• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN HEWAN TERNAK SAPI (Studi Kasus Di Wilayah Polsek Pringsewu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN HEWAN TERNAK SAPI (Studi Kasus Di Wilayah Polsek Pringsewu)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENCURIAN HEWAN TERNAK SAPI (Studi Kasus Di Wilayah Polsek Pringsewu)

Oleh

Fernando Nara Sendi, Tri Andrisman., Firganefi. (Email: Fnsendi@gmail.com)

Tindak pidana pencurian sapi di Kabupaten Pringsewu mengalami peningkatan pada periode bulan januari 2016 hingga bulan mei 2016 Terjadinya pencurian hewan ternak s a p i disebabkan berbagai faktor selain pelaku kejahatan itu sendiri, di antaranya kurangnya kehati-hatian pemilik hewan ternak dalam meletakan hewan ternak hanya dengan diikat tali tambang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Pringsewu dan apakah yang menjadi faktor penghambat dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Pringsewu. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian hewan ternak sapi di Kabupaten Pringsewu dilakukan oleh Kepolisian Sektor Pringsewu melalui sarana non penal dan sarana penal. Upaya non penal dilaksanakan dengan sosialisasi, patroli,dan siskamling. Upaya penal dilaksanakan dengan penyelidikan dan penyidikan, mengumpulkan bukti guna menemukan tersangkanya. Faktor penghambat dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian sapi di Pringsewu yang terdiri dari: Faktor hukum (Undang-undang), faktor penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat serta faktor kebudayaan. Saran dalam penelitian ini adalah aparat kepolisian disarankan untuk meningkatkan patroli dalam rangka pengamanan dan pengawasan terhadap kejahatan pencurian hewan ternak sapi. Pemilik hewan ternak disarankan untuk meningkat kewaspadaan dalam meletakan hewan ternaknya didalam kandang yang dilengkapi dengan kunci pengamanan kandang dan diberi penerangan.

(2)

ABSTRACT

POLICE EFFORTS IN TACKLING THE CRIME OF THEFT OF FARM ANIMALS COWS

(Case Studies In The Area Of Polsek Pringsewu)

By

Fernando Nara Sendi, Tri Andrisman., Firganefi. (Email: Fnsendi@gmail.com)

The crime of theft of cattle in Pringsewu Regency has increased in the period January 2016 until may 2016 the occurrence of theft of livestock animals due to a variety of factors in addition to the perpetrator of the crime itself, among them a lack of prudence in the livestock owners put animals only with knotted ropes. Problems in the research is how police efforts in tackling the crime of animal beef cattle theft in Pringsewu Regency area and whether that barrier to be a factor in the effort to combatthe crime of theft of livestock animals in Pringsewu Regency area. The approach used is the problem of the juridical normative and empirical juridical approach. Data collection is done with the study of literature and the study of the field, then the datawere analyzed qualitatively. Research and discussion of the results shows that the effort to combat the crime of animal beef cattle theft crimes in Pringsewu Regency conducted by the Police Sector Pringsewu through means of non penal and penal facility. Non penal efforts implemented with socialization, patrol, and siskamling. Effortsimplemented with penal investigation and investigation, collect evidence to find should suspect. Restricting factors in the effort to combat the crime of theft of cattle inPringsewu consisting of: Factors of laws (legislation), law enforcement, the means and facilities, community factors and factors of culture. Suggestions in this study is recommended to increase police patrols and surveillance in order to safeguard againstevil animal beef cattle theft. Livestock owners are advised to increase alertness in hiscage in the animal doesn't come equipped with key security cages and given the explanation.

(3)

1. PENDAHULUAN

Pencurian merupakan suatu tindakan kejahatan yang terjadi di masyarakat dengan target berupa bangunan, seperti rumah,kantor atau tempat umum lainya seperti pencurian motor,mobil, handphone bahkan hewan ternak. Pencurian sendiri merupakan Perbuatan mengambil barang milik orang lain secara melawan hukum dengan maksud untuk memilikinya. Tindak Pidana ini diatur didalam pasal 362 KUHP diartikan sebagai berikut; “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”1. Didalam KUHP pencurian sendiri terbagi atas tiga pokok bahasan yakni; Pencurian biasa yang di atur dalam pasal 362 KUHP, dan Pencurian Dengan Pemberatan yang di atur dalam pasal 363 KUHP serta Pencurian dengan Kekerasan yang diatur dalam pasal 365 KUHP2.

