32 GRAVITASI
Jurnal Pendidikan Fisika dan Sains
Vol (06) No (02) Edisi Desember Tahun 2023
Perbandingan Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Gender Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing
Muliani1, Syarifah Rita Zahara1, Safriana1, Fajrul Wahdi Ginting1, Nanda Novita1
1Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Malikussaleh
Jl. Cot Tengku Nie, Reuleut, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara Email Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa perempuan dan laki-laki melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Lhokseumawe.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Mixed Method atau penelitian campuran antara kuantitatif- kualitatif. Penelitian ini menggunakan desain Posttest Only Design yang dalam rancangannya digunakan dua kelompok subjek siswa laki laki dan perempuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 1 Lhokseumawe. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah kelas X MIA 1 (perempuan) dan X MIA 2 (laki-laki) yang masing- masing berjumlah 20 siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini dilakukan selama 3 kali pertemuan. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini berdasarkan uji Independent Sample t -Test dengan nilai sig <0,05 diperoleh sebesar 0,002 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbandingan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa perempuan dan siswa laki-laki melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi gerak lurus beraturan. Berdasarkan hasil lembar observasi aspek keterampilan proses sains yang dianalisis didapatkan perbandingan hasil yaitu siswa perempuan lebih unggul memperoleh persentase sebesar 86% dengan kategori sangat baik sedangkan siswa laki-laki memperoleh 79% dengan kategori baik.
Kata kunci: Gender, Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Proses Sains
ABSTRACT
This study aims to compare the science process skills of female and male students through guided inquiry learning model. This research was conducted at MAN 1 Lhokseumawe. This study uses a type of Mixed Method research or mixed research between quantitative-qualitative. This study used a Posttest Only Design in which two groups of male and female student subjects were used. The population in this study were all grade X students of MAN 1 Lhokseumawe. The sampling process was carried out using purposive sampling technique. The samples in this study were X MIA 1 (female) and X MIA 2 (male) classes, each totaling 20 students who were treated using the guided inquiry learning model. This research was conducted for 3 meetings. Data collection instruments used observation sheets and student learning outcomes. The results of this study based on the Independent Sample t -Test with a sig value
<0.05 obtained at 0.002 then Ho is rejected and Ha is accepted. This shows that there is a significant comparison between the science process skills of female students and male students through the guided inquiry learning model on the material of regular straight motion. Based on the results of the observation sheet of the aspects of science process skills analyzed, the comparison of the results obtained is that female students are superior to get a percentage of 86% with a very good category.
Keywords:Gender, Guided Inquiry, Science Process Skills
https://ejurnalunsam.id/index.php/JPFS
33 A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Sejalan dengan (Anisah dkk., 2018) pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa yang dapat dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana salah satu keterampilan yang diharapkan adalah Keterampilan Proses Sains. Menurut (Ilmi dkk., 2016) pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Untuk menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang produktif dengan kemampuan dan keterampilan yang dapat bersaing di era globalisasi. Keterampilan yang sangat dibutuhkan dan dimiliki oleh siswa yang dapat menghadapi persaingan antar manusia di era globalisasi adalah Keterampilan Proses Sains (KPS).
Kurikulum merupakan salah satu cara untuk dapat mencapai tujuan pendidikan.
Di MAN Kota Lhokseumawe kurikulum yang sedang diterapkan adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan proses pembelajaran siswa lebih aktif. Menurut (Nugraha & Nurita, 2021) kurikulum 2013 yaitu siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru (teacher center) tetapi diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif (student center). Pembelajaran fisika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, atau lebih dikenal dengan Keterampilan Proses Sains (KPS). Menurut (Suwandari dkk., 2018) keterampilan proses sains adalah keterampilan yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan sikap ilmiah siswa, sehingga siswa menjadi kompetitif, terbuka, kritis, kreatif, dan inovatif dalam persaingan global di masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di MAN Kota Lhokseumawe, pembelajaran fisika masih menggunakan pembelajaran yang berpusat kepada guru.
