruhan diberi effect untuk memberikan tampilan menarik pada video. Skema warna dalam film es selendang mayang ini ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Skema warna film es selendang mayang

Pemilihan Huruf

Peran huruf adalah sebagai pengantar komunikasi dari ide kepada audien atau pembaca.

Unsur-unsur tipografi dapat kita temukan dalam koran, majalah, poster, brosur, dsb. Tipografi tidak dapat dispisahkan dalam membuat desain yang dapat memudahkan pembaca dalam membaca maksud serta ide yang ingin disampaikan (Valentino, 2019). Font yang digunakan untuk penyampaian informasi dalam film ini adalah font Franklin Gothic Medium yang merupakan font sans serif yaitu font yang tidak memiliki ekor pada setiap ujung hurufnya.

Contoh font dan penggunaannya dalam film ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Font Franklin Gothic Medium dan penggunaannya dalam film

Storyboard

Storyboard adalah suatu rangkaian sketsa gambar yang digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan alur atau jalan cerita. Fungsi dari storyboard adalah mempermudah proses produksi dan proses pengeditan agar sesuai dengan hasil yang diharapkan. Perancangan storyboard akan menjadi acuan dalam pembuatan tampilan pada tahap implementasi (Ramadhan, dkk., 2019: 7). Storyboard film ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

(5)

Tabel 1 Storyboard Film Es Selendang Mayang

Durasi Segmen Sketsa dan Angle Adegan dan Scene Voice, Sound Effect dan Backsound

1 Opening

Menampilkan footage lingkungan di

sekitar Setu Babakan

Backsound Sirih Kuning Instrumental

2 Title Opening

Menampilkan Pemandangan FO

Tapal Kuda Lenteng Agung

dari udara menggunakan Drone dan Title

Judul Film

Backsound Sirih Kuning Instrumental

3

Testimoni Masyarakat

Menampilkan scene title pertanyaan dan wawancara dari 3 orang Masyarakat di sekitar Setu

Babakan

Voice Masyarakat, BacksounSirih Kuning Instrumental, Sound Effect Keyboard

4

Budayawan dan Footage Penjelasan

Menampilkan scene title pertanyaan, wawancara, Sejarawan Betawi

dan footage selendang dan

akar kelapa

Voice narasumber (Sejarawan Betawi), Sirih Kuning Instrumental, Sound Effect Keyboard

5

Narasumber, Footage pembuatan dan

footage berjualan

Menampilkan scene title pertanyaan, wawancara, dan

footage pembuatan

sekaligus berjualan selendang mayang

Voice narasumber (Penjual), Sirih Kuning Instrumental, Sound Effect

Keyboard

6 Credit Title Menampilkan

Credit Title

Backsound Haugen - Morning Mandolin (Country & Folk)

(6)

Proses pengambilan gambar dilakukan selama 4 hari yaitu di tanggal 9 Januari 2022, 10 Januari 2022, 11 Januari 2022 dan 26 Juni 2022. Pada hari pertama shooting dilakukan didaerah setu babakan yang dimana pada hari tersebut shooting wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar untuk memberikan tanggapan tentang Es Selendang Mayang dan mengambil beberapa footage tambahan.

Pada hari kedua pengambilan gambar kembali dilakukan didaerah setu babakan, namun pada shooting kali ini hanya difokuskan wawancara terhadap penjual Es Selendang Mayang.

Kemudian di hari ketiga pengambilan gambar dilakukan dirumah penjual Es Selendang Mayang, shooting pada hari ketiga yaitu mengambil gambar proses pembuatan dari Es Selendang Mayang untuk tambahan footage pada video nanti. Pada hari selanjutnya yaitu di hari keempat, pengambilan gambar dilakukan di daerah Kota Tua untuk mencari tambahan footage penjual Es Selendang Mayang dan juga mengambil gambar beberapa footage menarik yang ada di daerah Kota Tua.

Dalam film dokumenter Es Selendang Mayang tidak hanya tampilan gambar saja yang ditayangkan, namun terdapat audio visual yang dimasukkan ke dalam video agar film tersebut tidak membosankan. Proses editing pun memasukkan backsound Gambang Kromong (Instrumental) - Sirih Kuning yang terdapat pada bagian awal hingga akhir video, Chris Haugen - Morning Mandolin (Country & Folk) pada bagian credit title, dan sound effect typing on a keyboard pada bagian scene pertanyaan.

Hasil Perancangan

Film Dokumenter Es Selendang Mayang

Media film dokumenter es selendang mayang ini berdurasikan 8 menit, dengan besaran file 517MB dan dimensi 1920 x 1080 pixel. Frame rate film adalah 30 frame per second dengan hasil jadi film dokumenter memiliki tampilan berupa landscape atau melebar ke samping.

(7)

Gambar 3 Adegan pembuka film es selendang mayang

Gambar 3 menampilkan adegan pembukaan film es selendang mayang. Film dimulai dengan scene dari beberapa video di sekitaran setu babakan yang menampilkan berbagai kebudayaan Betawi dan makanan khas Betawi yang diajajakan oleh penjual sebagai opening sebelum masuk ke opening title, kemudian muncul scene opening title Es Selendang Mayang dengan tampilan FO Tapal Kuda Lenteng Agung.

