• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

SELLY IRWARDHANI

NIM. 8136176038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

SELLY IRWARDHANI (NIM: 8136176038). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, perbedaan keterampilan proses sains siswa antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah, serta interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kedua dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan tes kreativitas. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa dengan kreativitas tinggi menunjukkan perbedaan dan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan kreativitas rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kreativitas dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

(6)

ABSTRACT

SELLY IRWARDHANI (NIM: 8136176038). The Effect of Problem Guided

Inquiry Learning Model and Creativity Against Students Science Process Skills of Physic In Vocational School . Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.

This research is a quasi experimental. Sample selection is done by cluster random sampling two classes, which are taught by first class guided inquiry learning model and the second class with conventional learning. The instrument used consisted of the science process skills test and a test of creativity. The data were analyzed using ANOVA two lanes.

The aims of this research were to analyze the differences of student’s 'science process skills by using problem inquiry learning model and conventional learning, the differences of student’s science process skills of students who have high creativity and students who have low creativity, as well as the interaction between learning model with creativity in influencing the science process skills of students

This research was a quasi-experimental research. The sample in this research was conducted by cluster random sampling of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with class guided inquiry learning model and the second class with conventional learning science process skills test and a test of creativity. The data were analyzed using ANOVA two lanes.

The results showed that the science process skills of students who use guided inquiry learning model is better than the conventional learning, science process skills of students with high creativity shows the difference and better results than the students with low creativity, and there is interaction between guided inquiry learning model and creativity in influencing the science process skills of students.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa” dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah

tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan

Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber III,

(8)

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam

rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

3. Terkhusus pada Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D, dan Ibu Dr. Derlina,

M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi,

membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga

selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si sebagai narasumber II dalam penyusunan

tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun

demi penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Jemirin dan Ibunda

Ermawati, yang telah secara terus menerus memberikan motivasi, doa,

serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Wibitri Wibowo, S.Pd,

Rizky Pratama, A.Md, Kris April yang penulis banggakan yang senantiasa

memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi

di Unimed hingga selesainya tesis ini;

7. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMK Istiqlal Delitua yang telah

memberikan ijin dalam memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian;

8. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Prodi Magister Pendidikan Fisika

yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu

(9)

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh

karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, September 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi masalah 7

1.3. Batasan masalah 8

2.3. Unsur-unsur Pembentukan Model Pembelajaran 14

2.3.1. Ciri-ciri Model Pembelajaran 16

2.3.2. Model Pembelajaran Inkuiri 17

2.3.3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 21

2.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing 25

2.3.5. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing 26

2.4. Pembelajaran Konvensional 30

2.5. Defenisi Operasional Kreativitas 22

2.5.1. Ciri-ciri Kreativitas 32

2.5.2. Indikator Kreativitas 33

2.6. Keterampilan Proses Sains 45

2.6.1. Defenisi Keterampilan Proses Sains 45

2.6.2. Indikator Keterampilan Proses Sains 46

2.7. Penelitian Relevan 52

2.7.1. Perbedaan keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional 53 2.7.2. Perbedaan keterampilan proses sains siswa yang memiliki

tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki

tingkat kreativitas rendah 55

2.7.3. Interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses

(11)

2.7. 4. Hipotesis 56 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 57

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 57

3.2.1.Populasi Penelitian 57

3.2.2.Sampel Penelitian 57

3.3. Variabel Penelitian 57

3.4. Desain Penelitian 58

3.5. Instrumen kreativitas 60

3.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 61

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data 64

3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data 64

3.7. Pengontrolan Variabel 65

3.7.1. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional 65

3.7.2. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik 66

3.7.2.1. Validitas 66

3.7.2.2. Reliabilitas 67

3.7.2.3. Taraf Kesukaran 68

3.8. Teknik Analisis Data 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian 73

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 73

4.1.2. Analisis Data Tes Awal 73

4.1.3. Analisis Skor Kreativitas Siswa 77

4.2. Analisis Data Tes Akhir 79

4.2.1. Uji Normalitas Data 80

4.2.2. Homogenitas Data 80

4.2.3. Pengujian Hipotesis Penelitian 81

4.3. Pembahasan 92

4.3.1. Perbedaan keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa

Yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional 92 4.3.2. Perbedaan keterampilan proses sains siswa pada siswa yang

Memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang

Memiliki tingkat kreativitas rendah 95 4.3.3. Interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuri

Terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa 98 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 100

5.2 Saran 101

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.: Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 23

Tabel 2.2.: Indikator Kreativitas 41

Tabel 2.3.: Indikator Keterampilan Proses Sains 49

Tabel 3.1.: Rancangan Penelitian 58

Tabel 3.2.: Desain Penelitian ANAVA 59

Tabel 3.3.: Kisi-kisi Instrument Kreativitas Siswa 60 Tabel 4.1.: Ringkasan Data Pretes Kelompok Sampel 73 Tabel 4.2.: Normalitas Distribusi Tes Awal 74

Tabel 4.3.: Uji Homogenitas Data 75

Tabel 4.4.: Uji-T Tes Awal 76

Tabel 4.5.: Hasil Skor Kreativitas Siswa 77

Tabel 4.6.: Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Tes Akhir

Keterampilan Proses Sains Siswa 79 Tabel 4.7.: Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data Postes 80

Tabel 4.8.: Hasil Pengujian Homogenitas 81

Tabel 4.9.: Pengujian Hipotesis Penelitian 81

Tabel 4.10.: Hasil Uji Anova 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1.: Bagan Prosedur Penelitian 63

Gambar 4.1.: Diagram Batang Persentase Hasil Kreativitas Siswa

Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator 78 Gambar 4.2.: Diagram Batang Perbandingan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing dengan Pembelajaran Konvensional 84 Gambar 4.3.: Diagram Batang Perbandingan Hasil KPS Siswa Pada

Tingkat Kreativitas Tinggi dengan Tingkat Kreativitas

Rendah Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 86 Gambar 4.4.: Pola Garis Interaksi antara Tingkat Kreativitas dengan

Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 106

Lampiran 2.: Lembar Kerja Siswa (LKS) 164

Lampiran 3.: Bahan Ajar 173

Lampiran 4.: Spesifikasi Tes Keterampilan Proses Sains 199 Lampiran 5.: Instrumen Keterampilan Proses Sains 209 Lampiran 6.: Jawaban Tes Keterampilan Proses Sains 211

Lampiran 7.: Soal Tes Kreativitas 216

Lampiran 8.: Instrumen Kreativitas 225

Lampiran 9. : Jawaban Tes Kreativitas 227

Lampiran 10.: Tabulasi Skor Kreativitas Kontrol 231 Lampiran 11.: Tabulasi Skor Kreativitas Eksperimen 233

Lampiran 12.: Skor Postes Kontrol 235

Lampiran 13.: Skor Postes Kelas Eksperimen 237

Lampiran 14.: Analisis Varians Dua Jalur DenganFaktorial 2x2 239 Lampiran 15.: Tabel Jumlah Data Desain ANAVA 2X2 240 Lampiran 16.: Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur 244 Lampiran 17.: Analisis Statistik Data Pretes 246

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

memungkinkannya berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan

memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan,

dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan

harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh.

Pendidikan saat ini seharusnya membentuk siswa yang dapat menghadapi

era globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi, informasi,

konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan

industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, serta pengaruh

imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi

dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu fisika yang diterapkan di sekolah

seakan-akan tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berfikir siswa di lingkungannya.

Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi awal peneliti dengan guru bidang studi

fisika di sekolah SMK Swasta Istiqlal, yang menunjukkan bahwa selama ini

pembelajaran fisika, guru jarang melakukan praktikum, berbagai permasalahan

(16)

kurang lengkap, (2) Jumlah alat yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah

siswa praktik, (3) belum semua guru memanfaatkan laboratorium fisika dalam

proses pembelajaran fisika, (4) proses perbaikan peralatan laboratorium

memerlukan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang telah penulis lakukan di SMK