Guru melakukan ceramah secara langsung dan kurang melibatkan siswa dalam
menemukan konsep-konsep fisika. Media pembelajaran yang digunakan berupa papan tulis dan spidol, penyajian materi pelajaran yang kurang bervariasi dan cenderung monoton membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif dan membosankan, dimana sebagian besar siswa memilih untuk tidak mendengarkan penjelasan dari guru dan bahkan memilih untuk bermain. Di sekolah ini juga terdapat laboratorium sebagai penunjang pembelajaran, tetapi laboratorium tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian guru, terlihat dari beberapa alat praktikum yang kurang perawatan akibat jarang digunakan. Selain itu, alasan guru jarang melakukan praktikum yaitu guru disibukkan dengan kegiatan administrasi dan kegiatan lainnya. Sejalan dengan (Sulistiyono, 2020) masalah pada pembelajaran fisika di sekolah yang umumnya terjadi ada empat, yaitu: (1) jarang melakukan kegiatan praktikum, (2) keterbatasan waktu dalam mempersiapkan pembelajaran yang dimiliki oleh guru, (3) cenderung monoton dan menggunakan metode ceramah, (4) metode diskusi jarang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, dimana mereka merasa bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit karena mereka lebih banyak menemukan persamaan sehingga fisika diidentikkan dengan rumus dan angka. Metode ceramah dan tanya jawab merupakan metode yang sering digunakan guru dengan urutan penjelasan, contoh, pertanyaan, latihan dan tugas.
Guru juga memberikan soal, soal-soal yang diberikan sangat jauh dari dunia nyata siswa, sehingga pembelajaran fisika kurang bermanfaat bagi siswa itu sendiri.
Banyaknya rumus-rumus tersebut membuat pembelajaran fisika kurang menarik dan kurang diminati oleh siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika kelas X yang mengatakan bahwa pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran yang tidak bervariasi yaitu model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan, guru tersebut juga mengatakan belum pernah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebelumnya. Pembelajaran
34 yang dilakukan hanya terpusat oleh guru,
dimana pembelajaran hanya berfokus pada kegiatan menghafal konsep, sehingga pengetahuan keterampilan proses sains siswa menjadi pasif atau kurang terbentuk. Akibatnya, siswa menjadi kurang aktif dan hanya sebagian siswa yang memahami materi yang disampaikan. Guru tersebut juga mengatakan bahwa sekolah ini memiliki ruangan kelas yang dipisah antara kelas perempuan dan laki laki. Perbedaan kelas tersebut juga memungkinkan siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda antara siswa laki-laki dan perempuan. Menurut (Gasila dkk., 2019) Siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda baik secara fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, perbedaan itu terkait perbedaan fisik, panca indra dan sebagainya.
Sedangkan secara psikologis, perbedaan itu terkait dengan minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif dan sebagainya. Selain itu, dalam belajar juga diketahui adanya perbedaan hasil belajar siswa laki-laki dan perempuan, dimana berdasarkan observasi hasil belajar siswa perempuan lebih tinggi dari pada siswa laki-laki.
Diketahui bahwa nilai dari setiap ulangan harian siswa perempuan yang tuntas hanya 54% sedangkan pada siswa laki-laki yaitu 42%. Sejalan dengan (Utami &
Yonanda, 2020) berdasarkan hasil kajian yang diperoleh perbedaan gender laki-laki dan perempuan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Dimana prestasi belajar perempuan cenderung lebih baik dibandingkan laki-laki. Perbedaan tersebut memungkinkan peneliti untuk meneliti apakah terdapat perbandingan keterampilan proses sains antara kelas laki-laki dan kelas perempuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains antara siswa laki-laki dan perempuan masih tergolong rendah. Upaya yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif yang dapat membangkitkan motivasi siswa, menarik perhatian siswa dan melibatkan siswa
secara aktif sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan yang mereka miliki dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang tepat untuk mencapai hal tersebut yaitu model inkuiri terbimbing.
Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing ini dipilih karena merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang lebih banyak, dibandingkan jika mereka hanya membaca materi atau konsep. Model pembelajaran ini tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi siswa secara langsung mengalami apa yang dipelajarinya sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna (Sulistiyono, 2020).
Memberikan bimbingan kepada siswa merupakan peranan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran ini. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini keterampilan proses sains siswa akan terlatih. Beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti model pembelajaran inkuiri terbimbing ini dan penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Djufri, 2021) diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA. Dimana skor rata rata hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing yakni 78,12 berada pada kategori tinggi lebih besar dari pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk mengetahui apakah terdapat perbandingan keterampilan proses sains siswa antara kelas perempuan dan kelas laki-laki terkhususnya pada materi gerak lurus beraturan.
