• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

N/A
N/A
ulfisnaini

Academic year: 2024

Membagikan "PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAI DELIK SELESAI

Percobaan Korupsi, Bendahara ESDM Jatim Dituntut 2 Tahun Penjara

Bendahara Bidang Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pertambangan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim, Ali Hendro Santoso, sekaligus terdakwa kasus pungutan liar (pungli) proses perizinan proyek dituntut dua tahun penjara oleh JPU Kejari Surabaya Feri Rahman.

Dia dianggap bersalah dengan melakukan percobaan pungli pengurusan izin galian C dengan meminta uang sebesar Rp 50 juta dari pihak yang sedang mengurus perizinan.

Terbukti melakukan korupsi secara bersama-sama. Menuntut agar terdakwa Ali Hendro Santoso dijatuhi hukuman selama 2 tahun penjara, sesuai dakwaan kedua,” kata Jaksa Feri Rahman di Pengadilan Tipikor Surabaya, Jum’at (15/11/2019).

Diketahui dugaan pungli dilakukan Aemerasan tersebut dilakukan Ali Hendro Santoso

saat menjabat sebagai Bendahara Bidang Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pertambangan

di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim. Pada 2 September 2018,

Ali Hendro meminta uang 50 juta pada seorang pengusaha yang sedang mengurus izin

proyek galian C dengan menggunakan sandi “ada pergantian Kepala Dinas”.

(2)

Padahal Ali Hendro tidak mempunyai wewenang untuk menerbitkan menerbitkan dokumen teknis izin pertambangan.

Sebelumnya, kasus pungli ini juga menjerat Kasi Evaluasi dan Pelaporan Pertambangan di Dinas ESDM Pemprop Jatim, Cholik Wicaksono.

Zaid Zamatea

ABSTRACT

Dalam Hukum Pidana di Indonesia, suatu percobaan (Poging) merupakan delik yang belum selesai atau belum sempurna sebagai suatu tindak pidana. Pasal 53 KUHP menyatakan bahwa “percobaan untuk melakukan kejahatan terancam hukuman, bila maksud si

pembuat sudah nyata dengan dimulainya perbuatan itu dan perbuatan itu tidak jadi sampai selesai hanyalah lantaran hal yang tidak

tergantung dari kemauannya sendiri. Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara tegas dan jelas menyatakan delik percobaan dalam frasa menjanjikan yang jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 53 KUHP maka delik itu belum selesai atau belum sempurna, sedangkan pada tindak pidana korupsi tidak diperlukan pembuktiannya apakah janji yang terucap bahkan tertulis terwujud atau tidak, sudah merupakan percobaan melakukan tindak pidana korupsi, dan dapat dipidana. Berdasarkan uraian

tersebut di atas, yang melatarbelakangi permasalahan dalam penulisan ini ialah bagaimana konsep percobaan dalam hukum pidana di

Indonesia serta bagaimana percobaan melakukan tindak pidana

korupsi dianggap sebagai delik selesai. Penelitian ini ialah penelitian hukum normatif atau juga disebut sebagai penelitian hukum

kepustakaan. Data penelitian ini ialah data pustaka yang dikumpulkan dari beberapa bahan hukum yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Data yang

diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah menjadi pendekatan

sistematika dan pendekatan sinkronisasi hukum dengan melakukan

interpretasi (penafsiran) secara gramatikal atau menurut tata bahasa

untuk kemudian dijadikan bahan pembahasan. Hasil penelitian

(3)

menunjukkan bahwa konsep percobaan (poging) yang diatur dalam Pasal 53 KUHP dan Pasal 54 KUHP memiliki suatu karakteristik yang berbeda dengan percobaan melakukan tindak pidana korupsi, oleh karena menurut Pasal 54 KUHP disebutkan, percobaan

melakukan tindak pidana tidak di pidana. Konsep percobaan

melakukan tindak pidana korupsi justru dapat dipidana, oleh karena latar belakang, konsep-konsep yang dianut dalam pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia membutuhkan penanganannya secara khusus, bahkan tindak pidana korupsi telah dijadikan sebagai kejahatan luar biasa/extra ordinary crimes) di Indonesia. Ketentuan KUHP mempunyai hubungan atau kaitannya dengan ketentuan- ketentuan pidana dalam peraturan perundangan-undangan di luar KUHP yang juga tidak sedikit di antaranya mengatur percobaan.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No.

