• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERBANYAKAN BERBAGAI JENIS MIKORIZA ARBUSKULA DI BERBAGAI JENIS TANAMAN INANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PERBANYAKAN BERBAGAI JENIS MIKORIZA ARBUSKULA DI BERBAGAI JENIS TANAMAN INANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANYAKAN BERBAGAI JENIS MIKORIZA ARBUSKULA DI BERBAGAI JENIS TANAMAN INANG

Spreading Various Types of Arbuscular Mycorrhiza in Various Types of Host Plants

Suntyas Siti Nuridayati

*

, Budi Prasetya, Syahrul Kurniawan

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145

*Penulis korespondensi: [email protected]

Abstract

The type of mycorrhizae has the behavior of AM colonies on plant roots and different spore formation, so the selection of important host plants in multiplication of AM. This study aimed to test the mycorrhizal propagation and AM colonies in various types of mycorrhiza (Glomus sp. and Acaulospora sp.) in sweet maize, green beans and odot grass, and to study available soil P and growth of host plants (sweet maize, green beans and odot grass) inoculated with different types of mycorrhiza (Glomus sp. and Acaulospora sp.). The research included 3 stages of activities, i.e. soil sampling, isolation and identification of mycorrhizae, and propagation of spores. The study used a factorial completely randomized design, consisted of two factors host species (sweet maize, green beans and odot grass) and the types of mycorrhiza (control,Glomussp. andAcaulosporasp.), totaling 9 treatments and 4 replication of each. The results showed that there were signifance differences in the number of mycorrhizal spores and AM colonies in plant roots (Glomussp. andAcaulosporasp.).

Further, the growth of host plant by aplication of different type of AM was significantly different (P<0,05). Application of mychorriza on plants gave significant effect on available P at 56 days after planting, except in sweet maize.

Keywords: arbuscular mycorrhiza, host plants, sreading

Pendahuluan

Mikoriza Arbuskula adalah sekelompok jamur tanah yang diketahui dapat berfungsi sebagai pupuk hayati, yang berperan terhadap peningkatan kesehatan tanah, ramah lingkungan dan mampu meningkatkan status hara tanah serta hasil pertanian untuk itu perlu dilakukan perbanyakan (Nurhayati, 2012).

Menurut Octavianti et al. (2014), mikoriza berperan dalam peningkatan penyerapan unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman seperti P, N, K, Zn, Mg, Cu, dan Ca.

Keefektifan penyerapan unsur hara oleh tanaman inang tergantung interaksi yang kompleks antara kapasitas tanah, kebutuhan unsur hara (fosfor) tanaman, kemampuan jamur menginfeksi dan menyediakan unsur hara bagi tanaman inang. Perbanyakan mikoriza ini dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya yaitu, jenis mikoriza, jenis tanaman inang dan lingkungan.

Mikoriza berdasarkan letak jamur dibagi menjadi dua yaitu ektomikoriza (EKM) dan endomikoriza (mikoriza arbuskular yang disingkat menjadi MA), akan tetapi MA merupakan asosiasi akar dengan jamur yang paling umum dijumpai dan penyebarannya paling luas. Jamur endomikoriza mempunyai relasi yang sangat luas pada tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan, serta diperkirakan lebih dari 93% berteman dengan akar tanaman tingkat tinggi (Nurhayati, 2012) Menurut INVAM (2012), endomikoriza termasuk dalam Ordo Glomeromycota, dan terbagi dalam 10 famili yang dibagi lagi menjadi 19 jenis. Dari sembilan belasjenis mikoriza masing-masing memiliki karakteristik, sifat serta ketahanan dan daya adaptasi yang berbeda.

(2)

Mikoriza Arbuskular bersifat obligatif simbiotik yang memerlukan tanaman inang, oleh sebab itu dalam perbanyakan mikoriza tidak dapat hidup pada media buatan (Hasibuan et al., 2014). Menurut Herryawan (2012), pemilihan tanaman inang harus berpotensi tinggi untuk pembentukan mikoriza misalnya, kapasistas untuk dikolonisasi oleh jenis MA dan merangsang pertumbuhan serta adaptasi MA tinggi. Peranan perakaran tanaman inang sangatlah memengaruhi dari kualitas inokulum yang dihasilkan. Sistem perakaran tanaman inang yang sesuai untuk perbanyakan mikoriza yaitu, perakaran yang ekstensif (konsentrasi tertinggi akar-akar halus menyerap makanan) dan solid tapi kadar ligninnya rendah atau tanpa lignifikasi. Serta tanaman inang harus mampu tumbuh baik dalam ruang pertumbuhan dan kondisi rumah kaca.

Perkembangan dan penyebaran spora mikoriza dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Pangaribuan (2014), lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap pembentukan mikoriza dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Setiap jenis mikoriza memiliki perilaku koloni MA pada akar dan sporalasi yang berbeda-beda pada kondisi lingkungan yang berbada (Nusantara et al., 2012). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang perbanyakan berbagai spora mikoriza arbuskula diberbagai jenis tanaman inang.

Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) Menguji perbanyakan mikoriza dan koloni MA diberbagai jenis mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp.) pada tanaman Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot. 2) Mempelajari P-tersedia tanah dan pertumbuhan tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot) yang diinokulasi dengan jenis mikoriza yang berbeda (Glomus sp. dan Acaulospora sp.).

Bahan dan Metode

Penelitian ini meliputi 3 tahap kegiata nyaitu (1) Pengambilan sampel tanah di lahan UB Forest, (2) Isolasi dan identifikasi mikoriza arbuskula di laboratorium dilakukan di Laboratorium Biologi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, (3) Perbanyakan spora dengan kultur spora yang dilakukan di rumah plastik di Dusun Sengkaling, Desa

Mulyoagung, Kab. Malang pada bulan April 2017 sampai Februari 2018. Bahan yang digunakan untuk perbanyakan yaitu media tanam, spora mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp.), benih tanaman (jagung manis, kacang hijau dan rumput odot). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah perbedaan jenis tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput odot) dan jenis mikoriza (Tanpa Aplikasi Mikoriza, Glomus sp. dan Acaulospora sp.) sebanyak sebanyak 15 spora cup-1. Berdasarkan rancangan didapatkan 9 kombinasi perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga didapatkan 36 unit percobaan. Parameter pengamatan meliputi jumlah spora mikoriza, koloni MA pada akar, pH tanah, P-tersedia, P- total tanah, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot segar dan bobot kering tanaman. Tabulasi data menggunakan Ms.

Excel dansofware Genstat.

Hasil dan Pembahasan

Perbanyakan berbagai spora MA diberbagai jenis tanaman inang memengaruhi variabel pengamatan yaitu jumlah spora mikoriza, koloni MA pada akar tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot tanaman, P- tersedia, P-total dan pH tanah. Dari hasil perbanyakan yang dilakukan, maka didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:

Analisis tanah awal sebagai media perbanyakan mikoriza

Pengambilan sampel tanah yang dilakukan di lahan UB Forest, pada tiga lokasi yang berbeda dan tiga kali ulangan berdasarkan tutupan lahan dominan. Tutupan lahan dominan diantaranya yaitu (1)kawasan hutan lindung, (2)hutan produksi dengan tutupan lahan pinus dan kopi serta (3)hutan produksi dengan tutupan lahan mahoni dan kopi. Hasil analisis awal menentukan media tanam perbanyakan spora mikoriza yaitu Kawasan Lindung Plot 3 karena memiliki jumlah terbanyak yaitu 479 100 g-1 tanah (Tabel 1). Kawasan Lindung Plot 3 tutupan lahan berupa semak belukar dengan kelerengan yang sangat curam, tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat bercocok tanam maupun mencari pakan ternak sehingga kawasan ini masih tergolong alami.

(3)

Tabel 1. Rerata jumlah spora mikoriza untuk media tanam.

Lokasi Kode Rerata Spora Mikoriza 100 g-1tanah

Kawasan Lindung Plot 1 KL 1 255

Kawasan Lindung Plot 2 KL 2 227

Kawasan Lindung Plot 3 KL 3 479

Kopi Pinus Plot 1 KP 1 160

Kopi Pinus Plot 2 KP 2 237

Kopi Pinus Plot 3 KP 3 114

Kopi Mahoni Plot 1 KM 1 114

Kopi Mahoni Plot 2 KM 2 78

Kopi Mahoni Plot 3 KM 3 173

Sterilisasi tanah dilakukan dua kali karena pada sterilisasi pertama masih banyak terdapat mikoriza, sedangkan pada sterilisasi kedua jumlahnya menurun (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil pengamatan spora mikoriza pada media tanam.

Tanah

steril Spora Mikoriza 100 g-1tanah Glomus

sp. Acaulosporasp.

Tahap 1 186 58

Tahap 2 79 11

Hasil analisis awal pengukuran P-tersedia menggunakan metode Bray-I karena pH sampel tanah masam yaitu 5,23. Dari hasil

pengukuran didapatkan bahwa P-tersedia yang digunakan sebagai media tanam sebesar 6,43 ppm dan P-total sebesar 117,92 ppm.

Perbanyakan spora mikoriza dengan tanaman jagung manis, kacang hijau dan rumput odot

Jumlah spora mikoriza

Hasil analisis ragam jumlah spora mikoriza pada perbanyakan jenis mikoriza di berbagai jenis Hasil analisis jumlah spora mikoriza pada seluruh perlakuan, jumlah spora mikoriza baik jenis Acaulospora sp. dan Glomus sp. dengan setiap jenis tanaman inang mendapatkan hasil yang berbeda (Gambar 1).

Gambar 1. Rerata jumlah spora mikoriza pada 56 HST (per 100 g tanah).