35 B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Mixed Method atau penelitian campuran antara kuantitatif-kualitatif.
Metode penelitian campuran (mixed methods) merupakan suatu penelitian yang menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif secara bersama- sama dalam satu kegiatan penelitian (Almia, 2019). Berdasarkan jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Menurut (Sugiyono, 2006) penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Jadi dalam hal ini peneliti ingin membandingkan keterampilan proses sains siswa berdasarkan gender melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain Posttest Only Design dalam rancangan ini digunakan dua kelompok subjek siswa laki laki dan perempuan. Pada kedua kelompok tersebut diberi posttest setelah diberi perlakuan model pembelajaran. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Variabel
bebas
Variabel Terikat
Posttest Eksperimen1
Eksperimen2
X Y1
Y2
T1 T2 Sumber : (Mulyatiningsih, 2011)
Keterangan :
X = Penerapan pada model pembelajaran inkuiri terbimbing
T1 = Tes kemampuan akhir (posttest) pada kelas laki-laki
T2 = Tes kemampuan akhir (posttest) pada kelas perempuan
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Lhokseumawe terletak di Jalan Pelangi No. 08 Kp. Jawa Lama, Kec. Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 1 Lhokseumawe. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 1 yang berjumlah 20
siswa sebagai kelas eksperimen 1 dan X MIA 2 yang berjumlah 20 siswa sebagai kelas eksperimen 2. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik purposive sampling.
Sampling purposive adalah tenik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini sebagai berikut : Variabel Bebas (X): Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Variabel Terikat (Y): Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa Berdasarkan Gender Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir (post-test). Post-test adalah tes setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, lembar observasi dan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan buku panduan. Soal tes diberikan dalam bentuk essay yang berjumlah 18 soal. Sebelum soal tes diberikan kepada siswa, butir soal terlebih dahulu dilakukan validitas, reliabilitas, uji daya beda dan tingkat kesukaran. Butir soal yang digunakan berdasarkan indikator- indikator dari KPS. Indikator KPS yang digunakan dalam tes soal terdiri dari 5 indikator yaitu: mengamati, mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan, menerapkan konsep dan berkomunikasi.
Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis untuk mengukur ke signifikan pada perbandingan keterampilan proses sains siswa dengan menguji hipotesis, sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis lembar observasi yang akan dinilai dari keterampilan proses sains berupa metode check list. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui gambaran keterampilan proses sains pada saat proses pembelajaran
36 berlangsung. Adapun tahapan analisisnya
sebagai berikut.
• Menjumlahkan indikator keterampilan proses sains yang diamati
• Menghitung persentase aspek indikator keterampilan proses sains dalam kelompok dengan rumus :
𝐾𝑃𝑆 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 100%
Data yang telah didapat dari hasil analisis data berupa lembar observasi kemudian dikonversikan dalam kategori nilai persentase. Adapun kriteria presentase keterampilan proses sains sebagai berikut :
Tabel 2. Kriteria Keterampilan Proses Sains Siswa
Persentase (%) Kategori 80 < X ≤100 Sangat baik 60 < X ≤ 80 Baik 40 < X ≤ 60 Cukup 20 < X ≤ 40 Kurang
X < 20 Sangat Kurang
Sumber: (Nurhasanah, 2016)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
1. Hasil Data Posttest
Hasil posttest siswa kelas perempuan dan laki-laki terdapat nilai maksimum dan minimum yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Tabel hasil posttest pada kelas perempuan dan laki-laki
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest keterampilan proses sains siswa di kelas perempuan adalah 78,50 sedangkan pada kelas laki-laki nilai rata-rata siswa adalah 68,75 berdasarkan data tersebut terlihat perbedaan nilai rata-rata posttest kelas
perempuan dan laki-laki. Hasil posttest siswa kelas perempuan dan laki-laki juga dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
Gambar 1. Grafik Hasil Posttest Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan nilai posttest yang diberi perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Nilai rata- rata posttest siswa di kelas perempuan diperoleh sebesar 78,50 sedangkan nilai posttest siswa pada kelas laki-laki diperoleh nilai sebesar 68,75. Terdapat perbandingan nilai posttest siswa perempuan dan siswa laki-laki sebesar 9,75 poin.
2. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
Kelas
Shapiro-
Wilk
Statistik Derajat Kebebas
an
Taraf Signifi kasi Hasil
Belajar Siswa
Posttest kelas
perempuan 0,925 20 0,122 Posttest kelas
laki-laki 0,945 20 0,293 Dari hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 22 diperoleh hasil pada tabel 4.5 yang menunjukkan hasil uji normalitas pada posttest siswa di kelas perempuan dengan uji Shapiro-Wilk diperoleh sebesar 0,122 dan pada kelas laki- laki diperoleh 0,293. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa data populasi pada kedua kelas berdistribusi
60 65 70 75 80 78,5
68,75
kelas perempuan kelas laki-laki
Jumlah siswa
Nilai maksim um
Nilai minimu m
Nilai rata- rata Posttest
kelas perem puan
20 92,50 65,00 78,50
Posttest kelas laki- laki
20 85,00 42,50 68,75
37 normal, karena sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dengan nilai signifikansi > 0,05.
3. Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dalam penelitian pada siswa kelas perempuan dan laki-laki mempunyai varian yang sama atau tidak. Adapun hasil uji homogenitas menggunakan SPSS versi 22 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Levene
Statistic df
1 df2 Sig.
Hasil Belajar Siswa
Rata-rata ,026 1 38 ,874 Nilai tengah ,017 1 38 ,897 Median
dan df yang disesua ikan
,017 1
37,005 ,897 Berdasarkan
rata-rata ,017 1 38 ,897 Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika nilai sig pada rata- rata > 0,05 maka data homogen. Dari tabel di atas dengan signifikasi 0,874 lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan data dari kelas perempuan maupun kelas laki-laki adalah homogen.
4. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbandingan keterampilan proses sains siswa kelas perempuan dan kelas laki-laki, untuk menguji hipotesis digunakan uji independent sample t test, sedangkan untuk mengambil keputusan apakah Ha ditolak atau diterima menggunakan taraf signifikan, jika signifikan > 0.05 maka Ha diterima, sedangkan jika signifikan < 0.05 maka H0
ditolak. Hipotesis pada penelitian ini yaitu : H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa berdasarkan gender melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi glb (gerak lurus beraturan)
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa berdasarkan gender melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi glb (gerak lurus beraturan).
Tabel 6. Uji Hipotesis
Hasil Sign. Df
Sign.
(2- tailed)
Posttest 0,874 19 0,002
Berdasarkan tabel di atas hasil uji t diperoleh nilai signifikan sebesar 0,874 oleh karena nilai sig.(2-tailed) diperoleh
<0,05 dengan nilai 0,002 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai posttest menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelas perempuan dan kelas laki-laki, sehingga terdapat perbandingan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa berdasarkan gender melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi glb (gerak lurus beraturan).
5. Hasil Observasi KPS Siswa
Observasi dilakukan terhadap 2 kelas yaitu kelas perempuan dan kelas laki- laki yang masing-masing berjumlah 20 siswa yang dibagi atas 4 kelompok. Aspek keterampilan proses sains yang diukur pada observasi ini meliputi: mengamati, mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, memakai alat dan bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar observasi. Skala yang digunakan adalah 1-4, tiap masing-masing indikator bernilai maksimal 10 dan terdapat 10 indikator KPS yang akan dinilai maka, nilai keseluruhan yaitu 100. Dengan menggunakan skala 1-4 kemudian di konversikan dalam kategori nilai persentase. Berdasarkan hasil observasi dalam menilai keterampilan proses sains siswa diperoleh data nilai total semua aspek keterampilan proses sains siswa di kelas perempuan sebesar 86,56 dari 100 dengan persentase 86% dikategorikan kriteria sangat baik sedangkan nilai total semua aspek keterampilan proses sains siswa di kelas laki-laki sebesar 79,0 dari 100 dengan persentase 79% dikategorikan kriteria baik.
Rekapitulasi hasil observasi menunjukkan bahwa KPS siswa perempuan lebih unggul dibandingkan KPS siswa laki-laki.
38 Gambar 2. Grafik Hasil Observasi KPS
Grafik di atas menunjukkan penilaian persentase keterampilan proses sains siswa perempuan dan laki-laki ketika melakukan praktikum. Indikator penilaian pertama yaitu mengamati, diperoleh persentase 94%
untuk siswa kelas perempuan dengan kategori sangat baik dan diperoleh persentase sebesar 81% untuk kelas laki-laki dengan kategori sangat baik. Indikator kedua yaitu menggelompokkan, diperoleh persentase sebesar 81% untuk siswa kelas perempuan dengan kategori sangat baik dan 78% untuk siswa laki-laki dengan kategori baik.
