• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbandingan efektifitas penyuluhan metode

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "perbandingan efektifitas penyuluhan metode"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penlitian

  • Bagi Penulis
  • Bagi Masyarakat
  • Bagi Akademik

Ruang Lingkup Penelitian

Tinjauan Pustaka

Anemia

  • Definisi Anemia
  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia
  • Tanda-Tanda Klinis Anemia
  • Patofisiologi Anemia
  • Akibat Kekurangan Zat Besi
  • Makanan Sumber Zat Besi
  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Zat Besi

Anemia defisiensi besi terjadi ketika jumlah zat besi yang diserap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Di daerah endemik malaria, serangan malaria yang berulang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi (Gibney et al. 2009).

Pengetahuan

  • Selisih Pengetahuan
  • Tingkat Pengetahuan
  • Kategori Pengetahuan

Analisis adalah kemampuan untuk mendeskripsikan materi atau objek dalam struktur organisasi dan masih ada hubungannya satu sama lain. Sintesis mengacu pada kemampuan untuk menempatkan atau menghubungkan bagian-bagian menjadi keseluruhan baru.

Sikap

  • Pengertian Sikap
  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
  • Pengukuran Skala Sikap

Skor responden untuk setiap pernyataan kemudian dijumlahkan menjadi skor responden pada skala sikap (Saifuddin 2016). Perbandingan relatif ini akan menghasilkan interpretasi skor individu lebih atau kurang menguntungkan daripada rata-rata kelompok.

Tabel 2.3 Skala Likert  No
Tabel 2.3 Skala Likert No

Penyuluhan

  • Definisi Penyuluhan
  • Rencana Penyuluhan Gizi
  • Langkah-Langkah Perencanaan Penyuluhan
  • Pelaksanaan Penyuluhan
  • Evaluasi
  • Metode Penyuluhan Gizi

Seorang perencana (Planner) bimbingan gizi berharap segala sesuatu yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan sukses besar. Agar perencanaan penyuluhan gizi berjalan lancar maka syarat perencanaan gizi yang harus dipenuhi adalah : Jika materi penyuluhan gizi sesuai dengan kebutuhan sasaran maka tingkat kehadiran sasaran untuk mengikuti penyuluhan sangat tinggi.

Apa pun tujuan yang Anda pilih, yang terpenting adalah tujuan tersebut jelas, dapat dicapai, dan terukur. Syarat media tersebut antara lain alat bantu harus menarik, disesuaikan dengan tujuan penyuluhan, mudah dipahami, singkat dan jelas sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, dan santun (Supariasa 2012). Apakah tujuan dinyatakan dengan jelas dengan mencantumkan kapan penilaian akan dilakukan, di mana penilaian akan dilakukan dan siapa kelompok sasaran penilaian?

Secara rinci, setiap kegiatan dapat direncanakan, petugas mana yang akan memberikan saran, di mana saran akan dilakukan, bahan, metode dan alat peraga apa yang dibutuhkan dan siapa penanggung jawab kegiatan tersebut (Supariasa 2012). Penilaian meliputi unsur individu yang akan dinilai, materi yang akan dinilai, waktu penilaian, instrumen penilaian, standar penilaian dll. (Supariasa 2012). Jangan bercerita terlalu banyak aspek, lebih baik sampaikan satu atau dua aspek saja, tapi mendalami.

Remaja

  • Definisi Remaja
  • Batasan Usia Remaja
  • Gizi Pada Remaja

Masalah gizi utama yang dialami remaja adalah anemia defisiensi besi, kelebihan berat badan atau obesitas, dan defisiensi gizi. Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi terutama pada wanita karena menstruasi setiap bulan yang mengakibatkan kurangnya asupan zat besi dalam darah sebagai penyebab anemia (Istiany dan Rusilanti 2013). Ada beberapa penyebab remaja rentan mengalami kekurangan gizi, diantaranya (Istiany dan Rusilanti 2013).

Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan memerlukan penyesuaian masukan energi dan protein yang tidak memenuhi kebutuhan gizi remaja. Kecanduan alkohol dan rokok yang menyebabkan kerusakan organ yang fatal di kemudian hari. Makan terlalu banyak membuat remaja sangat rentan terhadap kekurangan gizi, tetapi mereka menderita obesitas.

Tabel  2.5  berikut  ini  memaparkan  tentang  anjuran  jumlah  porsi  menurut  kecukupan  energi  untuk  kelompok  umur  13-15  tahun  yang  dibutuhkan  dalam  sehari  pada usia remaja berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) usia remaja
Tabel 2.5 berikut ini memaparkan tentang anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk kelompok umur 13-15 tahun yang dibutuhkan dalam sehari pada usia remaja berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) usia remaja

Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Hipotesis

Pengetahuan dan sikap siswa sebelum penyuluhan anemia gizi menggunakan metode pembelajaran di SMPN 12 Padang tahun 2019. Distribusi siswa menurut kategori pengetahuan dan sikap sebelum penyuluhan anemia gizi menggunakan metode pembelajaran di SMPN 12 Padang tahun 2019. Pengetahuan dan sikap siswa sebelum penyuluhan anemia gizi menggunakan metode bermain peran di SMPN 12 Padang tahun 2019.