Meningkatnya kasus pencurian hewan ternak berdasarkan data dari surat kabar harian Tribun Lampung yang terjadi menimbulkan keresahan bagi warga masyarakat terutama bagi para petani yang memiliki hewan ternak. Kasus pencurian hewan ternak yang sering terjadi di Kabupaten Pringsewu, perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat, sebab selain membawa pengaruh yang positif, terdapat juga pengaruh yang negatif bagi masyarakat. Pengaruh yang negatif ditandai dengan meningkatnya angka

1.Tri Andrisman. Delik Tertentu Dalam KUHP.

Universitas Lampung. 2011. Hlm.158

2.Ibid .hlm.164

kejahatan terutama tindak pidana Pencurian Hewan Ternak yang akhir-akhir ini marak terjadi dalam masyarakat Kabupaten Pringsewu. Hal ini bukanlah suatu hal yang terjadi secara tidak sengaja atau hanya kebetulan belaka.

Pelaku kejahatan pencurian ternak dalam melakukan tindakan melawan hukum dipicu oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, antara satu dengan lainnya saling berkaitan erat. Adapun sebab-sebab yang melatar belakangi pelaku tindak pidana pencurian adalah dari faktor ekonomi dan sosial, rendahnya tingkat pendidikan,meningkatnya

pengangguran, kurangnya kesadaran hukum, serta lingkungan kehidupan para pelaku tindak pidana pencurian.

Tindak pidana merupakan perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Tindak pidana merujuk pada suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku, dimana penjatuhan hukum terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.3

Upaya menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks terhadap tindak pidana pencurian Hewan Ternak, memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang sejalan dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hal ini dikarenakan masalah tindak pidana pencurian yang beragam tersebut

3 Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana.

(4)

dipahami melalui satu sudut pandang tertentu, yang meliputi pengertian, ruang lingkup serta sanksi yang perlu diketahui dalam KUHP.

Kasus Pencurian Hewan Ternak sebagai bagian dari kejahatan terhadap harta benda selalu muncul dan marak di kabupaten-kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung Khususnya Kabupaten Pringsewu, Bagi Kabupaten yang Mayoritas masyarakatnya adalah petani, hewan ternak merupakan harta yang sangat bernilai karena memiliki arti penting bagi usaha terhadap pemenuhan kebutuhan. Begitu banyaknya manfaat sapi/kerbau sebagai hewan ternak, bahkan hingga kotoran hewannnya, membuat sejumlah warga di Kabupaten Pringsewu khawatir dengan keamanan ternak ini.

Warga masyarakat Kabupaten Pringsewu yang mayoritas adalah petani dan peternak dalam kurun waktu 5 bulan terakhir cukup mengalami keresahan sehubungan dengan makin meningkatnya kasus pencurian hewan ternak sapi yang sudah mencapai 7 kasus pada periode bulan Januari 2016 hingga Mei tahun 2016. Di Kabupaten Pringsewu terdapat beberapa contoh kasus terkait dengan Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak, Rabu 24 februari 2016 Prahwoto (52) warga Pekon Klaten, Kecamatan Gadingrejo. dimana tiga kerbau yang ada di kandang Prahwoto sudah raib.Ironisnya, kerbau Prahwoto telah ditemukan tinggal tulang rangka, satu kepala, jeroan dan ekor di wilayah sebrang sungai. Yakni di Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu, jaraknya sekitar 2,5 kilometer dari rumah korban. Sedangkan satu ekor kerbau ditemukan masih hidup dalam kondisi terlepas. karena ternak juga memiliki daya jual yang cukup tinggi hal ini lah yang

menjadikan hewan ternak tak luput dari incaran pelaku pencurian.

