• Tidak ada hasil yang ditemukan

perancangan model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "perancangan model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016

PERANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN SESUAI TUNTUTAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Sutji Rochaminah dan Anggraeni FKIP Universitas Tadulako

[email protected] Abstrak

Tujuan penelitian ini menghasilkan model pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir mahasiswa calon guru matematika. Target khusus penelitian ini untuk mengatasi miskonsepsi atau kesulitan konseptual yang dialami mahasiswa calon guru matematika dan meningkatkan keterampilan berpikirnya.

Tujuan tersebut dicapai secara bertahap melalui penyusunan, implementasi, evaluasi dan desiminasi model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013. Penelitian ini merupakan survey yang bersifat teoritik dan empirik. Studi teoritik dilaksanakan ketika menyusun model pembelajaran dan studi empirik ketika menganalisis hasil uji coba pelaksanaan model pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa calon guru matematika Universitas Tadulako. Pada tahap pertama yaitu menyusun model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013 dan dilanjutkan dengan uji coba terbatas. Model pembelajaran yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 berlandaskan pandangan konstruktivis yang terdiri atas 7 fase yaitu fase 1) Pengenalan materi, fase 2) Pemberian stimulus, fase 3) Pengumpulan dan pengolahan data, fase 4) Verifikasi, fase 5) Generalisasi, fase 6) Pemberian latihan, fase 7) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

Kata kunci : Model pembelajaran, kurikulum 2013, pemahaman konsep, keterampilan berpikir

1. PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan matematika yang dituntut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan pengetahuan tentang metode- metode matematika, dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu permasalahan secara matematis dan menyelesaikannya, dan bermuara pada pembentukan sikap jujur, kritis, kreatif, teliti, dan taat aturan (Kemdikbud, 2013).

Program studi pendidikan matematika Universitas Tadulako diharapkan mendesain kurikulumnya yang mengarah pada keterampilan berpikir. Hal ini sejalan dengan petunjuk Committee on the Undergraduate Program in Mathematics (CUPM) 2004 dari Mathematical Association of America memberikan 6 rekomendasi dasar untuk jurusan, program dan semua mata kuliah dalam matematika. Salah satu rekomendasinya menerangkan bahwa setiap mata kuliah dalam matematika hendaknya

(2)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 merupakan aktivitas yang akan membantu

mahasiswa dalam pengembangan analitis, penalaran kritis, pemecahan masalah dan keterampilan komunikasi. Keterampilan berpikir analitis, penalaran kritis, pemecahan masalah sangat diperlukan dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global.

Tuntutan kurikulum 2013 dan rekomendasi CUPM 2004 memerlukan perhatian dan upaya pembenahan dalam proses belajar dan mengajar di LPTK yang akan menghasilkan guru matematika SLTP dan SLTA. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran, nampaknya belum tercipta kondisi dan situasi yang memungkinkan mahasiswa untuk melakukan proses berpikir yang analitis, logis dan kritis. Hal ini terlihat dari kegiatan dosen dan mahasiswa pada saat kegiatan belajar-mengajar. Dosen cenderung memberikan soal latihan yang bersifat rutin dan prosedural. Mahasiswa hanya mencatat atau menyalin dan cenderung menghafal rumus-rumus atau aturan-aturan matematika dengan tanpa makna dan pengertian.

Berdasarkan kondisi kegiatan pembelajaran tersebut, mahasiswa tidak terlatih terampil berpikir dan cara belajar seperti ini belum tentu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep matematika.

Penelitian yang dilakukan Rochaminah (2012) menunjukkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa mahasiswa program studi pendidikan matematika kelas PGMIPABI yang sedang belajar kalkulus II pada tahun akademik 2011/2012 yang berjumlah 32 orang masih

rendah. Selain itu investigasi yang dilakukan oleh Rochaminah (2013) menunjukkan bahwa skor rata-rata mahasiswa terhadap masalah konseptual lebih rendah dari pada skor rata- ratanya terhadap masalah hitungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi kesulitan konseptual atau miskonsepsi yang dialami calon guru matematika. Selain mengidentifikasi miskonsepsi juga perlu dikembangkan model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013 untuk mengatasi miskonsepsi dan meningkatkan keterampilan berpikir. Dengan melakukan perbaikan miskonsepsi dan mengajarkan keterampilan berpikir kepada calon guru matematika diharapkan kelak ketika mereka mengajar dapat memberikan pemahaman konsep yang benar kepada siswanya .

