• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda Kabupaten Klaten No. 23 Tahun 2018

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Perda Kabupaten Klaten No. 23 Tahun 2018"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Peraturan ini mengatur BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II PRINSIP TUJUAN DAN PRIORITAS; Prinsip bagian pertama; Bagian Kedua Tujuan dan Prioritas; BAB III PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PERDESAAN; Lingkup bagian pertama ;. PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH BUPATI KLATNA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN LULUSAN DESA. Perlu ditetapkan Perda tentang Perubahan Perda Kabupaten Klaten No. 14 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa;

PERUBAHAN ATAS PERATURAN KABUPATEN KLATEN NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PADA PERUSAHAAN DAERAH. PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG INISASI MENYUSUI DINI DAN ASI EKSKLUSIF. Peraturan ini mengatur: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II RUANG LINGKUP; BAB III PERENCANAAN; Bagian Kesatu Umum; Bagian Kedua Kebijakan; Bagian Ketiga Strategi; Bagikan Empat Tujuan;

Bagian Keempat Bahan Berbahaya; BAB III PEMADAMAN KEBAKARAN; Bagian Pertama Persiapan Penanggulangan; Bagian Dua Menangani peredupan. api; Bagian Ketiga Tata Tertib Antar Daerah; BAB IV PENGELOLAAN PROTEKSI KEBAKARAN; Bagian Kesatu Sistem proteksi kebakaran; Paragraf 1 Perencanaan; Bagian Ketujuh Pengawasan Teknis; Bagian Kedelapan Pendidikan; BAB V PENGELOLAAN PROTEKSI KEBAKARAN LINGKUNGAN; Bagian Satu Pengendalian Kebakaran.

BAB XI PENYIDIKAN; BAB XII KETENTUAN PIDANA; II   KETENTUAN   LAIN­LAIN;   BAB   XIV   KETENTUAN

RINGKASAN: Cagar budaya merupakan aset budaya yang penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya dalam skala regional dan nasional. Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dalam skala regional memerlukan koordinasi dan peran masyarakat setempat untuk kelangsungannya. Peraturan ini mengatur tentang: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH Bagian Pertama Tugas; Bagian Kedua Wewenang; AKU AKU AKU. BAB KRITERIA WARISAN BUDAYA; BAB IV.

KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN WARISAN BUDAYA Bagian Kesatu Umum; Bagian Kedua Penguasaan; Bagian Ketiga Invensi; BAB V PENDAFTARAN WARISAN BUDAYA; VI. BAB TIM AHLI WARISAN BUDAYA; VII. BAB PENETAPAN WARISAN BUDAYA; BAB VIII PENDAFTARAN CARISAN BUDAYA; BAB IX PENYELAMATAN CARISAN BUDAYA Bagian Kesatu Penyelamatan oleh Pemerintah Daerah; Bagian Kedua Izin Penggalian; BAB X PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA Bagian Kesatu Perlindungan; Bagian Kedua Pengamanan; Bagian Ketiga Penyelamatan benda-benda yang diduga dilindungi secara budaya; Bagian Kedelapan Kerjasama; BAB XI IZIN PENGANGKUTAN BENDA BUDAYA BUDAYA; BAB XII PENGAWASAN; BAB XIII SANKSI ADMINISTRATIF; BAB XIV KETENTUAN LAIN-LAIN; BAB XV KETENTUAN PEMERIKSAAN; XVI. KETENTUAN PIDANA;

BAB XVII KETENTUAN PENUTUP

Karena pesatnya pertumbuhan pasar, pusat perbelanjaan dan supermarket di wilayah Klaten, yang sejalan dengan visi dan misi pembangunan pemerintah daerah Klaten, maka diperlukan pengelolaan pasar, pusat perbelanjaan dan supermarket khususnya di daerah Klaten. bidang ekonomi dan perdagangan, sehingga terjadi keseimbangan antara pelaku usaha tersebut, sinergi dan saling menguntungkan. Untuk memberikan arahan, landasan, dan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam pembinaan dan pengawasan pasar, pusat perbelanjaan, dan supermarket, perlu diatur pengelolaan pasar, pusat perbelanjaan, dan supermarket. Dasar pengaturan ini adalah: Pasal 18(6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UU No.

