• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN DAN GAMBARAN UMUM

C. Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan

Objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pangangkut, dan biaya angkutan.16

Dalam rangka menjamin kelangsungan pelayanan pengangkutan, keseragaman dan keteraturan dalam pemberian pelayanan, ditentukan pelayanan wilayah kota yang didasarkan pada sifat dan ketentuan perjalanan, jarak dan waktu tempuh berkembang suatu daerah atau kawasan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, industri perkantoran dan sebagainya.

16

Pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.

Wiwoho Soedjono dalam hal perjanjian pengangkutan penumpang, maka pihak yang terkait adalah :

1. Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yaitu pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan

2. Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.17

Untuk kelancaran dan keselamatan angkutan darat, setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi (pasal 18 UU LLAJ). Surat izin mengemudi merupakan tanda bukti kecakapan dan keabsahan pengemudi untuk mengemudikan kendaraan bermotor dijalan dan dapat pula digunakan sebagai identitas pengemudi. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, pasal 20 ayat (1) UU LLAJ menentukan, persahaan angkutan umum wajib memathi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istrhat bagi pengemudi.

Pengaturan ini perlu, mengingat faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor secara wajar. Oleh karena itu, pergantian pengemudi setelah menempuh jarak dan waktu tertentu mutlak diperlukan untuk melindungi keselamatan pengemudi, penumpang, pemilik barang, dan pengguna jalan lainnya.

17

Menurut ketentuan pasal 23 ayat (1) UU LLAJ, pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor dijalan, pengemudi kendaraan bermotor wajib :

1. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar 2. Mengutamakan keselamatan pejalan kaki

3. Menunjukkan surat bukti pendaftarran kendaraan bermotor, surat izin mengemudi, dan tanda bukti lulus uji, atau tanda bukti lain yang sah dalam hal dilakukan pemeriksaan 4. Mematuhi semua ketentuan undan-undang lalu lintas dan angkutan jalan

5. Memakai sabuk keselamatan bagi pengmudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih.

Untuk keselamatan, keamanan, dan ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 16 memberi wewenang kepada pejabat yang ditunjuk undang-undang untuk melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan. Pemeriksaan tersebut meliputi :

1. Persyaratan teknis dan laik jalan 2. Tanda bukti lulus uji

3. Tanda bukti pendaftaran/ tanda coba kendaraan bermotor 4. Surat izin mengemudi

Melalui kewenangan pejabat melakukan pemeriksaan tersebut diharapkan proses penyelenggaraan angkutan darat berlangsung dengan tertib, aman, dan selamat tiba di temapat tujuan.

Selama proses angkutan berlangsung, pengangkut melalui pengemudinya wajib melakukan penjagaan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap penumpang dan/atau barang yang

di Angkut sampai di tempat tujuan dengan selamat. Kewajiban ini dilakukan terhadap kemungkinan terjadi gangguan, pengacauan, keributan, penodongan yang datang dari luar atau dari dalam kendaraan. Bentuk penjagaan, pengawasan dan pemeliharaan itu antara lain :

1) Menempatkan petugas keamanan di dalam kendaraan jikia dijalan yang dilalui rawan kejahatan

2) Menutup pintu kendaraan setelah penumpang naik kea tau turun dari kendaraan 3) Mengunci pintu bagasi dengan baik

4) Menutup dengan terpal barang dalam truk, sehingga tidak mudah basah karena hujan atau tidak mudah diarah oleh pencuri.

Selama proses angkutan berlangsung, pengemudi angkutan diberi wewenang pasal 47 UUAJ untuk menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut di tempat pemberhentian tredekat, apabila ternyata penumpang dan/atau barang yang di angkut iru dapat membahaykan keamanan dan keselamatan angkutan. Kewenangan ini digunakan dengan pertimbangan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan kepatutan antara lain :

1. Penumpang yang melakukan keributan atau pencurian dalan kendaraan, sehingga mengganggu atau merugikan penumpang lain, walaupun sudah diperingatkan secara patut

2. Barang yang diangkut ternyata barang yang berbahaya bagi keselamatan angkutan, seperti mercon, bahann mudah terbakar

3. Barang yang dapat mengganggu penumpang karena berbau busuk

Apabila pengangkut (pengusaha angkutan umum) lalai dalam melaksanakkan tugasnya selama proses angkutan berlangsung, maka sesuai dengan ketentuan pasal 45 UU LLAJ

pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang, pengirim barang atau npihak ketiga. Tanggung jawab terhadap pemilik barang dimulai sejak barang diterima dari pengirim samapi barang diserahkan kepada penerima ditempat tujuan yang telah disepakati. Namun, pengusaha angkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul apabila dia dapat membuktikan bahwa kerugian itu desebabkan oleh :

1. Peristiwa yang tidak dapat diduga lebih dahulu (force majeur, pasal 1244KUHPerdata)

2. Cacat sendiri pada penumpang atau barang yang diangkut 3. Kesalahan/kelalaian pengirim atau ekspeditur (pasal 91 KUHD)

Setelah kendaraan bermotor tiba di terminal tujuan atau ditempat yang disepakati seperti tertera pada dokumen angkutan, penumpang turun dari kendaraan bermotor. Apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan penumpang menderita luka atau meninggal dunia, maka PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja akan membayar santunan berdasarkan bukti kecelakaan dan tiket penumpang. Apabila timbul kerugian akibat kesalahan/kelalaian pengangkut dalam penyelenggaran angkutan darat, pengangkut menyelesaikan pembayaran ganti kerugian.

Angkutan penumpang dengan bus, kadang-kadang jadwal angkutan yang ditetapkan tidak ditepati. Bus menunggu penumpang sampai penuh barulah di berangkatkan. Hal ini dapat menbosankan penumpang yang menunggu sejak awal karena mematuhi jadwal keberangkatan. Pemuatan penumpang yang melebihi kapasitas maksimum kendaraan bermotor merupakan kebiasaan yang sulit dicegah, yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang, dan ini merupakan pelanggaran ketentuan undang-undang yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Pengemudi yang tidak disiplin dan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan merupakan alasan utama yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Ketidakpatuhan pengemudi merupakan bukti bahwa sumber daya manusia masih berdisiplin rendah. Sudah jelas pengemudi melanggar ketentuan undang-undang namun pengusaha yang mempekerjakannya tidak mau peduli, ditambah lagi penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten. Ini merupakan bukti lagi bahwa penegakan hukum lalu lintas angkutan jalan sangat lemah.

Pada angkutan darat telah ditetapkan tarif biaya angkutan yang berlaku. Tetapi ketentuan tersebut sering tidak dipatuhi, dalam praktiknya terjadi penarikan biaya angkutan yang melebihi tarif resmi, baik dilakukan pihak pengangkut ataupun oleh calo yang mewakili pengangkut (pengemudi). Hal ini sering terjadi ketika jumlah penumpang banyak. Angkutan sudah melebihi batas kapasitas maksimum ditambah lagi biaya angkutan melebihi tarif resmi dan ancaman bahaya kecelakaan. Jika disiplin dan hukum itu ditegakkan, kecil sekali kemungkinan terjadi musibah yang merugikan semua pihak.

D.

Pengertian Pertanggungjawaban dan Pertanggungjawaban Perusahaan Angkutan

Dokumen terkait