Indikator penilaian ketiga yaitu menafsirkan, dengan persentase 81% pada kelas perempuan dengan kategori sangat baik dan diperoleh persentase sebesar 78%
di kelas laki-laki dengan kategori baik.
Indikator penilaian keempat yaitu meramalkan, diperoleh persentase sebesar 81% untuk siswa kelas perempuan dengan kategori sangat baik dan 78% untuk siswa kelas laki-laki dengan kategori baik.
Indikator penilaian kelima yaitu mengajukan pertanyaan, diperoleh nilai persentase siswa kelas perempuan yaitu 94% dengan kategori sangat baik dan untuk siswa kelas laki-laki diperoleh nilai 81%
dengan kategori sangat baik.
Indikator penilaian keenam yaitu berhipotesis, diperoleh persentase sebesar 78% untuk siswa kelas perempuan dengan kategori sangat baik, dan 75% untuk siswa kelas laki-laki dengan kategori baik.
Indikator penilaian ketujuh yaitu merencanakan percobaan, dimana siswa perempuan memperoleh persentase sebesar 94% dengan kategori sangat baik dan laki- laki memperoleh persentase sebesar 81%
dengan kategori sangat baik. Indikator penilaian kedelapan yaitu menggunakan alat dan bahan diperoleh persentase sebesar 94% untuk siswa kelas perempuan dengan kategori sangat baik, dan 81% untuk siswa kelas laki-laki dengan kategori sangat baik.
Indikator penilaian kesembilan yaitu menerapkan konsep, diperoleh persentase 81% untuk kelas perempuan dengan kategori sangat baik dan diperoleh persentase sebesar 78% untuk kelas laki-laki dengan kriteria baik. Indikator penilaian kesepuluh yaitu berkomunikasi, diperoleh nilai persentase sebesar 81% untuk siswa kelas perempuan dengan kategori sangat baik, sedangkan untuk siswa kelas laki-laki memperoleh sebesar 75% dengan kriteria baik.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest siswa perempuan adalah 78,50 sedangkan rata-rata nilai posttest siswa laki-laki adalah 68,75. Pada uji t menggunakan uji Independent Sample t - Test yang diperoleh hasil uji-t pada nilai sig
<0,05 sebesar 0,002 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbandingan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa perempuan dan siswa laki-laki melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nur, 2020) bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara siswa putra dan putri setelah diberikan pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa putri lebih unggul dibandingkan putra.
Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu perbedaan motivasi belajar siswa perempuan dan siswa laki-laki, dimana perempuan memiliki motivasi belajar lebih
0 20 40 60 80 100 94
81 81 81 94
78 94 94
81 81 81 78 78 78 81 75 81 81 78 75
Kelas Perempuan Kelas Laki-laki
39 baik dari siswa laki-laki. Sejalan dengan
(Oksara & Nirwana, 2019) menyatakan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa laki-laki dan perempuan, dimana motivasi perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi siswa laki- laki. Selain itu, siswa laki-laki lebih agresif dibandingkan siswa perempuan terlihat pada saat pembelajaran di kelas, siswa laki- laki kurang fokus terhadap materi yang dipelajari, siswa terlihat aktif, tetapi aktif hanya di waktu tertentu saja, siswa laki-laki cenderung tidak memperhatikan dan ada beberapa siswa juga terlihat membuat keributan seperti, memukul meja, mengumpat, dan bahkan menganggu temannya yang sedang fokus belajar saat pembelajaran berlangsung, hal ini disebabkan karena siswa laki-laki sulit mengendalikan emosinya. Siswa laki-laki belajar hanya ketika disuruh, berbeda dengan siswa kelas perempuan yang terlihat aktif dan mau mendengarkan.
Siswa laki-laki lebih senang menghabiskan waktu di luar ruangan, sedangkan siswa perempuan lebih suka berada di dalam ruangan, sejalan dengan (Sousa, 2012) sekolah adalah lingkungan terstruktur yang berjalan berdasarkan jadwal waktu, peristiwa yang dipilih, peraturan yang mengikuti pola tertentu, serta menyampaikan pengajaran sebagian besar mengggunakan instruksi verbal. Hal ini berarti anak perempuan merasa lebih nyaman dalam lingkungan seperti ini sebaliknya anak laki-laki tidak merasa nyaman dengan lingkungan seperti ini.