Peraturan ini mengatur tentang: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II PENGELOLAAN PASAR POPULER Bagian Pertama Pasar Rakyat Secara Umum Paragraf 1 Umum; Pemerintah lokal; Paragraf 8 Penggolongan Kios Pasar Populer pada Pasar yang Dikelola oleh Pemerintah Daerah; Bagian Ketiga Pengelolaan Pasar Rakyat oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi dan Perusahaan Swasta; BAB III PERATURAN PUSAT PERDAGANGAN DAN TOKO UNGGUL; BAB IV PENYEDIAAN BARANG DI TOKO SUPERVERTISING; BAB V JENIS DAN OTORITAS PENERBITAN LISENSI; BAB VI JAM KERJA PUSAT KOMERSIAL DAN TOKO SUPERVERTISING; BAB VII LARANGAN; BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN; BAB IX PEMERIKSAAN; BAB X SANKSI; BAB XI KETENTUAN PERALIHAN; BAB XII KETENTUAN PENUTUP. ABSTRAK: Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat, desa memiliki kewenangan untuk mengelola secara mandiri segala potensi yang ada di desa, yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. pemerintah. dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa, desa dapat bekerja sama dengan desa lain dan/atau dengan pihak ketiga untuk mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi yang dimiliki desa. untuk mencapai nilai ekonomi berdaya saing tinggi;. Dasar pengaturan ini adalah: Pasal 18(6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UU No. Peraturan ini mengatur tentang: BAB I KETENTUAN UMUM; II. BAB BENTUK KERJASAMA DESA; BAB III TATA CARA KERJASAMA DESA Bagian Pertama Kerjasama antara.

Desa; Bagian Kedua Kerjasama Dengan Pihak Ketiga Paragraf 1 Kerjasama Prakarsa Desa; Paragraf 2 Kerjasama atas Prakarsa Pihak Ketiga; Bagian Ketiga Tata Cara dan Pelaksanaan Kerja Sama Desa; BAB IV BADAN KERJASAMA ANTAR DESA; BAB V PERUBAHAN DAN PENGHENTIAN KERJASAMA DESA; BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA; BAB VII HASIL KERJASAMA DESA; BAB VIII PEMBIAYAAN; BAB IX PELAPORAN DAN EVALUASI HASIL KERJASAMA DESA; BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN; BAB XI KETENTUAN PERALIHAN; BAB XII KETENTUAN PENUTUP. Beberapa kesenian daerah mengalami hilang atau pendangkalan kandungan nilai yang disebabkan oleh berbagai kondisi, baik alam, ketidaktahuan, kebodohan maupun kesalahan dalam tindakan pengelola, sehingga perlu adanya kegiatan promosi kesenian; Memberikan arah, landasan dan kepastian hukum dalam pemajuan kesenian, perlu diatur pemajuan kesenian daerah;

Bagian kedua fitur; BAB IV KEMAJUAN DALAM SENI Bagian Pertama Umum; Bagian Kedua Perlindungan; Bagian Ketiga Pedoman; Bagian Keempat Pemakaian; Pengembangan bagian kelima; BAB V KEGIATAN PENGEMBANGAN KESENIAN DAERAH; Berbagi Kajian Seni Daerah; Bagian Kedua Sarana Kesenian Daerah; Bagian Ketiga Pendidikan Seni Daerah; Bagian Keempat Misi Kesenian Daerah;

BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT; BAB VII PEMBINAAN DAN   PENGAWASAN   KESENIAN   DAERAH;   BAB   VIII

RINGKASAN : Pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perangkat Daerah yang Menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di Bidang Persatuan Bangsa dan Politik serta melakukan penyesuaian terhadap perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ​Persatuan Bangsa dan Politik, apakah perlu dilakukan perubahan kelembagaan pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik - Dasar Peraturan ini adalah: Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang. Peraturan ini mengatur: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II YAYASAN; BAB III KETENAGAKERJAAN; BAB IV KETENTUAN PERALIHAN; BAB V. RINGKASAN : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah diundangkan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya pembagian urusan pemerintahan di daerah. bidang perdagangan pada sub bidang standardisasi dan perlindungan konsumen, penyelenggaraan metrologi legal berupa tera, tera ulang dan pengawasan menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten.