Keterangan : Perlakuan: KG = Kontrol/Tanpa aplikasi sporaGlomussp., KA = Kontrol/Tanpa aplikasi sporaAcaulosporasp., G =Glomussp., A =Acaulosporasp. Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan jumlah spora pada kontrol dengan setiap jenis mikoriza berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan jumlah spora pada setiap perlakuan jenis mikoriza (KG,

KA, G, A) berlaku untuk semua tanaman inang.

Hasil pengamatan jumlah spora mikoriza Glomus sp.danAcaulosporasp. di masing-masing jenis tanaman (jagung manis, kacang hijau dan rumput odot) di dapatkan hasil sebagai berikut:

spora mikoriza jenis Glomus sp. pada tanaman inang berturut-turut sebesar 1320, 619, dan 756 spora 100 g-1 tanah sedangkan spora mikoriza jenis Acaulospora sp. pada tanaman inang

(4)

berturut-turut sebesar 148, 77, dan 140 spora 100 g-1 tanah. Jadi jumlah spora mikoriza tertinggi terdapat pada tanaman inang jagung manis dan jenis spora mikoriza Glomus sp.

sebesar 1320 spora 100 g-1 tanah, sedangkan hasil terendah pada tanaman inang kacang hijau dan jenis spora mikoriza Acaulosporasp.

sebesar 77 spora 100 g-1 tanah. Jenis spora mikoriza Acaulospora sp. populasi tertinggi terdapat pada tanaman inang jagung manis sebesar 148 spora 100 g-1 tanah. Pada keseluruhan perlakuan jumlah jenis spora mikoriza Glomus sp. lebih tinggi dibandingkan dengan jenis spora mikoriza Acaulospora sp.

pada masing-masing jenis tanaman inang. Jenis tanaman inang terbaik untuk perbanyakan spora mikoriza yaitu tanaman jagung manis, dapat dilihat (Gambar 4) perlakuan jagung manisGlomus sp.dan Acaulospora sp.merupakan perlakuan yang memiliki jumlah spora mikoriza tertinggi dari kedua jenis spora mikoriza.

Tanaman kedua yaitu rumput odot sedangkan jumlah spora paling sedikit yaitu kacang hijau.

Koloni MA pada akar tanaman inang

Hasil analisis koloni MA pada akar tanaman diseluruh perlakuan, didapatkan jumlah presentase yang berbeda antara jenis spora mikoriza (Acaulospora sp. dan Glomus sp.) dan jenis tanaman inang (Gambar 2). Hasil keseluruhan pengamatan koloni MA pada akar tanaman tertinggi terdapat pada tanaman inang jagung manis dan jenis spora mikoriza Glomus sp. sebesar 86%, sedangkan koloni MA pada akar tanaman sebesar 47% dengan tanaman inang jagung manis dan jenis spora mikoriza Acaulosporasp.. Jika dibandingkan dari kedua jenis spora mikoriza (Glomus sp.danAcaulospora sp.), jenis spora mikoriza Glomus sp. memiliki nilai presentase koloni MA pada akar tanaman tertinggi dibandingkan dengan jenis spora mikoriza Acaulospora sp.. Jenis spora mikoriza Acaulospora sp. presentase koloni MA tertinggi yaitu73% pada tanaman rumput Odot.

Sedangkan jenis tanaman inang dengan jumlah koloni akar spora mikoriza terbanyak terdapat pada tanaman inang jagung manis.

Gambar 2. Rerata koloni MA pada akar tanaman inang umur 56 HST.

Keterangan: Perlakuan: K = Kontrol/Tanpa aplikasi spora mikoriza, G =Glomussp., A = Acaulosporasp. Notasi huruf besar* menunjukkan perbedaan koloni MA pada akar tanaman pada jenis

mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan koloni MA pada akar tanaman pada setiap perlakuan jenis mikoriza (K, G, A) berlaku untuk semua

tanaman inang.

Tinggi tanaman

Secara umum pada seluruh perlakuan, tinggi tanaman inang meningkat dari 14 sampai 56 HST. Berdasarkan hasil tinggi tanaman keseluruhan jenis tanaman inang, tanaman kacang hijau dengan jenis spora mikoriza Glomus sp. merupakan tanaman tertinggi dibandingkan jagung manis dan rumput odot yaitu 25,5 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada tanaman jagung manis tanpa spora mikoriza (kontrol) yaitu 13,38 cm.

Pada jenis tanaman kacang hijau dan rumput odot tinggi tanaman dengan jenis spora mikoriza Glomus sp.lebih tinggi di bandingkan dengan jenis spora mikoriza Acaulospora sp., sedangkan untuk jenis tanaman inang jagung manis tinggi tanaman antara kedua jenis spora mikoriza hampir sama. Hasil analisis uji lanjut Duncant tinggi tanaman inang pada 14 sampai 56 HST dengan faktor jenis tanaman dan jenis spora mikoriza. Dapat di lihat tinggi tanaman inang pada 14 sampai 56 HST tidak terdapat perbedaan jenis mikoriza pada tanaman inang

(5)

(Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot), kecuali pada 56 HST dengan tanaman inang Rumput Odot. Sedangkan jenis mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp) pada jenis tanaman yang berbeda menunjukkan perbedaan antara satu tanaman dengan tanaman lainnya (Tabel 3).

