• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN DAN GAMBARAN UMUM

B. Jenis-jenis Angkutan dan Perjanjian Pengangkutan

Jenis-jenis angkutan terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Angkutan darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi,kerbau), atau manusia. Moda angkutan darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-ekonomi.

2. Angkutan air (sungai, danau, laut): kapal,tongkang, perahu, rakit.

3. Angkutan udara: pesawat terbang, Angkutan udara dapat menjangkau tempat – tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat untuk mengangkut orang dan barang.

Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata tentang

perikatan, selama tidak ada pengaturan khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.

HMN Purwosutjipto, mendefenisikan pengangkutan sebagai suatu “perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim ialah membayar ongkos pengangkut.14 Defenisi tersebut mempunyai kekurangan yaitu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, seharusnya tidak dengan pengirim saja akan tetapi juga dengan orang atau penumpang, begitu juga dengan kewajiban pengirim, seharusnya kewajiban pengirim atau orang, karena pada kalimat untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan orang sudah disebutkan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan angkutan adalah “suatu keadaan pemindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan non komersial.

Berdasarkan defenisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang harus diketahui yaitu bahwa :

1. Sifat perjanjiannya adalah timbal balik, baik antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang (pengguna jasa), masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujaun tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya angkutan, sedangkan kewajiban penumpang adalah membayar uang angkutan dan berhak untuk di angkut ke suatu tempat tujuan tertentu dengan selamat. Antara pengangkut dan penumpang

14

HMN. Purwosucipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta : 2001, hlm 2

mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang, sifat hubungan hukum yang terjalin antara pengangkut pengguna jasa adalah bersifat campuran, yaitu bersifat pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa dengan upah. Hal ini berarti antara pengangkut dengan pengguna jasa mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sederajat (koordinasi), dan perjanjiannya dapat dilakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang, jika mereka membutuhkan pengangkutan, jadi tidak terus-menerus dan upah yang diberikan berupa biaya atau ongkos angkut.

2. Penyelenggaraan pengangkutan di dasarkan pada perjanjian, hal ini berarti antara pengangkut dengan penumpang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang di atur dalam pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan : “Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, kata sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal yang tertentu dan sebab yang halal”. Kesepakatan dan kecakapan merupakan syarat subyektif, jika di langgar menyebabkan dapat dibatalkanya perjanjian, sedangkan suatu hal yang tertentu dan sebab yang halal merupakan syarat obyektif, jika di langgar menyebabkan batalnya perjanjian. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian pengangkutan tersebut tidak disyaratkn harus ditulis, cukup dengan lisan saja, asalkan ada persetujuan kehendak (konsensus) dari para pihak. Dengan demikian surat, baik berupa karcis atau tiket penumpang bukan sebagai syarat sahnya perjanjian tetapi hanya merupakan salah satu alat bukti saja, karena dapat dibuktikan dengan alat bukti lainnya. Syarat sahnya perjanjian adalah kata sepakat, bukan karcis atau tiket atau dokumen angkutan, tidak adanya karcis atau tiket serta dokumen angkutan tidak membatalkan perjanjian pengangkutan yang telah ada. Perjanjian tersebut berlaku sebagai Undang-undang bagi pengangkut, pengirim barang, dan penumpang,

sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyebutkan, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”.

3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya. Pengangkutan dilakukan oleh orang lain, berarti pengangkutan tersebut dilakukan melalui perantara. Dalam hubungannya dengan perjanjian pengangkutan, jika pengangkut atau pengguna jasa membutuhkan perantara baik makelar maupun komisioner, maka di antara mereka akan terikat perjanjian keperantaraan atau komisi. Disini berlaku juga syarat-syarat perjanjian pada umumnya. Hak pengangkut adalah mendapatkan pengguna jasa yang akan diangkut dengan alat angkutnya begitu juga hak pengguna jasa adalah mendapatkan pengangkut yang baik, dan baik pengangkut maupun pengguna jasa berkewajiban membayar komisi. Sedangkan hak perantara adalah mendapatkan komisi dri pengangkut atau dari pengguna jasa dan berkewajiban mencari pebgguna jasa yang akan di angkut. Sifat hubungan hukum yang terjadi antara pengangkut atau pengguna jasa, dengan perantara adalah bersifat pelayanan berkala tersebut berarti bahwa perjanjian dapat di lakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang saja jika di inginkan oleh mereka, tidak dilakukan secara terus-menerus, sehingga menimbulkan hubungan hukum yang sejajar, sama tinggi atau setingkat (koordinasi). Upah yang diberikan berupa komisi tersebut didasarkan pada perjanjian kuasa, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1794 KUHPerdata. Apabila dalam perjanjian pengangkutan menggunakan jasa makelar dan kemudian terjadi wanprestasi, baik yang dilakukan oleh pengangkut maupun oleh pengguna jasa, maka seorang makelar dapat menuntut pengangkut maupun pengguna jasa

berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata, karena antara makelar dengan pengangkut maupun antara makelar dengan pengguna jasa tidak terikat perjanjian pengangkutan. Dalam menjalankan tugasnya makelar selalu membawa nama pemberi kuasanya, jadi makelar bukanlah pihak dalam perjanjian pengngkutan. Yang merupakan pihak dalam perjanjian pengangkutan tersebut, menggunakan jasa komisioner, maka yang menjadi pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah antara pengangkut dengan komisioner atau antara pengguna jasa dengan komisioner, karena komisioner selalu mengatasnamakan dirinya sendiri dalam melakukan perjanjian pengangkutan, jadi jika terjadi wanprestasi, maka komisioner dapat menuntut pengangkut atau pengguna jasa berdasarkan perjanjian pengangkutan, sedangkan pengangkut jika ingin menuntut pengguna jasa ataupun sebaliknya, pengguna jasa ingin menuntut pengangkut, hanya dapat menggunakan pasal 1365 KUHPerdata, karena masing-masing pihak tidak terikat perjanjian pengangkutan. 4. Ke tempat tujuan, dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat di terima oleh si

penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang lain. Sedangkan dalam pengangkutan orang berarti sampai di tempat tujuan yang telah di sepakati.

5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang dan penumpang.

Tidak selamat dapat mempunyai arti :

a) Untuk barang, dapat musnah, hilang atau rusak baik sebagian maupun seluruhnya; b) Untuk penumpang, dapat luka-luka, cacat tetap atau meninggal.15

15

Mengenai istilah tanggung jawab sendiri, agaknya masih perlu penjelasan, karena ada yang mempergunakan istilah “Pertanggungjawaban atau Pertanggungan jawab’’ atau “tanggung gugat’’. Menurut Siti Nurbaiti, istilah pertanggungjawaban atau pertanggungan jawab tersebut, lebih tepat dipergunakan untuk pertanggungjawaban keuangan. Sedangkan istilah “tanggung gugat’’, menurut Siti Nurbaiti kurang tepat, karena justru berbagai sistem tanggung jawab di bidang angkutan bertujuan untuk memperkecil seminimal mungkin, menghilangkan sama sekali. Selain itu, perlu dikemukakan bahwa istilah tanggung jawab sendiri, dalam bahasa inggris dapat mempunyai dua arti, yaitu “responsibility’’ dan “liability’’. Istilah “responsibility’’ mempunyai

arti tanggung jawab untuk pelaksanaan suatu tugas atau untuk suatu benda atau seseorang, sedangkan istilah “liability’’ adalah istilah yang tepat untuk dipergunakan dalam hukum

pengangkutan, karena mempunyai arti yang menunjukkan tanggung jawab untuk mengganti suatu kerugian yang di derita oleh suatu pihak lain, karena tindakan dari pihak lain, karena cidera janji, karena suatu perbuatan melawan hukum atau karena sesuatu yang menjadi milki atau dibawah penguasaan pihak lain.

Secara umum dalam perjanjian pengangkutan anatara pengangkut dengan pengguna jasa, terkandung syarat-yarat umum angkutan yang meliputi hak dan kewajiban diantara mereka adalah :

a) Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakatinya, misalnya pemegang tiket tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengat tiket yang dimilikinya, begitu juga dengan pengirim barang, jiak ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka ongkos barangnyapun akan bertambah mahal. Sedangkan kewajibannya adalah menmbayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya

b) Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah memiliki tiket atau pengirim barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas- batas kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut adalah berhak atas biaya angkut.

Sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengangkutan adalah : perjanjian timbal balik pengangkut dengan penumpang, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak penumpang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.

Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan tujuannya, maka sebelum dilaksanakan pengangkutan itu harus diadakan perjanjian antara pihak pengangkut dengan penumpang. Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan harus ada objek dari pengangkutan itu sendiri dimana objek pengangkutan tersebut adalah pengangkutan orang. Dalam hal perjanjian pengangkutan orang, penyerahan kepada pengangkut tidak ada. Tugas pengangkut hanya membawa atau mengangkut orang sampai di tempat tujuan dengan selamat, dan tentang barang yang dibawa oleh pihak penumpang tidak termasuk dalam barang angkutan akan tetapi digolongkan ke dalam barang bawaan. Misalnya:

 Tas yang disandang

Mengenai pengangkutan orang diatur dalam Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan raya (UULAJR) yang disebutkan bahwa pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang, dengan memakai bagasi maupun tanpa bagasi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan penumpang dan kenyamanan penumpang.

Pasal 36 UU Nomor 14 Tahun 2009 di atur mengenai pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari :

a) Angkutan antar kota yang merupakan perpindahan orang dari suatu kota ke kota lain b) Angkutan kota yang merupakan perpindahan orang dalam wilayah kota

c) Angkutan pedesaan yang merupakan perpindahan orang dalam atau antar wilayah pedesaan

d) Angkutan lalu lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas negara lain.

Dokumen terkait