• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

PERBEDAAN GAYA BELAJAR ANTARA PESERTA DIDIK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMP NEGERI 23 PADANG

JURNAL

TRIA RAHMAH PUTRI NPM. 12060134

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2017

(2)

1

Perbedaan Gaya Belajar Antara Peserta Didik Laki-Laki Dan Perempuan Di SMP Negeri 23 Padang

Oleh:

Tria Rahmah Putri Alfaiz, S.Psi.I.M.Pd.

Fuaddillah Putra, M.Pd, Kons.

Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The background of the research is motivated by the students that there are still have a wide variety of learning styles, such as the students find it difficult to write, but great story telling, the students are easily distracted by the commotion, the students are more easily remember the matter through visual than audio, and the students are not can sit still for long periods. The purpose of this study a difference in learning styles between male and female students in paint of view audio, visual, and kinesthetic in junior high school 23th of Padang. This research was comparative research. The population in this study were the students of male and female in junior high school 23th of Padang, field as much as 8 class that the totally 268 the students. Sample was taken with proportional random sampling technique 160 students. Data collection tool is questionnaire. Data was analyze through statistic descriptive the data in achievement respondents and T test by using program software IBM statistical package for the social sciences version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0). The result of the research reveals that: 1) The differences in learning styles of male and female been reviewed from learning styles of audio, 2) The differences in learning styles of male and female been reviewed from learning styles of visual, 3) The differences in learning styles male and female been reviewed from learning styles of kinesthetic. Based on the result of the research, the students between of male and female have differences in terms of learning styles of audio, visual and kinesthetic which can be used by the students as a tool to support in learning of any kind of subjects.

Keywords: Learn, Learning styles.

PENDAHULUAN

Penyelenggara pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan Negara Indonesia sepanjang zaman.

Sebagaimana bunyi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1 yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Selanjutnya Zen (2012:45) pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam

(3)

2 masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Kemudian Ki Hajar Dewantara(Zen, 2012:43) menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untukmemajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak); dalam taman peserta didik tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu dalam kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik/guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran proses dimana peserta didik dapat mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku supaya dapat memiliki kesempurnaan dan keselarasan kehidupan.

Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 ditetapkan 4 kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian, yang menyatakan bahwa:

Guru adalah seseorang yang mampu mengaktualisasikan tugas-tugas dengan baik, mampu memfasilitasi kegiatan belajar siswa, mampu memotivasi, membimbing dan memberikan kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Parkey (Aunurrahman, 2010:189) mengemukakan bahwa guru tidak hanya sekedar sebagai guru di depan kelas, akan tetapi juga sebagai bagian dari organisme yang turut serta menentukan kemajuan sekolah bahkan di masyarakat. Sejalan dengan pendapat di atas Shulman & Sockett (Aunurrahman, 2010:190) menyatakan bahwa guru yang baik harus menggunakan penilaian terhadap tindakan situasi kelas secara khusus, penilaian dan tindakan- tindakan guru terhadap situasi harus

mencakup tindakan-tindakan siswa sebagai sumber-sumber (agen) moral.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang mampu membimbing, memotivasi dan memberikan pengalaman kepada peserta didik dan pengetahuan-pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik.

Menurut Sardiman (2009:112) peserta didik adalah proses belajar mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian jasmani maupun rohani.

Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya menurut Hamalik (2001:99) peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah proses belajar mengajar sebagai kelompok manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar dan mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa.

Menurut Barlow (Syah, 2012:64) bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Selanjutnya Lester & Alice (Khodijah, 2014:48) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perolehan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap, termasuk cara baru untuk melakukan sesuatu dan upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau menyesuaikan situasi yang baru”. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Cronbach (Djamarah, 2011:13) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Khodijah (2014:169) bahwa adanya perbedaan gender dalam kinerja kognitif/belajar, yaitu: pandangan genetik/fisiologis yang menyatakan bahwa gen laki-laki menentukan morfologi otak yang berbeda dengan gen perempuan, seperti contoh dapat dilihat dari gaya belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah timbulnya tingkah laku, pengalaman, dan perubahan dengan adanya cara baru untuk melakukan sesuatu dan upaya-upaya seseorang dalam

(4)

3 mengatasi kendala atau menyesuaikan situasi yang baruyang menyatakan bahwa gen laki-laki menentukan morfologi otak yang berbeda dengan gen perempuan, salah satunya adalah perbedaan gaya belajar dari laki-laki dan perempuan.