Jumlah daun tanaman inang

Dari seluruh perlakuan jumlah daun tanaman inang terbanyak yaitu tanaman rumput odot, sedangkan tanaman dengan jumlah daun terendah yaitu tanaman jagung manis. Pada jenis tanaman kacang hijau dan rumput odot jumlah daun dengan jenis spora mikoriza Glomus sp. lebih banyak di bandingkan dengan

jenis spora mikorizaAcaulospora sp., sedangkan tanaman inang jagung manis jumlah daun antara kedua jenis spora mikoriza hampir sama.

Hasil analisis uji lanjut Dunkan jumlah daun tanaman inang pada 14 sampai 56 HST dengan faktor jenis tanaman dan jenis spora mikoriza.

Dapat di lihat tinggi tanaman inang pada 14 sampai 56 HST tidak terdapat perbedaan jenis mikoriza pada tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot), kecuali pada 42 HST dengan tanaman inang Rumput Odot.

Sedangkan jenis mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp) pada jenis tanaman yang berbeda menunjukkan perbedaan antara satu tanaman dengan tanaman lainnya (Tabel 4).

Tabel 3. Uji Duncan tinggi tanaman inang (faktor jenis tanaman inang) pada 14 sampai 56 HST.

Kode 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST

T1K 8 a 9 a 12 a 13 a

T1G 9 a 11 a 13 a 15 a

TIA 10 b 12 b 13 a 14 a

T2K 17 b 20 b 22 b 25 b

T2G 18 b 20 b 23 b 26 b

T2A 16 c 19 c 22 b 22 b

T3K 7 a 11 a 16 a 20 *Bab

T3G 6 a 12 a 15 a 19 *Ba

T3A 6 a 10 a 13 a 15 *Aa

Keterangan : Huruf yang sama yang mendampingi angka rerata pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%. Tanaman Inang: T1 (Jagung Manis), T2 (Kacang Hijau), T3 (Rumput odot). Jenis mikoriza: K (Tanpa Aplikasi Mikoriza/Kontrol), G (Glomus sp.), A (Acaulospora sp.). Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan tinggi tanaman pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan tinggi tanaman pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk semua tanaman inang.

Tabel 4. Uji Duncan jumlah daun tanaman inang (faktor jenis tanaman inang) pada 14 sampai 56 HST.

Kode 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST

T1K 4 a 4 a 4 a 3 a

T1G 4 a 4 a 3 a 4 a

TIA 4 a 4 a 3 a 3 a

T2K 7 b 7 b 8 b 7 ab

T2G 6 b 7 b 9 b 9 b

T2A 6 a 7 b 8 b 5 b

T3K 10 c 9 b 11 *Bb 11 b

T3G 9 c 12 c 10 *Abc 10 b

T3A 8 b 11 c 9 *Ac 10 c

Keterangan sama dengan Tabel 3.

(6)

Panjang akar tanaman inang

Hasil keseluruhan pengukuran panjang akar tanaman inang terpanjang yaitu tanaman rumput odot kemudian kacang hijau dan yang terpendek tanaman jagung manis. Pada perlakuan ini jenis tanaman inang yang sama, dengan jenis spora mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp.) menghasilkan panjang akar tanaman yang berbeda. Panjang akar tanaman jagung manis tanaman inang jagung manis dan jenis spora mikoriza Acaulospora sp. (1,045 cm) lebih panjang dibandingkan tanaman inang jagung manis dan jenis mikoriza Glomus sp.

sebesar 896 cm. Tanaman inang kacang hijau panjang akar tanaman inang kacang hijau dan jenis spora mikoriza Glomus sp. lebih panjang yaitu 2,808 cm dibandingkan tanaman inang kacang hijau dan jenis mikoriza Acaulospora sp.

sebesar 1,380 cm. Tanaman inang rumput odot

panjang akar tanaman inang rumput odot dan jenis spora mikoriza Acaulospora sp. lebih pendek yaitu sebesar 3,264 cm dibandingkan tanaman inang rumput odot dan jenis spora mikoriza Glomus sp. sebesar 12,162 cm (Gambar 3).

Bobot tanaman inang

Dari hasil analisis uji lanjut pengamatan bobot tanaman dengan faktor jenis tanaman inang baik bobot segar tanaman maupun bobot kering tanaman rumput odot merupakan tanaman terberat di bandingkan jenis tanaman inang lainnya yaitu sebesar 115,67 g (bobot segar) dan 15,71 g (bobot kering) sedangkan tanaman inang jagung manis (bobot segar 9,98 g dan bobot kering 1,21 g) dan kacang hijau (bobot segar 8,92 g dan bobot kering 0,58 g) tidak jauh berbeda (Gambar 4).

Gambar 3. Rerata panjang akar tanaman inang pada 56 HST.