(8)

Gambar 4 Adegan isi film es selendang mayang

Gambar 4 menampilkan adegan isi film es selendang mayang. Isi film diawali dengan pengumulan testimoni masyarakat, terutama generasi muda untuk mencari tahu tentang pengetahuan akan es selendang mayang. Setelah itu pembahasan berlanjut ke sejarah dan asal usul es selendang mayang serta kondisinya di masa kini. Scene lalu dilanjutkan dengan wawancara terhadap penjual es selendang mayang serta cara pembuatannya.

Gambar 5 Adegan penutup film es selendang mayang

Gambar 5 menampilkan adegan penutup film es selendang mayang. Film ini ditutup dengan credit title dan ucapan terima kasih yang diiringi dengan musik berjudul morning mandolin oleh Chris Haugen.

Simpulan

Perancangan ini menghasilkan film dokumenter jajanan khas Betawi “Es Selendang Mayang”. Di zaman sekarang ini kuliner modern banyak bermunculan dengan berbagai variasi mulai dari rasa, tampilan dan nama-nama makanan yang unik, yang dimana membuat makanan tradisional mulai terpinggirkan atau hampir terlupakan. Apalagi bagi generasi milenial saat ini, dari beberapa survei dan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, banyak dari kalangan masyarakat yang tidak mengetahui apa itu Es Selendang Mayang, terutama pada usia anak-anak dan remaja.

Perancangan film dokumenter ini telah selesai dilaksanakan dengan tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. Film Es Selendang Mayang ini diedit menggunakan aplikasi Adobe Premiere Pro 2019. Yang dimana pada proses editing dilakukan beberapa penambahan effect dan audio untuk memberikan daya tarik kepada penonton. Proses pembuatan film dokumenter Es Selendang Mayang tersebut berjalan dengan baik. Pendistribusian film melalui platform

(9)

utama yaitu media youtube dan instagram, karena media tersebut saat ini sangat menjanjikan untuk mempromosikan suatu konten atau media. Semoga dengan adanya film dokumenter Es Selendang Mayang ini masyarakat bisa lebih peduli dengan kuliner atau jajanan tradisional agar bisa tetap populer dan eksis hingga masa depan dan tidak terlupakan zaman.

Film dokumenter ini bertemakan kuliner nusantara yang sudah hampir terlupakan dan jarang sekali ditemui di era milenial sekarang ini. Dibuatnya film dokumenter ini selain untuk memperkenalkan kuliner khas Betawi Es Selendang Mayang namun juga memiliki tujuan bagi para milenial untuk aktif ikut melestarikan kuliner lain yang berasal dari seluruh nusantara yang bisa dibilang sudah hampir terlupakan keberadaannya, yaitu dengan membuat karya-karya sebagai konten kreator yang mengangkat tema kuliner nusantara dan membuat usaha yang menjual makanan tradisional dengan cara mengkombinasikan makanan tradisional dengan makanan sekarang sebagai inovasi baru. Dengan cara itu kita dapat membantu mengangkat kembali kepopuleran dari makanan nusantara yang sudah sulit ditemui keberadaannya dan yang banyak tidak diketahui oleh kaum milenial di era sekarang ini. Sehingga makanan tradisional bisa kembali eksis dan bisa dinikmati oleh masyarakat saat ini.

Daftar Pustaka

Bagaskara, P. (2021). Es selendang mayang khas Betawi, asal usulnya popular sejak 1940an.

Kulinear.Hops.Id. https://kulinear.hops.id/es-selendang-mayang/

Erwin, L. T. (2008). Buku Makanan Khas Betawi. Gramedia Pustaka Utama.

Hubeis, W. K. D. M. (2019). Buku Kuliner: Suatu Identitas Ketahanan Pangan. IPB Press.

Muslimin, M. (2020). Analisis Khalayak Dalam Perspektif Komunikasi Terkait Kebijakan New Normal Di Masa Pandemi COVID-19. HIKMAH Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam, 14(2), 271-286.

Monica, M., & Luzar, L. C. (2011). Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan.

Humaniora, 2(2), 1084. https://doi.org/10.21512/humaniora.v2i2.3158

Ramadhan, S., Tullah, R., & Janah, S. N. (2019). Iklan animasi stop bullying pada SDN Cibadak II berbasis multimedia. Jurnal Sisfotek Global, 9(2).

Rikarno, R. (2015). Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa. Ekspresi Seni, 17(1).

https://doi.org/10.26887/ekse.v17i1.71

Teviningrum, S., Ayuningsih, F., Pridia, H., Hadiati, M. S., & Hapsari, F. (2016). Buku Kuliner Betawi, Selaksa Rasa dan Cerita. Gramedia Pustaka Utama.

Valentino, D. E. (2019). Pengantar Tipografi. Tematik, 6(2), 54–71.

https://doi.org/10.38204/tematik.v6i2.254

Wijaya, Y. G. (2020). Asal Nama Es Selendang Mayang, Tak Lepas dari Cerita Rakyat Betawi.

Kompas.Com. https://www.kompas.com/food/read/2020/11/12/114718975/asal- nama-es-selendang-mayang-tak-lepas-dari-cerita-rakyat-betawi?page=all

Referensi

Dokumen terkait