PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peneliti menganalisis beberapa putusan pengadilan mengenai kasus pencurian ternak dengan skala, yaitu putusan nomor 41/Pid.B/2020/PN Lmj, putusan nomor 43/Pid.B/2020/PN Pct, putusan nomor 889/Pid.B/ 2019/PN Jmr, Keputusan Nomor 186/Pid.B/2015/PN Lmj, dan Keputusan Nomor 326/Pid.B/2016/PN Lmj. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan mengenai tindak pidana pencurian hewan ternak bersisik pada Putusan nomor 41/Pid.B/2020/PN Lmj sampai dengan Putusan nomor 326/Pid. .B/2016/PN Lmj.
Fokus Penelitian
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis perbandingan KUHP dengan Hukum Pidana Islam mengenai tindak pidana pencurian ternak.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan acuan dalam berargumen khususnya di bidang hukum, untuk membentuk atau mengembangkan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi mengenai pertimbangan hakim dalam memutus putusan tindak pidana. pencurian hewan ternak dengan pemberat menurut KUHP dan hukum pidana Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan khususnya dalam bidang hukum ketika mempelajari hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan penerapan hukum terhadap tindak pidana pencurian hewan ternak dengan pemberatan dilihat dari KUHP. hukum. dan hukum pidana Islam.
Definisi Istilah
Hukum pidana khusus adalah suatu peraturan hukum yang dibuat oleh negara yang hanya bersifat khusus dan berlaku bagi subjek hukum tertentu, antara lain: 59 a). Pertanggungjawaban pidana bagi pelaku pencurian dengan pemberatan dalam hukum pidana Islam dan KUHP.”
Sistematika Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Penegakan hukum bagi kepala desa yang melakukan tindak pidana pencurian ternak pada malam hari (Studi Kasus Polsek Hamparan Perak). 28 Musakqar Mustar, “Analisis Hukum Tindak Pidana Pencurian Sapi di Kabupaten Jeneponto”, (Disertasi Universitas Bosowa, 2021).
Kajian Teori
- Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
- Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana
- Tinjauan Umum Tentang Pencurian Hewan Ternak
- Tinjauan Umum Tentang Hukum Nasional
- Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana Islam
KUHP memuat pembagian tindak pidana, KUHP sendiri memuat 2 (dua) jenis tindak pidana, yaitu sebagai berikut: 36. 1). Sedangkan Buku III terkait delik yang semuanya tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Tindak pidana terkait dengan ketentuan Pasal 2 KUHP, dimana hal ini memuat asas kewilayahan dalam penerapan aturan hukum pidana di Indonesia.
47 Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebeni, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) (Bandung: Pustaka Setia, 2013), cet. Sedangkan dalam BAB XXII KUHP terdapat beberapa jenis pencurian, antara lain pencurian biasa (Pasal 362 KUHP), pencurian berat (Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP), pencurian kecil-kecilan (Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP), pencurian kecil-kecilan (Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP). 364 KUHP), dan Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP). Hukum pidana umum (bagian umum) adalah suatu peraturan hukum yang berlaku bagi seluruh penduduk, kecuali anggota.
Misalnya saja KUHP (KUHP) dan KUHP Militer (KUHPM). Hukum pidana nasional tertulis adalah suatu peraturan hukum yang ditetapkan secara sah oleh suatu lembaga yang berwenang. 63 Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (fiqh jinayah) diakhiri dengan survey Hukum Pidana Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), cet.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Sumber Bahan Hukum
- Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
- Teknik Analisis Bahan Hukum
- Tahap-tahap Penelitian
Kajian Perbandingan Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak Dengan Perspektif Pemberatan KUHP dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan Pengadilan Negeri pada tahun 2013. Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana pencurian hewan ternak dengan pemberatan. Tindak Pidana Pencurian Ternak yang memberatkan. ternak dengan Tindak Pidana Pencurian Berat dengan Berat atau Berkualitas (Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP) Terancam hukuman penjara paling lama tujuh tahun.
Mengenai tindak pidana dari Pasal 363 ayat (1) ke-1 KUHP dikategorikan sebagai bentuk pencurian dengan keadaan yang memberatkan. Namun jika terjadi peristiwa pencurian ternak, maka unsur atau syarat tindak pidana pencurian tersebut harus dipenuhi. Dari tabel perbandingan yang dibuat peneliti dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan baik dari segi badan hukum, unsur pidana, tindak pidana dan bentuk sanksi pidana atas tindak pidana pencurian ternak berat di Penal. KUHP dan hukum Islam.