Swasta Istiqlal, penulis mendapatkan informasi, bahwa pembelajaran fisika yang

berlangsung masih didominasi oleh guru serta metode pembelajaran yang

digunakan juga kurang bervariasi. Kurangnya pengetahuan guru mengenai

model-model pembelajaran menyebabkan guru hanya menggunakan satu jenis model-model

pembelajaran saja, proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode

ceramah dan pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan latihan

soal, Proses pembelajaran masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru,

sehingga proses belajar mengajar kurang interaktif, sehingga kurangnya

kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif,

Pada Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan

proses sains menjadi pasif dan kurang terlihat, dimana siswa hanya mengikuti apa

yang dicontohkan guru dan kreativitas yang ada dalam diri siswa menjadi

terhambat. Dapat dilihat dari nilai fisika siswa di semester ganjil dengan nilai

rata-rata hasil ujian semester siswa untuk mata pelajaran fisika yaitu 60, masih ada

siswa yang nilainya belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) untuk

(17)

Hasil belajar dalam penelitian ini difokuskan pada karakteristik

kompetensi keterampilan siswa, yang berorientasi pada karakteristik kompetensi,

yaitu : ranah sikap, ranah keterampilan, dan ranah pengetahuan. Jadi jenis

keterampilan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains, menurut

Semiawan (2009 : 17) keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan

mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki,

dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan

berhasil menemukan sesuatu yang baru. Untuk mengetahui realita permasalahan

disekolah lebih lanjut mengenai keterampilan proses sains, maka peneliti harus

melihat proses pembelajaran yang berlangsung disekolah tersebut.

Menurut Joyce (2008 : 164), model pembelajaran inkuiri dirancang untuk

membawa siswa secara langsung kedalam proses ilmiah melalui latihan-latihan

yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut kedalam periode waktu yang

singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan

mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan

pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu.

Pembelajaran konvensional merupakan suatu bentuk proses belajar

mengajar yang sudah biasa dilaksanakan oleh guru atau dengan kata lain yang

paling sering dilakukan oleh guru-guru di suatu sekolah. Secara umum

pelaksanaan pembelajaran ini adalah dengan cara guru menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa secara lisan. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu

menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru. Pada pelaksanaannya pembelajaran

(18)

proses pembelajaran konvensional, hal ini juga disebabkan dalam proses belajar

mengajar jarang melakukan percobaan, sehingga praktikum jarang dilaksanakan.

Pada pembelajaran konvensional hanya menggunakan metode ceramah dan tidak

berbasis penyelidikan, hal inilah yang membuat siswa kurang terampil dan proses

pembelajaran kurang interaktif. Adapun untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

keterampilan proses sains siswa, peneliti harus mengacu ke penelitian yang

relevan.

Menurut Haryono (2006 : 3) menyatakan bahwa rendahnya kemampuan

proses sains siswa setidaknya dapat dijelaskan dari aspek proses pembelajaran

yang berlangsung dan dari aspek sistem penilaian yang dikembangkan oleh para

guru. Sedangkan menurut Suwartaya (2013 :2) menyatakan bahwa sistem evaluasi

yang dikembangkan oleh para guru selama ini kurang mendorong bagi

perkembangan keterampilan proses sains siswa, evaluasi kemampuan proses sains

dilakukan secara terintegrasi dengan evaluasi hasil belajar pada umumnya dalam

bentuk tes tertulis.

Berdasarkan penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa

keterampilan proses sains siswa disekolah masih rendah. Mencermati kenyataan

tersebut maka perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran, yakni guru dengan

kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu memilih model pembelajaran

yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan

tercapai secara optimal. Sesuai dengan yang tertera dalam Standar Kompetensi

dasar SMA (BNSP,2006) pembelajaran fisika di sekolah memiliki tujuan yaitu

(19)

menguasai konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam

dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Sesuai dengan pernyataan di atas maka model pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing,

berdasarkan keadaan siswa yang diamati di sekolah SMA Swasta Istiqlal, karena

pada proses pelaksanaannya guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang

cukup luas kepada siswa dalam merencanakan pembelajaran dan perumusan

kegiatan.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu mengacu ke penelitian

yang relevan, Menurut Sabahiyah (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran

inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh

terhadap pemahaman konsep IPA. Selanjutnya Menurut Gladys (2013)

menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing efektif digunakan untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa.

Pemaparan tersebut sejalan dengan definisi dari model pembelajaran

inkuiri terbimbing, sebagaimana yang dikemukakan oleh Gulo (2002 : 84) yang

menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual

tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan

keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga menuntut guru

untuk sengaja memilih peristiwa yang menimbulkan keherana dan membuat siswa

(20)

menemukan dan menjelaskan sehingga akan menghasilkan suatu pemahaman

konsep dan teori baru.

Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri

menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa

tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara

verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran

itu sendiri. Peneliti pun tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan model pembelajaran inkuiri untuk membantu siswa dalam meningkatkan

hasil belajarnya

Berdasarkan defenisi inkuiri terbimbing diatas, maka untuk memudahkan

dalam mewujudkan suatu proses penyelidikan yang berorientasi inkuiri, siswa

mengikuti proses pembelajaran melalui petunjuk guru yang disajikan dalam

bentuk lembar kegiatan siwa, hal ini dilakukan supaya siswa lebih terampil

sehingga kreativitas yang ada pada diri siswa dapat muncul dan keterampilan

proses sains pun dapat terbentuk. Kreativitas yang ada dalam diri siswa dapat

mempengaruhi keterampilan proses sains siswa, siswa yang mempunyai tingkat

kreativitas tinggi maka akan lebih terampil dibandingkan siswa yang memiliki

kreativitas rendah, hal ini sesuai dengan definisi kreativitas yang dikemukakan

oleh Munandar (2009 : 12) bahwa kreativitas merupakan hasil interaksi antara

individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru,

berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal

(21)

seseorang selama hidupnya, baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun

masyarakat.

Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains

Siswa”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Guru jarang melakukan praktikum

2. Pembelajaran fisika masih di dominasi oleh guru

3. kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata

dan aktif,

4. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan proses sains

menjadi pasif dan kurang terlihat

5. Siswa hanya mengikuti apa yang di contohkan guru, sehingga kreativitas yang

ada dalam diri siswa terhambat.

6. Proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan

(22)

1.3. Batasan Masalah

Untuk memberikan ruang lingkup yang jelas pada pembahasan maka

penelitian di kelas X semester II SMA Swasta Istiqlal T.P. 2014/2015 ini dibatasi

pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inkuiri

terbimbing

2. Materi pokok yang diajarkan adalah suhu dan kalor

3. Kreativitas belajar siswa dilihat pada kreativitas tinggi dan rendah

4. Keterampilan proses sains

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, yang menjadi rumusan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional.

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan proses sains pada siswa yang

memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat

kreativitas rendah.

3. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap terhadap keterampilan proses sains siswa

(23)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis apakah ada perbedaan keterampilan proses siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan siswa

yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis apakah ada perbedaan keterampilan proses siswa yang memiliki

tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki kreativitas tingkat

rendah.

3. Menganalisis apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan model

pembelajaran terhadap keterampilan proses sains siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi penulis, dalam menambah wawasan tentang

model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

2. Sebagai bahan informasi alternatif model pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar siswa khususnya nilai pelajaran fisika.

3. Menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti tentang model pembelajaran

(24)

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka

dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1.Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam pembelajaran

yang menekankan kepada proses mencari sumber sendiri serta meneliti sendiri

inti dari materi pelajaran. Dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya

dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya. Adapun langkah model pembelajaran

inkuiri adalah : (1) Merumuskan masalah, (2) Merumuskan hipotesis, (3)

Mengumpulkan data, (4) Analisis data, (5) Membuat kesimpulan.

(Trianto, 2010 : 6)

2. Kreativitas

Kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan

untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam

pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

(Munandar, 2012 : 12)

3. Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional pada penelitian ini adalah pembelajaran dalam

konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru,

(25)

4. Hasil belajar

Hasil belajar adalah penguasaan produk fisika yang mengacu pada perubahan

kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi pengetahuan (faktual,

konseptual, prosedural dan metakognitif) dan dimensi proses kognitif

(mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan

mencipta) yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran fisika

yang ditempuh selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran

(26)

73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Swasta

Istiqlal Delitua dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

diperoleh kesimpulan:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dalam meningkatkan

keterampilan proses sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal

ini berdasarkan dari hasil keterampilan proses sains yang telah dicapai

oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan hasil

keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Hasil keterampilan proses sains siswa yang memiliki kreativitas tinggi

lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang

memiliki tingkat kreativitas rendah, hal ini juga ditandai dari perolehan

indikator yang dominan muncul pada kelas eksperimen adalah indikator

rasa ingin tahu sebesar 82,22% di kelas eksperimen dan 71,11% di kelas

kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa di kedua kelompok

sampel dominan memiliki rasa ingin tahu daripada indikator yang lain.

