PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pemantapan Mutu Laboratorium
- Pemantapan Mutu Internal (PMI)
- Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Penjaminan mutu atau konsolidasi mutu merupakan upaya untuk menjamin keakuratan dan ketepatan hasil penelitian di laboratorium. Mutu hasil merupakan hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat diandalkan (memenuhi standar mutu), sedangkan mutu pelayanan meliputi kegiatan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan atau harapan pelanggan (mengatasi berkurangnya keluhan pasien/ pelanggan). layanan memiliki arti penting dalam diagnostik. Penjaminan mutu internal adalah pemantauan atau pengawasan yang dilakukan secara terus menerus di laboratorium klinik dengan menggunakan serum kontrol untuk memperoleh hasil pengujian atau penelitian yang akurat. (3) Penjaminan mutu internal dapat dilakukan secara berkala untuk mengurangi kesalahan yang sering terjadi dan juga untuk memperoleh hasil yang akurat. hasil saat ujian.
Keuntungan dilaksanakannya kegiatan internal penguatan mutu laboratorium adalah mutu, ketepatan dan keakuratan hasil laboratorium akan meningkat, serta kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Pada tahap pra-analisis, 60-70% kesalahan terjadi akibat: laboratorium tidak menerima sampel yang tidak memenuhi persyaratan (3). Pengambilan sampel harus dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), sampel yang digunakan tidak boleh mengalami hemolisis, karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. (3) 5) Penanganan sampel.
Tugas QC juga memastikan hasil pemeriksaan sudah sesuai dan apabila terjadi kesalahan dapat segera terdeteksi. Kegiatan di laboratorium hendaknya dilakukan dengan hati-hati, seperti: melaporkan hasil dan mencatat hasil, karena hal ini dapat berdampak pada kesalahan hasil laboratorium dan dapat pula terjadi kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium (3). Sumber Kesalahan Preanalytical, Analytical, Postanalytical Pada tahap preanalytical, analitis, dan postanalytical merupakan sumber kesalahan yang sering terjadi di laboratorium.
Kesalahan ini akan muncul apabila pemeriksaan dilakukan berulang kali terhadap sampel yang sama dan hasilnya berbeda, kadang lebih besar, kadang lebih kecil dari nilai yang benar.(9) Kesalahan ini berkaitan dengan presisi. Kesalahan acak dalam analisis disebabkan oleh beberapa hal antara lain: ketidakstabilan instrumen, variasi suhu, variasi reagen, dan kalibrasi (3) . b) Kesalahan sistematis. Kesalahan pada tahap pasca analitis ini jarang terjadi, namun terkadang sangat serius, misalnya kesalahan dalam pelaporan hasil (3).
Setiap laboratorium medik wajib ikut serta dalam pemantapan mutu eksternal yang dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu oleh pemerintah dan mencakup seluruh bidang pemeriksaan laboratorium, sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan No. 411 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa laboratorium klinik wajib melaksanakan penjaminan mutu eksternal yang diakui pemerintah.(3) . Kegiatan penjaminan mutu eksternal ini melibatkan seluruh laboratorium, baik negeri maupun swasta, dan terkait dengan akreditasi laboratorium medik dan perizinan laboratorium medik swasta. Karena jenis dan tingkat pelayanan laboratorium di Indonesia berbeda-beda dan mengingat luasnya wilayah Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan penjaminan mutu eksternal untuk wilayah pemeriksaan yang berbeda-beda dan berlangsung pada tingkat yang berbeda-beda yaitu tingkat nasional/pusat. 2) Tingkat daerah.
Kolesterol
- Definisi Kolesterol
- Fungsi Kolesterol
- Metabolisme Kolesterol
- Jenis-Jenis Kolesterol
- Pemeriksaan Kolesterol
- Metode Pemeriksaan Kolesterol
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kolesterol
Sebagian kolesterol di hati akan diekskresikan melalui empedu, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai asam empedu. Sebagian besar kolesterol di hati digabungkan dalam Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan semuanya bersirkulasi dalam kompleks lipoprotein (1). Fungsi utama LDL adalah mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan dan membentuk lemak yang disimpan di dinding arteri, berubah menjadi plak, atau bekuan darah (14).