Menurut De Porter dan Hernacki (Daryanto, 2015:17) gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan mengolah informasi tersebut menjadi bermakna. Selanjutnya Rachmawati (2015:17) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah karakteristik penting dari berbagai ciri yang mempengaruhi cara peserta didik belajar. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Kemp (Daryanto, 2015:17) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi peserta didik tersebut. Ada beberapa bentuk dari gaya belajar diantaranya: 1. auditori, 2. visual, 3.

kinestetik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan mengolah informasi, karakteristik penting dari berbagai ciri yang mempengaruhi cara peserta didik belajar, dan cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi peserta didik.

Hasil observasi yang penulis lakukan selama Praktek Lapangan (PL) di SMPN 23 Padang mulai pada tanggal 4 Agustus 2015 dan berakhir pada tanggal 16 Desember 2015, ada sejumlah peserta didik yang memiliki berbagai macam gaya belajar, seperti peserta didik merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita, peserta didik mudah terganggu oleh keributan, peserta didik lebih mudah mengingat yang dilihat dari pada yang didengar, peserta didik tidak dapat duduk diam dalam waktu lama, peserta didik kemungkinan memiliki tulisan yang jelek, peserta didik sulit memahami pelajaran disaat proses belajar berlangsung, peserta didik yang mengalami kekurangan dalam melihat dan mendengar merasa sulit dalam menyerap pelajaran, dan peserta didik kurang dalam menangkap pelajaran disaat guru cepat dalam menerangkan pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik pada

tanggal 15 Oktober 2015, terungkap bahwa adanya perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan di SMPN 23 Padang.

Seharusnya dalam pendidikan yang esensinya adalah belajar, peserta didik tentunya mampu dengan gaya belajar yang sesuai di dalam proses belajar mengajar, baik bagi peserta didik laki-laki maupun perempuan. Maka perlu kiranya melihat seperti apa gaya belajar laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Perbedaan Gaya Belajar Antara Peserta Didik Laki-laki dan Perempuan di SMP Negeri 23 Padang”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapatlah diketahui bahwa identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita (audio).

2. Peserta didik mudah terganggu oleh keributan (audio).

3. Peserta didik lebih mudah mengingat yang dilihat dari pada yang didengar (visual).

4. Peserta didik tidak dapat duduk diam dalam waktu lama (kinestetik).

5. Peserta didik kemungkinan memiliki tulisan yang jelek (kinestetik).

6. Peserta didik sulit memahami pelajaran disaat proses belajar berlangsung.

7. Peserta didik yang mengalami kekurangan dalam melihat dan mendengar merasa sulit dalam menyerap pelajaran.

8. Peserta didik kurang dalam menangkap pelajaran disaat guru cepat dalam menerangkan pelajaran.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah penelitian ini adalah:

1. Perbedaan gaya belajar laki-laki dan perempuan ditinjau dari gaya belajar audio

2. Perbedaan gaya belajar laki-laki dan perempuan ditinjau dari gaya belajar visual

3. Perbedaan gaya belajar laki-laki dan perempuan ditinjau dari gaya belajar kinestetik

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana perbedaan

(5)

4 gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan di SMPN 23 Padang?”.

METODE PENELITIAN

Adapun waktu untuk melakukan penelitian ini adalah pada bulan Oktober 2016. Alasan peneliti memilih tempat ini karena ditemukan masalah yang terkait dengan gaya belajar dilihat dari lingkungan sekolah seperti, peserta didik kurang memahami ketika guru menerangkan melalui ceramah, peserta didik kurang memahami materi yang diberikan guru melalui powerpoint, peserta didik tidak bisa mengendalikan perasaan dan sentuhan.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 23 Padang tempat peneliti melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Sekolah.

Penelitian ini tergolong penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan antara satu dengan yang lainnya. Siregar (2014:153) mengemukakan bahwa komparatif adalah hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat membedakan atau membandingkan antara satu dengan data lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kuantitatif komparatif adalah hipotesis yang memberikan jawaban untuk permasalahan yang bersifat membandingkan antara satu dengan yang lainnya.