Keterangan: Perlakuan: K = Kontrol/Tanpa aplikasi spora mikoriza, G =Glomussp., A = Acaulosporasp. Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan panjang akar pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan panjang akar pada

setiap perlakuan jenis mikoriza (K, G, A) berlaku untuk semua tanaman inang.

Gambar 4. Rerata bobot tanaman inang pada 56 HST.

Keterangan: Perlakuan: K = Kontrol/Tanpa aplikasi spora mikoriza, G =Glomussp., A = Acaulosporasp. Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan bobot tanaman pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan bobot tanaman pada

setiap perlakuan jenis mikoriza (K, G, A) berlaku untuk semua tanaman inang.

(7)

P-tersedia tanah

Dari hasil analisis pengamatan P-tersedia, kandungan P-tersedia dalam tanah mengalami penurunan berdasarkan analisis awal (6,43 ppm) media tanam pada seluruh perlakuan baik antara jenis spora mikoriza (Acaulosporasp. dan Glomus sp.) dari setiap jenis tanaman inang berbeda (Gambar 5).

Hasil analisis pengamatan P-tersedia, pada keseluruhan pengamatan kandungan P-tersedia tertinggi terdapat tanaman inang jagung manis dan tanpa ada aplikasi spora mikoriza sebesar 4.86 ppm, sedangkan kandungan P-tersedia terendah pada tanaman inang jagung manis, rumput odot dan jenis spora mikoriza Glomus sp. sebesar 2.47 ppm. Pada perlakuan ini jenis spora mikoriza Glomus sp. memiliki kandungan

P-tersedia terrendah yaitu 2.47 ppm dibandingkan dengan jenis spora mikoriza Acaulospora sp.sebesar 3.94 ppm. Jenis tanaman inang yang memiliki kandungan P-tersedia tertinggi yaitu terdapat pada tanaman inang jagung manis, sedangkan kandungan P-tersedia terrendah terdapat pada tanaman inang rumput odot.

P-total tanah

Hasil analisis pengamatan P-total, kandungan P-total dalam tanah mengalami peningkatan berdasarkan analisis awal (117,92 ppm) media tanam pada seluruh perlakuan baik antara jenis spora mikoriza (Acaulosporasp. danGlomus sp.) dari setiap jenis tanaman berbeda (Gambar 6).

Gambar 5. Rerata P-tersedia tanah pada 56 HST.

Keterangan: Perlakuan: K = Kontrol/Tanpa aplikasi spora mikoriza, G =Glomussp., A = Acaulosporasp. Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan P-tersedia Tanah pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan P-tersedia

Tanah pada setiap perlakuan jenis mikoriza (K, G, A) berlaku untuk semua tanaman inang.

Gambar 6. Rerata P-total tanah pada 56 HST.

Keterangan: Perlakuan: K = Kontrol/Tanpa aplikasi spora mikoriza, G =Glomussp., A = Acaulosporasp. Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan P-total Tanah pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan P-total Tanah pada

setiap perlakuan jenis mikoriza (K, G, A) berlaku untuk semua tanaman inang.

(8)

Hasil analisis pengamatan P-total, pada keseluruhan pengamatan kandungan P-total tertinggi sebesar 309,80 ppm dengan tanaman inang rumput odot dan tanpa spora mikoriza, sedangkan kandungan P-total terendah sebesar 200,10 ppm dengan tanaman kacang hijau dan tanpa spora mikoriza. Pada perlakuan ini jenis spora mikoriza Glomus sp. hasil analisis P-total bebih tinggi dibandingkan dengan jenis spora mikoriza Acaulospora sp.. Jenis tanaman inang yang memiliki kandungan P-total tertinggi yaitu terdapat pada tanaman inang rumput odo, sedangkan kandungan P-tersedia terrendah terdapat pada tanaman inang jagung manis.

pH tanah

Dari hasil analisis pengamatan pH tanah, kandungan pH tanah mengalami penurunan berdasarkan analisis awal (pH 5,24) media tanam pada seluruh perlakuan baik antara jenis spora mikoriza (Acaulosporasp. danGlomus sp.) dari setiap jenis tanaman berbeda (Gambar 7).

Dari hasil analisis uji lanjut pengamatan pH dengan faktor jenis tanaman, inang tanaman jagung manis merupakan tanaman yang memiliki nilai pH terendah yaitu 4,7 dibandingkan dengan tanaman kacang hijau dan rumput odot yaitu 4,8.

Gambar 7. Rerata pH tanah pada 56 HST.

Keterangan: Perlakuan: K = Kontrol/Tanpa aplikasi spora mikoriza, G =Glomussp., A = Acaulosporasp. Notasi huruf besar * menunjukkan perbedaan pH Tanah pada jenis mikoriza dan kontrol berlaku untuk masing-masing tanaman inang, notasi huruf kecil menunjukkan perbedaan pH Tanah pada

setiap perlakuan jenis mikoriza (K, G, A) berlaku untuk semua tanaman inang.