Menurut persepsi, siswa perempuan akan lebih termotivasi dibandingkan siswa laki- laki karena siswa laki-laki suka menghabiskan waktu di luar ruangan dengan bebas dan bergantung pada ruang daripada waktu.
Faktor lain yang menyebabkan siswa perempuan lebih unggul yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan emosional juga mempengaruhi hasil belajar dimana kecerdasan emosional siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki.
Pada penelitian terlihat siswa perempuan terampil dalam menenangkan diri, lebih baik dalam berinteraksi dengan orang lain, memotivasi diri sendiri, memiliki sifat empati, memahami orang lain lebih baik,
menggunakan perasaan dalam bertindak, dan melaksanakan tugas akademik lebih baik. Sedangkan pada siswa laki-laki terlihat cuek dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Sejalan dengan (Bariyyah & Latifah, 2019) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional pada siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki.
Pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dilakukan percobaan sederhana, siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Lalu peneliti (observer) dapat mengamati kegiatan siswa dan memberi nilai pada lembar observasi berdasarkan indikator keterampilan proses sains yang akan dinilai. Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum, dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil pengamatan setiap kelompok di depan kelas. Kegiatan praktikum fisika dalam mengukur keterampilan proses sains siswa kelas perempuan dan laki-laki dilakukan masing- masing dengan 2 kali pertemuan terhadap 4 kelompok dengan lembar observasi yang sama sehingga diperoleh nilai rata-rata keterampilan proses sains pada kelas perempuan sebesar 86% dengan kategori sangat baik, sedangkan pada kelas laki-laki diperoleh nilai sebesar 79% dengan kategori baik. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwasanya indikator yang memiliki kategori sangat baik pada kelas perempuan dengan persentase 94% yaitu indikator mengamati, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan dengan persentase 81%
yaitu mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep dan berkomunikasi, sedangkan indikator yang memiliki kategori baik yaitu berhipotesis dengan persentase sebesar 75%. Sedangkan pada siswa laki-laki diperoleh indikator yang memiliki kategori sangat baik dengan persentase 81% yaitu mengamati, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, dan menggunakan alat dan bahan, sedangkan indikator yang memiliki kategori baik dengan persentase 78% yaitu menggelompokkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, dan indikator dengan kategori baik dengan
40 persentase 75% yaitu berhipotesis dan
berkomunikasi.
Kelas perempuan dan laki-laki memiliki persentase yang tinggi pada indikator mengamati, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, dan menggunakan alat dan bahan, karena siswa lebih mudah memahami dengan indera penglihatan, secara langsung sehingga dapat memacu pemikiran gagasan/ide pada siswa dan terdapat rasa ingin tahu sehingga mendorong antusias/semangat siswa dalam melakukan penelitian tanpa rasa bosan.
Dari data pula diperoleh pengukuran indikator terendah baik kelas perempuan maupun kelas laki-laki yaitu berhipotesis, menurut hasil observasi peneliti dari tanya jawab dengan siswa ketika praktikum siswa masih belum dapat berpikir logis terhadap fenomena fisika yang terjadi sehingga dalam berhipotesis (memberikan dugaan sementara) terhadap hasil pengamatan yang akan terjadi masih sangat minim.
Kegiatan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing juga membuat siswa tertarik dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, termasuk kemampuan berinteraksi, bekerja sama, berkolaborasi dalam kerja kelompok.
Sehingga belajar tidak hanya berdampak positif pada pengetahuan, keterampilan tetapi juga dalam hal keterampilan sosial.
Oleh karena itu, siswa merasa senang dan bersemangat untuk belajar karena mereka terlibat langsung dalam menemukan pengetahuan baru. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa melalui kegiatan terbimbing dari guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan model pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan penelittian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbandingan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa perempuan dan siswa laki-laki melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi gerak lurus beraturan, hal ini
terbukti dari adanya perbedaan nilai posttest siswa kelas perempuan yaitu sebesar 78,50 sedangkan pada kelas laki-laki sebesar 68,75. Berdasarkan hasil lembar observasi aspek keterampilan proses sains yang dianalisis didapatkan perbandingan hasil yaitu siswa kelas perempuan lebih unggul memperoleh persentase sebesar 86%
dengan kategori sangat baik sedangkan siswa kelas laki-laki memperoleh 79%
dengan kategori baik.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu :
1. Siswa sulit menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing karena belum terbiasa dengan belajar mandiri, guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator yang dapat membimbing, memberikan dukungan dan dorongan yang konsisten kepada siswa untuk terus mencoba dan meningkatkan kemandirian dalam belajar.