Pengetahuan dan sikap siswa setelah penyuluhan anemia gizi dengan metode ceramah di SMPN 12 Padang Tahun 2019. Distribusi siswa berdasarkan kategori pengetahuan dan sikap setelah penyuluhan anemia gizi dengan metode ceramah di SMPN 12 Padang Tahun 2019. Berdasarkan Sikap Siswa terhadap Gizi dengan anemia gizi. Metode bermain peran di SMPN 12 Padang tahun 2019.

Distribusi siswa berdasarkan kategori pengetahuan dan sikap setelah penyuluhan anemia gizi dengan metode role play di SMPN 12 Padang Tahun 2019. Perbedaan pengetahuan dan sikap tentang anemia gizi sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah pada siswa SMPN 12. Perbedaan pengetahuan dan sikap tentang anemia gizi sebelum dan sesudah penyuluhan bermain peran pada siswa SMPN 12 Padang.

Defini Operasional

Metode Penelitian

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu dengan desain pre-test – post-test. Dalam penelitian ini mahasiswi dibagi menjadi dua kelompok yaitu satu kelompok mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah dan satu kelompok mendapatkan penyuluhan dengan metode bermain peran. Pre test dan post test diberikan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap tentang anemia gizi sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada siswi SMPN 12 Padang tahun 2019.

Y1 = Perlakuan pertama (konseling pertama dengan metode Role Play) Y2 = Perlakuan kedua (konseling kedua dengan metode Role Play).

Tempat dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel

  • Populasi
  • Sampel

Instrumen Penelitian

Pelaksanaan Penyuluhan

Keesokan harinya peneliti mengumpulkan responden dalam kelompok ceramah di sebuah ruangan kemudian memberikan penyuluhan dengan metode ceramah. Setelah selesai melakukan konseling pada kelompok perkuliahan, peneliti mengumpulkan responden kelompok role play dalam satu ruangan untuk melakukan proses konseling. Pada kelompok bermain peran, peneliti membagi responden menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pemeran dan kelompok penonton.

Skenario bermain peran akan disediakan bagi kelompok yang menjadi aktor pada masa penyuluhan pertama. Bimbingan bermain peran berlangsung selama 45 menit dan dibawakan oleh seorang model yang menjadi aktor. Seminggu kemudian peneliti melakukan penyuluhan untuk periode kedua, baik dengan metode ceramah maupun dengan metode bermain peran.

Untuk mengukur keberhasilan konseling, sampel kembali diberikan kuesioner untuk melihat bagaimana pengetahuan sampel meningkat setelah dilakukan konseling dua perlakuan. Memberikan bimbingan dalam metode pembelajaran anemia gizi dengan cara. media powerpoint 2 kali yang dilakukan 1 kali per minggu. Memberikan penyuluhan dengan metode role play mengenai anemia gizi dengan menggunakan media leaflet dan model makanan sebanyak 2 kali yang dilakukan 1 kali dalam seminggu.

Prosedur Pengumpulan Data

  • Data Primer
  • Data Sekunder

Pengolahan dan Analisis Data

Perbedaan pengetahuan dan sikap mahasiswi sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan metode ceramah dan bermain peran digunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-rata pengetahuan dan sikap siswi sebelum penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode ceramah dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-rata pengetahuan dan sikap siswi sebelum penyuluhan tentang anemia gizi dengan Metode Role Play dapat dilihat pada tabel 4.4.

Sebaran Siswa Berdasarkan Kategori Pengetahuan dan Sikap Sebelum Penyuluhan Anemia Gizi dengan Metode Role Play di SMPN 12 Padang Tahun 2019. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata pengetahuan dan sikap siswa setelah penyuluhan anemia gizi dengan metode ceramah meja4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-rata pengetahuan dan sikap siswi pasca penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode Role Play dapat dilihat pada tabel 4.6.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh hasil perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan konseling anemia gizi dengan metode bermain peran siswi SMPN 12 Padang ditunjukkan pada Tabel 4.8. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji Wilcoxon diperoleh hasil perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah pemberian nasehat gizi dengan metode ceramah dan role play pada siswi SMPN 12 Padang, lihat tabel 4.9. Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia gizi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode pembelajaran siswa SMPN 12 Padang tahun 2019. Berdasarkan uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap anemia gizi sebelum dan sesudah dilakukan konseling dengan metode role play pada siswi SMPN 12 Padang tahun 2019.2 Rata-rata pengetahuan siswa tentang anemia gizi sebelum dilakukan konseling dengan metode role play sebanyak 12,95 orang (yaitu 5%).