Setelah dilakukan analisis ragam dan uji lanjut, dilakukan uji korelasi untuk melihat seberapa besar hubungan antar parameter. Uji korelasi digunakan untuk menentukan tingkat keeratan hubungan antara variable yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r), dimana hubungan antar variable dapat bersifat positif dan negatif.

Berdasarkan hasil uji korelasi jumlah spora mikoriza dengan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar), P-tersedia tanah dan pH tanah pada berbagai jenis tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput odot) memiliki nilai korelasi yang berbeda- beda. Jumlah spora mikoriza memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) dan berkorelasi negatif dengan P-tersedia tanah dan pH tanah pada berbagai jenis tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput odot).

Berdasarkan hasil uji korelasi jumlah spora mikoriza dengan pertumbuhan tanaman inang Jagung Manis (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) memiliki hubungan lemah (jumlah spora mikoriza dengan tinggi tanaman, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) dan sedan (jumlah spora mikoriza dengan jumlah daun).

Jumlah spora dengan pertumbuhan tanaman inang Jagung Manis (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) memiliki nilai korelasi berturut-turut sebesar 0,11; 0.97; 0,08; 0,07; dan 0,13.

Sedangkan hasil uji korelasi jumlah spora mikoriza dengan pertumbuhan tanaman inang Kacang Hijau (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) memiliki hubungan sangat kuat (jumlah spora mikoriza dengan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering dan panjang akar) dan sempurna (jumlah spora mikoriza dengan bobot segar).

(9)

Jumlah spora dengan pertumbuhan tanaman inang Kacang Hijau (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) memiliki nilai korelasi berturut-turut sebesar 0,80; 0.87; 1,00; 0,98; dan 0,99.

Dan hasil uji korelasi jumlah spora mikoriza dengan pertumbuhan tanaman inang Rumput Odot (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) memiliki hubungan sedang (jumlah spora mikoriza denganjumlah daun), kuat (jumlah spora mikoriza dengan tinggi tanaman) dan sangat kuat (jumlah spora mikoriza dengan bobot kering dan panjang akar). Jumlah spora dengan pertumbuhan tanaman inang Rumput Odot (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan panjang akar) memiliki nilai korelasi berturut-turut sebesar 0,58; 0.54;

0,98; 0,94; dan 0,99.

Berdasarkan hasil uji korelasi jumlah spora mikoriza dengan kandungan P-tersedia dalam tanah di berbagai tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot) memiliki hubungan lemah (pada Jagung Manis), sangat kuat (pada Kacang Hijau) dan kuat (pada Rumput Odot) dengan nilai korelasi berturut-turut sebesar -0,24; -0,96; dan - 0,74.Sedangkan hasil uji korelasi (Lampiran 8) jumlah spora mikoriza dengan pH tanah di berbagai tanaman inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot) memiliki hubungan kuat (Jagung Manis) dan sangat kuat (Kacang Hijau dan Rumput Odot) dengan nilai korelasi berturut-turut sebesar-0,70; 0,90; dan -0,94.

Keberadaan mikoriza mampu menghasilkan hormon dan enzim yang dapat berfungsi memacu pertumbuhan tanaman inang. Rahman et al. (2015) menjelaskan keberadaan mikoriza mampu menstimulus hormon-hormon pertumbuhan (sitokinin dan auksin) yang berperan untuk memacu pembelahan dan pemanjangan sel-sel tanaman.

Selain itu Leskona et al. (2013) menjelaskan bahwa jamur mikoriza mampu menghasilkan enzim forfatase sehingga yang membantu dalam proses penyerapan unsur hara P (P yang terikat dalam tanah akan terlarut dan tersedia bagi tanaman). Pernyataan tersebut di dukung oleh penelitian Tatik et al. (2009) pemberian mikoriza 5-15 g/polybag pada pembibitan jarak pagar dapat meningkatkan rata-rata tinggi tanaman bila dibandingkan tanpa pemberian mikoriza, rata-rata tinggi tanaman tanpa

mikoriza sebesar 35,87 cm sedangkan pemberian 5, 10 dan 15 g polybag-1 mikoriza rata-rata tinggi tanaman berturut-turut sebesar 49,89; 44,89 dan 46,84 cm hal ini dikarenakan hubungan simbiosis mutualisme antara akar tanaman dan spora mikoriza. Mikoriza membantu tanaman dalam menyerap unsur hara terutama P sedangkan mikoriza menerima karbohidrat dari tanaman inang tersebut, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik.

Dari hasil analisis pengamatan P-tersedia, kandungan P-tersedia dalam tanah mengalami penurunan berdasarkan analisis awal media tanam pada seluruh perlakuan baik antara jenis spora mikoriza (Acaulosporasp. danGlomus sp.) dari setiap jenis tanaman inang berbeda.