Oleh Karena itu calon guru matematika harus diberikan pemahaman konsep dengan benar dengan cara membuat skenario pembelajaran yang dapat memotivasi mereka belajar memahami konsep dan memberikan tugas-tugas konseptual yang disertai dengan proses berpikir. Pembelajaran yang menciptakan proses berpikir merupakan sarana dosen untuk mengajarkan mahasiswa cara berpikir. Clement dan Lochead (Steven, 1991: 1) menyatakan kita harus mengajar para siswa bagaimana cara berpikir, daripada mengajar apa yang harus dipikirkan.

Keterampilan berpikir yang dapat diajarkan melalui pembelajaran matematika diantaranya cara berpikir rasional, logis, kritis, kreatif dan inovatif. Tujuan diajarkan keterampilan

(3)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 berpikir tersebut agar mahasiswa menjadi

individu yang bisa mengkategorikan, mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan yang tepat dalam menghadapi permasalahan hidup serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu penanaman keterampilan berpikir bertujuan supaya mahasiswa menjadi individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat.

Berkaitan dengan upaya mengkonstruksi model pembelajaran untuk mengatasi miskonsepsi serta mengajarkan keterampilan berpikir, maka penelitian yang berfokus pada perancangan model pembelajaran sesuai kurikulum 2013 menjadi sangat mendesak untuk segera dilakukan.

Melalui penelitian ini dikonstruksi model pembelajaran matematika sesuai kurikulum 2013. Sehubungan dengan hal tersebut, rumuan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konstruksi model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013 yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir mahasiswa calon guru matematika?

2. KAJIAN LITERATUR 2.1. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Untuk memahami sebuah materi secara benar diperlukan penguasaan pengetahuan

konseptual dan pengetahuan prosedural.

Hiebert dan Carpenter (1992: 78) menyatakan bahwa pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural diperlukan dalam keahlian matematika. Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki banyak keterhubungan antara objek-objek matematika (fakta, skill, konsep atau prinsip) yang dapat dipandang sebagai suatu jaringan pengetahuan yang memuat keterkaitan antara satu dengan lainnya.

Pemahaman konsep diartikan dari kata Understanding of concept. Skemp dan Pollatsek (Sumarmo, 1987: 24) menyatakan ada dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat satu skema atau strukstur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Suatu ide, fakta, atau prosedur matematika dapat dipahami sepenuhnya jika dikaitkan dengan jaringan dari sejumlah kekuatan.

Salah satu karakteristik dari matematika adalah bahwa konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan yang kuat. Pemahaman konsep sebelumnya akan mempengaruhi pemahaman konsep selanjutnya. Setelah siswa memahami konsep, ia harus hafal simbol, notasi, definisi, aturan, prosedur, rumus, dan dalil agar penerapan dalam memecahkan masalah lancar. Rittle-

(4)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 Jhonson dan Alibali (1999) menyatakan bahwa

dalam matematika anak harus belajar konsep dasar dan prosedur yang benar untuk menyelesaikan soal. Dengan belajar konsep anak akan memiliki pengetahuan konseptual.

2.2. Keterampilan Berpikir

Berpikir umumnya diasumsikan sebagai suatu proses koginitif yang tidak dapat dilihat secara fisik, yaitu berupa suatu aktivitas mental dalam usaha memperoleh pengetahuan (Presseisen, 1985). Hasil dari berpikir dapat berupa ide-ide, pengetahuan, alasan-alasan dan untuk proses berpikir yang lebih tinggi hasilnya dapat berupa keputusan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1989 : 62) yang menyatakan dengan berpikir orang dapat menyampaikan ide-idenya serta menampilkan suatu tingkah laku sebagai keterampilan atau penggambaran atas penguasaan terhadap sesuatu yang dipelajari

Menurut Galotti (Matlin 1994 : 379), proses kegiatan berpikir meliputi tiga bagian yaitu penalaran, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Ketiga proses tersebut merupakan aktivitas mental yang membentuk inti berpikir. Proses kognitif tersebut saling berhubungan yang satu dengan yang lain.

Dalam menghadapi berbagai masalah, seseorang perlu melakukan penalaran (berpikir secara cermat) sebelum mengambil keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

Dalam penelitian ini dikembangkan 4 komponen keterampilan berpikir yaitu (1) berpikir kritis, meliputi analisis, pembuktikan,

generalisasi,dan evaluasi, (2) berpikir kreatif meliputi sintesis, (3) pemecahan masalah tidak rutin dan (4) pengambilan keputusan.

Komponen-komponen tersebut tidak muncul secara sendiri-sendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain.