Pandangan hukum pidana Islam (jinjah) terhadap tindak pidana pencurian ternak termasuk dalam kategori sarikah. Dengan adanya peristiwa ini maka tindak pidana pencurian ternak harus memenuhi unsur-unsur atau syarat-syarat tindak pidana pencurian dan telah mencapai nisabnya. Penegakan hukum bagi kepala desa yang melakukan tindak pidana pencurian ternak pada malam hari.”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap
- Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pencurian
- Pencurian Hewan Ternak Dengan Pemberatan Menurut KUHP
Yang dimaksud dengan pasal ini adalah apabila semua bentuk pokok pencurian itu digabung dalam Pasal 362 KUHP, maka unsur-unsur pencurian dengan kekerasan itu seluruhnya adalah sebagai berikut: Yang memberatkan pidana pencurian dengan kekerasan adalah kemudian terjadinya peristiwa yang memadukan unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 365 ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 KUHP. Dengan terbatasnya jangka waktu ternak maka pencurian hewan ternak seperti itik, ayam, anjing dan lain-lain tidak termasuk dalam Pasal 363(1)(1) KUHP, namun tindak pidana pencurian dikenakan Pasal 362 KUHP. Kode. Kode.
Namun apabila binatang seperti ayam, itik dan sejenisnya menjadi tindak pidana pencurian yang mempunyai akibat yang lebih berat, apabila hal itu terjadi pada saat terjadi bencana alam, kebakaran, atau peristiwa rusuh lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal 363 KUHP, atau apabila pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih sebagaimana dimaksud dalam alinea keempat alinea pertama Pasal 363 KUHP, atau pencurian itu disebabkan oleh kerusakan atau pembongkaran sebagaimana dimaksud dalam alinea kelima alinea pertama Pasal 363 KUHP.96. Dalam hal ini peneliti mengutip keputusan Hakim Pengadilan Negeri Lumajang berdasarkan Putusan No. 41/Pid.B/2020/PN Lmj97 tentang pencurian hewan ternak dengan bobot bahwa dalam keputusan ini hewan ternak tersebut memang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan juga menjadi pusat perhatian. Kedua, peneliti mencontohkan putusan hukum hakim Pengadilan Negeri Pacitan berdasarkan putusan no. 43/Pid.B/2020/PN Pct98 tentang pencurian hewan ternak, dengan bobot keputusan tersebut hewan ternak berupa sapi memang mempunyai nilai.
Ketiga, peneliti mencontohkan putusan hakim Pengadilan Negeri Jember berdasarkan Putusan Nomor 889/Pid.B/2019/PN Jmr99 tentang pencurian hewan ternak dengan penekanan bahwa hewan ternak berupa sapi mempunyai nilai ekonomi baik bagi korbannya. dan pelakunya. Keempat, peneliti mencontohkan putusan hakim Pengadilan Negeri Lumajang berdasarkan Putusan Nomor 186/Pid.B/2015/PN Lmj100 tentang pencurian hewan ternak yang menegaskan bahwa hewan ternak berupa sapi mempunyai nilai ekonomi yang tinggi baik bagi korban maupun pelakunya. Kelima, peneliti mencontohkan putusan hakim Pengadilan Negeri Lumajang berdasarkan Putusan Nomor 326/Pid.B/2016/PN Lmj101 terkait kasus pencurian hewan ternak yang menegaskan bahwa hewan ternak berupa sapi tentunya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi baik bagi korban maupun korban. pelakunya.
“Karena hewan ternak berupa sapi mempunyai nilai jual yang besar dan tujuan terdakwa bersama teman-temannya untuk menjualnya dan hasilnya akan dibagi rata.” Maka dapat dibuktikan bahwa yang dimaksud dengan pencurian hewan ternak itu tertimbang karena adanya kata “ternak”.