Melihat fenomena semakin meningkatnya tindak pidana pencurian ternak sapi di wilayah Kabupaten Pringsewu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang akan di tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak Sapi (Study Kasus Di Wilayah Polsek Kabupaten Pringsewu)”.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: a. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Pringsewu? b. Apakah yang menjadi faktor

penghambat dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian ternak sapi di wilayah Kabupaten Pringsewu?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yaitu Pendekatan Normatif dan Pendekatan Empiris. Pendekatan hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada4. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah

4 . Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian

Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke

(5)

penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban). Pendekatan normatif ini dilakukan dengan cara melihat dan mengkaji peraturan-peraturan yang berlaku serta peraturan lainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu Pencurian hewan ternak sapi yang terjadi di wilayah kerja Polsek Pringsewu dan perkembangannya yang terjadi serta relevansinya terhadap rumusan delik pencurian yang berlaku.

Pendekatan empiris pendekatan ini dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung pada objek yang akan diteliti yaitu di wilayah kerja Polsek Pringsewu. Pendekatan secara empiris ini dilakukan dengan mewawancara beberapa narasumber yang berkompeten dan berhubungan dengan penulisan proposal skripsi ini, untuk mendapatkan data secara oprasional penelitian empiris dilakukan dengan penelitian lapangan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualifikatif dimana data-data yang diperoleh disajikan dan diuraikan secara sistematis dalam bentuk kalimat, kemudian diinterpretasikan berlandaskan teori yang ada dan perundang-undangan yang relevan untuk memperoleh kejelasan dan memudahkan pembahasan. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data tersebut kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode Induktif, yaitu suatu metode penarikan data yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum guna menjawab permasalahan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2.1 Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak Sapi di Pringsewu

Pencurian hewan ternak sapi merupakan suatu hal yang baru terjadi. Pencurian ternak merupakan perkembangan dari jenis pencurian biasa. Pencurian Hewan ternak masuk dalam jenis pencurian dengan pemberatan. Pencurian dengan Pemberatan atau Pencurian Khusus atau Pencurian dengan Kualifikasi

(gequalificeerde deifstal) diatur dalam

Pasal 363 KUHP. yang dimaksud dengan pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang dalam pelaksanaannya disertai oleh keadaan tertentu yang memberatkan. Tindak pidana pencurian merupakan suatu pelanggaran norma yang hidup di masyarakat yaitu norma agama dan norma hukum. Agama manapun akan melarang suatu tindakan pencurian karena hal tersebut merupakan suatu

dosa yang harus

dipertanggungjawabkan oleh pelakunya di akhirat.

Hukum juga melarang suatu tindakan pencurian, karena merugikan orang lain dan melanggar hak-hak pribadi dari setiap orang, salah satunya adalah hak untuk memiliki setiap benda. Upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian hewan ternak sapi di Pringsewu dalam penelitian ini dilaksanakan melalui dua sarana yaitu melalui sarana non penal dan melalui sarana penal.

1. Upaya Preventif (Non Penal)

(6)

kejahatan, yang mencangkup kegiatan – kegiatan yang di perkirakan mengandung Police Hazard (Kondisi lingkungan nyata yang berpeluang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat).

Murdono menjelaskan bahwa pihak kepolisian Polsek Pringsewu biasanya melakukan berbagai upaya-upaya sebelum terjadinya tindak pidana pencurian ternak sapi, diantaranya :

1. Melakukan Sosialisasi atau himbauan kepada masyarakat terkait Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak.

Menurut penjelasan Murdono diketahui bahwa sosialisasi mengenai kewaspadaan terhadap kejahatan hewan ternak dilaksanakan oleh Kepolisian Sektor Pringsewu dengan cara memasang spanduk sosialisasi di berbagai pusat-pusat keramaian yang ada di Pringsewu, seperti pusat perbelanjaan, pasar tradisional, rumah sakit dan tempat keramaian lainnya. Spanduk tersebut berisi himbauan kepada pemilik hewan ternak untuk menempatkan hewan ternaknya di tempat yang aman minimal di kandangkan dan tidak hanya menempatkan hewan tersebut hanya dengan tali yang dikaitkan ke pohon saja, sehingga dapat mengundang pencurian dengan hewan ternak5.