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat beberapa ketentuan pidananya yang mengandung unsur

percobaan. Pasal 5 Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 menunjukkan contoh bahwa tindak pidana korupsi dengan “menjanjikan sesuatu”

adalah delik selesai. Di dalam pembuktiannya sangat penting untuk dibuktikan apakah ada suatu janji baik berupa ucapan (lisan), maupun tertulis di antara para pihak (para subjek hukumnya), dan manakala terbukti ada janji yang terucap maupun tertulis dengan sendirinya terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Percobaan melakukan tindak pidana

menurut KUHP tidak dapat dihukum, tetapi percobaan melakukan tindak pidana korupsi justru dapat dihukum karena delik percobaan merupakan delik yang perumusannya secara formil, sehingga

ditentukan pada awal  (permulaan) unsur tindak pidana baik yang menjanjikan (hadiah) yang diucapkan (lisan) maupun tertulis, bukan ditentukan pada akibat atau tercapainya maksud pemberian

janji/hadiah. Ketentuan KUHP mempunyai hubungan atau kaitannya dengan ketentuan-ketentuan pidana dalam peraturan perundangan- undangan di luar KUHP yang juga tidak sedikit di antaranya

mengatur percobaan. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat beberapa ketentuan pidananya yang

mengandung unsur percobaan.

(4)
(5)

Percobaan Pembunuhan

Seorang laki-laki bernama A ingin berniat melakukan percobaan pembunuhan. Ia

telah menyiapkan golok tajam yang akan digunakan untuk membunuh target

korban yaitu B. Pada malam hari, si A memasuki rumah B dengan membawa golok tajam menuju kamar si B, lalu terlihat si B sedang tertidur pulas tidak mengetahui sama sekali jika A masuk kekamarnya, dan ketika si A ingin menusuk si B dengan golok tajamnya itu, si A sadar dan khilaf akan perbuatannya lalu tidak jadi menusuk si B dan pergi pulang. Apakah yang dilakukan si A termasuk perbuatan percobaan pembunuhan?

Tidak. Perbuatan tersebut tidak bisa dikenakan sanksi pidana percobaan

pembunuhan (Pasal 53 ayat (1) KUHP ), walaupun telah ada niat dan telah adanya permulaan pelaksanaan mencoba membunuh, tetapi tidak selesainya perbuatan tersebut karena kehendaknya sendiri ia sadar dan khilaf.

Karena unsur-unsur percobaan melakukan tindak pidana dalam pasal 53 KUHP

1. Niat

2. Adanya permulaan pelaksanaan

3. Tidak selesainya pelaksanaan pembunuhan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.

Dalam contoh kasus tersebut, si A tidak jadi membunuh si B atas kehendaknya

sendiri karena khilaf dan sadar lalu pergi pulang tidak dapat dikenakan pasal

percobaan pembunuhan.

(6)

Kecuali jika si A tidak selesai membunuh si B bukan karena kehendaknya sendiri tetapi karena si B sudah terbangun dari tidurnya  dan telah mengetahuinya dan si B merekam kejadian tersebut, si A dapat dikenakan sanksi pidana percobaan

pembunuhan.

Ini Kronologi Kasus Percobaan Pembunuhan Lurah di Banyuwangi

Ardian Fanani - detikNews

Berikut kronologi kejadian percobaan pembunuhan dan perampokan Lurah Penataban tersebut. Kejadian bermula ketika Lurah Penataban, Wilujeng Esti Utami dijemput tersangka Agus Siswanto, di Kantor Kelurahan Penataban, sekitar pukul 12.00 WIB. Saat itu, korban dijemput mobil Hyundai warna silver milik Agus. Mereka berencana menemui Gus Maki,

"Sebelum menjemput, Agus sempat menelepon lurah untuk menyediakan uang Rp 60 juta karena Gus Maki membutuhkan uang tersebut," ujar Kapolres Banyuwangi. Agus ternyata

(7)

malah mengajak korban berkeliling mulai dari Muncar hingga Kalibaru. Pelaku masih beralasan jika orang yang akan ditemui masih sibuk hingga terus melakukan perjalanan ke Genteng. Pelaku dan korban mengisi perut di sebuah warung bakso di Kecamatan Genteng.