3. Terdapat interaksi yang signifikan antara antara model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan konvensional dengan tingkat kreativitas terhadap

keterampilan proses sains siswa, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa

terjadi interaksi, siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi jika

dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing maka hasil keterampilan

(27)

rendah, pada kelas konvensional dimana pada tingkat kreativitas tinggi dan

kreativitas rendah, hasil keterampilan proses sainsnya relatif sama. Yang

artinya, model inkuiri terbimbing lebih dominan dibandingkan dengan

kelas konvensional.

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing maka siswa harus memiliki tingkat kreativitas tinggi, hal ini

dikarenakan tingkat kreativitas mempengaruhi penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Peneliti selanjutnya dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya di

perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai

terlalu banyak dalam satu kelompok karena akan mengakibatkan siswa

dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

3. Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya

perhitungan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai

terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa

dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang

akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus

mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press.

Anderson, L.W. Dan Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, R.I. (2008). Leaning to Teach. New York: McGraw-Hill.

BNSP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan Dasar dan menengah, Jakarta.

Deta. (2012). Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1). hal : 28-34

Dimyati, dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grasindo

Halliday, D, Resnick, R. (1992). Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Haryanto. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Erlangga.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologi Pendidikan di Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional.

Jack, Gladys .U. (2013). Consept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry : Affect on Students Academic Archievement. Journal of education and practice. Vol 6 (2). hal: 11-12

Joyce, B. Weil,M Dan Calhoun,E. (2009). Models of Teaching (8 th ed). Model-model Pengajaran (terjemahan Fawai dan Ateila Mirza). Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

(29)

Kiki. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Eksperimen Dan Inkuiri Terbimbing Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Pada Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia.Vol 3(1), hal: 89-97

Kanginan, Marthen.(2007). Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Maretasari. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis

Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa. Vol 1(2). hal: 28-31

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

NRC. (2000). Inquiry dan The National Science Education Standar. A Guide For Teaching dan Learning. Washington DC: National Academic Press.

Olatunde. (2009). Students Attitude Towards Mathematics and Academic in Some Selected Secondary Schools in Southwestern Nigeria. Vol 36(3). Hal: 336-341.

Praptiwi. (2012). Efektifitas Dengan Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Unjuk Kerja Siswa. Vol 1(2). Hal : 86-95.

Rustaman. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif Dalam Pengembangan Keterampilan Proses Sains. FMIPA UPI.

Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I. W dan Suastra. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3(3). Hal:4-5.

Sagala, S. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

(30)

Sardiman. (2003). Interaksi Dan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: PT. Rajawali Pres Grafindo Persada.

Semiawan, Conny. (2009). Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Gramedia: Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana. (2002). Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Supartono. (2011). Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa. Vol 7(1). Hal : 62-68

Suprihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Surya, Yohannes. (1977). Olimpiade Fisika jilid 1A. Jakarta: Primatika Cipta Ilmu.

Torrance. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC : National Education Association.

Tritanto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wibowo. (2012). Penerapan Model Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 2(1). Hal: 2.

Wahidmurni. (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.

Wahyudi, Sutikno, A. Isa. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Vol 6(1).hal: 58-62

(31)

Gambar

Gambar 3.1.: Bagan Prosedur Penelitian Gambar 4.1.: Diagram Batang Persentase Hasil Kreativitas Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan: (1) pembelajaran model inkuiri terstruktur berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dengan kriteria sangat signifikan, (2) pembelajaran model

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa Smp.. Universitas

proses sains dan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran dengan model

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan pada data nilai model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan LKS terhadap keterampilan proses sains memiliki rata –

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu alternatif solusi agar siswa yang mempelajari fisika mempunyai keterampilan proses sains dan pembelajaran

Hasil tes keterampilan proses sains akhir pada indikator merumuskan masalah, setelah diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing, menunjukan bahwa tidak ada siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, siswa yang mengimplementasikan penyusunan peta konsep selama pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki skor keterampilan proses sains yang lebih

Artinya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains fisika peserta