2. Melakukan patroli ke beberapa desa dan wilayah yang dinilai memiliki kemungkinan akan di lakukan pencurian.

Menurut penjelasan Murdono Upaya kepolisian Polsek Pringsewu yang bersifat Preventif (non penal) selain

5 Hasil wawancara dengan Kanit Reskrim Kepolisian

Sektor Pringsewu IPTU Murdono, 08 Februari 2017

memberikan sosialisasi dan himbawan adalah melakukan kegiatan patroli di berbagai desa baik malam atau pun siang hari, hal ini dilakukan agar masyarakat bisa membantu pihak kepolisian baik memberikan informasi ataupun membantu dalam kegiatan keamanan seperti melakukan Siskamling di tiap–tiap desa. Dengan ini masyarakat juga dibutuhkan partisipasinya agar aktif dalam upaya menangkal dan mengurangi kejahatan tindak pidana pencurian hewan ternak di setiap wilayah-wilayah yang ada di kabupaten pringsewu6.

3. Melaksanakan Pembuatan Kandang Bersama 1 (satu) Titik Minimal 15 Ekor Hewan Ternak

Menurut penjelasan Murdono di tentukannya kandang bersama 1 titik minimal 15 ekor perpekon dimana nanti akan disiskamling dan di awasi bergantian oleh warga masyarakat yang akan berkerja sama dengan Babinkamtibmas pekon masing-masing serta di setiap kandang di beri penerangan. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan dari Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara menyebutkan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat7.

4. Meningkatkan Sistem Keamanan Lingkungan

Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) merupakan upaya bersama dalam meningkatkan sistem keamanan

6 Hasil wawancara dengan Kanit Reskrim Kepolisian

Sektor Pringsewu IPTU Murdono, 08 Februari 2017

7 Hasil wawancara dengan Kanit Reskrim Kepolisian

(7)

dan ketertiban masyarakat yang memberikan perlindungan dan pengamanan bagi masyarakat dengan mengutamakan upaya-upaya pencegahan dan menangkal bentuk-bentuk ancaman dan gangguan Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat). Kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi bidang keamanan dan ketertiban, merupakan potensi pengamanan swakarsa yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan guna menumbuh kembangkan sikap mental, kepekaan dan daya tanggap setiap warga masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban disetiap dilingkungannya masing-masing8.

2. Upaya Represif (Penal)

Upaya Represif (Penal) ini berupa rangkaian kegiataan penindakan yang ditunjukan kearah pengungkapan terhadap semua kasus kejahatan, dalam hal ini bentuk kegiatan yang dilakukan adalah penyelidikan, penyidikan, serta upaya paksa lainya, yang dilakukan setelah terjadinya tindak pidana sesuai ketentuan undang – undang. Pihak kepolisian sudah melakukan upaya yang bersifat Represif (Penal), dimana pihak kepolisian telah melakukan kegiatan strong point atau razia-razia ke tempat-tempat rumah pemotongan hewan setelah adanya laporan mengenai tindak pidana pencurian hewan ternak di wilayah hukum Polsek Pringsewu. Adapun penjelasan Murdono, bahwa saat melakukan strong point atau pun razia, pihak kepolisian kesulitan untuk menentukan apakah setiap hewan yang ada di rumah pemotongan hewan merupakan hewan hasil pencurian karena rata-rata pelaku tindak pidana pencurian hewan ternak di kabupaten pringsewu

8 Hasil wawancara dengan Kanit Reskrim Kepolisian

Sektor Pringsewu IPTU Murdono, 08 Februari 2017

langsung memotong hewan curianya di tempat dan langsung mendistribusikan hewan curianya ke rumah pemotongan hewan atau pengepul daging jualan hasil pemotongan hewan tersebut sehingga pihak kepolisian akan sangat kesulitan mengingat tidak dapat di bedakanya mana daging bukan hasil curian dan mana daging yang bukan hasil curian9.

Upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan hewan ternak melalui sarana penal dilaksanakan oleh Kepolisian Sektor Pringsewu dengan cara melakukan penyelidikan dan penyidikan. Peran pihak kepolisian secara konkret juga dimulai pada saat terdapat laporan dari pihak masyarakat ataupun terjadi tertangkap tangan sedang terjadi tindak pidana pencurian hewan ternak sapi di Kabupaten Pringsewu. Pihak kepolisian melakukan serangkaian dalam hal dan menurut cara yang diatur undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Serangkaian tindakan ini dikenal dengan istilah penyelidikan.

Tujuan pokok tindakan penyidikan adalah utuk menemukan kebenaran dan menegakkan keadilan, bukan mencari-cari kesalahan seseorang. Dengan demikian, seseorang penyidik dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang- wenang, senantiasa berada dalam koridor penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

Peraturan perundangan yang menjadi dasar pelaksanaan penyidikan oleh

9 Hasil wawancara dengan Kanit Reskrim Kepolisian

(8)

penyidik Kepolisian Sektor Pringsewu dalam menanggulangi tindak pidana pencurian hewan ternak di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Menurut Pasal 1 Ayat (1) penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Berdasarkan penelitian di Polsek Pringsewu dengan melakukan wawancara kepada Iptu Murdono maka diketahui bahwa penyidikan memerlukan beberapa upaya agar pengungkapan perkara dapat diperoleh secara cepat dan tepat.

Upaya–upaya penyidikan tersebut mulai dari surat panggilan, penggeledahan, hingga penangkapan dan penyitaan. Penyidik dalam hal telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum (sehari-hari dikenal dengan SPDP atau Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) hal ini sesuai dengan KUHAP Pasal 109 Ayat (1). Setelah bukti-bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada Penuntut Umum (kejaksaan) atau ternyata bukan tindak pidana.

2.2 Faktor Penghambat Dalam Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Sapi Di Wilayah Kabupaten Pringsewu

Maraknya pencurian hewan ternak dikabupaten pringsewu dan kesulitan pihak kepolisan dalam mengungkap

setiap kasus yang terjadi dikarenakan berbagai faktor penghambat yaitu :

1. Faktor Hukumnya sendiri (undang-undang)

2. Faktor Penegak Hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat, yakni

lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup10

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas penegakan hukum

1. Faktor Hukum (Undang-Undang) Gangguan terhadap penegakan hukum yang berasal dari undang-undang disebabkan karena

1) Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang;

2) Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang;

3) Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpang-siuran di dalam penafsiran serta penerapannya.

2. Faktor Penegak Hukum

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai dengan aspirasi

10 Soerjono soekanto, Faktor-faktor yang

(9)

masyrakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka.Kecuali dari itu, maka golongan panutan harus dapat memanfaatkan unsur-unsur pola tradisonal tertentu, sehingga menggairahkan partisipasi dari golongan sasaran atau masyrakat

3. Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung Penanggulangan Tindak Pidana

Dalam proses penegakan hukum menurut Siska Indria sarana dan prasarana hukum mutlak diperlukan seperti penambahan kendaraan dan juga perbaikan sarana jalan-jalan yang ada di desa-desa sehingga dapat memperlancar dan terciptanya keamanan dan ketertiban yang dilakukan aparat penegak hukum. Sarana dan prasarana hukum yang memadai dimaksudkan untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan globalisasi, yang telah mempengaruhi tingkat kecanggihan kriminalitas, seperti kejahatan pembobolan bank, dengan menggunakan teknologi computer, kejahatan pemalsuan uang dengan menggunakan peralatan canggih, dan memotong hewan hasil curian menggunakan mesin pemotong daging..

4. Faktor Masyarakat

Kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah dapat menjadi hambatan bagi proses penegakan hukum. Menurut Erna Dewi Hal ini dapat dilihat dari masih adanya rasa enggan masyarakat untuk menyampaikan laporan atau menjadi saksi atas terjadinya suatu proses penegakan hukum. Memang diakui bahwa hal

tersebut di atas tidak semata-mata menggambarkan rendahnya kesadaran hukum masyarakat, karena masih ada faktor lain, seperti belum adanya jaminan perlindungan terhadap saksi

5.Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Semakin acuh dan enggan peduli nya masyarakat terhadap kehidupan sekitar yang diakibatkan dari percampuran budaya yang negatif menjadi faktor yang cukup mempengaruhi kepolisian dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian hewan ternak sapi di Pringsewu

III. PENUTUP

3.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan oleh penulis, jadi dapat disimpulkan bahwa :

1. Upaya Kepolisian Sektor Pringsewu dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Hewan ternak adalah:

a) Upaya Non Penal terdiri dari Melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat terkait makin maraknya pencurian hewan ternak, melakukan patroli rutin ke desa-desa yang dinilai memiliki tingkat pencurian hewan ternak tinggi, pembuatan kandang bersama 1 titik minimal 15 ekor sapi, meningkatkan sistem keamanan lingkungan tiap desa.

(10)

saksi-sakti, pengamanan barang bukti, pemanggilan atau penangkapan tersangka, setelah dilakukan penangkapan terhadap tersangka maka dilakukan penahanan sementara, terhadap pelaku tindak pidana pencurian hewan ternak, selanjutnya Pemeriksaan dimuka penyidik, Pembuatan Berita Acara, yang meliputi berita acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum untuk dilakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku.

2. Faktor Penghambat Kepolisian Sektor Pringsewu dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak Sapi yang paling dominan adalah Faktor Masyarakat dan Faktor Sarana dan Fasilitas. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk penegakan hukum sangat kurang karena kebanyakan masyarakat berpikirian masih takut, enggan atau malas berurusan dengan kepolisian. Selain itu minimnya jumlah anggota yang bertugas hingga kurangnya jumlah kendaraan dan buruknya sarana jalan raya menjadi hambatan dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian hewan ternak sapi baik sesudah terjadi tindak pidana mapun sebelum terjadinya tindak pidana pencurian hewan ternak sapi.

3.2Saran

Berdasarkan simpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran:

a. Kepolisian hendaknya lebih bisa mengoptimalkan upaya non penal dalam penanggulangan tindak

pidana pencurian hewan ternak sapi karena pencegahan lebih baik daripada pemberantasan. Kepada pemerintah sebaiknya dapat memperbaiki sarana dan fasilitas penunjang kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian hewan ternak dengan memperbaiki sarana dan prasarana jalan, serta menambah jumlah personil anggota kepolisian sehingga akan tercipta ketertiban, keamanan dan kenyamanan didalam masyarakat Kabupaten Pringsewu.

b. Masyarakat diharapkan bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak menghambat proses penyelidikan dan penyidikan serta dapat meningkatkan kewaspadaan ketika meletakan hewan ternaknya dengan meletakanya didalam kandang yang dilengkapi dengan kunci pengamanan kandang dan diberi penerangan.

DAFTAR PUSTAKA

Soerjono soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pnegakan

Hukum (Ed-1, cetakan ke 13),

Rajawali Pers, 2014

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan

ke – 11. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009),

Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni.Bandung. 1986

Tri Andrisman. Delik Tertentu Dalam

KUHP. Universitas Lampung.

(11)

Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Referensi

Dokumen terkait

Provision of copepod nauplii as food increases larval survival in many fish species that are difficult to rear using standard practices. Gladioferens imparipes is a temperate

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) KOMITMEN KONTIJENSI/OFF BALANCE SHEET. PT BANK DINAR

Tujuan : Guna mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiktomi yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi, dan

Sifat kimia yang memiliki pengaruh terhadap perbedaan vegetasi mangrove adalah nilai daya hantar listrik (DHL/EC), persentase kadar air lapang, persentase kejenuhan

Kapasitas dasar jalan tergantung kepada tipe jalan, jumlah lajur, apakah jalan ada pemisah fisik atau tidak sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1... Kapasitas

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat- Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul "Tingkat Konsumsi Protein Ikan

Penelitian yang dilakukan oleh Ani Purwanita (2016) mengenai Perancangan system informasi berbasis web di SMK SIERE CENDEKIA KOTA TANGERANG yang menjelaskan bahwa

.RQVXPVLNDUHWVLQWHWLNGXQLDWHUXV PHQXQMXNNDQNHFHQGHUXQJDQSHQLQJNDWDQ EDKNDQ OHELK WLQJJL GDULSDGD NDUHW DODP.. WHUKLGURJHQDVL %DKDQ \DQJ GLSHUOXNDQ GDODP VLQWHVLV +15 PHOLSXWL