Mereka makan sambil menunggu orang yang katanya akan membantu korban dalam kasus dan permintaan menjadi camat.

Pukul 20.00 WIB

Agus dan korban melakukan perjalanan ke Blok Agung, Kecamatan Tegalsari. Namun sepanjang jalan pelaku justru memukuli korban dengan palu dan gagang airsoft gun. Agus meminta kepada korban untuk melemparkan tas berisi uang Rp 60 juta itu ke jok belakang mobil. Korban menolak. Namun karena Agus terus memukuli korban akhirnya tas tersebut dilempar di jok belakang. Namun Agus terus melakukan pemukulan. Setelah dipukuli, korban kemudian pura-pura mati. Oleh tersangka, tangan dan kaki korban diikat dengan kepala ditutup plastik. Dengan posisi terikat itulah, korban kemudian diceburkan ke sungai dan ditinggal. Agus lantas membawa kabur tas milik korban yang berisi uang Rp 60 juta beserta kuitansi dan surat pernyataan bahwa Agus meminjam uang sebesar Rp 40 juta kepada korban. Dua telepon seluler korban juga dibawa.

Usai ditinggalkan di sungai, korban lantas minta tolong warga. Warga sendiri menemukan korban tergeletak dalam posisi tangan dan kaki terikat di sungai sekitar pukul 21.30 WIB.

Saat itu juga korban langsung dibawa ke Puskesmas Kebondalem.

Pukul 03.00 WIB

Polisi tidak memerlukan waktu lama untuk menangkap Agus. Agus dijemput di rumahnya tanpa perlawanan. Dari Agus, polisi berhasil mengamankan pistol mainan serta uang Rp 60 juta yang masih lengkap dengan bungkus kertas yang ditemukan di rumah pengasuh anak tersangka.

(8)

Penusuk Syekh Ali Jaber Didakwa Percobaan Pembunuhan Berencana

"Dakwaan kesatu primair pidana dalam Pasal 340 KUHP jo Pasal 53 KUHPidana subsidair dalam Pasal 338 KUHP jo Pasal 53 KUHPidana lebih subsidair Pasal 355 ayat (1)

KUHPidana lebih subsidair lagi Pasal 351 ayat (2) KUHPidana. Lebih subsidair lagi Pasal 351 ayat (1) KUHPidana dan kedua Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Tajam," demikian isi dakwaan dilihat dari situs SIPP PN Tanjung Karang.

Pasal 340 KUHP sendiri berbunyi:

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Sementara Pasal 53 KUHP berbunyi:

(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.

(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.

Sebelumnya, kasus dugaan penusukan yang dialami Syekh Ali Jaber terjadi pada 13 September 2020. AA kemudian ditetapkan sebagai tersangka dan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) diserahkan kepada pihak kejaksaan pada 14 September 2020.

AA dijerat Pasal 351 ayat 2 KUHP, Pasal 340 juncto Pasal 53 KUHP subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 53 KUHP subsider Pasal 351 ayat 2 juncto Pasal 53 KUHP dan Pasal 2

(9)

ayat 1 UU Darurat 12/1951. Syekh Ali Jaber mengalami luka akibat penusukan itu.

"Penerapan pasal pidana berlapis tentang dugaan percobaan pembunuhan berencana dengan menggunakan senjata tajam yang mengakibatkan korban luka-luka dengan ancaman 20 tahun penjara atau hukuman mati," ujar Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad.

Referensi

Dokumen terkait

Pembuktian terbalik dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi berbeda

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan Tindak Pidana korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

pemberantasan tindak pidana korupsi untuk memformulasikan perbuatan memperdagangkan pengaruh sebagai delik korupsi di Indonesia, sehingga dapat mengakomodir

Keberhasilan Komisi Pemberantasan Korupsi selanjutnya disebut KPK, di berikan kewenangan khusus oleh Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi No 30 Tahun 2002 dimana

Laporan gratifikasi bersifat administrasi dan procedural lebih lanjut harus disampaikan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pasal 16 dan 17 Undang- Undang No..

Dalam memberantas korupsi, Indonesia telah memiliki sejumlah payung hukum yang menjadi dasar legitimasi bagi pemberantasan korupsi di Indonesia, diantaranya, Undang-undang

Sedangkan, menurut hukum Positif tindak pidana korupsi diatur secara tegas oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi perubahan