Pandangan Hukum Pidana Islam (jinayah) Terhadap Delik Pencurian
- Pertanggungjawaban Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum
- Pencurian Hewan Ternak Dengan Pemberatan Menurut Hukum
Dalam hukum pidana Islam, pencurian digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu pencurian yang diancam dengan ta'zir dan pencurian yang diancam dengan had. Ditegaskan bahwa tindak pidana pencurian berat (equalificeerde deifstal) adalah perbuatan pencurian yang mempunyai unsur-unsur pencurian biasa, yang kemudian ditambah dengan unsur-unsur lain, sehingga menimbulkan risiko pemberatan tindak pidana tersebut. hukum pidana Islam. Unsur-unsur tersebut digolongkan sebagai berikut: 116 1) Unsur formal. -Shura [42]: 40) Dalam kaitan ini, hukum pidana Islam mengatur adanya pilar yang sangat penting yaitu pencurian.
Menurut Hanabilah dan Jumhur Fukaha, jika syarat di atas tidak terpenuhi dan tidak sempurna, maka pelaku pencurian akan kembali dikenakan hukuman tezir, bukan hukuman potong tangan. Jika perbuatan pencurian itu dianggap tidak lengkap, maka tidak dikenakan batasan potong tangan melainkan dikenakan hukuman tezir. Akibat logis dari pencurian suatu barang yang tidak ada nilainya adalah pelakunya tidak dapat dikenakan hukuman potong tangan.
Menurut para ahli hukum, disepakati bahwa tidak ada batas potong tangan jika barang yang diambil tidak disimpan di hirz. Berdasarkan hadits di atas, salah satu syarat terlaksananya hukuman potong tangan adalah barang/harta curian sudah mencapai nisab. Dengan ditetapkannya perwujudan hukuman ini, maka ada hikmah dan tujuan yang terkait dengan hukuman potong tangan.
Perbandingan Antara KUHP dan Hukum Pidana Islam Terkait Delik
Perjanjian tersebut hanya berkaitan dengan tindak pidana dalam KUHP dan hukum pidana Islam. Selanjutnya perbedaannya terletak pada pokok hukum, unsur pidana dan bentuk sanksi pidana dalam KUHP dan hukum pidana Islam mengenai tindak pidana pencurian ternak dengan pemberat. Dasar pertimbangan hakim dalam mengeluarkan putusan mengenai tindak pidana pencurian ternak berbobot adalah karena ternak mempunyai nilai ekonomi dan penghidupan yang tinggi, sebagaimana tertuang dalam putusan nomor 41/Pid.B/2020/PN Lmj, putusan nomor 43/ Pid.B/2020/PN Pct, nomor keputusan 889/Pid.B/2019/PN Jmr, nomor keputusan 186/Pid.B/2015/PN Lmj, dan nomor keputusan 326/Pid.B/2016/PN Lmj.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, hal ini tidak hanya berlaku bagi pelaku saja, namun juga mempunyai nilai ekonomi bagi korban kejahatan. Perbandingan antara KUHP dan KUHP Islam mengenai tindak pidana pencurian ternak berat, terdapat persamaan dan perbedaan antara keduanya, yaitu persamaan deliknya hanya terdapat pada KUHP dan KUHP Islam. Lalu terdapat perbedaan subjek hukum, unsur pidana dan bentuk sanksi pidana dalam KUHP dan Hukum Pidana Islam.
Mengenai dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana pencurian ternak, maka hukuman kurang dari tiga tahun seharusnya diperuntukkan bagi tindak pidana pencurian biasa. Dalam menetapkan suatu perbuatan sebagai tindak pidana pencurian hewan ternak dengan pemberat, harus ada kejelasan dalam menentukan kriteria atau unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pembentukan undang-undang, sehingga nantinya dengan adanya undang-undang yang tegas mengenai hal tersebut. pencurian hewan ternak dengan pemberat, hakim dapat menjatuhkan sanksi yang setimpal atau hukuman yang setimpal. Bagi aparat penegak hukum khususnya kepolisian, sebaiknya aparat kepolisian mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya peristiwa pencurian ternak di masyarakat, dan lebih berhati-hati dalam menangani kasus kejahatan tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Oleh karena itu, jika Anda mencuri ternak dari padang rumputnya, Anda akan didenda dua kali lipat harga sapi tersebut dan Anda juga akan didenda dengan alang-alang. Sedangkan jika mencuri ternak dari kandangnya, maka dikenakan batasan potong tangan (jika sudah mencapai nisab atau seperempat dinar atau lebih).
Saran