Fungsi utama HDL adalah mengembalikan kolesterol dari jaringan perifer kembali ke hati, sehingga mencegah pembentukan aterosklerosis (14). Trigliserida adalah lemak darah yang dibentuk oleh esterifikasi gliserol dan tiga asam lemak yang dibawa oleh lipoprotein serum (15). Konsumsi lemak dan karbohidrat yang berlebihan dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah.(16) Trigliserida berperan sebagai pengangkut dan penyimpan lemak, trigliserida juga digunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh, salah satunya untuk menyediakan energi untuk proses metabolisme. (17).
Serum adalah bagian cair dari darah tanpa antikoagulan, darah dalam tabung vakum dibiarkan pada suhu kamar hingga menggumpal selama 10-30 menit, kemudian disentrifugasi untuk mengendapkan sel darah. Darah utuh merupakan cairan jaringan tubuh yang fungsi utamanya mengangkut oksigen yang dibutuhkan sel ke seluruh tubuh. (19) Darah utuh ini mengandung komponen produk darah utuh, termasuk sel darah putih (leukosit). (20) Dalam darah utuh atau darah utuh. darah diambil melalui pinggiran atau vena. Metode CHOD-PAP digunakan dalam pengendalian kolesterol, metode enzimatik CHOD-PAP adalah yang paling banyak digunakan dalam pengendalian kolesterol.
Spektrofotometer ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi sehingga hasil yang diperoleh akurat, jika ada hasil yang tinggi dapat terbaca oleh alat, sedangkan kekurangan dari spektrofotometer ini adalah bergantung pada reagen yang digunakan. memerlukan lokasi khusus dan harganya cukup mahal.(21) ). POCT ini menggunakan sampel darah kecil (22) Prinsip pengujiannya adalah hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan fenol 4-Amino fenazon pada strip untuk mengubah enzim peroksida menjadi queneimine. Ketika darah diambil pada strip tes, akan terjadi reaksi antara bahan kimia dalam darah dan reagen pada strip tersebut.
Kelebihan metode POCT ini adalah harga reagennya terjangkau, instrumen yang digunakan praktis, sampel yang digunakan sedikit, dan hasilnya cepat diketahui, sedangkan kelemahan metode POCT ini adalah jenis pemeriksaannya terbatas, ketelitian dan akurasinya rendah. . kurang baik dan tidak ada standarnya, proses pengendalian mutunya kurang baik (21). Prinsip dasarnya kolesterol bereaksi dengan asam asetat anhidrat dan sulfat pekat membentuk warna hijau kecoklatan. Beberapa orang biasanya memiliki kadar kolesterol tinggi, akibat kurangnya aktivitas fisik yang dapat menyebabkan penumpukan lemak tidak seimbang (6).
Kerangka Teori
METODOLOGI PENELITIAN
- Jenis dan Desain Penelitian
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Langkah Kerja Pemeriksaan Kolesterol Total
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Pengolahan Data
- Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan data primer, data tersebut diperoleh dengan memeriksa kadar kolesterol total pada sampel serum segar dan tertunda. Analisis univariat ini mengidentifikasi hasil kadar kolesterol total spesifik usia dan jenis kelamin menggunakan sampel serum segar dan serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C. Uji duplikat ini untuk menguji perbandingan hasil kolesterol pada sampel serum segar dan serum yang ditunda selama 6 hari pada suhu 4°C. Hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 22 dengan menggunakan uji statistik uji t sampel berpasangan.