Menurut Indriani et al,. (2011) tanaman yang diaplikasikan mikoriza menyerap fosfor dalam tanah lebih banyak dan pertumbuhan tanaman lebih cepat dari pada tanaman yang tidak diaplikasikan mikoriza. Peningkatan serapan P oleh tanaman yang mengandung mikoriza, sebagian besar disebabkan oleh hifa eksternal yang berperan sebagai sistem perakaran sehingga menyebabkan tersedianya daerah serapan yang lebih luas dalam menyerap unsur hara, kemudian dipindahkan ke tanaman inang.

Selain itu menurut Permanasari et al. (2016) semakin tinggi spora mikoriza maka tingkat koloni MA pada akar tanaman yang ada di dalam tanah akan semakin banyak. Menurut Kafid et al. (2015) semakin tinggi koloni MA pada akar tanaman dapat diindikasikan semakin aktif spora mikoriza tersebut menginfeksi akar dan memperluas daerah serapan akar terhadap air dan unsur hara, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.

Hasil pengamatan jumlah spora mikoriza antara Glomus sp. dan Acaulospora sp. pada masing-masing jenis tanaman (jagung manis, kacang hijau dan rumput odot) didapatkan hasil yang berbeda.Jumlah spora mikorizaGlomus sp.

lebih tinggi dibandingkan dengan spora mikoriza Acaulospora sp. (Gambar 4), hal ini menunjukkan spora mikoriza Glomus sp.

memiliki daya adaptasi dan perkembangan yang lebih baik daripadaspora mikoriza Acaulospora sp. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Saputra et al. (2015) jumlah spora jamur MA yang paling banyak ditemukan pada tiga jenis tanah (tanah aluvial, tanah gambut dan tanah podzolik merah kuning (PMK))

(10)

adalah jenis Glomus sp., hasil tersebut menunjukkan jenis mikoriza Glomus sp.

mempunyai adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis lingkungan dibandingkan dengan jenis MA lainnya. Salah satu adaptasi yang dilakukan oleh jenis Glomus sp. yaitu mempunyai perkecambahan spora yang lebih cepat yaitu hanya memerlukan 4-6 hari, spora mikorizajenis Glomus sp. lebih cepat berkecambah karena ukuran spora yang lebih kecil menyebabkan fase hidrasi berlangsung cepat sehingga aktivitas enzim yang berhubungan dengan proses perkecambahan akan berlangsung lebih cepat.

Perkembangan spora mikoriza yang berbeda dapat dipengaruhi oleh pH tanah.

Spora mikoriza dapat berkembang baik pada pH tanah yang sesuai. Menurut Indriani et al.

(2011) spora mikoriza dapat tumbuh berkolonisasi di dalam tanah terjadi pada kisaran pH 3,8-8. Sedangkan menurut Permanasari et al. (2016) menyatakan spora mikoriza tidak mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada tanah yang mempuyai pH 3,81. Dari hasil uji korelasi antara jumlah spora mikoriza dengan pH tanah pada tanaman Jagung Manis dan Rumput Odot berkorelasi negatif sedangkan pada tanaman Kacang Hijau berkorelasi positif. Hal ini dapat diartikan semakin banyak jumlah spora pada tanaman Jagung Manis dan Rumput Odot maka pH tanah semakin rendah sedangkan pada tanaman Kacang Hijau semakin banyak jumlah spora maka pH tanah semakin meningkat.Tanaman Jagung Manis dan Rumput Odot berkorelasi negatif diduga karena akibat aktifitas mikoriza, sedangkan tanaman Kacang Hijau yang berkorelasi positif diduga karena tanaman ini bersimbiosis mutualisme dengan rhizobium (bintil akar). Menurut Kafid et al. (2015), penurunan pH dapat disebabkan oleh aktivitas spora mikoriza yang menghasilkan asam organik dan dapat meningkatkan populasi mikroorganisme lain di dalam tanah.

Sedangkan menurut Lubis et al,. (2015) Peningkatan pH tanah pada tanaman Kacang Kedelai dapat meningkatkan jumlah bintil akar pada masa generatif tanaman dengan hasil penelitian pH tanah 4,83 terdapat 34 buah bintil akar sedangkan pH tanah 5,65 terdapat 5 buah bintil akar.

Kesimpulan

Terdapat perbedaan jumlah spora mikoriza dan koloni MA pada akar (Glomus sp. dan Acaulosporasp.). Peningkatan hasil perbanyakan jumlah spora Glomus sp. dan koloni MA pada akar diberbagai tanaman Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot berturut-turut sebesar 1.404, 658 dan 804% (jumlah spora) 86, 73, dan 78% (koloni MA pada akar tanaman) sedangkan spora Acaulospora sp. berturut-turut sebesar 569, 296 dan 538% (jumlah spora) 47, 68, dan 73% (koloni MA pada akar tanaman).

Jenis mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp.) berpengaruh terhadap perbedaan pertumbuhan inang (Jagung Manis, Kacang Hijau dan Rumput Odot) dan menyebabkan P-tersedia tanah pada umur 56 HST yang berbeda kecuali pada tanaman Jagung Manis.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada anggota

“TIM MIKO” (Dimas, Jo Arifin, Yoga Lorensa, Miftakhul M. (Mita), Makfiroh, Nurul, Asmita, Elmi dan Syah Ryan) yang sudah membantu dalam kegiatan penelitian.