2. Melibatkan siswa dalam aktivitas kelompok yang mendorong diskusi dan pertukaran ide. Ini dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dalam belajar secara kolektif dan membangun kepercayaan diri untuk berkontribusi.
3. Ketika terjadi keributan di dalam kelas, guru sebaiknya mencari tau penyebab keributan tersebut misalnya karena pembelajaran membosankan, siswa yang suka mengganggu temannya, siswa yang berusaha mencontek, guru sebaiknya mencari solusi dari permasalahan tersebut.
E. DAFTAR PUSTAKA
Almia, K. (2019). Analisis Faktor Ketimpangan Konstribusi Kecerdasan Intelektual (Iq) Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Fisika Angkatan 2016 UIN Alauddin Makassar. skripsi UIN Alauddin Makasar.
Anisah, S., Subiki, S., & Supriadi, B. (2018).
Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Materi Kinematika Gerak Lurus. Jurnal Edukasi, 5(1), 5.
https://doi.org/10.19184/jukasi.v5i1.758 2
Bariyyah, K., & Latifah, L. (2019). Kecerdasan Emosi Siswa Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Jenjang Kelas. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 4(2), 68.
https://doi.org/10.29210/02379jpgi0005 Djufri, E. (2021). Pengaruh Model
41 Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Wacana Didaktika, 4(2), 141–
149.
https://doi.org/10.31102/wacanadidakti ka.4.2.141-149
Gasila, Y., Fadillah, S., & Wahyudi. (2019).
Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Dalam Menyelesaikan Soal IPA di SMP Negeri Kota Pontianak. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 06(1), 14–22.
Ilmi, N., Desnita, D., Handoko, E., & Zelda, B.
(2016). Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika Sma. V, SNF2016-RND-57- SNF2016-RND-62.
https://doi.org/10.21009/0305010213 Mulyatiningsih, E. (2011). Metode Penelitian
Terapan Bidang Pendidikan. Cetakan pertama. Jakarta : Alfabeta.
Nugraha, I. P., & Nurita, T. (2021). Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta SMP. Pensa E-Jurnal : Pendidikan
Sains, 9(1), 67–71.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/p ensa/article/view/38503
Nur, S. S. (2020). Perbandingan Keterampilan Proses Sains, Motivasi Dan Hasil Belajar Antara Siswa Putra Dan Putri Dikelas XI IPA MA Al-Mawaddah Warrahmah Kolaka Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiry Terbimbing.
Perbandingan Keterampilan Proses Sains, Motivasi Dan Hasil Belajar Antara Siswa Putra Dan Putri Dikelas XI IPA MA Al- Mawaddah Warrahmah Kolaka Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiry Terbimbing.
https://www.ptonline.com/articles/how- to-get-better-mfi-results
Nurhasanah. (2016). Penggunaan tes keterampilan proses sains (KPS) siswa dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing.
Repository.Uinjkt.Ac.Id, 64.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/han dle/123456789/31900
Oksara, W., & Nirwana, H. (2019). Perbedaan Motivasi Belajar Antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan. Jurnal Neo
Konseling, 1(2), 1–8.
https://doi.org/10.24036/00117kons2019 Sousa, D. . (2012). How The Brain Learn. Corwin
publisher.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian (Kuantitatif,kualitatif, dan R&D. Bandung : IKAPI.
Sulistiyono. (2020). Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman.
10(2), 61–73.
Suwandari, P. K., Taufik, M., & Rahayu, S.
(2018). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Fisika Peserta Didik Kelas XI MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2017/2018.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 4(1),8289.https://doi.org/10.29303/jpft.v 4i1.541
Utami, N. E. S., & Yonanda, D. A. (2020).
Hubungan Gender Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA, 2(Smyth 2015),144149.https://prosiding.unma.ac.i d/index.php/semnasfkip/article/view/31 4