Dalam defenisi operasional ini peneliti ingin menjelaskan penelitian yang terdapat dalam judul yaitu Perbedaan Gaya Belajar Antara Peserta didik Laki-laki dan Perempuan di SMP Negeri 23 Padang. Gaya belajar peserta didik merupakan cara bagaimana peserta didik menggunakan fisik dalam kegiatan belajar agar peserta didik lebih mudah menyerap, mengatur, dan mengolah informasi dalam belajar. Gaya belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya belajar visual adalah gaya belajar yang menggunakan mata sebagai peranan penting untuk memperoleh informasi dengan cara melihat; gaya belajar auditori adalah gaya belajar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh informasi dengan menggunakan indera telinga; gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh informasi dengan pengalaman gerakan dan sentuhan.

Sugiyono (2013:215) mengemukakan bahwa populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dan ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti.

Sugiyono (2013:81) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu.

Mahmud (2011:148) menjelaskan

“data interval adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang diurutkan berdasarkan atribut tertentu dan jarak tiap objek atau kategori adalah sama, pada titik ini tidak terdapat angka nol mutlak”.

Menurut Yusuf (2007:133) bahwa “variabel interval yaitu antar kategori dalam variabel ini dapat diketahui selisih atau jumlahnya”.

Darmawan (2013:171) menyatakan bahwa “skala interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas”. Selanjutnya menurut Riduwan (2010:85) “interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan yang lain dan mempunyai bobot yang sama”.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa jenis data adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang diurutkan berdasarkan atribut tertentu dan jarak tiap objek atau kategori adalah sama, pada titik ini tidak terdapat angka nol

(6)

5 mutlak dan skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas.

Sumber data adalah orang atau subjek yang dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diungkap oleh peneliti.

Menurut Mahmud (2011:146) data dibedakan atas dua macam sebagai berikut:

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh peneliti, data primer disebut juga dengan data asli karena diperoleh langsung dari SMP Negeri 23 Padang. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari guru dan wali kelas serta pihak-pihak yang terkait dengan peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber data adalah subjek yang dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diungkap oleh peneliti dan mempunyai data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen, dengan menggunakan skala likert untuk satu variabel yaitu gaya belajar. Skala likert dikembangkan oleh Rensis Likert yang berupa butiran soal atau series item (Yusuf, 2007:179). Skala likert terdiri dari item-item favourable dan unfavourable yang bertujuan untuk menghindari stretip jawaban. Item favourable merupakan item atau pernyataan yang mendukung objek sikap, sedangkan unfavourable merupakan item/pernyataan yang tidak mendukung objek sikap.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen, dengan menggunakan skala likert untuk satu variabel yaitu gaya belajar. Skala likert dikembangkan oleh Rensis Likert yang berupa butiran soal atau series item.

Menurut Arikunto (2010:170)

“validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

(Sugiyono dalam Siregar 2012:77) Pernyataan dikatakan valid apabila koefisien korelasi product moment melebihi 0,3.

Menurut Siregar (2013:87)

“reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah valid”. Instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.

Menurut Sugiyono (2011:207) analisis data mengemukakan bahwa kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini disajikan sesuai dengan variabel penelitian, dalam deskripsi data hasil penelitian ini dideskripsikan data tentang gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan di SMP Negeri 23 Padang. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas 7.1, 7.2, 7.3, 7.4, 7.5, 7.6, 7.7, 7.8 yang berjumlah 160 orang, peserta didik laki-laki sebanyak 90 orang dan peserta didik perempuan sebanyak 70 orang. Diantaranya adalah: Kelas 7.1 sebanyak 21 orang, kelas 7.2 sebanyak 22 orang, kelas 7.3 sebanyak 20 orang, kelas 7.4 sebanyak 20 orang, kelas 7.5 sebanyak 21 orang, kelas 7.6 sebanyak 18 orang, kelas 7.7 sebanyak 20 orang, kelas 7.8 sebanyak 18 orang.

Untuk melihat validitas dari masing- masing item kuesioner, di-gunakan Corrected Item-Total Colleration. Jika rhitung

> rtabel, maka data dikatakan valid, dimana rtabel untuk peserta didik laki-laki N = 90 adalah 0,2072 dan peserta didik perempuan N = 70 adalah 0,2352. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai

(7)

6 Corrected Item-Total Colleration untuk masing-masing item variabel gaya belajar laki-laki dan perempuan terdapat ada yang tidak valid karena < rtabel.

Untuk uji reliabilitas instrumen, semakin dekat koefisien keandalan dengan 1,0 maka akan semakin baik. Secara umum, keandalan kurang dari 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,7 bisa diterima, dan lebih dari 0,80 adalah baik (Sekaran, 2006:182).

Pada bagian ini akan di kemukakan pembahasan berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian mengenai perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan di SMP Negeri 23 Padang.

1. Gaya Belajar Peserta Didik Laki-laki a. Gaya belajar peserta didik laki-laki

dilihat dari audio

Pada tabel 11 distribusi frekuensi sub variabel gaya belajar audio di kategorikan cukup baik dengan tingkat capaian 70,511%, dari 90 responden, sebanyak 11 orang dikategorikan baik, 43 dikategorikan cukup baik dan 36 dikategorikan kurang baik. Gaya belajar audio adalah belajar melalui mendengar sesuatu, dimana seseorang tersebut lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.

b. Gaya belajar peserta didik laki-laki dilihat dari visual

Berdasarkan Tabel 13 distribusi frekuensi sub variabel gaya belajar visual dikategorikan cukup baik dengan tingkat capaian 74,11%, dari 90 responden, sebanyak 12 orang dikategorikan baik, 52 dikategorikan cukup baik dan 26 dikategorikan kurang baik. Gaya belajar visual adalah belajar melalui melihat sesuatu, dimana seseorang lebih suka melihat gambar, diagram ataupun suka pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.

c. Gaya belajar peserta didik laki-laki dilihat dari kinestetik

Berdasarkan Tabel 15 distribusi frekuensi sub variabel gaya belajar kinestetik bagi peserta didik laki-laki dikategorikan cukup baik dengan tingkat capaian 70,00%, dari 90

responden, sebanyak 11 orang di kategorikan baik, 41 orang dikategorikan cukup baik dan 38 di kategorikan kurang baik. Gaya belajar kinestetik adalah belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung seperti menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri.

2. Gaya Belajar Peserta Didik Perempuan

a. Gaya belajar peserta didik perempuan dilihat dari audio

Pada tabel 17 distribusi frekuensi sub variabel gaya belajar audio di kategorikan cukup baik dengan tingkat capaian 70,34%, dari 70 responden, sebanyak 9 orang dikategorikan baik, 32 orang dikategorikan cukup baik dan 29 orang dikategorikan kurang baik.

Gaya belajar audio adalah belajar melalui mendengar sesuatu, dimana seseorang tersebut lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah- kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.

b. Gaya belajar peserta didik perempuan dilihat dari visual

Berdasarkan Tabel 19 distribusi frekuensi sub variabel gaya belajar visual dikategorikan cukup baik dengan tingkat capaian 73,24%, dari 70 responden, sebanyak 8 orang dikategorikan baik, 40 orang dikategorikan cukup baik dan 22 orang dikategorikan kurang baik.

Gaya belajar visual adalah belajar melalui melihat sesuatu, dimana seseorang lebih suka melihat gambar, diagram ataupun suka pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.

c. Gaya belajar peserta didik perempuan dilihat dari kinestetik

Berdasarkan Tabel 21 distribusi frekuensi sub variabel gaya belajar kinestetik bagi peserta didik perempuan dikategorikan cukup baik dengan tingkat capaian 69,67%, dari 70 responden, sebanyak 8 orang di kategorikan baik, 28 orang dikategorikan cukup baik dan 34 orang dikategorikan kurang baik.

Gaya belajar kinestetik adalah belajar

(8)

7 melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung seperti menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri.

3. Perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan SPSS versi 20.0 yang hasilnya melihat perbedaan antara gaya belajar peserta didik laki-laki dengan perempuan. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, auditori belajar dengan cara mendengar dan kinestetik belajar dengan gerak, bekerja dan menyentuh, dari ketiga jenis gaya belajar ini dijadikan tolak ukur dalam bentuk gaya belajar seorang peserta didik.

a. Perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan dilihat dari gaya audio

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 24 di atas nilai F adalah 9,917 dengan signifikansi 0,003 (<0,05) data dinyatakan tidak homogen, maka nilai t adalah 3,647 dan 3,647 dengan signifikansi 0,001 dan 0,001 (<0,05) dengan tingkat degree of freedom 95% yang rentang selisihnya 22,755 – 78,829 berarti Ha diterima dan Ho di tolak, yaitu gaya belajar peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari gaya belajar audio, dari nilai rata-rata (mean) tidak ada yang lebih menonjol antara perempuan dan laki-laki.

b. Perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan dilihat dari gaya visual

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 25 di atas nilai F adalah 47,578 dengan signifikansi 0,000 (<0,05) data dinyatakan tidak homogen, maka nilai t adalah 4,428 dan 4,428 dengan signifikansi 0,000 dan 0,000 (<0,05) dengan tingkat degree of freedom 95% yang rentang selisihnya 39,681 – 105,819 berarti Ha diterima dan Ho di tolak, yaitu gaya belajar peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari gaya belajar visual, dari nilai rata-rata (mean) tidak ada yang menonjol antara perempuan dan laki-laki.

c. Perbedaan gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan dilihat dari gaya kinestetik

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 26 di atas nilai F adalah 1,463 dengan signifikansi 0,223 (>0,05) data dinyatakan homogen, maka nilai t adalah 12,284 dan 12,284 dengan signifikansi 0,000 dan 0,000 (<0,05) dan tingkat degree of freedom 95% yang rentang selisihnya 49,576 – 69,007 berarti Ha diterima dan Ho di tolak, yaitu gaya belajar peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari gaya belajar kinestetik, dari nilai rata-rata (mean) tidak ada yang menonjol antara perempuan dan laki-laki.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka penelitian yang berjudul perbedaan gaya belajar anatara peserta didik laki-laki dan perempuan di SMP Negeri 23 Padang dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Perbedaan gaya belajar laki-laki dan perempuan ditinjau dari gaya belajar audio

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai F pada perbedaan gaya belajar audio antara peserta didik adalah 0,233 dengan signifikansi 0,630 (≥0,05), dan nilai t adalah 0,070 dengan 0,070 yang signifikansi 0,944 dan 0,944 (≥0,05) berarti Ha diterima dan Ho di tolak, yaitu gaya belajar peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari gaya belajar audio.

2. Perbedaan gaya belajar laki-laki dan perempuan ditinjau dari gaya belajar visual

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai F pada perbedaan gaya belajar visual antara peserta didik adalah 0,087 dengan signifikansi 0,768 (≥0,05), dan nilai t adalah 0,415 dengan 0,414 yang signifikansi 0,679 dan 0,679 (≥0,05) berarti Ha diterima dan Ho di tolak, yaitu gaya belajar peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari gaya belajar visual.

(9)

8 3. Perbedaan gaya belajar laki-laki dan

perempuan ditinjau dari gaya belajar kinestetik

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai F pada perbedaan gaya belajar kinestetik adalah 0,020 dengan signifikansi 0,889 (≥0,05), dan nilai t adalah 0,129 dengan 0,129 yang signifikansi 0,897 dan 0,897 (≥0,05) berarti Ha diterima dan Ho di tolak, yaitu gaya belajar peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari gaya belajar kinestetik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru pembimbing, agar melakukan pelaksanaan bimbingan dan konseling yang memberikan manfaat bagi peserta didik agar bisa melihat bentuk gaya belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan, serta membantu peserta didik mengatasi setiap permasalahan belajar yang berkaitan dengan tipe atau jenis yang dominan mereka lakukan.

2. Bagi kepala sekolah, agar selalu bekerjasama dengan guru pembimbing dan guru bidang studi agar dapat memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai bentuk-bentuk gaya belajar yang mereka dominankan agar dapat dijadikan sebagai metode dalam belajar supaya mendapatkan hasil belajar yang baik.

3. Bagi peserta didik, diharapkan dengan mengetahui tentang gaya belajar dapat menunjang peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dirumah ataupun disekolah dengan baik.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi. Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik.

Yogyakarta: Gava Media.

Djamarah, Syaiful, Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Rachmawati. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Guru Karya dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta.

Sardiman. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPPS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.

Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPPS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

(10)

9 Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-undang RI. No.20 Tahun 2003.

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud.

Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Zen Syafril Zelhendri. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Sukabina Press.

Referensi

Dokumen terkait

ةیرظن تيلا ةملاعلا تقثبنا .ةیلوادتلاو ةللادلاو بیكترلا :ءازجأ ةثلاث نم نوكتت ع ةیلوادتلا ن ةیرظن يهو ،ةیملاكلا لاعفلأا ةیوغللا ةیفسلفلا تيارظنلا مهأ نم نیرشعلا نرقلا فصتنم في ترهظ

Simpulan Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara historis, dari berbagai riwayat hadis, dapat didapatkan informasi bahwa pernikahan antar agama, antara laki- laki dan