Sampel penelitian ini menggunakan sampel serum segar dan serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C dengan mewawancarai 32 mahasiswa reguler TLM 2020. Pada Tabel 4.4 Uji Normalitas Spahiro Wilk di atas, kadar kolesterol pada sampel serum segar dan serum tertunda 6 hari pada suhu 4°C menunjukkan nilai signifikansi pada sampel serum segar masing-masing 0,236 dan pada sampel serum tertunda 6 hari pada suhu 4°C masing-masing 0,586. Keduanya menunjukkan nilai signifikansi ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa uji normalitas pada sampel serum segar dan serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C berdistribusi normal, sehingga uji sampel dilanjutkan berpasangan.
Perbandingan hasil penelitian kadar kolesterol total sampel serum segar dan serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C dengan uji t untuk sampel berpasangan. Pada Tabel 4.5 Paired Sample T Test di atas terlihat rerata kadar kolesterol total pada sampel serum segar adalah 190,71 mg/dl, sedangkan pada serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C reratanya adalah 188,06 mg/dl. Nilai signifikansinya sebesar 0,407 yang berarti sig > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kandungan kolesterol total sampel serum segar dengan serum yang ditunda selama 6 hari pada suhu 4°C. Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan kolesterol yang dilakukan terhadap 32 sampel serum segar dan serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C di Laboratorium Patologi Klinik Universitas Binawan.
Diketahui rata-rata kadar kolesterol total pada sampel serum segar adalah 190,71 mg/dL, dan rata-rata pada serum tertunda 6 hari pada suhu 4°C adalah 188,06 mg/dL. Serum mengalami penurunan setelah dipaparkan selama 6 hari pada suhu 4°C, penurunannya tidak terlalu besar, rata-rata penurunannya sebesar 1,05%. 0,407 yang berarti > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara sampel serum segar dengan serum tertunda 6 hari pada suhu 4°C.
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total serum tertunda selama 6 hari pada suhu 4°C diperoleh rata-rata 188,06 mg/dl. 0,407 sehingga tidak terdapat perbedaan bermakna antara serum segar dengan serum tertunda 6 hari pada suhu 4°C. Perbandingan hasil tes kolesterol total menggunakan serum segar dengan serum yang disimpan selama 24 jam pada suhu 2-8°C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, jumlah responden terbanyak adalah responden perempuan yaitu 28 orang (87,5%), dan responden laki-laki yaitu 4 orang (12,5%).
Analisis Bivariat
Pembahasan
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. Hal ini berbeda dengan penelitian Kamila L, Slamet (2017) yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan hasil tes kolesterol pada serum yang disimpan pada suhu 2-8°C, antara lain disebabkan oleh sampel yang kecil dan ketidakstabilan. suhu. Berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan serum antara lain: kontaminasi kuman, pengaruh suhu, paparan sinar matahari, penyimpanan serum yang tidak tepat (3) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun 2013, penyimpanan serum untuk pemeriksaan kolesterol dapat disimpan pada suhu 4°C hingga 6 hari agar kestabilan serum tidak berubah (8) Untuk mengetahui kadar kolesterol sebenarnya dalam tubuh sebaiknya dilakukan tes dengan sampel serum segar. . Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji kimia klinik antara lain: kebersihan peralatan yang digunakan, pemipetan yang masih kurang akurat, suhu dan waktu inkubasi yang tidak tepat. (31) Berdasarkan hasil penelitian ini, sebaiknya sampel yang akan diuji jadilah kolesterol segera tanpa penundaan. , dan jika ada penundaan harus sesuai dengan suhu yang ditentukan untuk memastikan kestabilan serum tidak berubah.
Hubungan umur dan jenis kelamin dengan kadar kolesterol pada pasien obesitas di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Gambaran kadar kolesterol total darah pada pria usia 40-59 tahun dengan indeks massa tubuh kg/m2. Gambaran Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Darah Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh ≥23,0 kg/m2.
Perbedaan kadar kolesterol dan trigliserida serum dari darah yang dibekukan sebelum disentrifugasi dan langsung disentrifugasi.
SIMPULAN DAN SARAN