Hasil dan Pembahasan

Gamaran Umum Lokasi Penelitian

Hasil Penelitian

  • Analisis Univariat
  • Analisis Bivariat

Pengetahuan dan sikap sebelum pelaksanaan penyuluhan gizi dengan metode ceramah, jika dikategorikan maka hasilnya dapat dilihat pada diagram 4.1. Pengetahuan dan sikap sebelum pelaksanaan penyuluhan gizi dengan metode bermain peran, jika dikelompokkan hasilnya dapat dilihat pada diagram 4.2. Berdasarkan diagram 4.2 terlihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode role playing, lebih dari separuh siswi memiliki pengetahuan kurang yaitu 9 orang (56%) dan pengetahuan cukup yaitu 7 orang (44%), sikap negatif yaitu 14 orang (88%), dan sikap positif yaitu 2 orang (12%).

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa rata-rata pengetahuan mahasiswa setelah penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode ceramah adalah 20,31 dengan skor minimal 16 dan skor maksimal 23. Pengetahuan dan sikap setelah penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode ceramah jika dikategorikan 43 maka dapat dilihat hasilnya. Berdasarkan diagram 4.3 diketahui sebagian besar siswa setelah dilakukan penyuluhan anemia gizi dengan metode ceramah memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 12 orang (75%) sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 4 orang (25%) dan memiliki sikap positif yaitu sebanyak 11 orang (69%) sedangkan yang memiliki sikap negatif sebanyak 5 orang (31%).

Pengetahuan dan sikap setelah dilakukan penyuluhan gizi pada anemia dengan metode role play jika dipilah-pilah hasilnya dapat dilihat pada diagram 4.4. Berdasarkan diagram 4.4 terlihat sebagian besar siswi memiliki pengetahuan baik yaitu 13 orang (81%) dan pengetahuan kurang yaitu 3 orang (19%) dan sikap positif yaitu 12 orang (75%) dan sikap negatif yaitu 4 orang (25%) setelah penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode bermain peran. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji Wilcoxon diperoleh hasil perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan anemia gizi menggunakan metode ceramah pada siswa SMPN 12 Padang yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Pembahasan

  • Pengetahuan dan Sikap tentang Anemia Gizi Sebelum Dilakukan
  • Pengetahuan dan Sikap tentang Anemia Gizi Sebelum Dilakukan
  • Pengetahuan dan Sikap tentang Anemia Gizi Sesudah Dilakukan
  • Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Anemia Gizi Sebelum
  • Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Anemia Gizi Sebelum
  • Perbandingan Efekfitas Penyuluhan Metode Ceramah dengan Metode

Berdasarkan frekuensi skor jawaban siswi setelah dilakukan penyuluhan tentang anemia gizi dengan metode ceramah, terlihat bahwa soal yang paling banyak salahnya adalah soal akibat kekurangan zat besi. 7 Terdapat perbedaan yang signifikan metode penyuluhan ceramah dan role play terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang anemia gizi. Sebagai remaja atau wanita usia subur, Anda perlu mengetahui standar pemenuhan kebutuhan zat besi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian anemia adalah asupan zat besi yang tidak mencukupi. Jika terlalu banyak darah yang keluar saat menstruasi pada remaja putri, maka akan menyebabkan kekurangan zat besi. S13 Salah satu faktor penyebab kehilangan zat besi pada remaja putri adalah kurangnya konsumsi fast food.

S16 Menurut saya terjadinya kekurangan asupan zat besi dipengaruhi oleh fluktuasi penyerapan zat besi. S24 Hati sapi, ginjal sapi, dan bayam mengandung zat besi paling banyak. Konselor Sebaya : Wah benar ya Devi, luar biasa teman-teman semua pintar  Oh ya teman-teman untuk menjaga kadar hemoglobin normal, kita juga perlu mengetahui sumber zat besi apa yang perlu kita konsumsi, baik dari sumber hewani seperti hati ayam dan daging sapi, sayuran seperti tahu dan tempe, dan bahan makanan yang paling banyak mengandung zat besi adalah hati sapi, ginjal sapi dan bayam.

Yana (mahasiswa yang terlambat): Wah, wawasan kamu luas sekali cha, guru kamu belum menjelaskannya, tapi setelah mendengar penjelasan kamu, saya bisa mengerti bahwa anemia dapat dicegah dengan makan makanan yang mengandung zat besi.

Saran

Gambar

Tabel 2.3 Skala Likert  No
Tabel  2.5  berikut  ini  memaparkan  tentang  anjuran  jumlah  porsi  menurut  kecukupan  energi  untuk  kelompok  umur  13-15  tahun  yang  dibutuhkan  dalam  sehari  pada usia remaja berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) usia remaja

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan