• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan (Studi Pada CV. Paradep Taxi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan (Studi Pada CV. Paradep Taxi)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN

ANGKUTAN PENUMPANG BUS DALAM KECELAKAAN

(Studi Pada CV. Paradep Taxi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan

Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

TAMBA PARULIAN SARAGIH 100200307

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN ANGKUTAN

PENUMPANG BUS DALAM KECELAKAAN

(Studi Pada CV. Paradep Taxi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan

Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

TAMBA PARULIAN SARAGIH 100200307

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

DISETUJUI OLEH :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. Hasim Purba, SH.,MHum NIP. 1966030319855081001

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Sinta Uli, SH.,M.Hum Ramli Siregar, SH, M.Hum

NIP. 1955062619886012001 NIP. 195303121983031002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN

ANGKUTAN PENUMPANG BUS DALAM KECELAKAAN (STUDI PADA CV. PARADEP TAXI)”, yang membahas mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap korban

kecelakaan melalui jalan raya yang dilaksanakan oleh CV. Paradep Taxi Medan.

Dalam usaha menyusun dan menyelesaikan skripsi ini penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, hal tersebut dapat diatasi. Penulis menyadari dalam menulis skripsi ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Namun penulis mencoba menyelesaikan dengan kemampuan yang ada pada penulis sendiri, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang penulis cintai, J. Saragih dan R. Br. Sidamanik yang telah memberikan kasih sayang, doa serta motivasi yang besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

Dalam menyelesaikan skrpisi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(4)

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M. Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Dr. OK. Saidin, S.H, M.Hum, selaku wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Dr. H. Hasim Purba, SH. M. Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Ibu Sinta Uli, SH.,M.Hum selaku Ketua Program Kekhususan, dan selaku Dosen Pembimbing skripsi I yang telah memberi bimbingan dan arahan, serta memberikan koreksi terhadap isi skripsi untuk perbaikan sewaktu penyusunan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Ramli Siregar, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Hukum Perdata BW serta seluruh Staf pengajar lain yang dengan hati tulus iklas telah mendidik penulis.

9. Seluruh pegawai tata usaha yang telah banyak membantu penulis sejak semester satu sampai pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(5)

11.Teristimewa buat Kekasih saya Debora Manalu, yang memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

12.Kepada teman-teman saya di kampus : Theopilius Sembiring, Muhammad Kolan, Gayus Sinulingga, Gilbert Sinaga, Fajar, Mukril, Jeremy, Gany, Tika, Devi Hutapea, Anastasya dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga seluruh pihak yang membaca skripsi ini.

Medan, Agustus 2015

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Metode Penelitian ... 13

E. Sistematika Penulisan ... 15

F. Keaslian Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ANGKUTAN A. Defenisi Angkutan, Fungsi dan Manfaat Angkutan ... 18

B. Jenis-jenis Angkutan dan Perjanjian Pengangkutan ... 24

C. Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan ... 32

(7)

BAB III PROSES PENANGANAN PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP

PENUMPANG YANG MENGALAMI KECELAKAAN MENURUT HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Hak dan Kewajiban Penumpang yang Mengalami Kecelakaan

Menurut Perlindungan Konsumen ... 53 B. Hak dan Kewajiban Perusahaan Angkutan Terhadap

Penumpang yang Mengalami Kecelakaan Menurut

Perlindungan Konsumen ... 59 C. Penanganan Perusahaan Angkutan Terhadap Penumpang

yang Mengalami Kecelakaan Menurut Hukum Perlindungan

Konsumen ... 63 D. Bentuk Penyelesaian Sengketa dan Etika Penyelesaian

Sengketa Konsumen ... 64

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN ANGKUTAN PENUMPANG BUS DALAM KORBAN KECELAKAAN

A. Tanggung Jawab Perusahaan CV. Paradep Taxi Terhadap

Korban Kecelakaan ... 72 B. Peran dan Fungsi Perusahaan Angkutan Penumpang Bus

Dalam Korban Kecelakaan Menurut Hukum Perdata... 74 C. Sistem Pengaturan Ganti Rugi dan besarnya Ganti Kerugian

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Balasan Penelitian dari Perusahaan CV. Paradep Taxi 2. Resume Wawancara

(9)

ABSTRAK

Tamba Parulian Saragih*) Sinta Uli **)

Ramli Siregar ***)

Pengangkutan umum mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam melakukan pengangkutan tidak terlepas dari resiko buruk atau kecelakaan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Perusahaan angkutan umum menurut pasal 1 angka 21 UU LLAJ 2009 adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum. Berkaitan dengan penggantian kerugian oleh penyedia jasa angkutan umum, Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang yang meninggal dunia dan luka-luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari karena kesalahan penumpang (pasal 191 ayat (1) UU LLAJ). Berdasarkan keadaan tersebut maka penulis mengangkat judul skripsi yang berkaitan dengan permasalahan ini yaitu: “Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan (Studi Pada CV. Paradep Taxi)”.

Penelitian ini bersifat Studi Kepustakaan yang mempelajari dan menganalisa dengan sistematik buku-buku, perundang-undangan, catatan kuliah, dan sumber lain yang berkaitan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan hasil riset yang diperoleh dari lapangan guna menambah fakta atau kebenaran dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Jenis penelitian ini adalah Metode penelitian Hukum Empiris, yang melihat hukum secara nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum dilingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan angkutan CV. Paradep Taxi, dalam melakukan penggantian kerugian terhadap korban yang ditimbulkan oleh Paradep Taxi, Perusahaan memberikan jaminan asuransi dengan mengikatkan Perusahaan kepada PT. Jasa Raharja, untuk mempertanggungjawabkan masalah yang terjadi di dalam pengangkutan, bila penumpang mengalami kecelakaan selama masih dalam perjalanan dan kehilangan nyawa serta mengalami kerugian yang berskala besar, PT. Jasa Raharja memberikan asuransi maksimal 10 juta per orang. Apabila penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan mengalami kerugian lebih dari dana yang diberikan asuransi PT. Jasa Raharja, maka pihak Perusahaan bertanggungjawab menanggung semua sisa kerugian penumpang tersebut. Perusahaan tidak mengklaim penumpang yang terbukti mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Namum jika terdapat korban selama dalam melakukan perjalanan dan dibuktikan tidak di akibatkan oleh kelalaian pengemudi maka pihak pengangkut juga tidak akan bertanggung jawab terhadap resiko tersebut. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa Perusahaan melakukan pengangkutan atas dasar adanya perjanjian pengangkutan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pengangkutan, untuk menanggulangi masalah yang terjadi selama dalam perjalanan.

Kata kunci : Pertanggungjawaban, Angkutan, Penumpang.1

*) Peneliti, Mahasisiwa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(10)

ABSTRAK

Tamba Parulian Saragih*) Sinta Uli **)

Ramli Siregar ***)

Pengangkutan umum mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam melakukan pengangkutan tidak terlepas dari resiko buruk atau kecelakaan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Perusahaan angkutan umum menurut pasal 1 angka 21 UU LLAJ 2009 adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum. Berkaitan dengan penggantian kerugian oleh penyedia jasa angkutan umum, Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang yang meninggal dunia dan luka-luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari karena kesalahan penumpang (pasal 191 ayat (1) UU LLAJ). Berdasarkan keadaan tersebut maka penulis mengangkat judul skripsi yang berkaitan dengan permasalahan ini yaitu: “Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan (Studi Pada CV. Paradep Taxi)”.

Penelitian ini bersifat Studi Kepustakaan yang mempelajari dan menganalisa dengan sistematik buku-buku, perundang-undangan, catatan kuliah, dan sumber lain yang berkaitan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan hasil riset yang diperoleh dari lapangan guna menambah fakta atau kebenaran dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Jenis penelitian ini adalah Metode penelitian Hukum Empiris, yang melihat hukum secara nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum dilingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan angkutan CV. Paradep Taxi, dalam melakukan penggantian kerugian terhadap korban yang ditimbulkan oleh Paradep Taxi, Perusahaan memberikan jaminan asuransi dengan mengikatkan Perusahaan kepada PT. Jasa Raharja, untuk mempertanggungjawabkan masalah yang terjadi di dalam pengangkutan, bila penumpang mengalami kecelakaan selama masih dalam perjalanan dan kehilangan nyawa serta mengalami kerugian yang berskala besar, PT. Jasa Raharja memberikan asuransi maksimal 10 juta per orang. Apabila penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan mengalami kerugian lebih dari dana yang diberikan asuransi PT. Jasa Raharja, maka pihak Perusahaan bertanggungjawab menanggung semua sisa kerugian penumpang tersebut. Perusahaan tidak mengklaim penumpang yang terbukti mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Namum jika terdapat korban selama dalam melakukan perjalanan dan dibuktikan tidak di akibatkan oleh kelalaian pengemudi maka pihak pengangkut juga tidak akan bertanggung jawab terhadap resiko tersebut. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa Perusahaan melakukan pengangkutan atas dasar adanya perjanjian pengangkutan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pengangkutan, untuk menanggulangi masalah yang terjadi selama dalam perjalanan.

Kata kunci : Pertanggungjawaban, Angkutan, Penumpang.1

*) Peneliti, Mahasisiwa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Zaman modern saat ini, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, semakin tinggi juga tingkat kebutuhan hidup masyarakat. Meningkatnya tingkat kebutuhan hidup masyarakat mengakibatkan semakin tingginya tingkat mobilitas penggunaan angkutan. Dengan kepadatan alat pengangkut di lalu lintas tak jarang menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan, penumpang, dan pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

(12)

terjadi tanpa adanya maksud atau direncanakan oleh individu pelaku, namun sanksinya berbeda dalam kasus yang berbeda-beda.2

Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan barang dengan angkutan umum. Angkutan umum adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Lalu lintas merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Lalu lintas yang baik akan memperlancar terlaksananya pengangkutan penumpang dan barang secara timbal balik antar daerah, sesuai kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan Undang-undang No 22 tahun 2009 lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 43 ayat (1) UU LLAJ ditentukan, pengusaha angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang, setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Pengusaha angkutan umum itu menurut pasal 41 ayat (1) UU LLAJ adalah badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia. Ini berarti perusahaan angkutan umum sebagai pengangkut boleh perusahaan badan hukum, atau persekutuan bukan badn hukum, atau perusahaan perseorangan. Jika badan hukum

2

(13)

boleh BUMN, misalnya Perum DAMRI, boleh BUMS misalnya Kopti Jaya (Koperasi). Jika persekutuan bukan badan hukum boleh berbentuk CV misalnya CV Titipan Kilat. Jika perusahaan perseorangan boleh berbentuk PO misalnya PO Putra Remaja, PO Musi Jaya.3

Pengangkutan adalah bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena didasari oleh berbagai faktor berikut ini

1. Keadaan Geografis Indonesia

Keadaan geografis Indonesia berupa daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai serta danau memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna mengjangkau seluruh wilayah negara. Kondisi angkutan tiga jalur tersebut mendorong dan menjadi alasan pergunaan alat pengangkut modern yang digerakkan secara mekanik.

2. Menunjang Pembanguan Berbagi Sektor

Kemajuan dan kelancaran pengangkutan akan menunjang pelaksanaan pembangunan berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan berbagai sektor keseluruh pelosok tanah air, misalnya sektor industry, perdagangan, pariwisata, pendidikan.

3. Mendekatkan Jarak Antara Desa Dan Kota

Lancarnya pengangkutan berarti mendekatkan jarak antara desa dan kota ini akan memberikan dampak bahwa untuk bekerja di kota tidak harus pindah ke kota, mereka yang tinggal di kota tidak perlu kuwatir dipekerjakan di daerah luar kota, informasi timbal balik yang

3

(14)

cukup cepat antara desa dan kota. Pola hidup di daerah pedesaan cenderung mengikuti pola hidup di daerah perkotaan. Tingkat berpikir dan ingin maju warga desa dapat tumbuh lebih cepat.

4. Perkembangan Ilmu Dan Teknologi

Perkembangan di bidang pengangkutan mendorong perkembangan pendidikan di bidang ilmu dan teknologi pengangkutan modern, sarana dan prasarana angkutan modern, dan hukum pengangkutan modern terutama mengenai perkeretaapian, perkapalan, pesawat udara dan sumber daya manusia lainnya.4

Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau penumpang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan niaga. Penyelenggaraan pengangkutan niaga dapat berstatus BUMN, BUMS, dan perseorangan yang berusaha di bidang jasa pengangkutan niaga.5

4

Ibid , hlm 7

5

(15)

Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan, pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan, pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas (UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Undang-undang pengangkutan dipakai istilah penumpang untuk pengangkutan orang tetapi rumusan mengenai penumpang secara umum tidak diatur. Dalam pasal 1 butir (9) UUKA ditentukan, pengguna jasa adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan, baik untuk angkutan orang maupun barang. Dalam UUPP dan UUPU tidak dijumpai rumusan pasal mengenai pengguna jasa. Dari dua pasal tadi dapat disimpulkan bahwa “pengguna

jasa” adalah penumpang dan/atau pengirim barang. Dilihat dari pihak perjanjian pengangkutan

orang, penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut. Dalam perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian, dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus mampu melakuakan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian (pasal 1320 KUHPerdata).6

Kenyataan menunjukkkan bahwa anak-anak membuat perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan masyarakat ialah fungsi dan tujuan pengangkutan. Anak-anak sekolah naik angkot atau bus kota untuk mencapai tujuan, yaitu tiba dengan selamat di sekolah atau di rumah masing-masing. Apakah kebiasaan ini dapat diartikan menyimpangi pasal 1320 KUHPerdata ? Pada hakikatnya anak-anak mengadakan perjanjian pengangkutan itu mendapat kuasa (restu) dari orangtuanya atau walinya. Jadi, yang bertanggung jawab itu adalah orangtua atau wali yang mewakili anak-anak itu. Anak ini bukan menyimpangi undang-undang bahkan sesuai dengan undan-undang.

6

(16)

Berdasarkan rumusan pihak dalam perjanjian tadi, jelaslah bahwa kriteria penumpang menurut undang-undang adalah :

1. Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian 2. Membayar biaya angkutan

3. Pemegang dokumen angkutan7

Ketiga kriteria ini bersifat kumulatif bukan alternatif.

Pengangkutan yang menurut kebiasaan tidak menggunakan dokumen angkutan, seperti pada angkot, maka setiap orang yang membayar biaya angkutan adalah penumpang. Jadi, orang yang di angkut tetapi tidak membayar biaya angkutan bukan penumpang dalam arti undang-undang.

Sebagai pengusaha yang menjalankan perusahaan angkutan, pengangkut memiliki alat pengangkut sendiri akan menggunakan alat pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut diatas rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengankut di darat disebut kendaraan umum yang dijalankan oleh supir. Alat pengangkut diperairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Alat pengangkut diudara disebut pesawat udara yang dijalankan oleh pilot. Masinis, sopir, nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan pengangkut yang didasarkan pada perjanjian kerja yang diatur oleh hukum tenaga kerja.

Menurut ketentuan pasal 1 butir (6) UU LLAJ, kendaraan adalah alat yang bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Selanjutnya dalam butir (7) dijelaskan lagi bahwa kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang berada pada kendaraan itu. Sedangkan kendaraan umum menurut butir (9) adalah

7

(17)

setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.8

Perusahaan angkutan umum berfungsi sebagai penyedia jasa angkutan. Jasa angkutan adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa perusahaan angkutan umum. Perusahaan angkutan umum sesuai dengan pasal 1 ayat 21 undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang atau barang dengan kendaraan. Angkutan atau wahana adalah alat transportasi, baik yang digerakkan oleh mesin maupun oleh makhluk hidup. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkapnya yang diperuntukan lalu lintas.

Lalu lintas yang baik akan mempermudah terhubungnya aktivitas manusia dengan daerah lain, perhubungan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan suatu negara termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun di segala bidang termasuk sektor perhubungan.

Menurut Utrecht, Badan Hukum atau Korporasi adalah badan yang menurut hukum berwenang menjadi pendukung hak, atau setiap pendukung hak yang tidak berjiwa.9 Menurut Wirjono Projodikoro Korporasi merupakan badan yang disamping manusia perorangan, juga dapat dianggap bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban, dan berhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.

Penyusunan skripsi ini lebih menitik beratkan pada tanggung jawab perusahaan terhadap korban kecelakaan melalui jalan raya yang dilaksanakan oleh CV. Paradep Taxi, yang

8

Ibid, hlm 62 9

(18)

banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengangkut penumpang ke daerah lain. Dalam pelaksanaan pengangkutan yang menentukan hak dan kewajiban para pihak sangat tergantung pada perjanjian pengangkutan sehingga terlaksananya pengangkutan sesuai yang diharapakan.

Untuk terlaksananya pengangkutan penumpang dengan baik dan lancar serta selamat sampai tujuan, maka penumpang mengadakan perjanjian dengan CV. Paradep Taxi, dimana CV. Paradep Taxi berkedudukan sebagai pengangkut. Perjanjian ini dimaksudkan untuk terlaksananya pengangkutan dengan baik, dengan demikian walaupun tujuan perjanjian tersebut untuk menjaga keselamatan penumpang, tetapi ada kemungkinan resiko terjadinya suatu hambatan-hambatan dalam perjalanan seperti : kecelakaan, keterlambatan, bencana alam dan sebagainya.

Menurut ketentuan pasal 43 UU LLAJ, pengusaha angkutan umum wajib mengangkut penumpang dan/atau barang setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang, yang dibuktikan dengan dokumen angkuatn yang diterimanya dari pengangkut. Dengan demikian, kewajiabn pokok pengangkut adalah mengangkut penumpang dan/atau barang serta menerbitkan dokumen angkutan, sebagai imbalan haknya memperoleh biaya angkutan dari penumpang dan/atau pengirim.

Agar lebih jelas dalam perjanjian dapat diperjanjikan lagi bahwa disamping kewajiban pokok, pengangkut wajib :

1) Merawat, menjaga, dan memelihara penumpang dan barang yang diangkut dengan sebaik-baiknya

(19)

3) Menyerahkan barang yang diangkut kepad penerima dengan utuh, lengkap, tidak rusak, atau tidak terlambat.10

Pengusaha angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengrim jika terjadi pembatalan pemberangkatan kendaraan umum (pasal 44 UU LLAJ). Uuntuk memenuhi kewajiban pokok pengembalian biaya angkutan, pengangkut berhak memperoleh kembali dokumen angkutan dari penumpang atau pengirrim sebagai bukti bahwa biaya angkutan memang sudah dibayar lunas sebelumnya dan sudah dikembalikan kepada penumpang dan/atau pengirim.

Pada penyelenggaraan pengangkutan, menurut ketentuan pasal 34 UU LLAJ pengangkut wajib menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang. Kendaraan bermotor untuk penumpang adalah kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang, baik dengan maupun tanpa tempat bagasi. Ketentuan ini dimaksudkan terutama untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan penumpang. Oleh karena itu, penggunaan kendaraan bermotor untuk barang dilarang digunakan untuk mengangkut penumpang. Disamping itu, dapat diperjanjikan pulak bahwa pengangkut tidak wajib atau menolak pengangkut barang yang dilarang undan-undang atau membahayakan ketertiban dan kepentingan umum. Barang yang dilarang itu misalnya barang selundupan, petasan, berbagai jenis narkotik, ecstacy, minuman keras, hewan yang dilindungi.11

Apabila kesalahan tersebut ada pada pihak pengangkut dalam hal ini CV. Paradep Taxi, bertanggungjawab sebagai pengangkut dan penumpang dalam hal ini sebagai pihak yang dirugikan dapat menuntut haknya yang biasanya dalam bentuk penuntutan ganti rugi. Jadi

10

Abdulkadir Muhammat, op.cit., hlm 94

11

(20)

dengan adanya perjanjian tersebut akan menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak. Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan dalam pembahasan yaitu : “Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan

(Studi Pada CV. Paradep Taxi)”. Adapun pertimbangan dan alasan penulis memilih judul ini adalah ingin menguraikan dan memberikan gambaran serta tanggung jawab pengangkut penumpang melalui jalan darat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mempunyai keinginan untuk lebih mengetahui tentang tanggung jawab pengangkut dalam perjanjian pengangkutan penumpang dalam prakteknya sehari-hari.

B.

Rumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti, dan supaya peneliti memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan hasil penelitian dari skripsi ini, maka terlebih dahulu dirumuskan masalahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana tanggung jawab perusahaan CV. Paradep Taxi terhadap korban kecelakaan ? 2. Bagaimana peran dan fungsi hukum terhadap korban kecelakaan angkutan ?

3. Bagaimana sistem pengaturan ganti rugi dan besarnya ganti kerugian yang disebebkan perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan ?

(21)

Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk lebih mengetahui tanggung jawab pihak pengangkut atas penumpang yang mengalami kecelakaan

2. Untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi hukum terhadap korban kecelakaan angkutan

3. Untuk mengetahui sistem pengaturan ganti rugi dan besarnya ganti kerugian yang disebabkan perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan.

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tantang pelaksanaan dan penyelenggaraan pengangkutan penumpang dan mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab pihak pengangkut dalam pelaksanaan pengangkutan penumpang.

2. Secara praktis, untuk Fakultas Hukum, khususnya jurusan Hukum Perdata, penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian ini.

D.

Metode Penelitian

(22)

pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan yang kemudian mengadakan analisa terhadap masalah yang dihadapi.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Perusahaan Angkutan Umum CV. Paradep Taxi, Jalan Sutomo Nomor 30 Pematang Siantar.

2. Jenis Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode penelitian Normatif-Empiris, dalam penelitian Empiris, dilakukan untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dengan pimpinan CV. Paradep Taxi, sekaligus sopir, kernek, dan penumpang. Sedangkan penelitian Hukum Normatif, dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan skripsi ini.

3. Sumber Data

Data yang dikumpul dalam penulisan skripsi ini dilakukan pengumpulan data Primer dan data Sekunder, metode pengumpulan Data Primer adalah dengan melakukan wawancara dengan Pimpinan CV. Paradep Taxi.

(23)

pengumpulan data dengan menerapkan tehnik pengumpulan data yang dapat disebutkan pada uraian selanjutnya.

4. Tehnik Pengumpulan Data

1. Library research (studi kepustakaan) yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang di bahas dalam skripsi ini. 2. Field research (studi kelapangan) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung

kelapangan, perolehan data ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan pimpinan CV. Paradep Taxi sebagai perusahaan pengangkutan penumpang.

5. Analisis Data

Analisa data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis dengan secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga di peroleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini. Dalam hal ini hasil dari wawancara terhadap pihak CV. Paradep Taxi.

E.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci, adapun bagiannya adalah :

(24)

Dalam bab ini yang merupakan bab pendahuluan, penulis menguraikan tentang hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan dan manfaat, tinjauan kepustakaan. Sebagai penutup bab ini diakhiri dengan memberikan sistematika penulisan dari skripsi ini.

Bab II : Tinjauan Umum Mengenai Pertanggungjawaban Dan Gambaran Umum Perusahaan Angkutan

Sesuai dengan judul ini, maka bab ini menguraikan tinjauan umum mengenai angkutan dan perjanjian angkutan, objek dan pihak dalam perusahaan angkutan, pengertian pertanggungjawaban dan pertanggungjawaban perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan di tinjau dari hukum perdata.

Bab III : Proses penanganan Perusahaan Angkutan Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Menurut Hukum Perlindungan Konsumen

Dalam bab ini diuraikan mengenai hak dan kewajiban penumpang yang mengalami kecelakaan menurut perlindungan konsumen, hak dan kewajiban perusahaan angkutan terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan menurut perlindungan konsumen, penanganan perusahaan angkutan terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan menurut hukum perlindungan konsumen.

Bab IV : Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Korban Kecelakaan

(25)

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

Dalam bab terakhir ini merupakan penutup dari rangkaian bab-bab sebelumnya, dimana penulis membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang dilanjutkan dengan memberi saran-saran atau masalah-masalah yang tidak terpecahkan yang di harapkan akan dapat berguna dalam praktek.

F.

Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku dan di tambah sumber riset dari lapangan di CV. Paradep Taxi, penulis dalam kesempatan ini membahas tentang pertanggungjawaban perusahaan terhadap korban kecelakaan.

Telah dilakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa judul skripsi ini tidak sama dengan karya orang lain. Kalaupun ada kesamaan di dalamnya, itu bukan merupakan kesengajaan dari penulis dan tentunya dilakukan pendekatan permasalahan yang berbeda, seperti judul dibawah ini :

1. “Pertanggungjawaban Pengangkut Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut”. Ditulis oleh Putra

H. Hasibuan Nim 050200100 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, skripsi ini membahas tentang tanggung jawab pengangkut untuk menggganti kerugian barang yang disebabkan karena kelalaian pihak pengankut.

2. “Pertanggungjawaban Perdata Dalam Perbuatan Melawan Hukum Pada Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya”. Ditulis oleh Uniston Tarigan Nim 930200236 Fakultas

(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ANGKUTAN

A.

Defenisi Angkutan, Fungsi dan Manfaat Angkutan

Perusahaan angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif tertentu. Angkutan jalan raya, meliputi angkutan yang menggunakan alat angkut berupa manusia, hewan, pedati, sepeda motor, becak, bus, truck, dan kendaraan bermotor lainnya. Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia, tenaga hewan, tenaga uap, BBM (bahan bakar minyak), dan diesel. Angkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin.

Dalam pelaksanaan pengangkutan terlebih dahulu dilakukan perjanjian pengangkutan, agar lebih mudah mengetahui pihak mana yang bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan dan resiko yang di tanggung perusahaan, Mr. E. Suherman mengemukakan tanggung jawab pengangkutan adalah suatu perbuatan yang dibebankan kepada kedua belah pihak yang bersifat mengikat atas dasar perjanjian pengangkutan.

(27)

termasukmengoperasikan dan melayani wahana tersebut. Penumpang umum adalah penumpang yang ikut dalam perjalanan dalam suatu wahana dengan membayar, wahana bisa berupa taxi, bus, kereta api, kapal, ataupun pesawat. Kecelakaan adalah merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja. Kata kecelakaan berasal dari kata dasar celaka. Penambahan imbuhan “ke” dan “an” menunjukan nasib malang yang terjadi atau menimpa. Kecelakaan lalu

lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan.

Menurut ketentuan pasal 45 UU LLAJ, pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan angkutan. Besarnya ganti kerugian tersebut adalah sebesar kerugian yang secara nyata di derita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga. Tanggung jawab pengusaha angkutan umum tersebut di mulai sejak di angkutnya penumpang sampai di tempat tujuan pengangkutan yang telah disepakati. Sedangkan tanggung jawab mengenai barang di mulai sejak diterimanya barang yang akan di angkut sampai diserahkannya barang kepada pengirim dan/atau penerima barang.

(28)

muat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan kendaraan umum, serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

Tujuan pengangkutan dengan kendaraan bermotor secara khusus diatur dalam pasal 3 UU LLAJ. Dalam pasal tersebut dinyatakan, pengangkutan dengan kendaraan bermotor bertujuan untuk :

1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancer, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.

2. Mampu memadukan moda transportasi lainnya 3. Mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan

4. Menunjang pemertaan, pertumbuhan dan stabilitas pembangunan nasional 5. Sebagai pendorong, penggerak, penunjang pembangunan nasional.12

Mampu memadukan moda pengangkutan dalam pasal ini adalah kemampuan moda lalu lintas dan angkutan jalan untuk memadukan moda pengangkutan kereta api, laut dan udara satu dengan lainnya, antara lain dengan menghubungkan dan mendiminasikan antar terminal atau simpul-simpul lainnya dengan ruang kegiatan. Mampu mengjangkau seluruh pelosok wilayah daratan mengangdung pengertian bahwa lalu lintas dan angkutan jalan memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan sampai keseluruh pelosok wilayah daratan baik melalui prasarana lalu lintas dan angkutan jalan itu sendiri atau merupakan keterpaduan dengan lintas sungai atau danau, maupun keterpaduan dengan moda pengangkutan kereta api, laut, dan udara.

Teori hukum pengangkutan adalah serangkaian ketentuan undang-undang atau perjanjian mengenai pengangkutan yang direkonstruksi sedemikian rupa sehingga menggambarkan proses kegiatan pengangkutan. Apabila teori hukum pengangkutan ini diterapkan pada pengangkutan, maka penerapannya disebut praktik hukum pengangkutan. Praktik hukum pengangkutan merupakan rangkaian peristiwa mengenai pengangkutan.

12

(29)

Pengangkutan merupakan proses kegiatan mulai dari pemuatan ke dalam alat pengangkut, pemindahan ketempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran/ penurunan ditempat tujuan tersebut. Tetapi proses ini baru dapat diamati bila diterapkan secara nyata pada setiap pengangkutan. Dengan kata lain teori hukum pengangkutan hanyalah mempunyai arti bila diwujudkan melalui setiap jenis pengangkutan, yaitu pengangkutan darat, perairan, dan udara.

Teori hukum pengangkutan menggambarkan secara jelas rekonstruksi ketentuan undang-undang atau perjanjian bagaimana seharusnya para pihak berbuat, sehingga tujuan pengangkutan itu tercapai. Tetapi praktik hukum pengangkutan menyatakan peristiwa perbuatan pihak -pihak sehingga tujuan pengangkutan itu tercapai dan ada pula yang tidak tercapai. Tidak tercapainya tujuan dapat terjadi karena wanprestasi salah satu pihak atau karena keadaan memaksa (force majeur).

(30)

Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.13

Di dalam angkutan terdapat unsur-unsur yang terkait erat dalam berjalannya konsep angkutan itu sendiri. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1) Manusia yang membutuhkan 2) Barang yang dibutuhkan 3) Kendaraan sebagai alat/sarana

4) Jalan dan terminal sebagai prasarana angkutan 5) Organisasi (pengelola angkutan)

Angkutan memiliki fungsi dan manfaat yang terklasifikasi menjadi beberapa bagian penting. Angkutan memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan arus barang dan manusia dan menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector).

Sedangkan manfaat angkutan menjadi tiga klasifikasi yaitu:

1. Manfaat Ekonomi, Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Angkutan adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.

2. Manfaat Sosial, Angkutan menyediakan : a) Pelayanan untuk perorangan atau kelompok b) Pertukaran atau penyampaian informasi

13

Sinta Uli, Pengangkutan:Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat,

(31)

c) Perjalanan untuk bersantai d) Memendekkan jarak e) Memencarkan penduduk.

3. Manfaat Politis, Angkutan menciptakan persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara, mengatasi bencana, dll.

B.

Jenis-Jenis Angkutan dan Perjanjian Pengangkutan

Jenis-jenis angkutan terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Angkutan darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi,kerbau), atau manusia. Moda angkutan darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-ekonomi.

2. Angkutan air (sungai, danau, laut): kapal,tongkang, perahu, rakit.

3. Angkutan udara: pesawat terbang, Angkutan udara dapat menjangkau tempat – tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat untuk mengangkut orang dan barang.

(32)

perikatan, selama tidak ada pengaturan khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.

HMN Purwosutjipto, mendefenisikan pengangkutan sebagai suatu “perjanjian timbal

balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim ialah membayar ongkos pengangkut.14 Defenisi tersebut mempunyai kekurangan yaitu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, seharusnya tidak dengan pengirim saja akan tetapi juga dengan orang atau penumpang, begitu juga dengan kewajiban pengirim, seharusnya kewajiban pengirim atau orang, karena pada kalimat untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan orang sudah disebutkan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan angkutan adalah “suatu keadaan pemindahan orang dan barang dari

suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan non komersial.

Berdasarkan defenisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang harus diketahui yaitu bahwa :

1. Sifat perjanjiannya adalah timbal balik, baik antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang (pengguna jasa), masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujaun tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya angkutan, sedangkan kewajiban penumpang adalah membayar uang angkutan dan berhak untuk di angkut ke suatu tempat tujuan tertentu dengan selamat. Antara pengangkut dan penumpang

14

(33)

mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang, sifat hubungan hukum yang terjalin antara pengangkut pengguna jasa adalah bersifat campuran, yaitu bersifat pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa dengan upah. Hal ini berarti antara pengangkut dengan pengguna jasa mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sederajat (koordinasi), dan perjanjiannya dapat dilakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang, jika mereka membutuhkan pengangkutan, jadi tidak terus-menerus dan upah yang diberikan berupa biaya atau ongkos angkut.

2. Penyelenggaraan pengangkutan di dasarkan pada perjanjian, hal ini berarti antara pengangkut dengan penumpang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang di atur dalam pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan : “Untuk sahnya suatu perjanjian

(34)

sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyebutkan, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi yang membuatnya”.

(35)

berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata, karena antara makelar dengan pengangkut maupun antara makelar dengan pengguna jasa tidak terikat perjanjian pengangkutan. Dalam menjalankan tugasnya makelar selalu membawa nama pemberi kuasanya, jadi makelar bukanlah pihak dalam perjanjian pengngkutan. Yang merupakan pihak dalam perjanjian pengangkutan tersebut, menggunakan jasa komisioner, maka yang menjadi pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah antara pengangkut dengan komisioner atau antara pengguna jasa dengan komisioner, karena komisioner selalu mengatasnamakan dirinya sendiri dalam melakukan perjanjian pengangkutan, jadi jika terjadi wanprestasi, maka komisioner dapat menuntut pengangkut atau pengguna jasa berdasarkan perjanjian pengangkutan, sedangkan pengangkut jika ingin menuntut pengguna jasa ataupun sebaliknya, pengguna jasa ingin menuntut pengangkut, hanya dapat menggunakan pasal 1365 KUHPerdata, karena masing-masing pihak tidak terikat perjanjian pengangkutan. 4. Ke tempat tujuan, dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat di terima oleh si

penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang lain. Sedangkan dalam pengangkutan orang berarti sampai di tempat tujuan yang telah di sepakati.

5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang dan penumpang.

Tidak selamat dapat mempunyai arti :

a) Untuk barang, dapat musnah, hilang atau rusak baik sebagian maupun seluruhnya; b) Untuk penumpang, dapat luka-luka, cacat tetap atau meninggal.15

15

(36)

Mengenai istilah tanggung jawab sendiri, agaknya masih perlu penjelasan, karena ada yang mempergunakan istilah “Pertanggungjawaban atau Pertanggungan jawab’’ atau “tanggung

gugat’’. Menurut Siti Nurbaiti, istilah pertanggungjawaban atau pertanggungan jawab tersebut,

lebih tepat dipergunakan untuk pertanggungjawaban keuangan. Sedangkan istilah “tanggung

gugat’’, menurut Siti Nurbaiti kurang tepat, karena justru berbagai sistem tanggung jawab di

bidang angkutan bertujuan untuk memperkecil seminimal mungkin, menghilangkan sama sekali. Selain itu, perlu dikemukakan bahwa istilah tanggung jawab sendiri, dalam bahasa inggris dapat mempunyai dua arti, yaitu “responsibility’’ dan “liability’’. Istilah “responsibility’’ mempunyai

arti tanggung jawab untuk pelaksanaan suatu tugas atau untuk suatu benda atau seseorang, sedangkan istilah “liability’’ adalah istilah yang tepat untuk dipergunakan dalam hukum

pengangkutan, karena mempunyai arti yang menunjukkan tanggung jawab untuk mengganti suatu kerugian yang di derita oleh suatu pihak lain, karena tindakan dari pihak lain, karena cidera janji, karena suatu perbuatan melawan hukum atau karena sesuatu yang menjadi milki atau dibawah penguasaan pihak lain.

Secara umum dalam perjanjian pengangkutan anatara pengangkut dengan pengguna jasa, terkandung syarat-yarat umum angkutan yang meliputi hak dan kewajiban diantara mereka adalah :

(37)

b) Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah memiliki tiket atau pengirim barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut adalah berhak atas biaya angkut.

Sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengangkutan adalah : perjanjian timbal balik pengangkut dengan penumpang, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak penumpang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.

Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan tujuannya, maka sebelum dilaksanakan pengangkutan itu harus diadakan perjanjian antara pihak pengangkut dengan penumpang. Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan harus ada objek dari pengangkutan itu sendiri dimana objek pengangkutan tersebut adalah pengangkutan orang. Dalam hal perjanjian pengangkutan orang, penyerahan kepada pengangkut tidak ada. Tugas pengangkut hanya membawa atau mengangkut orang sampai di tempat tujuan dengan selamat, dan tentang barang yang dibawa oleh pihak penumpang tidak termasuk dalam barang angkutan akan tetapi digolongkan ke dalam barang bawaan. Misalnya:

 Tas yang disandang

(38)

Mengenai pengangkutan orang diatur dalam Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan raya (UULAJR) yang disebutkan bahwa pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang, dengan memakai bagasi maupun tanpa bagasi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan penumpang dan kenyamanan penumpang.

Pasal 36 UU Nomor 14 Tahun 2009 di atur mengenai pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari :

a) Angkutan antar kota yang merupakan perpindahan orang dari suatu kota ke kota lain b) Angkutan kota yang merupakan perpindahan orang dalam wilayah kota

c) Angkutan pedesaan yang merupakan perpindahan orang dalam atau antar wilayah pedesaan

d) Angkutan lalu lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas negara lain.

C.

Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan

Objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pangangkut, dan biaya angkutan.16

Dalam rangka menjamin kelangsungan pelayanan pengangkutan, keseragaman dan keteraturan dalam pemberian pelayanan, ditentukan pelayanan wilayah kota yang didasarkan pada sifat dan ketentuan perjalanan, jarak dan waktu tempuh berkembang suatu daerah atau kawasan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, industri perkantoran dan sebagainya.

16

(39)

Pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.

Wiwoho Soedjono dalam hal perjanjian pengangkutan penumpang, maka pihak yang terkait adalah :

1. Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yaitu pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan

2. Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.17

Untuk kelancaran dan keselamatan angkutan darat, setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi (pasal 18 UU LLAJ). Surat izin mengemudi merupakan tanda bukti kecakapan dan keabsahan pengemudi untuk mengemudikan kendaraan bermotor dijalan dan dapat pula digunakan sebagai identitas pengemudi. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, pasal 20 ayat (1) UU LLAJ menentukan, persahaan angkutan umum wajib memathi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istrhat bagi pengemudi.

Pengaturan ini perlu, mengingat faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor secara wajar. Oleh karena itu, pergantian pengemudi setelah menempuh jarak dan waktu tertentu mutlak diperlukan untuk melindungi keselamatan pengemudi, penumpang, pemilik barang, dan pengguna jalan lainnya.

17

(40)

Menurut ketentuan pasal 23 ayat (1) UU LLAJ, pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor dijalan, pengemudi kendaraan bermotor wajib :

1. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar 2. Mengutamakan keselamatan pejalan kaki

3. Menunjukkan surat bukti pendaftarran kendaraan bermotor, surat izin mengemudi, dan tanda bukti lulus uji, atau tanda bukti lain yang sah dalam hal dilakukan pemeriksaan 4. Mematuhi semua ketentuan undan-undang lalu lintas dan angkutan jalan

5. Memakai sabuk keselamatan bagi pengmudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih.

Untuk keselamatan, keamanan, dan ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 16 memberi wewenang kepada pejabat yang ditunjuk undang-undang untuk melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan. Pemeriksaan tersebut meliputi :

1. Persyaratan teknis dan laik jalan 2. Tanda bukti lulus uji

3. Tanda bukti pendaftaran/ tanda coba kendaraan bermotor 4. Surat izin mengemudi

Melalui kewenangan pejabat melakukan pemeriksaan tersebut diharapkan proses penyelenggaraan angkutan darat berlangsung dengan tertib, aman, dan selamat tiba di temapat tujuan.

(41)

di Angkut sampai di tempat tujuan dengan selamat. Kewajiban ini dilakukan terhadap kemungkinan terjadi gangguan, pengacauan, keributan, penodongan yang datang dari luar atau dari dalam kendaraan. Bentuk penjagaan, pengawasan dan pemeliharaan itu antara lain :

1) Menempatkan petugas keamanan di dalam kendaraan jikia dijalan yang dilalui rawan kejahatan

2) Menutup pintu kendaraan setelah penumpang naik kea tau turun dari kendaraan 3) Mengunci pintu bagasi dengan baik

4) Menutup dengan terpal barang dalam truk, sehingga tidak mudah basah karena hujan atau tidak mudah diarah oleh pencuri.

Selama proses angkutan berlangsung, pengemudi angkutan diberi wewenang pasal 47 UUAJ untuk menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut di tempat pemberhentian tredekat, apabila ternyata penumpang dan/atau barang yang di angkut iru dapat membahaykan keamanan dan keselamatan angkutan. Kewenangan ini digunakan dengan pertimbangan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan kepatutan antara lain :

1. Penumpang yang melakukan keributan atau pencurian dalan kendaraan, sehingga mengganggu atau merugikan penumpang lain, walaupun sudah diperingatkan secara patut

2. Barang yang diangkut ternyata barang yang berbahaya bagi keselamatan angkutan, seperti mercon, bahann mudah terbakar

3. Barang yang dapat mengganggu penumpang karena berbau busuk

(42)

pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang, pengirim barang atau npihak ketiga. Tanggung jawab terhadap pemilik barang dimulai sejak barang diterima dari pengirim samapi barang diserahkan kepada penerima ditempat tujuan yang telah disepakati. Namun, pengusaha angkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul apabila dia dapat membuktikan bahwa kerugian itu desebabkan oleh :

1. Peristiwa yang tidak dapat diduga lebih dahulu (force majeur, pasal 1244KUHPerdata)

2. Cacat sendiri pada penumpang atau barang yang diangkut 3. Kesalahan/kelalaian pengirim atau ekspeditur (pasal 91 KUHD)

Setelah kendaraan bermotor tiba di terminal tujuan atau ditempat yang disepakati seperti tertera pada dokumen angkutan, penumpang turun dari kendaraan bermotor. Apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan penumpang menderita luka atau meninggal dunia, maka PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja akan membayar santunan berdasarkan bukti kecelakaan dan tiket penumpang. Apabila timbul kerugian akibat kesalahan/kelalaian pengangkut dalam penyelenggaran angkutan darat, pengangkut menyelesaikan pembayaran ganti kerugian.

(43)

Pengemudi yang tidak disiplin dan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan merupakan alasan utama yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Ketidakpatuhan pengemudi merupakan bukti bahwa sumber daya manusia masih berdisiplin rendah. Sudah jelas pengemudi melanggar ketentuan undang-undang namun pengusaha yang mempekerjakannya tidak mau peduli, ditambah lagi penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten. Ini merupakan bukti lagi bahwa penegakan hukum lalu lintas angkutan jalan sangat lemah.

Pada angkutan darat telah ditetapkan tarif biaya angkutan yang berlaku. Tetapi ketentuan tersebut sering tidak dipatuhi, dalam praktiknya terjadi penarikan biaya angkutan yang melebihi tarif resmi, baik dilakukan pihak pengangkut ataupun oleh calo yang mewakili pengangkut (pengemudi). Hal ini sering terjadi ketika jumlah penumpang banyak. Angkutan sudah melebihi batas kapasitas maksimum ditambah lagi biaya angkutan melebihi tarif resmi dan ancaman bahaya kecelakaan. Jika disiplin dan hukum itu ditegakkan, kecil sekali kemungkinan terjadi musibah yang merugikan semua pihak.

D.

Pengertian Pertanggungjawaban dan Pertanggungjawaban Perusahaan Angkutan

Terhadap Korban Kecelakaan Ditinjau Dari Hukum Perdata

Pertanggung jawaban adalah suatu sikap atau tindakan untuk menanggung segala akibat dengan perbuatan atau segala resiko ataupun kosekuensinya. Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability

(44)

kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.

Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:

a) Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.

b) Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.

Pertanggungjawaban perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan di tinjau dari hukum perdata. Menurut pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:

(45)

2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian)

3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian. Maka model tanggungjawab hukum adalah sebagai berikut

1. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian) sebagaimana terdapat dalam pasal 1365 KUHPerdata.

2. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian sebagaimana terdapat dalam pasal 1366 KUHPerdata.

3. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana terdapat dalam pasal 1367 KUHPerdata.

Istilah perbuatan melawan hukum (onrechtmatig daad) sebelum tahun 1919 oleh Hoge Raad diartikan secara sempit, yakni tiap perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain yang timbul karena undang-undang atau tiap perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri yang timbul karena undang-undang. Menurut arti secara sempit sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk menuntut ganti kerugian karena suatu perbuatan melawan hukum, suatu perbuatan yang tidak bertentangan dengan undang-undang sekalipun perbuatan tersebut adalah bertentangan dengan hal-hal yang diwajibkan oleh moral atau hal-hal yang diwajibkan dalam pergaulan masyarakat.

Pengertian perbuatan melawan hukum menjadi lebih luas dengan adanya keputusan Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919 dalam perkara Lindebaum lawan Cohen. Hoge Raad telah memberikan pertimbangan antara lain sebagai berikut :

“Bahwa dengan perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diartikan suatu perbuatan atau

(46)

hukum si pelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan baik, pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat dari perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian pada orang lain,berkewajiban membayar ganti kerugian”.

Dengan meninjau perumusan luas dari onrechmatige daad, maka yang termasuk perbuatan melawan hukum adalah setiap tindakan :

1. Bertentangan dengan hak orang lain, atau

2. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri, atau 3. Bertentangan dengan kesusilaan baik, atau

4. Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda.18

Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum dapat disengaja dan tidak disengaja atau karena lalai. Hal tersebut diatur dalam pasal 1366 KUHPerdata, sebagai berikut :

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati -hatinya”.

Dengan demikian dalam kebanyakan hal badan hukum sendiri telah melakukan perbuatan melawan hukum dan pertanggungjawabannya secara langsung adalah berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata dan bukan berdasarkan pasal 1367 KUHPerdata.

Dalam ilmu hukum, khususnya hukum pengangkutan, dikenal adanya prinsip-prinsip tanggung jawab di bidang angkutan. Prinsip-prinsip tanggung jawab ini berkaitan dengan tanggung jawab pengangkut untuk membayar ganti kerugian kepada pengguna jasa.

Beberapa prinsip tanggung jawab tersebut adalah : Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan

18

(47)

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:

a. Melanggar hak orang lain

b. Bertentangan dengan kewajiban hukum yang berbuat

c. Bertentangan dengan kepatutan yang terdapat dalam masyarakat tentang diri/barang orang lain atau

d. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik.

Tafsiran ini sangat luas, sehingga dalam bidang angkutan pelanggaran peraturan lalu lintas oleh pengangkut atau oleh pegawainya juga termasuk dalam perbuatan melawan hukum, namun selama perbuatan itu tidak langsung mengenai kewajibannya terhadap pengguna jasa angkutan, merupakan tanggung jawab sendiri dari pengangkut, tetapi perbuatan tersebut harus diperhitungkan apabila karena perbuatan tersebut pihak pengguna jasa angkutan mengalami kerugian dan akan mempunyai akibat terhadap masalah tanggung jawab pengangkut terhadap pengguna jasa angkutan.

(48)

jawab berdasarkan atas kesalahan yang harus dibuktikan oleh pihak yang menuntut ganti kerugian. Selain itu menurut pasal 1366 KUHPerdata, tanggung jawab seseorang bisa juga diakibatkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Pada prinsip ini jelas bahwa beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, artinya pihak yang dirugikan yang harus membuktikan bahwa kerugiaannya diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1865 KUHPerdata : “Setiap orang yang

mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atu guna meneguhkan haknya sendiri atau membantah sesuatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut’’.

Dalam praktek, prinsip tanggung jawab dalam KUHPerdata ini tidak berperan dalam bidang angkutan, karena telah diatur dalam berbagai lex specialis. Sebuah catatan yang perlu dikemukakan adalah bahwa dilihat dari pihak yang terlibat, agaknya berat bagi seorang pengguna jasa angkutan, untuk membuktikan adanya perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa, apalagi pada moda angkutan dengan teknologi yang canggih seperti pesawat udara.

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat (Pengangkut) selalu dianggap bertanggung jawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Kata “dianggap” pada prinsip “presumption of liability” adalah penting, karena ada kemungkinan

(49)

Dalam prinsip ini, beban pembuktiannya ada pada si tergugat. Dalam hal ini tampak beban pembuktian terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of innocence). Namun jika diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas demikian cukup relevan. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak pelaku usaha yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen tidak dapat sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi konsumen sebagai penggugat selalu terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan tergugat. Prinsip ini didasarkan pada perjanjian pengangkutan, akan tetapi pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya, apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa :

1) Kerugian yang disebabkan oleh malapetaka yang selayaknya tidak dapat di cegah atau dihindarinya atau berada diluar kekuasaannya

2) Ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya kerugian

3) Kerugian yang timbul bukan karena kesalahannya

4) Kerugian di timbulkan oleh kelalaian atau kesalahan dari penumpang sendiri atau karena, cacat, sifat atau mutu barng yang diangkut.19

Dasardasar dari prinsip praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab, mula -mula harus dikemukakan bahwa praduga pengangkut selalu bertanggung jawab tidak sama dengan praduga bahwa pengangkut bersalah, karena unsur kesalahan inilah yang tidak menentukan dalam hal ada atau tidaknya tanggung jawab pengangkut. Menurut prinsip “Praduga

bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab’’, pengangkut bertanggung jawab dengan tidak

mempersoalkan, apakah pengangkut bersalah atau tidak,dengan kata lain,unsur kesalahan tidak menentukan ada atau tidaknya tanggung jawab pengangkut. Maka dasar dari prinsip ini sudah pasti bukanlah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan pengangkut.

19

(50)

Tanggung jawab pengangkut bukan atas perbuatan melawan hukum (delictual liability),

kemungkinan yang lain hanyalah bahwa tanggung jawab pengangkut berdasarkan suatu kontrak atau perjanjian (contractual liability), yaitu tanggung jawab pengangkut yang mengadakan perjanjian dengan pengguna jaasa, bila perjanjian tersebut tidak dipenuhi, kurang dipenuhi atau terlambat dipenuhi.

Adapun alasan-alasan untuk mempergunakan prinsip praduga bahwa pengangkut selalu dianggap bertanggung jawab dan beban pembuktian diletakkan pada pengangkut didasarkan pada teori-teori :

a) Pengangkut dalam menjalankan usahanya dapat menimbulkan bahaya terhadap pihak lain

b) Pengangkut harus memikul resiko untuk usaha-usaha yang dijalankannya c) Pengangkut mendapat keuntungan dari usahanya

d) Dipergunakan alat angkut, sehingga segala kerugian yang disebabkan oleh alat angkut harus ditanggung oleh pengangkut.20

Dengan demikian dalam prinsip ini,adanya tanggung jawab, tidak tergantung pada adanya kesalahan dari pengangkut, karena apabila ada kesalahan dari pengangkut, maka prinsip “Praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab’’ tidak berlaku lagi dan unsur kesalahan

ini harus dibuktikan oleh pihak yang dirugikan, dengan kata lain tanggung jawab pengangkut tidak merupakan praduga (presumed) lagi. Hal ini tentunya dapat merubah tanggung jawab pengangkut berdasarkan kontrak atau perjanjian menjadi tanggung jawab berdasarkan atas kesalahan atau perbuatan melawan hukum. Antara prinsip based on fault dengan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab” tersebut mempunyai perbedaan yang

sangat mendasar,yaitu prinsip based on fault tidak didasarkan pada adanya suatu kontrak atau perjanjian dan beban pembuktiannya ada pada pihak yang dirugikan dalam hal ini adalah pihak

20

Referensi

Dokumen terkait

Selain pengemudi angkutan, perusahaan angkutan umum juga ikut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang akibat penyelenggaraan kegiatan

Tujuan penelitian “Evaluasi Kinerja angkutan Umum Berdasarkan Per- sepsi Penumpang” adalah sebagai berikut : Menganalisis persepsi pengguna angkutan umum bus yang kaitannya dengan

Mengevaluasi tingkat kepuasan penumpang trayek Sintang – Pontianak tentang pelayanan dan fasilitas yang diberikan perusahaan penyedia jasa angkutan umun bus

Masalah tanggungjawab akan senantiasa aktual dalam rangka perlindungan hukum bagi pemakai jasa angkutan dan pihak-pihak yang mungkin menderita kerugian sebagai akibat

Isma Karya Medan yang telah membantu Penulis dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis hukum terhadap perjanjian angkutan antara perusahaan angkutan barang

Permasalahan dalam skripsi ini adalah pengaturan perlindungan hukum bagi konsumen pengguna jasa angkutan darat bus CV. INTRA, problematika yang dihadapi dalam upaya

Tujuan penelitian “Evaluasi Kinerja angkutan Umum Berdasarkan Per- sepsi Penumpang” adalah sebagai berikut : Menganalisis persepsi pengguna angkutan umum bus yang kaitannya dengan

Kesimpulan Melihat dari sisi peraturan perundang-undangan yang ada tentang angkutan umum, ganti kerugian yang diberikan oleh pihak Jasa Raharja hanya melindungi orang atau penumpang