Dengan kewenangan penggantian jasa Tera/Tera Ulang di daerah, perlu diatur tentang pelayanan Tera/Tera Ulang sebagai perluasan cakupan pemungutan reimbursement daerah. Peraturan ini mengatur tentang: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERATING Bagian 1 Nama, Obyek dan Subyek/Retribusi Wajib; Bagian kedua Kelas pembalasan; Bagian Keempat Prinsip, Struktur dan Besaran Tarif Retaliasi Paragraf 1 Prinsip; PCS. 2 Struktur dan jumlah tarif; Bagian Kelima Tuntutan Pembalasan Ayat 1 Area pengumpulan; PCS. 2 Prosedur penagihan; BAB III PENETAPAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, PERJANJIAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN Bagian 1 Penetapan Pembayaran; BAB IV Keberatan; BAB V PENGEMBALIAN LEBIH BAYAR; BAB VI SANKSI ADMINISTRATIF; BAB VII PENAGIHAN Bagian 1 Tata Cara Penagihan; Bagian Kedua Klaim Ganti Rugi Berakhir; Bagian ketiga Penyusutan piutang kompensasi yang telah habis masa berlakunya; BAB VIII PENGURANGAN, PENGHENTIAN DAN PENGECUALIAN PERSETUJUAN; BAB IX KOREKSI, PEMBAYARAN, PENGURANGAN PENETAPAN, PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANDI ADMINISTRASI DAN PEMBATALAN; BAB X KETENTUAN PIDANA; BAB XI INSENTIF PEMILIHAN; BAB XII KETENTUAN KHUSUS;

BAB XIII PENYIDIKAN; BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NASABAH NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PRODUK HUKUM DAERAH RINGKASAN : Memberikan dasar hukum pendiriannya. Dengan berlakunya undang-undang nomor 15 tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Undangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah dan Tindak Lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 137/PUUXIII/2015 , perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2017 Nomor 16 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Peraturan ini mengatur: Pasal 12 menambahkan ayat baru yaitu ayat (6); Pasal 13 ayat (4) huruf d dan e dihapus; Bagian 29 diubah; Bagian 30 diubah; ABSTRAK: Pencegahan dan penanggulangan kecacatan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan nasional dan menjadi sasaran pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia sejak dini. Untuk mencegah dan mengatasi hambatan di Kabupaten Klaten perlu dilakukan pengelolaan secara menyeluruh dan terpadu oleh unsur pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga/organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

Dalam rangka melaksanakan kebijakan pencegahan dan penanggulangan stunting Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, diperlukan landasan hukum berupa peraturan daerah yang mengatur tentang stunting. Peraturan ini mengatur tentang: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II TUJUAN DAN TUJUAN; BAB III PILAR PENCEGAHAN DAN PENGELOLAAN MENAKJUBKAN; BAB IV RUANG LINGKUP Bagian 1 Ruang Lingkup; Bagian 2 Kegiatan intervensi gizi khusus; Bagian Kedua Gerakan Masyarakat Hidup Sehat; Bagian ketiga dari gerakan seribu hari pertama Kehidupan; Bagian Keempat Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku; BAB VI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN; BAB VII PENARGETAN WILAYAH PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN; BAB VIII ORGANISASI; BAB IX KERJASAMA; BAB X PERAN PEMERINTAH DESA; BAB XI PERAN SERTA MASYARAKAT; BAB XII PENCATATAN DAN PELAPORAN;

BAB   XIII   PENGHARGAAN;   BAB   XIV   PEMBINAAN, PENGAWASAN   DAN   PELAPORAN;   BAB   XV   PEMBIAYAAN;

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Upaya mewujudkan tujuan pembangunan di daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, agar pelaksanaannya lebih efektif dan efisien, diperlukan Kerjasama Daerah. Peraturan ini mengatur: BAB I KETENTUAN UMUM; BAB II BENTUK KERJASAMA DAERAH; BAB III JENIS KSDD Bagian Kesatu Umum; Akhir KSDD; Bagian Kesepuluh Pendampingan Koperasi antar Daerah; BAB IV KSDPK Bagian Kesatu Jenis Kerjasama; Bagian Kedua Mata Pelajaran KSDPK; Bagian Ketiga Objek KSDPK; Bagian Keempat Studi Kelayakan; Bagian Kelima Tahapan dan Dokumen Kerjasama; Bagian Keenam Hasil KSDPK; Bagian Ketujuh Penyelesaian Sengketa; Bagian Kedelapan Berakhirnya Kerjasama KSDPK; BAB V KSDPL dan KSDLL Bagian Kesatu Umum; Bagian Kedua Persyaratan; Bagian Ketiga Prakarsa; Bagian Keempat Pelaksanaan KSDPL Paragraf 1 Umum; Paragraf 2 Rencana Kerjasama; Paragraf 3 Penyusunan Naskah KSDPL; Bagian 5 Penyelesaian Sengketa;

Referensi

Dokumen terkait

Although many have proposed that treatment of allergies may prevent and help mental health diseases and definitely deserve further consideration and studies in real