2.3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka atau desain pembelajaran yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Eggen dan Kauchak (1988: 9) menyatakan model pembelajaran merupakan petunjuk strategi pembelajaran yang didesain untuk melaksanakan suatu tujuan pembelajaran tertentu.

Bila diibaratkan pembelajaran sebagai sebuah bangunan, maka model pembelajaran sama dengan desain (cetak biru) suatu bangunan. Penelitian ini berfokus pada pembuatan model pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013.

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah mengikuti rangkaian penelitian pengembangan (development research).

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.

Tahap I adalah tahap studi pendahuluan, tahap perencanaan, dan tahap pengembangan terbatas. Sedangkan tahap II adalah tahap pengembangan secara luas.

Yang menjadi target pengguna model pembelajaran ini adalah mahasiswa calon guru matematika Universitas Tadulako. Untuk uji terbatas adalah

(5)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 menggunakan satu kelompok (kelas)

mahasiswa. Sedangkan pada uji lebih luas menggunakan lebih dari satu kelas.

Instrumen yang digunakan untuk menjaring data pada kegiatan studi pendahuluan adalah kuesioner, panduan observasi kelas, dan panduan wawancara serta tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir. Landasan perancangan model pembelajaran ini sepenuhnya perpijak pada profil permasalahan, kebutuhan, potensi yang dimiliki, serta temuan-temuan lain yang diperoleh pada penelitian tahap pertama (need assesment). Dengan demikian, pengumpulan dan penganalisisan data pada fase identifikasi masalah difokuskan untuk memperoleh informasi yang cukup dalam penyusunan model pembelajaran

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bersdasarkan analisis tes identifikasi keterampilan berpikir kritis, kemampuan dalam mengevaluasi suatu permasalahan matematika masih rendah. Mahasiswa masih kesulitan dengan soal-soal yang memerlukan keterampilan berpikir kritis.

Hasil analisis literatur, model pembelajaran yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 berlandaskan pada pandangan konstruktivis yaitu memposisikan mahasiswa sebagai pusat dari proses pembelajaran. Dosen tidak secara langsung menerangkan konsep dan tidak memberikan langsung definisi, teorema dan aturan. Mahasiswa dikondisikan mengkonstruksi sendiri definisi, teorema dan aturan. Dosen berperan sebagai fasilitator

Karakteristik model pembelajaran pemahaman konsep dan keterampilan berpikir yang sesuai tuntutan K13 adalah sebagai berikut

1) Pemahaman konsep dan keterampilan berpikir diperoleh melalui kegiatan mengamati, (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating) dan bukannya pemahaman konsep itu diberikan dosen.

2) Mahasiswa belajar dalam kelompok sehingga dapat berlatih mengkomunikasikan pendapat dengan memberikan alasannya, serta dapat berlatih menanya sesama teman dengan mengeksplorasi fenomena.

3) Kelompok terdiri atas 4-5 mahasiswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah dan jenis kelaminnya juga heterogen. Dengan kemampuan yang heterogen

4) Melaui pemberian stimulus yang berbentuk bacaan atau pertanyaan- pertanyaan, dosen membimbing mahasiswa memahami konsep dan mengkondisikan mahasiswa berpikir secara dalam.

Berdasar karakteristik tersebut keberhasilan mahasiswa dalam memahami konsep dan terampil berpikir dengan model pembelajaran sesuai tuntutan K13 bergantung pada stimulus yang diberikan dosen.

Pertanyaan-pertanyaan atau bacaan yang

(6)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 diberikan dosen sangat diperlukan dalam

merangsang mahasiswa melakukan berpikir (menalar) dan memahami konsep. Dengan demikian rancangan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 adalah pembelajaran berpusatkan pada mahasiswa.

Pembelajaran mengkondisikan mahasiswa

untuk kekerja sama dalam

memahami/membangun konsep melalui pertanyaan-pertanyaan dosen yang digunakan untuk membimbing mahasiswa.

Rancangan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 terdiri atas 7 fase. Berikut ketujuh fase tersebut Fase 1: Pengenalan materi

Pada fase pengenalan materi dosen menyampaikan judul materi dan sasaran perkuliahan. Dosen mengingatkan kembali materi sebelumnya atau prasyarat materi yang sedang dipelajari. Dosen memotivasi mahasiswa dan mempersiapkan mahasiswa untuk belajar dengan mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Fase 2: Pemberikan stimulus

Dosen memberikan stimulus berbentuk bacaan atau pertanyaan-pertanyaan, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga mahasiswa mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi dan membandingkan

Fase 3 Pengumpulan dan pengolahan data

Mahasiswa mengumpulkan dan mengolah data untuk memecahkan masalah atau menemukan prinsip, aturan maupun membentuk definisi.