Daftar Pustaka

Hasibuan, D., Sabrina, S. dan Lubis A.T. 2014.

Potensi berbagai tanaman sebagai inang inokulum mikoriza arbuskular dan efeknya terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai di tanah ultisol. Jurnal Online Agroekoteknologi 2(2):905-914.

Herryawan, K.M. 2012. Perbanyakan inokulum fungi mikoriza arbuskular (FMA) secara sederhana. Jurnal Pastura 2(2):57-60.

Indriani, N.P., Mansyur, Susilawati dan Islami, R.Z.

2011. Peningkatan produktivitas tanaman pakan melalui pemberian fungi mikoriza arbuskular (FMA). Jurnal Pastura 1(1):27-30.

INVAM, International Culture Collection of (Vesicular) Arbuscular Mycorrhizal Fungi. 2012.

Classification. April. Diakses April 22, 2017.

http://invam.wvu.edu/the-fungi/classification.

Kafid, M., Aini, L.Q. dan Prasetya, B. 2015. Peran mikoriza arbuskula dan bakteri Pseudomonas fluorescens dalam meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung pada andisol.

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 2(2):191- Leskona, D., Riza, L. dan Mukarlina. 2013.197.

Pertumbuhan jagung (Zea mays L). dengan

(11)

pemberian Glomus aggregatum dan biofertilizer pada tanah bekas penambangan emas. Jurnal Protobiont 2(3):176-180.

Lubis, D.S., Asmarlaili S.H. dan Sembiring, M.

2015. Pengaruh pH terhadap pembentukan bintil akar, serapan hara N, P dan Produksi tanaman pada beberapa varietas kedelai pada tanah inceptisol di rumah kasa. Jurnal Online Agroekoteknologi 3(3):1111-1115.

Nurhayati. 2012. Infektivitas mikoriza pada berbagai jenis tanaman inang dan beberapa jenis sumber inokulum. Jurnal Floratek 7:25-31.

Nusantara, A.D., Bertham, Y.H. dan Mansur, I.

2012. Bekerja dengan Fungi Mikoriza Arbuskula. Bogor. Seameo Biotrop. Halaman 4- Octavianti, E.N. dan Ermavitalini, D. 2014.57.

Identifikasi mikoriza dari lahan Desa Poteran, Pulau Poteran, Sumenep Madura. Jurnal Sains Pomits 3(2):53-57.

Pangaribuan, N. 2014. Penjaringan cendawan mikoriza arbuskula indigenous dari lahan penanaman tanaman jagung dan kacang kedelai pada gambut Kalimantan Barat. Jurnal Agro 1(1):50-60.

Permanasari, I., Dewi, K.M., Irfan, M. dan Arminudin, A.T.. 2016. Peningkatan efisiensi pupuk fosfat melalui aplikasi mikoriza pada kedelai. Jurnal Agroternologi 6(2):23-30

Rahman, R., Anshar, M. dan Bahrudin. 2015.

Aplikasi bakteri pelarut fosfat, bakteri penambat nitrogen dan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum annum L.). Jurnal Agrotekbis 3(3):316-328

Saputra, B., Riza, L. dan Lovadi, I. 2015. Jamur mikoriza vesikular (MVA) pada tiga jenis tanah rhizosfer tanaman pisang nipah (Musa paradisiaca L. var. nipa) di Kabupaten Pontianak. Jurnal Protobiont 4(1):160-169.

Tatik, M., Anis dan Nelvia. 2009. Efek pemberian beberapa sumber fosfat dan mikoriza vesikular arbuskula pada bibit tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di medium gambut. Jurnal SAGU 8(2):1-7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah spora per 5 gram tanah pada ekosistem tanaman karet daerah Bukit Dua Belas yaitu 99-142 spora dan pada ekosistem

Akar terinfeksi oleh hifa yang ada di dalam tanah yang berasal dari propagul..

Hasil Derajat Infeksi Akar (%) dan Spora (gr) pada Tanaman Inang (Jagung, Kedelai, Setaria, Kacang Tanah)..

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis fungi mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap bobot berangkasan segar dan kering fase vegetatif, bobot akar segar dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza meningkatkan bobot kering tajuk, derajat infeksi akar, serapan P tanaman serta Kadar P- tersedia tanah.. Pupuk fosfat

Aplikasi CMA pada tanaman jagung di tanah Inceptisol dapat meningkatkan infeksi akar, serapan fosfat, bobot kering tanaman, dan hasil pipilan kering seiring dengan

Aplikasi CMA pada tanaman jagung di tanah Inceptisol dapat meningkatkan infeksi akar, serapan fosfat, bobot kering tanaman, dan hasil pipilan kering seiring dengan bertambahnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza meningkatkan bobot kering tajuk, derajat infeksi akar, serapan P tanaman serta Kadar P- tersedia tanah.. Pupuk fosfat