Fase 4: Verifikasi

Tahapan ini mengarahkan mahasswa untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

Fase 5: Generalisasi

Pada kegiatan ini mahasiswa dibimbing untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi mahasiswa.

Fase 6: Pemberian Latihan

Dosen memberikan latihan soal sebagai bentuk penerapan definisi suatu konsep atau mendeskripsikan suatu prinsip, generalisasi atau aturan yang merefleksikan pemahaman mereka dan dosen berkeliling untuk mengamati kerjasama dalam kelompok belajar serta memberikan bantuan dengan teknik scafolding.

Fase 7: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Pada fase ini dosen berperan mengecek kemampuan mahasiswa seperti memberi kuis terkini atau memanggil mahasiswa untuk memberikan jawaban dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk mahasiswa

(7)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 5. KESIMPULAN

. Model pembelajaran yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang bersifat pemahaman konsep dan keterampilan berpikir diperoleh melalui kegiatan mengamati, (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating) dan bukannya pemahaman konsep itu diberikan oleh dosen.

Model pembelajaran yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 berlandaskan pandangan konstruktivis yang terdiri atas 7 fase yaitu fase 1 Pengenalan materi, fase 2 Pemberian stimulus, fase 3 Pengumpulan dan pengolahan data, fase 4 Verifikasi, fase 5 generalisasi, fase 6 Pemberian latihan, fase 7 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

6. REFERENSI

Eggen, P.D, Kauchak, D.P. (1996). Strateges for Techer, Teaching Content and Thingking Skills (Ed 3rd ). USA : Allyn

& Bacon.

Hiebert, James dan Carpenter, Thomas.

(1991). Learning and Teaching with Understanding. Dalam Douglas A Grouws (Editor). Handbook Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: Macmilan Publishing company.

Hudoyo, H. (1989). Tes Obyektif dalam Kaitannya dengan Hasil Proses

Belajar Mengajar Matematika. Forum Penelitian 1 (1), 61 – 81.

Matlin, M.W. (1994). Cognition. Orlondo : Hardcourt Publisher.

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skill : Meanings and Models. Dalam Arthur L. Costa (editor). Developing Minds.

A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASCD

Rittle-Jhonson dan Alibali. 1999. Conceptual and Procedural Knowledge of Mathematics: Does One Lead to the Other? Journal of Educational Psychology, Vol. 91, No. 1, 175-189.

Rochaminah, Sutji. 2013. Pengetahuan Konseptual Dan Prosedural Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Tadulako Dalam Materi Turunan.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA,Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18Mei 2013 ISBN: 978 – 979 -96880 – 7 – 1, PM 279.

Rochaminah, Sutji. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa PGMIPABI Universitas Tadulako.

Prosiding Seminar Nasional MIPA dan Pembelajaran 2012 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang 13 Oktober 2012, ISBN 978-602-97895- 6-0, 82-85.

Steven D. Schafersmen (1991). An Introduction to Critical Thinking.

www. Freeinquiry.

Com/naturalism.html.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMA Dikaitkan dengan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi pada Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengembangkan Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

Persoalan bagaimana menghasilkan kurikulum program produktif yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja sesuai dengan fokus masalah di atas, dalam proses pengkajian

Upaya Guru Dalam Mengatasi Masalah Pembelajaran IPS Sesuai Dengan Tuntutan Kurikulum 2013 di MtsN 1 Gondanglegi Guru sebagai pendidik merupakan tenaga profesional yang

Sri Wahyuningsih. Studi Pelaksanaan Pembelajaran Konsep-konsep Inti dalam Pembelajaran Fisika di SL TP Sesuai Kurikulum 1994. Penelitian Tarup IV. Jakarta : Fakultas

Tujuan dari PPDS ini adalah up-dating pengetahuan guru SD Muhammadiyah 03 Wajak tentang kurikulum 2013, Bisa mengaplikasikan pembelajaran K13 sesuai dengan kurikulum

Oleh karena itu, pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 yakni Student Centred Learning (SCL) sangat diperlukan untuk meningkatkan minat,

Model pembelajaran pemecahan masalah berorientasi kearifan lokal Bali yang dikembangkan dalam penelitian ini sangat sesuai dengan tuntutan kurikulum nasional tahun 2013

Dapat diambil kesimpulan bahwa pilihan materi pembelajaran guru PJOK SMA dalam memenuhi tuntutan kompetensi dasar dalam kurikulum 2013 di Kecamatan Purwosari dan Kecamatan